Karakteristik Manusia bermoral Tinjauan tentang Moral dan Pendidikan Moral

12 kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, penghargaan terhadap lingkungkungan alam.

3. Karakteristik Manusia bermoral

Wiwit wahyuning, dkk. 2003: 3 menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik manusia bermoral menurut diantaranya yaitu. a. Setia, jujur dan dapat dipercaya b. Baik hati, penyayang, empatis, peka dan toleransi c. Pekerjakeras, bertanggung jawab, dan memiliki disiplin diri d. Mandiri, mampu menghadapi tekanan kelompok e. Murah hati, memberi, dan tidak mementingkan diri sendiri f. Memperhatikan dan memiliki penghargaan tentang otoritas yang taat peraturan dan hukum g. Menghargai diri sendiri dan hak orang lain h. Menghargai kehidupan, kepemilikan alam, orang yang lebih tua, dan orang tua i. Santunan, dan memiliki adab kesopanan j. Adil dalam pekerjaan dan permainan k. Murah hati dan pemaaf, mampu memahami bahwa balas dendam tidak ada gunanya l. Selalu ingin melayani, memberikan sumbangan pada keluarga, masyarakat, negara, agama, dan sekolah m. Pemberani n. Tenang, damai, dan tenteram Macam-macam karakteristik manusia bermoral tersebut tentu ada pada setiap individu atau karakter masing-masing siswa. Ada empat karakter siswa yang diungkapkan oleh Asri Budiningsih C. 2008: 73 yaitu: karakteristik siswa berhubungan dengan pemahamanpenalaran moral, karakteristik siswa yang berhubungan dengan kepercayaan eksistensialiman, karakteristik siswa berhubungan dengan perasaan moral empati, dan karakteristik siswa berhubungan dengan tindakan moral peran sosial. Pertama, karakteristik siswa yang berhubungan dengan pemahamanpenalaran moral bila dilihat dari unsur pemahaman moral 13 penalaran moral, hasil penelitian Asri Budiningsih, dkk. 2001 dalam Asri Budiningsih C. 2008: 73 beliau menjelaskan bahwa penalaran moral remaja di jawa cenderung berada pada tahap III yaitu orientasi kerukunan atau orientasi good boy-nice girl. Remaja cenderung berpandangan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong orang lain serta diakui oleh orang lain. Kedua, karakteristik siswa yang berhubungan dengan kepercayaan eksistensial iman remaja di Jawa cenderung berada pada tahap III Asri Budiningsih, dkk. 2001 dalam Asri Budiningsih C. 2008: 76 beliau berpendapat bahwa kepercayaan sintesis – konvensional. Remaja mengalami perubahan radikal dalam caranya memberi arti. Ia berupaya menciptakan sintesis identitas. Ketiga, karakteristik siswa berhubungan dengan perasaan moral empati menurut Asri Budiningsih C. 2008: 79 beliau menjelaskan bahwa hasil penelitian menemukan empati di Jawa cenderung berada pada tingkat III, artinya remaja dalam menanggapi pernyataan lawan bicaranya cenderung mereflesikan surface- feelings. Keempat. karakteristik siswa berhubungan dengan tindakan moral peran sosial menurut Asri Budiningsih C. 2008: 82 beliau menjelaskan bahwa peran sosial remaja di Jawa cenderung berada pada tingkat III atau sedang. Remaja mengatur interkasinya melalui prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Gotong royong merupakan salah satu prinsip kerukunan, bertujuan untuk saling membantu dan melakukan pekerjaan bersama demi kepentingan bersama. 14 Usman Samatowa 2006: 6 menyatakan bahwa karakteristik siswa usia sekolah dasar SD berkisar 6 sampai 12 tahun atau disebut masa sekolah, karena mereka telah menyelesaikan tahap pra-sekolah yaitu taman kanak-kanak. Usia SD juga sering juga disebut sebagai masa intelektual karena anak-anak relatif lebih mudah untuk di didik daripada sebelum masuk SD. Usman Samatowa 2006: 7 usia anak SD dibagi dalam dua fase yaitu: a. Masa kelas rendah sekitar 6 sampai 8 tahun Dalam tingkatan kelas rendah di SD usia tersebut termasuk kelas 1 sampai kelas 3. Sifat-sifat khas yang dimiliki pada masa kelas rendah adalah sebagai berikut. 1 Adanya korelatif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dan prestasi sekolah 2 Adanya sikap yang cenderung utntuk memenuhi peraturan-peraturan yang tradisonal 3 Ada kecenderungan memuji sendiri 4 Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasa menguntungkan untuk meremehkan anak lain 5 Jika tidak dapat meneyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting 6 Pada masa ini anak menghendaki nilai angka rapot baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak 15 7 Kemampuan mengingat dan bahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan 8 Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak 9 Kehidupan adalah bermain b. Masa kelas tinggi SD yaitu sekitar 9 sampai 12 tahun Dalam tingkatan kelas tinggi di SD usia tersebut termasuk dalam kelas 4 sampai kelas 6. Sifat-sifat khas pada masa kelas tinggi adalah sebagai berikut. 1 Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. Hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis 2 Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar 3 Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjol faktor-faktor 4 Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang- orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaika sendiri 5 Pada masa ini anak memandang nilai angka rapot sebagai ukuran yang tepat sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah 16 6 Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan mereka membuat peraturan sendiri 7 Peran manusia idola sangat penting. Pada umumnya orangtua atau kakak-kakaknya dianggap sebagai manusia idola yang sempurna Karakteristik siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1-VI SD 1 Pedes dimana setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda dari segi pemahamanpenalaran moral, kepercayaan eksistensialiman, perasaan moral empati, dan tindakan moral peran sosial. Selain itu, perbedaan karakter tergantung pada usia bahwa usianya, karakteristik siswa yang realistik dan kehidupan praktis sehari-hari. Siswa juga sudah mulai berpikir secara induktif. Hal ini akan mudah bagi guru dalam mengajarkan moral kepada siswanya.

4. Perilaku Moral