PERAN GURU KELAS DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM UKS DI SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL YOGYAKARYA.

(1)

i

PERAN GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN PROGRAM UKS DI SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dhian Rahmaningrum NIM. 12108241015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv


(5)

v

MOTTO

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling

menasehati untuk kesabaran” ( Terjemahan Q.S Al ‘Asr: 2-3 )

“Berkisah dan membuat kisah, untuk hidup penuh berkah” (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta.

2. Almamater Fakultas Ilmu Pensisikan, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Bangsa, dan Negara


(7)

vii

PERAN GURU KELAS DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM UKS DI SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL YOGYAKARYA

Oleh

Dhian Rahmaningrum NIM 12108241015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru kelas dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SD 1 Pedes. Fokus penelitian ini adalah 3 program pokok UKS di SD 1 Pedes.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SD 1 Pedes. Adapun objek penelitian ini adalah peran guru kelas dalam menjalankan program UKS. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles & Huberman yang terdiri dari reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru dalam menjaga kesehatan siswa melalui program UKS di SD 1 Pedes dapat dilihat dari 3 program UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan sekolah secara kurikuler dan ekstrakurikuler. Bagi guru kelas, pendidikan kesehatan diberikan secara terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Guru membuat perencanaan pembelajaran dan dibantu dengan buku referensi pendidikan kesehatan, guru juga turut membantu melakukan kemitraan dengan instansi terkait. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan cara guru membantu pelaksanaan imunisasi, guru melakukan penyuluhan kesehatan, pencatatan dan pemeriksaan tinggi dan berat badan, guru membantu melakukan pengawasan terhadap kantin sekolah, dan guru memantau tingkat kesehatan jasmani siswa. Guru berperan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat seperti mengajak siswa melakukan penghijauan, menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Guru dalam Menjaga Kesehatan Siswa melalui Program Usaha Kesehatan Sekolah di SD 1 Pedes Yogyakarta” dapat terselesaikan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran serta dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi pada program S1 PGSD FIP UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Yogyakarta

4. Drs. Suparlan, M. Pd. I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar

5. Bapak Banu Setyo Adi, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama pembuatan skripsi ini

6. Kepala Sekolah SD 1 Pedes yang telah berkenan memberikan izin penelitian dan selalu membantu penulis dalam melaksanakan penelitian

7. Segenap warga SD 1 Pedes yang bersedia menjadi subjek penelitian.

Saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pemikiran


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Fokus Penelitian ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penlitian... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat guru ... 10


(11)

xi

2. Peran dan Fungsi Guru ... 11

B. Usaha Kesehatan Sekolah ... 15

1. Pengertian UKS ... 15

2. Tujuan UKS ... 16

3. Tugas Pokok dan Fungsi UKS ... 17

4. Program UKS ... 18

C. Kerangka Pikir ... 32

D. Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 35

C. Sumber Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

1. Lokasi Penelitian ... 44

2. Visi Misi Sekolah ... 45

3. Potensi guru dan Karyawan ... 46

4. Ekstrakurikuler ... 46

5. Fasilitas UKS ... 46


(12)

xii

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 47

2. Deskripsi Objek Penelitian ... 48

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

1. Pendidikan Kesehatan ... 48

2. Pelayanan Kesehatan ... 65

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ... 80

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Pendidikan Kesehatan ... 90

2. Pelayanan Kesehatan ... 92

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ... 93

E. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Peran Guru EMASLIMDEF . ... 14


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data. ... 40

Gambar 2. Guru Kelas menggantikan guru olahraga ... 51

Gambar 3. Program Pengajaran ... 52

Gambar 4. Contoh Buku Pengajaran milik guru ... 53

Gambar 5. Siswa sedang melakukan percobaan akibat pencematan air. ... 54

Gambar 6. Siswa sedang berlatih tari ... 56

Gambar 7. Poster di ruang UKS ... 58

Gambar 8. Guru menerima hasil pemeriksaan dari Puskesmas ... 61

Gambar 9. Sertifikat keikutsertaan pada hari Gizi Nasional ... 62

Gambar 10. Petugas memeriksa gigi ... 64

Gambar 11. Pencatatan Kesehatan ... 66

Gambar 12. Guru memeriksa gigi kelas 1. ... 67

Gambar 13. Guru membuat Surat Rujukan ... 68

Gambar 14. Siswa memeriksa kondisi air ... 71

Gambar 15. Obat-obatan di UKS ... 72

Gambar16. Suasana Kantin Skeolah ... 75

Gambar 17. Taman Sekolah ... 77

Gambar 18. Kelas 5 sholat dzuhur berjamaah ... 78

Gambar 19. Guru tidak merokok di sekolah. ... 79

Gambar 20 Tempat sampah yang ada di depan kelas ... 80

Gambar 21. Kamar mandi siswa ... 81


(15)

xv

Gambar 23. Kondisi salah satu kelas ... 85 Gambar 24. Ruang UKS. ... 86 Gambar 25. Guru membeli makanan di kantin. ... 97


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Kisi-kisi ... 127

Lampiran 2. Lembar Observasi Guru ... 131

Lampiran 3. Lembar Wawancara Guru . ... 136

Lampiran 4. Lembar Observasi Sekolah ... 137

Lampiran 5. Lembar wawancara Kepala Sekolah . ... 138

Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan waawncara Guru olahraga ... 139

Lampiran 4. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara Kepala Sekolah . 146 Lampiran 5. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara Guru kelas . ... 152

Lampiran 6. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara Siswa ... 171

Lampiran 7. Tabel triangulasi sumber hasil wawancara . ... 177

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru 1 ... 191

Lampiran 9. Lembar Observasi Guru 2 ... 194

Lampiran 10. Lembar Observasi Guru 3 . ... 197

Lampiran 11. Lembar Observasi Guru 4 ... 201

Lampiran 12. Lembar Observasi Guru 5 . ... 204

Lampiran 13. Lembar Observasi Guru 6 ... 207

Lampiran 14. Lembar Observasi siswa 1 ... 211

Lampiran 15. Lembar Observasi siswa 2 . ... 214

Lampiran 16. Display, Reduksi dan Kesimpulan hasil Observasi ... 217


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lembaga pelaksana pendidikan meliputi lingkungan rumah tangga sebagai unit masyarakat pertama, lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal. Ketiga lembaga penanggungjawab ini disebut Dr. Ki Hajar Dewantara sebagai tripusat pendidikan. Prinsip pendidikan seumur hidup memberikan makna bahwa pendidikan adalah tanggung jawab manusia sebagai subjek atas diri sendiri untuk terus meningkat kemandiriannya secara sosial, ekonomis, psikologis dan etis sehingga manusia menjadi dewasa.

Berdasarkan TAP MPR No. IV/1978 disebutkan bahwa pendidikan dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Sehingga sekolah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa. Hal ini didukung oleh Salam (2002:264) sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki beberapa fungsi yakni fungsi sosialisasi, transmisi dan transformasi kebudayaan, dan sebagai lembaga seleksi. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga ia mampu berdiri dalam kehidupan masyarakat.

Faktor penentu keberhasilan suatu bangsa adalah ditentukan oleh generasi bangsa yang berkualitas. Salah satu cara untuk membentuk generasi tersebut ialah membentuk generasi muda yang sehat dan dimulai sejak usia dini terutama siswa sekolah dasar, yaitu melalui pendidikan kesehatan.


(18)

2

Menurut Undang-undang Kesehatan No 23 tahun 1992 tujuan pendidikan nasional ialah:

“Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya.”

Pendidikan kesehatan diberikan sejak sekolah dasar diharapkan siswa mampu berperilaku sehat. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas disebutkan bahwa pendidikan kesehatan wajib diberikan di semua program kesehatan. Dalam usaha ini, guru memiliki peranan teramat penting karena gurulah yang menghadapi anak didik setiap harinya. Guru merupakan orang tua di sekolah yang dapat menolong anak didik untuk mencapai kesehatan mental dan kedewasaan sehingga menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dikemudian hari.

Wahit Iqbal Mubarak (2012:24) mengatakan bahwa “pendidikan kesehatan ialah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan, yang meliputi seluruh aspek pribadi (fisik, mental, dan sosial) agar dapat berubah dan berkembang secara harmonis.” Usaha dalam membentuk lingkungan sehat di sekolah tidak hanya dilaksanakan oleh guru atau siswa saja namun semua aparat sekolah harus menjalankan dan dilaksanakan secara bertahap. Kesehatan sekolah penting bagi peserta didik.


(19)

3

Anak bisa dikatakan sehat apabila ia dalam keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Selain itu anak diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya dengan menyediakan lingkungan yang baik pula. Anak-anak merupakan tunas bangsa yang masih di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik jasmaniah, rohaniah, maupun sosial. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian sedini mungkin sehingga dikemudian hari menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab, berguna bagi Bangsa dan Negara. Salah satu usaha untuk mewujudkannya adalah dengan mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diperlukan untuk memelihara, membina dan meningkatkan kesehatan anak di sekolah. Adanya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) menanamkan sikap, tingkah laku, dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat. UKS diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya (Ahmad Selvia, 2009:4).

Keberadaan UKS di sekolah sangat dibutuhkan dimulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sebagai tempat pertolongan pada para penderita sakit. Selain itu UKS sebagai wadah dalam mengontrol kesehatan siswa di sekolah. Mencermati tujuan UKS diatas, yakni meningkatkan mutu


(20)

4

pendidikan dan prestasi siswa melalui perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Perilaku hidup bersih dan sehat yang nantinya akan menjadi pilar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat membentuk watak yang sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional maka sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan pun mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut.

Keberadaan UKS di setiap jenjang pendidikan pastilah ada. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah keberadaan itu hanya dianggap ada saja tanpa tahu tujuan dan fungsi serta kegiatan dari UKS tersebut. Ambilah contoh di SMP dan SMA keberadaan UKS menjadi wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan melalui kegiatan PMR, go green, serta program kesehatan lainnya. Dan pada jenjang ini keberadaan UKS memang benar adanya dan sesuai dengan fungsinya. Peserta didik mampu untuk mengemban tugas dan tanggungjawab dalam mengontrol kesehatan teman mereka di kelas, serta tanggap darurat. Slain itu diusia SMP san SMA peserta didik sudah mampu untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungannya, sehingga guru tidak perlu mengontrol siswanya. Namun jika kita bandingkan dengan keadaan UKS di sekolah dasar, hal itu menjadi sulit untuk dilaksanakan.

Jika melihat usia kematangan peserta didik, memang pada jenjang SMP dan SMA sudah bisa menjalankan kegiatan seperti itu, berbeda jika anak-anak usia sekolah dasar dirasa masing sulit untuk mengemban tugas tersebut. Anak-anak sekolah dasar masih perlu bimbingan dan pengarahan


(21)

5

dari sekolah untuk menjaga kesehatan baik dirinya maupun lingkungannya. Selain itu, usia anak sekolah dasar merupakan usia bermain, sehingga pengawasan dari sekolah sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pelaksanaan program UKS disekolah dasar lebih difokuskan pada pengontrolan dan pembinaan dasar kesehatan siswa baik itu kesehatan pribadi maupun lingkungan sekolah.

Dalam menjalankan kegiatan UKS pihak sekolah memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, keberadaan UKS di sekolah dasar merupakan sarana pelengkap saja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis pada salah satu sekolah di Kota Yogyakarta, sekolah tersebut merupakan penggabungan 3 sekolah menjadi satu, sehingga sekolah tersebut terbilang cukup luas. Sarana dan prasarana UKS di sekolah tersebut lengkap berisi 4 kasur dengan ruang bersekat, timbangan berat dan tinggi badan, stetoskop, thermometer, dan lain sebagainya. Namun kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah ini tidak didukung oleh program kesehatan. Program kemitraan dengan instansi terkait tidak dilaksanakan, penyelenggaraan sikat gigi bersama jarang dilaksaakan. Yakni kegiatan siswa hanya difokuskan pada pembelajaran di kelas dan olahraga saja. Selain itu pengecekan kesehatan siswa hanya dilakukan pada siswa kelas 1 berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan pemeriksanaan kesehatan gigi. Keberadaan UKS disekolah ini digunakan untuk tempat istirahat siswa yang sakit. Jika siswa mengalami sakit dan perlu dirujuk, maka sekolah merujuk ke puskesmas terdekat. Oleh karena itu peran UKS di sekolah tersebut masih kurang.


(22)

6

Sekolah lain yang peneliti observasi ialah salah satu sekolah di Bantul. Sekolah ini memiliki ruang UKS sendiri, namun keberadaan ruang ini berubah fungi menjadi gudang. Jika ada siswa yang sakit maka siswa tersebut dibawa ke ruang guru untuk di periksa. Hal unik yang didapat dari sekolah ini ialah, keberadaan dokter kecil yang menjalankan tugas dengan baik. Hal ini terlihat dari kesigapan siswa ketika ada temannya yang sakit. Para dokter kecil tersebut bisa menangani seperti ketika siswa pusing kemudian diberi minum teh hangat dan di beri minyak kayu putih. Selain itu obat-obatan yang seharusnya ada di ruang UKS justru dibawa oleh para dokter kecil tersebut. Dokter kecil tersebut berasal dari siswa kelas V. namun jika ada siswa yang mengalami sakit seperti muntaber, pingsan, kecelakaan atau yang lainnya penanganan kesehatan dilakukan oleh guru. Namun peneliti tidak dapat melakukan penelitian di sekolah ini dikarenakan pada saat akan melakukan ijin untuk penelitian, kepala sekolah sedang melaksanakan umroh dan di sekolah tersebut banyak yang sedang melakukan penelitian. Oleh sebab itu peneliti mencari sekolah lain.

SD N 1 Pedes merupakan sekolah dengan kurikulum nasional dimana jika dilihat dari gedungnya sekolah ini tidaklah besar, justru tergolong sempit sehingga ketika upacara siswa harus berdesak-desakan. Meski sekolah ini tergolong kecil, namun dalam hal kebersihan dan ketetiban sekolah sungguh mengagumkan. Lingkungan sekolah tampak asri dan bersih. Pelaksanaan kebersihan seklah rutin dilakukan setiap hari Jumat oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan dalam menjaga kebersihan ini dapat dilihat ketika siswa sudah terbiasa mencuci tangan ketika akan dan telah selesai makan. Setiap


(23)

7

hari jumat ada Jumat Sehat. Guru dan siswa senam pagi bersama kemudian dilanjutkan dengan membersihkan sekolah. Selain itu setiap hari jumat dilakukan pengontrolan kebersihan dan kelayakan air oleh dokter kecil yang dipandu oleh guru olahraga. Siswa SD 1 Pedes menunjukkan bahwa mereka selalu menjaga kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang jarang sakit dalam waktu yang lama.

SD 1 Pedes merupakan sekolah yang terakreditasi A sehingga baik administrasi maupun kelayakan sudah sangat baik. Selain itu guru – guru dari SD 1 Pedes sudah mendapat gelar Sarjana. Oleh karena itu guru-guru SD 1 Pedes mampu memberikan pendidikan baik itu kesehatan.

Dari paparan di atas dan hasil observasi di SD, peneliti tertarik untuk membuat penelitian untuk melihat bagaimana pelaksanaan program UKS di SD 1 Pedes Bantul Yogyakarta. Oleh karena itu peneliti mengusulkan judul “Peran Guru dalam Menjaga Kesehatan Siswa melalui Program UKS di SD 1 Pedes Bantul Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan peran guru dalam menjaga siswa SD 1 Pedes, antara lain:

1. Sekolah dengan fasilitas lengkap, namun pemanfaatannya kurang maksimal.

2. Gedung UKS kurang terawat dan peralatan kesehatan yang tidak lengkap 3. Ruang UKS yang beralih fungsi menjadi Gudang


(24)

8

5. Pelaksanaan program UKS kurang maksimal terutama dalam pembinaan dokter kecil

6. Tidak adanya petugas kesehatan yang ditunjuk khusus oleh sekolah

C. Batasan Masalah

Identifikasi masalah diatas masih terlalu luas. Oleh karena itu penulis membatasi penelitian hanya pada masalah peran guru kelas dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimanakah peran guru kelas dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah di SD Negeri 1 Pedes Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui peran guru keals dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah di SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kesehatan siswa di sekolah dengan memberikan motivasi intrinsik dari dalam diri siswa itu sendiri dan lingkungan yang kondusif agar tercapai visi dan misi sekolah khususnya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.


(25)

9 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam meningkatkan peran guru dalam mengembangkan program UKS di Sekolah Dasar

b. Bagi guru

(1) Memberikan gambaran kepada guru akan pentingnya peran guru bagi kesehatan siswa di sekolah sehingga tercipta iklim pembelajaran yang kondusif.

(2) Dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam pembelajaran kesehatan di sekolah dasar.

(3) Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan yang dimiliki siswa dalam menjaga kesehatan dirinya.

c. Bagi siswa

Memberikan informasi dan pemahaman tentang kesehatan siswa agar siswa mampu dan mau menjaga kesehatannya baik itu di sekolah maupun di lingkungan lainnya.


(26)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Guru 1. Pengertian Guru

Guru menempati posisi yang terhormat di kalangan masyarakat. Figur seorang guru yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk meningkatkan derajat murid sehingga mengakibatkan guru dihormati. Masyarakat percaya bahwa guru mampu mendidik anak didik mereka menjadi orang yang berkepribadian mulia. Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan hendaklah dapat diteladani akhlak dan ilmunya baik itu di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu guru haruslah bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menjelaskan bahwa guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembalajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari pengertian ini, makna guru selalu dikaitkan dengan pendidikan anak di sekolah, di lembaga pendidikan dan mereka yang harus menguasai bahan ajar yang terdapat dalam kurikulum. Secara umum, guru baik itu sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesi guru disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang sangat penting.


(27)

11

Hal ini didukung oleh Peraturan Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas. Berdasarkan uraian tersebut dalam pendidikan sekolah posisi guru memiliki peran utama, sehingga sebutan guru tidak hanya wali kelas saja namun juga kepala sekolah dan pengawas. Seseorang bisa dikatakan guru apabila ia menjabat sebagai guru kelas, guru bidang studi bahkan kepala sekolah dan pengawas juga bisa dikatakan sebagai guru.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik secara individual maupun konvensional baik itu dalam lembaga formal maupun nonformal. Oleh karena itu, siapapun bisa menjadi guru selama ia mampu untuk bertanggung jawab dalam membimbing peserta didik baik itu di lingkungan formal maupun nonformal. Ia bisa dikatakan sebagai guru apabila ia mampu memberikan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain dan mampu mengamalkan apa saja yang ia pelajari.

2. Peran dan Fungsi Guru

Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun kemampuan mendidik harus lebih


(28)

12

dominan dibandingkan dengan kemampuan lainnya, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal dengan EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dinamisator,

evaluator, dan fasilitator). (Meity H. Idris, 2014:42)

Educator merupakan peran yang utama dan terutama. Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik. Sebagai educator guru berperan sebagai pembentuk kepribadian yang baik pada peserta didik, serta mengarahkan peserta didik menjadi siswa yang baiks sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makur. Sebagai manager, pendidik memiliki peran utama untuk menegakkan ketentuan dan tata tertib yang telah disepakati bersama sekolah, memberikan arahan atau rambu-rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh warga sekolah. Pendidik juga harus mematuhi peraturan yang telah dibuat tersebut, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

Sebagai administrator, guru memiliki peranan untuk melaksanakan administrasi sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku rapot, administrasi kurikulum, administrasi penilaian dan sebagainya. Bahkan secara administratif para guru juga sebaiknya memiliki rencana mengajar, program semester dan program tahunan, dan yang paling penting adalah menyampaikan rapot atau laporan pendidikan kepada orang tua dan masyarakat. Peran guru sebagai supervisor, terkait dengan pemberian


(29)

13

bimbingan dan pengawasan peserta didik, memahami permasalahan yang dihadapi peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pesecahan masalahnya. Selain itu sebagai supervisor pendidik juga memberikan bimbingan teknis dalam memberikan pengarahan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan sebagai manager. Karena manager bersifat kaku dengan ketentuan yang ada. Dari aspek penegakan disiplin misalnya, guru lebih menekankan disiplin mati. Sementara itu, sebagai leader guru lebih memberikan kebebasan secara bertanggungjawab kepada peserta didik. Dengan demikian, disiplin yang telah ditegakkan oleh guru dari peran sebagai leader ini adalah disiplin hidup. Sebagai leader guru mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan perundang-ungdangan yang berlaku.

Peran guru sebagai innovator, seorang guru harus memiliki kemampuan belajar yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya semangat belajar yang tinggi, mustahil bagi guru untuk dapat melaksanakan inovasi-inovasi yang bersifat peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Adapun peran sebagai motivator terkait dengan perannya sebagai educator dan supervisor. Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), yang utamanya berasal dari guru sendiri.


(30)

14

Dalam hal ini maka peran guru dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.Peran Guru EMASLIMDEF

Akronim Peran Fungsi

E Educator a. Mengembangkan kepribadian

b. Membimbing

c. Membina budi pekerti

d. Memberikan pengarahan

M Manager a. Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

A Administrator a. Membuat daftar presensi

b. Membuat daftar penilaian

c. Melaksanakan teknis administrasi sekolah

S Supervisor a. Memantau

b. Menilai

c. Memberikan bimbingan teknis

L Leader a. Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan perundang-undangan yang berlaku

I Inovator a. Melakukan kegiatan kreatif

b. Menemukan strategi, metode, cara-cara, atau

konsep-konsep yang baru dalam pengajaran M Motivator a. Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat

belajar lebih giat

b. Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan

kemampuan dan perbedaan individual peserta didik D Dinamisator a. Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif

E Evaluator a. Menyusun instrument penilaian

b. Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan

jenis penilaian

c. Menilai pekerjaan siswa

F Fasilitator a. Memberikan bantuan teknis, arahan, atau petunjuk kepada peserta didik

Dari uraian di atas, maka peran guru di sekolah teramat besar. Peran guru di sekolah sangat penting sehingga guru hendaklah mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya. Sebagai orang yang yang mengelola proses belajar mengajar pendidik hendaknya memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan


(31)

15

dan pengelolaan pengajaran yang efektif dan penilaian hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi kepada peserta didik ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar.

B. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1. Pengertian UKS

UKS merupakan perpaduan dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, sehingga diharapkan UKS dapan dijadiakan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK hingga SMA.

Departemen Pendidikan Nasional (2012:3) mendefinisikan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA. Sekolah menjadi lembaga penting dalam meingkatkan kesehatan siswa di sekolah. Usaha ini dijalankan mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, sekarang pelaksanaannya diutamakan di sekolah-sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena SD merupakan komunitas (kelompok) yang sangat besar, rentan terhadap berbagai penyakit, dan merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya. Meskipun demikian bukan berarti mengabaikan pelaksanaan selanjutnya di sekolah-sekolah lanjutan.

Drajat Martianto (2005:1) mendefinisikan UKS adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan (upaya pertolongan pertama pada


(32)

16

kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama sekolah (pemberian imunisasi), memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah yang sasarannya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal, yang dilakukan sedini mungkin untuk kelangsungan hidupnya sehingga menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Tujuan UKS

Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negri Republik Indonesia , Nomor 1/U/SKB/2003; Nomor 1067/MENKES/VII/2000; Nomor MA/230 A/2003; Nomor 26 Tahun 2003) menyatakan bahwa tujuan Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajar kesehatan peserta didik maupun warga belajar dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan pedoman pembentukan UKS (Depdikbud 2012:1) disebutkan bahwa tujuan khusus pembentukan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:


(33)

17

a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat

b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan, dan c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,

penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yangberkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan UKS yaitu tercapainya pembinaan yang terpadu dan intensif agar penyelenggaraan UKS dapat berhasil guna dan berdaya guna sehingga tujuan UKS dapat tercapai secara maksimal.

3. Tugas Pokok dan Fungsi UKS

Tugas pokok UKS merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu. Namun UKS memiliki tiga kegiatan utama, yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, memberikan penyuluhan kepada anak didik tentang pentingnya makanan bergizi seimbang untuk hidup sehat dan memberikan banatuan Puskesmas dalam pelayanan kesehatan dasar bagi anak (Drajat Martianto 2005:3)

Drajat Martianto (2005:5) mengungkapakan bahwa peran UKS tidak hanya sebagai pemantauan pertumbuhan dan status gizi saja, namun juga memiliki peranan lainnya yakni:

a. Pusat pelatihan keterampilan P3K dan pencetak dokter kecil, perawat kecil

b. Media atau tempat pendidikan dan komunikasi gizi anak didik sehingga sadar gizi dan untuk meningkatkan kesadaran perilaku hidup sehat


(34)

18

c. Mitra kantin sekolah dalam menyelenggarakan makanan jajanan yang bergizi, dan aman dikonsumsi bagi anak didik

d. Mitra Puskesmas dalam pelaksanaan Bulan Imunisasi Nasional (BIAs), pemberian obat cacing, maupun program kesehatan lainnya bagi anak didik khususnya yang tinggal di pedesaan

e. Mitra orang tua dalam kegiatan pendidikan gizi yang bersifar non-kurikuler, dalam bentuk konseling gizi anak didik.

4. Program UKS

Program-program yang dijalankan dalam UKS ada 3 progam pokok berdasarkan Program Pelaksanaan UKS di Sekolah Dasar Departemen Pendidikan dan Kesehatan (2012:4). Program pokok ini dinamakan Trias UKS. Program ini meliputi:

a. Pendidikan Kesehatan

Undang-undang Kesehatan No 23 Tahun 1992 menyebutkan kesehatan ialah sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonmis. Seseorang bisa diaktakan sehat apabila ia mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Ia mampu meningkatkan hajat hidupnya sehingga apabila seorang tersebut sehat maka ia mampu memberikan manfaat kepada orang lain.

Sedangkan Depdikbud (1997:249) menyebutkan bahwa sehat adalah pribadi seseorang seutuhnya secara fisik, sehat mental, dan sehat sosial, yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan pengertian


(35)

19

tersebut maka seseorang yang sehat mampu produktif baik itu produkti secara sosial maupun ekonomis.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian sehat ialah kondisi pribadi seseorang yang sejahtera baik fisik maupun mental yang memungkinkan untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Untuk membentuk manusia sehat seutuhnya maka perlu adanya pendidikan kesehatan. Aip Syarifudin (1997:249)

menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan ialah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek pribadi (fisik, mental, sosial) agar dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis.

Pendidikan kesehatan merupakan proses sepanjang hayat. Hal itu dapat terwujud melalui interaksi antara lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat. Ahmad Selvia (2009:13) mengatakan pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dana atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang.

Pendidikan kesehatan berupaya agar peserta didik menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan peserta didik. Sehigga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan ialah usaha sadar yang diberikan kepada peserta didik berupa bimbingan dan tutuntunan


(36)

20

tentang kesehatan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang.

Tujuan pendidikan menurut Aip Syarifuddin (1997: 249) ialah:

1. Meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat

2. Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental uang positif terhadap prinsip hidup sehat.

3. Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan

4. Meningkatkan keterampilan anak didik dalam melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.

Toho Cholik (1997:83) menambahkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan sebagai berikut:

1. Mengembangkan sikap dan perilaku yang menyumbang kepada kesjahteraan hidup pribadi dan masyarakat

2. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membuat keputusan tentang masalah kesehatan pribadi dan masyarakat, dan mendorong peserta didik untuk membuat keputusan.

3. Menyampaikan informasi yang cermat tentang kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan

4. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalalah kritis tentang kesehatan pribadi dan masyarakat yang mempengaruhi kualitas hidup individu dan masyarakat.

Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk membentuk manusia yang sehat secara jasmani maupun rohani. Peningkatan kesehatan pada peserta didik dapat dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan, penanaman, dan meningkatkan keterampilan peserta didik tentang kesehatan pribadi dan lingkungan sekitar.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran. Pelaksanaan


(37)

21

dilaksanakan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, dan peingkatan keterampilan dalam melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.

Materi yang diajarkan dalam pendidikan kesehatan di sekolah dasar menurut Ahmad Selvia (2009:16) adalah sebagai berikut:

1) Kebersihan dan kesehatan pribadi

Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi diharapkan peserta didik dapat meningkatkan derajat kesehatan menjadi lebih baik. Kebersihan dan kesehatan pribadi dapat dilakukan dengan melakukan pembiasaan hidup sehat. Pembiasaan terbentuk dalam waktu yang lama. Kebiasaan tersebut merupakan tindakan yang nyata yang berakar pada sikap.

Toho Cholik (1997:3) menyebutkan bahwa sikap terdiri atas tiga unsur yang saling berkaitan. Ketiga unsur tersebut meliputi pengetahuan, emosi, dan kecenderungan berbuat. Oleh karena itu, pembentukan sikap tidak hanya melalui penyampaian informasi atau pengetahuan saja namun juga melalui tindakan nyata. Dalam pembentukan sikap peserta didik, penyampaian yang diberikan haruslah jelas, padat dan tidak membingungkan. Sehingga peserta didik mudah dalam menjalankannya. Tidak hanya itu, pemberian tindakan nyata oleh guru sangat penting karena siswa dapat memahami maksud dari informasi yang diberikan.


(38)

22

Tujuan dari pendidikan kebersihan pribadi adalah untuk meningkatkan pengetahuan akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan baik pereorangan, keluarga maupun masyarakat secara sadar sehingga mampu berperilaku hidup bersih (Ahmad Selvia, 2009:15). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara membiasakan hidup bersih dan sehat dan upaya pencegahan penyakit baik itu penyakit menular maupun tidak menular. Selain itu menurut (Aip Syarifuddin 1997: 249) menyatakan bahwa manusia hendaklah selalu menjaga kebersihan dirinya agar tetap segar dan sehat dengan cara menjaga kebersihan kulit, rambut, kuku, mata, rongga mulut dan gigi, telinga, hidung, tangan dan kaki. Serta harus menjaga kebersihan pakaian.

Aip Syarifuddin (1997:251) menyatakan bahwa pakaian yang memenuhi syarat kesehatan antara lain:

a) Tidak merusak kulit

b) Tidak terlalu sempit dan tidak terlalu longgar c) Mudah diuci dan dirapikan

d) Warna serasi dengan warna kulit

e) Pakaian yang habis dibakai sebaiknya dibersihkan f) Sepatu dan sandal rajin dibersihkan

g) Jangan menaruh pakaian bekas di dalam lemari

Pendidikan kesehatan di sekolah menitikberatkan pada upaya untuk memadukan pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan tindakan nyata. Jadi pembentukan pola kebiasaan hidup sehat akan dapat dicapai melalui ptaktik nyata yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Selain itu pembinaan dan bimbingan dari guru sangat diperlukan untuk mengarahkan dan mengawasi peserta didik dalam menjalankan kebiasaan hidup sehat.


(39)

23 2) Makanan yang bergizi

Masa anak-anak adalah masa pertumbuan dan perkembangan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak adalah makanan yang bergizi seimbang, yaitu makanan yang banyak mengandung zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein, mineral dan air), dan zat pengatur (vitamin, mineral, dan air).

Penanaman kebiasaan hidup bersih dan sehat yang dititikberatkan pada kebersihan pribadi dan lingkngan hendaklah diberikan pada peserta didik sejak dini. Adapun cara melaksanakan pendidikan kesehatan dapat melalui penyajian/ceramah dan penanaman kebiasaan. Penyajian materi melalui ceramah dapat menggunakan metode diskusi, demonstrais, permainan, penugasan guru dengan mengikutsertakan peran aktif peserta didik. Sedangkan penanaman kebiasaan dulaukan dengan cara penugasan untuk melakukan cara hidup sehari-hari dan diadakan pemeriksaan serta pengamatan secara terus-menerus dan berkelanjutan oleh guru, kepada sekolah dan petugas kesehatan.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan ialah adanya keteladana dan dorongan dari tenaga kependidikan (kepala sekolah, guru, dan pegawai sekolah) baik itu disekolah, dirumah, maupun di lingkunan masyarakat. Selain itu, hubungan antara guru dan orang tua peserta didik terjalin dengan baik sehingga apa yang diajarkan disekolah mampu dierapkan dirumah.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi siswa salah satunya dengan diadakannya ekstrakurikuler di


(40)

24

sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegaitan diluar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperluas pengetahuan dan keterampiilan siswa, serta melengkapi upaya pembinaan manusia di Indonesia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan antara lain berupa dokter kecil, Palang Merah Remaja, dan Pramuka. Sedangkan kegiatan pembinaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan kerja bati, lomba kebersiham, piket sekolah, dan lain sebagainya.

b. Pelayanan Kesehatan

Panduan Pelaksanaan UKS di SD (2012:14) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan di sekolah pada dasarnya dilaksanakan dengan kegiatan komprehensif, yaitu peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), yang dilakukan secara terpadu dan berkala kepada warga sekolah. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dibawah koordinasi guru dan Pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.

Tujuan diadakannya pelayanan kesehatan secara umum adalah untuk meningkatkan erajat kesehatan peserta didik dan seluruh warga sekolah secara optimal. Sedangkan secara khusus tujuan pelayanan kesehatan menurut Ahmad Selvia (2009:31) ialah:

1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat

2) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat


(41)

25

3) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cendera/cacat agar dapat berfungsi optimal

4) Meningkatkan pembinaan kesehatan fisik, mental sosial, maupun lingkungan.

Berdasarkan Panduan Pelaksanaan UKS di Sekolah Dasar (2012:14) pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan melalui:

1) Kegiatan peningkatan (promotive)

Kegiatan peningkatan adalah kegiatan pemulihan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler, yaitu berupa kegiatan pelatihan keterampilan teknis dan pembentukan peran aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan antara lain kegiatan dokter kecil, kader kesehatan remaja, Palang Merah Remaja, dan Pramuka. Sedangkan kegiatan intrakurikuler dapat dilakukan dengan cara kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa ketajaman penglihatan. Pembinaan sarana keteladanan yang ada di sekolah antara lain pembinaan warung sekolah sehat dan lungkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor pembawa penyakit. 2) Kegiatan pencegahan (preventif)

Kegiatan pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

a) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun khusus untuk penyakit-penyakit tertentu misalnya demam berdarah, cacingan dan muntaber,


(42)

26

b) Pemberanasan sarang nyamuk,

c) Pengobatan sederhana oleh dokter kecil,

d) Kegiatan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa e) Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk

sekolah,

f) Mengikuti (memantau) pertumbuhan peserta didik,

g) Imunisasi peserta didik kelas I dan kelas IV di Sekolah Dasar, h) Usaha pencegahan penularan penyakit, dengan cara memberantas

sumber infeksi dan pengawasasn kebersihan lingkungan sekolah, i) Konseling kesehatan remaja di sekolah oleh guru dan Puskesmas. 3) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitative)

Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi normal kembali. Kegiatan tersebut dapat berupa pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah, serta rujukan medis ke Puskesmas untuk mengurangi derita sakit, aksus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa dan kasus penyakit khusus.

Ahmad Selvia (2009:36) menjelaskan cara melakukan pelayanan kesehatan di sekolah dasar adalah:

a) Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah perlu didelegasikan kepada guru, setelah guru dibimbing oleh petugas Puskesmas. Kegiatan ini berupa kegiatan peningkatan,


(43)

27

pencegahan, dan dilakukan pengobatan sederhana pada waktu terjadi kecelakaan atau penyakit, sehingga selain menjadi kegiatan pelayanan, juga menjadi kegiatan pendidikan

b) Sebagain kegiatan pelayanan juga dilaksanakan oleh petugas Puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan secara terpadu. Pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah bagi peserta didik yang dirujuk dari sekolah. Oleh karena itu perlu adanya kesepakatan antara sekolah dan Puskesmad. Sekolah sebaiknya mengupayakan dana UKS untuk pembiayaan yang diperlukan sehingga masalah pembiayaan tidak menjadi penghambat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu sebaiknya peserta didik memiliki buku atau kartu rujukan dan minimal melakukan pelayanan kesehatan yang dapat dilalkukan sesuai strata inimal yang ada di sekolah dasar.

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan di Sekolah Dasar pada dasarnya mengacu pada standar pelayanan kesehatan. Adapun pelayanan kesehatan di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

a) Penyuluhan Kesehatan

Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan mata rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa dan guru yang ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat, maupun lingkungan


(44)

28

fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran. Contoh kegiatan ini antara lain pemberantasan sarang nyamuk, pemberantasan cacingan, serta pencegahan terhadap penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)

b) Imunisasi

Setiap tahun dikenal dengan adanya Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang diselenggarakan setiap tahun sekali yaitu pada bulan November. Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit Difteri dan Tetanus melalui imunisasi Difteri Tetanus Tozoid (DT) dan Tetanus Toxoid (TT).

c) Dokter Kecil

Dokter kecil adalah peserta didik yang ikut dalam melaksanakan kegiatan usaha pelayanan keehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehaan yang diselenggarakan di sekolah. Peserta didik yang dapat menjadi Dokter Kecil ialah siswa yang menduduki kelas IV dan atau kelas V, berprestasi dikelas, berwatak pemimpin, bertanggungjawab, bersih, berperilaku sehat, serta telah mendapatkan pelatihan dari petugas Puskesmas/ Tim Pembina UKS.

Kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Kecil adalah: (1) Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi (2) Mengenali penyakit secara awal


(45)

29

(3) Melakukan pengobatan sederhana (4) Menimbang dan mengukur tinggi badan (5) Memeriksa ketajaman penglihatan (6) Memeriksa kebersihan gigi. d) P3K dan P3P

Kegiatan yang dilakukan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) dan P3P (Pertolongan Pertama pada Penyakit) adalah melakukan pengobatan sederhana dan pertolongan pertama pada penyakit dan kecelakaan di sekolah, khususnya pada penanganan diare.

e) Penjaringan Kesehatan

Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I yang baru masuk. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi anak, kesehatan indera penglihatan, dan penfengaran yang merupakan factor penting bagi anak dalam proses pembelajaran. f) Pemeriksaan Berkala

Pemeriksanaan berkala dilakukan oleh petugas kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil kepada seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan, guna memantau, memelihara, serta meningkatkan status kesehatan. Kegiatan ini berupa penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemerikssanaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS dibantu dokter kecil, serta pemeriksaan oleh petugas kesehatan.


(46)

30

g) Pengawasan Warung Sekolah

Warung sekolah merupakan tempat anak menjajakan jajanan selain di luar sekolah. Warung sekolah memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada peserta didik mengenai makanan sehat yang laya untuk dikonsumsi. Warung sekolah dapat menyediakan makanan pagi maupun siang sebagai pengganti makan di rumah serta cemilan dan minuman yang sehat, aman, dan bergizi. Pembinaan warung sekolah dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru maupun dokter kecil.

h) UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

UKGS adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan (petugas Puskesmas) dan terdiri dari 3 macam pelayanan. Yaitu:

a) Tahab I berupa pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mengadakan kegiatan menggosok gigi masal untuk kelas I, II, dan II, dibimbing oleh guru, dengan memakai pasta gigi yang mengandung flourade, minimal 1 kali dalam 1 bulan

b) Tahab II beruka penambahan tahab I yaitu penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I, diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

c) Tahab III berupa UKGS tahab II ditambah dengan pelayanan medis dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk setiap kelas.


(47)

31

c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan UKS untuk Sekolah Dasar (2012:19), program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup:

1) Program Pembinaan Lingkungan Sekolah a) Lingkungan fisik sekolah

a) Pemeliharaan tempat penampungan air bersih

b) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah c) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah

d) Pemeliharaan WC dan kamar mandi

e) Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, perpustakaan, dan tempat ibadah

f) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman, dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah)

g) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah b) Lingkungan mental dan sosial

Program pembinaan dilakukan dalam bentuk kegiatan konseling kesehatan, bakti sosial masyarakat sekolah di lingkungan dan sekitarnya, perkemahan, penjelajahan/ darmawisata, teater, music, olahraga, kepramukaan, PMR, Dokter Kecil, dan Kader Kesehatan Remaja, karnaval, bazar, lomba.


(48)

32

C. Kerangka Pikir

Guru adalah orang yang memiliki pengatuh besar dalam dunia pendidikan. Selain itu guru bisa dikatakan sebagai orang tua kedua di sekolah. Guru merupakan tonggak pendidikan yang harus menjalankan peran dan tanggung jawabnya sehingga pendidikan di Indonesia semakin maju dan menjadi lebih baik. Peran guru dalam pendidikan di sekolah sangat besar, tidak hanya dalam kegiatan di dalam kelas saja namun juga di luar kelas. Terdapat 9 peran guru di sekolah yaitu pendidik, pengajar, fasilitator, pembimbing, pelayan, perancang, pengelola, inovator, dan penilai. Kesembilan peran guru tersebut hendaklah dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi.

Keberadaan UKS di sekolah dasar akan terlihat apabila guru memiliki peranan aktif dalam mengembangkan program UKS. Terdapat 3 program UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah sehat. Peran guru dalam menjaga kesehatan siswa dapat dilakukan melalui 3 program UKS. Meskipun guru olahraga memiliki peran besar dalam membina UKS, namun guru kelas juga memiliki peran dalam menjaga kesehatan siswa di dalam kelas.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menggali peranan guru dalam menjaga kesehatan siswa melalui program UKS di sekolah dasar. Dengan adanya penelitian ini maka akan diketahui sejauh mana peran guru dalam kegiatan UKS di SD 1 Pedes Yogyakarta


(49)

33

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran guru kelas dalam kegiatan pendidikan kesehatan UKS di sekolah dasar?

2. Bagaimana peran guru kelas dalam kegiatan pelayanan kesehatan UKS di sekolah dasar?

3. Bagaimana peran guru kelas dalam kegiatan menjaga lingkungan di sekolah dasar?


(50)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Dasar pendekatan yang peneliti pergunakan ialah pendapat ddari Sugiyono (2010:15) mendeskripsikan metode kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang melandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.

Berdasarkan pendapat tersebut menjelaskan bahwa metode kualitatif itu penelitiannya dilakukan kepada objek yang alamiah. Objek alamiah dalam hal ini berarti objek tidak mendapat perlakukan apapun atau peeliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek yang diteliti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan utama dilakukannya penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan tentang peran guru dalam meningkatkan kesehatan siswa melalui kegiatan UKS di SD 1 Pedes Sedayu Bantul.


(51)

35

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini mengambil lokasi di SD 1 Pedes Sedayu Bantul dengan pertimbangan memilih lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan antara lain sekolah ini memiliki program-program UKS untuk meningkatkan kesehatan anak. Program UKS yang ada adalah pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

2. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 23 Mei sampai 25 Juni 2016

C. Sumber Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian, sumber informasi dalam penelitian ini terdiri key informan dan informan. Dalam penelitian ini, ditentukan guru kelas sebagai key informan dan kepala sekolah, guru olahraga dan siswa sebagai informan. Penentuan sumber informasi dilakukan dengan purposive, yaitu berdasarkan tujuan penelitian, dan snowball sample, artinya informan yang telah diwawancarai diminta untuk menunjukkan informasi berikutnya.

D. Teknik Pengumpula Data

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah untuk mendapatkan data yang mendalam dan bermakna. Maksud bermakna disini adalah data yang nyata/sebenarnya. Data yang diperoleh berupa peran guru dalam menjaga kesehaan siswa melalui program UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010:62) terdapat beberapa macam,


(52)

36

berdasarkan cara pengumpulannya pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara, kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan/trianggulasi.

1. Observasi

Sugiyono (2010:64) memaparkan terdapat 3 teknik dalam observasi yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tidak terstruktur. Dalam penelitian tentang peran guru kelas dalam melaksanakan kegiatan UKS di sekolah dasar ini, peneliti lebih memilih pada observasi partisipasi pasif, yakni peneliti datang ketempat penelitian, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah agar peneliti dapat melihat secara langsung kondisi sekolah, memperhatikan perilaku informan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan peran guru dalam kegiatan UKS di sekolah dasar.

Tahapan observasi berdasarkan Spradley dalam Sugiono (2010:315) ialah observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi deskriptif dimulai pada tanggal 20 Mei 2016. Dalam melakukan observasi deskriptif, peneliti melakukan observasi secara menyeluruh, melakukan deskripssi terhadap semua yang dilihat, disengar dan dirasakan. Kemudian peneliti menghasilkan kesimpulan sementara sehingga peneliti dapat menentukan fokus penelitian. Pada tahapan ini peneliti mengobservai bagaimana kegiatan UKS dilaksanakan di sekolah. Tahab selanjutnya adalah observasi terfokus dimana peneliti fokus melakukan observasi pada


(53)

37

peranan guru kelas dalam menjalankan kegiatan UKS di SD N 1 Pedes. Setelah mmelakukan observasi terfokus, selanjutnya peneliti melakukan observasi terseleksi yakni mencari hubungan antar kategori dengan kategori lainnya.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih mendalam dan untuk mendukung data hasil dari observasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010:73) terdapat beberapa macam, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Peneliti dalam melakukan wawancara menggunakan wawancara semiterstruktur karena wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.

Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara, dimaksudkan untuk mendapatkan informaasi mengenai peranan guru kelas dalam kegiatan UKS di sekolah. Wawancara pendahuluan dalam pra observasi dilaksanakan sebanyak satu kali pada tanggal 3 Mei 2016 dengan kepala sekolah. Kegiatan ini berguna untuk mencari fokus masalah dari kondiri UKS di SD N 1 Pedes. Pada saat wawancara dilakukan sebanyak 5 kali dengan informan guru kelas 1 sampai kelas 5. Satu kali kepada kepala sekolah, 2 kali kepadda guru olahraga, satu kali kepada pengurus kantin, dan 4 kali kepada siswa. Teknik dalam


(54)

38

penyampaian pertanyaan berdarakan teknik snowball dimana pertanyaan akan berkembang namun tetap di dalam konteks pedoman pertanyaan. 3. Dokumentasi

Cara pengumpulan data melalui penginggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, hukum dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik documenter atau studi dokumenter (Nurul Zuriah, 2009:191). Selain itu Sugiyono (2002:82) menambahkan bahwa dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Beberapa dokumen yang digunakan berupa:

a. Dokumen tentang kondisi fisik SD N Pedes Yogyakarta

b. Dokumen kegiatan guru dan siswa dalam menjalankan kegiatan UKS di sekolah dasar

E. Instrumen Penelitian

Untuk memudahkan penyusunan instrument, maka peneliti perlu membuat kisi-kisi instrument. Afrizal (2015:134) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai alat-alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi (terdapat di lampiran halaman 131-138). Kisi-kisi instrument penelitian mengenai pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Adapun instrumen yang berada di luar peneliti untuk mengambil data penelitian adalah sebagai berikut:


(55)

39 1. Pedoman Observasi

Pedoman obervasi digunakan untuk memperoleh data dari siswa dan guru melalui pengamatan langsung terhadap siswa di dalam maupun di luar kelas yang berkaitan dengan peran guru kelas dalam kegiatan UKS di sekolah seperti pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat pedoman observasi agar hasil pengamatan terfokus pada peran guru dalam program UKS di sekolah.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisikan tulisan singkat daftar informasi yang akan dikumpulkan. Pedoman yang dibuat terfokus pada peran guru dalam kegiatan UKS di sekolah. Pedoman wawancara dibuat untuk kepala sekolah, guru kelas, guru olahraga, siswa, dan pengurus kantin sekolah. Alat bantu yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah tape recorder dan kamera (lampiran).

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pedoman untuk menggali informasi terkait peran guru dalam menjaga kesehatan siswa melalui kegiatan UKS di sekolah dasar.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dan pendukung dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.


(56)

40

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2014:248) mendefinisikan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi stuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Data-data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini dianalis berdasarkan model analisis yang dikembangkan oleh Miles&Huberman dalam Sugiyono (2002:91). Ada 3 komponen yang dilakukan dengan model ini, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Ketiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data Sumber: Sugiono (2014:338)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam melakukan pengambilan data, semakin lama peneliti melakukan pengambilan data, maka semakin kompleks pula masalah


(57)

41

yang ditemui. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Sugiono (2014:338) mengartikan reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola, dan membuang yang tidak perlu.

Dengan melakukan reduksi data maka data yang tersaji akan lebih jelas sehingga peneliti akan lebih mudah dalam pengambilan data selanjutnya. Setiap melakukan reduksi data, peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam kegiatan UKS.

2. Penyajian Data (Display Data)

Penelitian kualitatif menyajikan data dalam bentuk uraian, bagan, dan hubungan antar kategori. Sugiyono (2014:341) juga menyebutkan bahwa melalui penyajian data, data diorganisasikan, disusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk difahami dan merencanakan kerja selanjutnya Penelitian ini menyajikan data mengenai peran guru dalam kegiatan UKS di sekolah dasar.

3. Penarikan Kesimpulan (Drawing/verifying)

Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Sugiono (2014:345) menerangkan bahwa kesimpulan dalam penelitian ini kualitatif menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan. Data – data yang telah terkumpul tersebut kemudian ditarik kesimpulan sehingga data temuan yang tadinya masih mengambang kemudian menjadi lebih jelas.


(58)

42

G. Keabsahan Data

Data atau informasi yang diperoleh dari partisipan perlu dicek kebenarannya untuk menjamin keabsahan data melalui trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Trianggulasi dimaksudkan untuk melengkapi dan menyempurnakan data yang diperoleh dari sumber pertama, karena adanya kekurangan atau ketidaklengkapan informan atau gambaran yang utuh tentang fenomena yang ada. Selain itu diperoleh perbedaan pandangan antara satu informan dengan informan yang lain, sehingga diperlukan cross check dan memerlukan perenungan yang mendalam.

1. Trianggulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dengan mengecek kembali sumber-sumber yang telah diperoleh. Perolehan data tidak dapat dipercaya begitu saja pada sebuah sumber (Nusa Putera, 2012: 190). Data dikumpulkan melalui berbagai sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut (Sugiyono, 2014: 127). Salah satu contoh triangulasi sumber yaitu hasil wawancara dari kepala sekolah dicocokkan dengan hasil wawancara dari guru dan siswa.

2. Trianggulasi Teknik

Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara megecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang digunakan berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dolumentasi, atau kuisioner. Bila dengan tiga


(59)

43

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lian, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semua benar hanya berbeda sudut pandang.


(60)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 1 Pedes pada bulan Mei hingga Juni. Secara geografis sekolah ini terletak di Jalan Wates Km 10, Dusun Pedes, Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi sekolah ini setrategis karena terletak di pinggir jalan raya tepat di perempatan jalan berseberangan dengan Polsek Sedayu sebelah barat lampu merah Pedes. Ciri khas yang tampak dari sekolah ini ialah adanya dinding yang di lukis menambah keindahan sekolah ini. Meskipun berada di perampatan jalan, namun ramainya jalan tidak mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar. SD Negeri 1 Pedes berstatus sekolah terakreditasi “A”.

Jumlah siswa secara keseluruhan pada tahun ajaran 2015/2016 ada 198 siswa. Jumlah kelas di sekolah ini ada 8 kelas terdiri dari kelas I sampai dengan kelas VI dengan 1 dan kelas VI paralel A dan B. sarana dan prasarana yang dimiliki antara lain: 8 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 mushola, 1 gudang, 1 UKS, 1 dapur, 1 kantin, 1 tempat parker, 3 kamar mandi siswa, 1 kamar Mandi guru, 1 aula, dan 1 ruang alat peraga.

Gedung sekolah terletak tepat di sebelah jalan raya, dengan pintu gerbang masuk harus melewati jalan desa. Ruang kelas yang ada di sekolah


(61)

45

ini mengelilingi sebuah lapangan yang digunakan untuk kegiatan luar kelas dan upacara bendera. Untuk ukuran lapangan sekolah ini terbilang berukuran kecil karena ketika upacara bendera tidak mampu menampung seluruh siswa, sehingga ketika upacara sebagian siswa berdiri di teras kelas. Gedung sekolah masih bagus dengan kondisi dinding bersih tanpa coretan kecuali bagian luar ruang aula terdapat lukisan sebagai ciri khas SD 1 Pedes. Lantai setiap kelas sudah di keramik.

2. Visi dan Misi sekolah Visi

“Visi sekolah SD 1 Pedes adalah unggul dalam prestasi, manusia cerdas, berwawasan IPTEK, berbudaya, beriman, dan bertaqwa, mandiri dan berakhlak mulia.”

Indikator:

a. Berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik. b. Menjadi manusia yang cerdas

c. Berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbudaya d. Menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa, mandiri dan berakhlak

mulia

Misi:

a. Memotivasi siswa untuk berprestasi akademik dan non akademik b. Meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan

c. Mengembangkan potensi siswa di bidang IPTEK

d. Mengembangkan jiwa seni, budaya, dan kesetiakawanan. e. Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama


(62)

46

f. Meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian warga sekolah g. Menanamkan perilaku dan sikap mengamalkan Pancasila dan

Karakter Bangsa

3. Potensi Guru dan Karyawan

Berdasarkan data dokumentasi SD N 1 Pedes, tenaga pengajar/guru di SD N 1 Pedes berjumlah 15 orang, terdiri dari kepala sekolah, 8 guru kelas, 2 guru Penjasorkes, 2 guru agama Islam, 1 guru agama Kristen, dan 1 guru agama Katolik. Semua guru sudah berstatus PNS, hanya satu guru yang masih berstatus GTT/Guru Tidak Tetap.

4. Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, menyebutkan bahwa ekstrakurikuler yang ada di SD 1 Pedes dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa. Diantaranya ada kegiatan ekstrakurikuler pramuka, tari dan drum band untuk siswa kelas tinggi.

5. Fasilitas UKS

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di UKS SD 1 Pedes selama penelitian yaitu pada bulan Mei hingga Juni 2016 didapatkan hasil bahwa beberapa kelengkapan UKS sudah tersedia. Yaitu 1 tempat tidur dalam kondisi baik, seperangkat meja dan kursi dalam kondisi baik, 1 buah almari obar yang bersisi obat – obatan seperti betadine, minyak kayu putih, oralit, paracetamol, dan lainnya. Serta perban, plaster, kasa, kapas, alcohol, gunting dan pembalut. Obat-obatan tersebut masih layak untuk digunakan.


(63)

47

Struktur organisasi UKS belum terpasang dikarenakan papan struktur organisasi bertumpuk menjadi satu dan gedung masih dalam proses pembangunan, beberapa gambar makanan terpasang di tembok. Ada 1 buah timbangan dan alat pengukur tinggi badan. Satu buah dragbar diletakkan dibawah tempat tidur dalam kondisi baik. Pelaksanaan pemantauan UKS dilakukan secara rutin. Hal yang kurang dari ruangan ini ialah ketiadaan jendela dan kurangnya tempat tidur, serta tinggi tempat tidur dirasa siswa terlalu tinggi, sehingga siswa membutuhkan penyangga untuk menaikinya.

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, 5 guru dan 5 siswa SD N 1 Pedes. Kepala sekolah adalah Mjm yang menjadi sumber untuk memperole data mengenai program UKS, dan pelaksanaan UKS d sekolah. Selain itu peneliti juga mewawancarai 5 guru kelas sebagai sumber data mengenai pelaksanaan kegiatan UKS di kelas, dan 2 guru olahraga sebagai sumber utama pelaksanaan UKS baik di kelas maupun di luar kelas. Guru yang diwawancarai yaitu bapak kepala sekolah Mjm, 2 guru olahraga yaitu St dan Mj, 3 guru kelas Pn, As dan Lt.

Untuk memastikan dan mengkrosccek kebenaran data wawancara dari kepala sekolah dan guru serta menambah data penelitian, peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas tinggi maupun kelas rendah secara bertahab. Siswa yang diwawancarai peneliti adalah diantaranaya Dn siswa kelas I, Ad siswa kelas II, My siswa kelas IV, An siswa kelas V, dan Kh siswa kelas V.


(64)

48

Selain itu untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pembelajaran, serta kegiatan pengembangan diri dan budaya sekolah. Peneliti juga melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, dan profil SD N 1 Pedes untuk mengetahui peran guru dalam menjalankan kegiatan UKS di SD N 1 Pedes.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peran guru dalam menjaga kesehatan siswa melalui program UKS di SD N 1 Pedes. Peran guru dalam kegiatan UKS dapat dilihat melalui program UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pendidikan Kesehatan

Guru memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan kesehatan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler yaitu:

a. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan secara kurikuler

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah diapat hasil bahwa pendidikan kesehatan telah dilaksanakan secara kurikuler, yaitu ketika proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Pendidikan kesehatan diberikan oleh guru olahraga, dan tugas kepala sekolah ialah memantau pelaksanaannya. Pendidikan kesehatan dilakukan secara penuh ketika bulan puasa dimana proses belajar mengajar dilakukan di dalam kelas.


(65)

49

Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa pendidikan kesehatan diberikan oleh guru kelas. Pada hari Kamis dilakukan pemeriksaan kebersihan diri oleh guru. Guru memeriksa kuku, rambut, kebersihan tangan, serta kerapihan pakaian. Bagi siswa yang kedapatan tidak memotong kuku maka dinasehati oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Lt

Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi dua kali sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah dipotong.”

Guru juga memberikan contoh kepada siswa apabila setelah istirahat dan akan masuk kelas maka harus mencuci tangan. Tidak hanya itu guru memberikan contoh kepada siswa bahwa berpakaian itu lebih baik bersih dan rapi, tidak harus mahal.

Pn: “Ya dengan contoh langsung. Misalnya setelah selesai pelajaran kita harus mencuci tangan. Itu contoh yang ringan – ringan saja seperti bapak-ibu guru memakai pakaian yang bersih dan rapi itu juga sudah memberikan contoh menjaga kesehatan kepada anak-anak, seperti itu.”

As: “Kalo masalah memberikan kesehatan saya rasa semua bapak-ibu guru sudah memberikan contoh yang baik kepada siswanya. Misalnya saja dengan berpakaian yang bersih dan rapi selama di sekolah, tidak merokok di depan siswa bagi bapak guru, ya contoh nyata saja mbak. Kalau dikelas ya ngoyak-oyak siswa untuk membiasakan mencuci tangan sebelum masuk kelas, saya juga sering memberi contoh kalau mau masuk kelas harus mencuci tangan dulu. Kemudian ada pemeriksaan kebersihan anak. Itu nanti di cek kukunya seperti apa sudah dipotong apa belum, rambutnya bersih apa tidak, bajunya disetrika atau tidak, kemudian mandi apa tidak. Itu nanti akan menjadi kebiasaan untuk siswa. Jadi nanti kalau ada anak yang tidak memotong kuku ya tangannya langsung diumpetke, dia sudah malu sendiri.”


(66)

50

Lt: “Kalau pendidikan kesehatan itu pembelajaran dikelas jelas diberikan, tapi kalau hanya secara teoritik saja masih kurang bagi anak keals 1, sehingga mereka harus mempraktikkan langsung. Misalnya menggosok gigi, sikat gigi biasanya anak-anak diminta untuk membawa sikat dari rumah, nanti sekolah menyediakan tempat untuk kumur sama odol. Itu pelaksanaanya di depan kelas.”

Selain itu, guru olahraga juga menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan ketika pembelajaran olahraga. Jadi, tidak hanya berupa pengetahuan teoritik saja namun juga praktik. Misalnya ketika memberikan pentingnya berolahraga dan manfaatnya, guru tidak hanya memberikan secara teori, namun siswa juga mempraktikkan dan merasakan apa saja manfaat berolahraga. Tidak hanya itu guru Mj juga memaparkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara penuh ketika bulan puasa. Hal ini terjadi karena saat puasa siswa tidak melakukan praktik olahraga namun menjalani pembelajaran olahraga di dalam kelas.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa sudah bisa menjalankan olahraga secara mandiri ketika guru olahraga sedang ada dinas diluar sekolah, siswa dengan dibantu guru kelas melaksanakan olahraga. Olahraga yang dilakukan bagi siswa laki-laki bermain sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi seperti jumla pemain yang tidak seimbang, gawang yang digunakan hanya satu dan aturan lain. Sedangkan siswi perempuan bermain lempar tangkap bola di dalam aula sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru olahraga memberikan pengajaran kepada siswa agar mandiri, bertanggung jawab, dan kreatif.


(67)

51

Gambar 2: Guru kelas menggantikan guru olahraga

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiataan kurikuler.

b. Membuat rencana pembelajaran pendidikan kesehatan

Kepala sekolah menyatkaan bahwa guru harus membuat rencana pembelajaran apapun mata pelajarannya. Khusus untuk pendidikan kesehatan rencana pembelajaran dilakukan oleh guru olahraga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru St dan Mj yang mengatakan bahwa rencana pembelajaran harus dibuat agar ketika mengajar kelak tidak membingungkan. Selain itu guru kelas juga membuat rencana pembelajaran meskipun tidak dikhususkan pada pendidikan kesehatan namun pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran lain.


(68)

52

Gambar 3: Program pengajaran guru kelas 2

Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa semua guru di SD 1 Pedes membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan kesehatan di sekolah dasar dilaksanakan oleh guru olahraga.

c. Memiliki buku pegangan dan bacaan pendidikan kesehatan

Kepala sekolah memaparkan bahwa sekolah memeiliki buku pegangan untuk membantu guru dalam memberikan pengajaran. Buku referensi ada di Perpustakaan. Berdasarkan hasil pemaparan guru olahraga didapat hasil bahwa sekolah memiliki buku pegangan dan bacaan pendidikan kesehatan. Guru kelas juga menyatakan hal yang sama, bahwa guru kelas tidak lepas dari buku referensi. Berdasarkan hasil dokumentasi maka didapat hasil bahwa buku-buku referensi tersimpan di rak perpustakaan.


(69)

53

Gambar 4: Contoh buku kesehatan milik guru

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki buku pengangan dan buku bacaan pendidikan kesehatan disekolah dan tersimpan di perpustakaan.

d. Menerapkan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan tidak diajarkan secara khusus namun diintegrasikan dengan mata pelajaran lain. Untuk guru kelas 2 didapat hasil bahwa pendidikan kesehatan diintegrasikan dengan mata pelajaran IPA melalui cara menjaga kesehatan gigi, melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat bacaan kesehatan diri, dan lain sebagainya.

Pn: “Ya jelas, jelas sekali. Karena kan tidak ada mata pelajaran khusus ya. Mungkin dari guru olahraga, seperti pas puasa ini kan teori, itu bisa dimasukkan pelajaran yang berbau kesehatan. Untuk materi pendidikan kesehatan sendiri kan sebenarkanya kita memang mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sesuai. Misalnya dalam Bahasa Indonesia kan kita bisa memasukkan dalam bacaan, IPA itu nanti materi menjaga tubuh.”

As: “kalo kelas 2 jelas diintegrasikan dengan mata pelajaran speerti bahasa Indonesia itu kan ada bacaan tentang mencuci tangan. Kalo


(70)

54

tidak diintegrasikan ya nggak mungkin. Dari situ biar anak-anak paham sama kesehatan dirinya.”

Lt: “Iya, seperti menjaga kesehatan ya siapa yang biasa mandi duakali sehari, siapa yang biasa menggosok gigi sebelum tidur, siapa yang tadi pagi keramas, rambut, kuku. Kalau pemeriksaan kuku dan kebersihan lainnya itu hari Kamis itu kukunya harus sudah dipotong.”

Ketika observasi dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mendapatkan hasil bahwa baik kelas rendah maupun kelas tinggi siswa mendapatkan pendidikan kesehatan tidak hanya ketika pelajaran olahraga saja, melainkan dari mata pelajaran lainpun siswa juga mendapatkannya.

Gambar 5: siswa sedang melakukan percobaan akibat pencemaran air.

Peneliti melakukan penelitian di kelas 5 menunjukkan guru sedang mengajarkan pelajaran pencemaran. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru, namun fokus siswa lebbih kepada ikan yang dibawa oeh guru. Guru membawa alat peraga ikan di dalam toples untuk meneliti akibat pencemaran air. setelah guru memberikan penjelasan, siswa diminta untuk berkelompok dan mengamati kondisi ikan ketika airnya jernih. Kemudian air tersebut diberikan deterjen sedikit kemudian siswa diminta


(1)

223 Gambar 7. Tempat sampah di depan kelas

Gambar 8. Guru sedang mencuci tangan

Gambar 9. Seorang siswa sedang mencuci tangan

Gambar 10. Seorang guru sedang mengecek makanan di kantin sekolah

Gambar 11. Kondisi dalam masjid sekolah

Gambar 12. Siswa dan guru sedang senam bersama


(2)

224 Gambar 13. Guru membantu mencatat kesehatan siswa pada buku

Gambar 14. Siswa tampak bermain bola di lapangan

Gambar 15. Guru mengawasi jalannya olahraga serta memberikan arahan kepada siswa

Gambar 16. Siswi perempuan berolahraga secara mandiri.

Gambar 17. Salah satu dokter kecil melakukan pengecekan air

Gambar 18. Guru kelas sedang memberikan pelajaran kepada siswa


(3)

225 Gambar 19. Siswa bersalaman dengan guru olahraga saat berpaapasan

Gambar 20. Siswa makan jajanan kantin

Gambar 21. Seorang petugas kebersihan sekolah sedang menyapu

Gambar 22. Siswa sedang melaksankan piket

Gambar 23. Lukisan didinding di depan sekolah

Gambar 24. Lokasi sekolah berseberangan dengan polres dan berada di perempatan jalan.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERAN GURU DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA DI SD MUHAMMADIYAH 21 BALUWARTI Peran Guru Dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling di SD Muhammadiyah 21 Baluwarti.

0 3 14

PERAN GURU DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SISWA DI SD MUHAMMADIYAH 21 BALUWARTI Peran Guru Dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling di SD Muhammadiyah 21 Baluwarti.

0 3 14

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG SISWA KELAS II A SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL.

36 213 205

vii PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ANTARA YANG MELAKSANAKAN PROGRAM UKS DENGAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN PROGRAM UKS.

0 1 96

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 176

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK NEGERI 1 SEDAYU Jalan Pedes – Godean, Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul.

0 7 235

LAYANAN GURU PADA SISWA ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) DI KELAS V SD NEGERI 1 SEDAYU KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL.

0 0 330

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL DI SD 1 PEDES, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 1 75

BENTUK PENYAJIAN KESENIAN REOG DHODHOG DI DUSUN PEDES, KELURAHAN ARGOMULYO, KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL.

0 1 118

MENINGKATKAN KETERAMPILAN HITUNG PENJUMLAHAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN BUJUR SANGKAR AJAIB KELAS II SD 1 PEDES KECAMATAN SEDAYU KABUPATEN BANTUL.

2 13 136