IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO Ing Ngarsa Sung Tuladha

Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani (Ki Hadjar Dewantara)

Jika Anda ingin anak-anak berdiri dengan tegak, taruhlah beberapa tanggung jawab di atas pundak mereka. (Abigail Van Buren)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat dan ridhoNya karya ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta Agamaku, Nusa dan Bangsa


(7)

vii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh.

Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, siswa kelas III, serta kepala sekolah. Objek penelitian ini berupa implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman studi dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tanggung jawab yang diimplementasikan pada pembelajaran siswa kelas III di SD 1 Pedes yaitu: a) dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu b) fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan c) Meminta maaf apabila membuat kesalahan, d) berpikir sebelum bertindak. Hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab adalah kurang tegasnya sanksi yang diberikan pada siswa yang melanggar aturan. Metode pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariatif. Selain itu guru mengalami hambatan dalam mengondisikan kelas dan faktor keluarga siswa.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab Pada Siswa Kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran serta dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin

penelitian.

4. Ketua Jurusan PSD yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bambang Saptono, M.Si. dan Hidayati, M.Hum. dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.

6. Para dosen Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL . ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai 1. Pengertian Nilai ... 11

2. Tujuan Penanaman Nilai ... 12

3. Landasan Pendidikan Nilai ... 13

4. Lingkungan Pendidikan Nilai ... 14

B. Hakikat Tanggung Jawab 1. Pengertian Tanggung Jawab ... 16


(11)

xi

3. Macam-macam Tanggung Jawab... 19

4. Integrasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab pada Siswa ... 21

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25

D. Kerangka Pikir ... ... 29

E. Definisi Operasional ... 30

F. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 38

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 39

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa... 40


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 2. Hasil Observasi ... 94

Lampiran 3. Reduksi Data Hasil Observasi ... 110

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ... 119

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa ... 120

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 121

Lampiran 7. Transkrip Wawancara Guru... 122

Lampiran 8. Hasil Wawancara Siswa ... 127

Lampiran 9. Transkrip Wawancara Kepala Sekolah... 132

Lampiran 10. Reduksi Hasil Wawancara Guru... 135

Lampiran 11. Reduksi Hasil Wawancara Siswa ... 138

Lampiran 12. Reduksi Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 142

Lampiran 13. Pedoman dan Hasil Dokumentasi ... 144

Lampiran 14. Penyajian Data dan Kesimpulan ... 145

Lampiran 15. Silabus ... 151

Lampiran 16. Dokumentasi ... 157


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia tidak hanya mengutamakan pada penguasaan akademiknya saja. Akan tetapi juga memiliki tujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan yang memadai. Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik sebaiknya semua aspek yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat berpengaruh positif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun pada kenyataannya, meskipun sekolah selalu mengupayakan menyeimbangkan ketiga ranah tersebut, ranah kognitif terlihat lebih dominan kemudian disusul dengan ranah psikomotorik. Hal ini mengakibatkan peserta didik memiliki

kemampuan hard skill yang lebih menonjol daripada kemampuan soft skill,

karena ranah afektif yang sedikit terabaikan. Ranah afektif ini meliputi nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan pada diri setiap peserta didik.


(15)

2

Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Zainal dan Sujak (2011: 2) menyatakan karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter merupakan kepribadian yang menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak yang melekat pada diri seseorang. Karakter terdiri atas tiga unjuk perilaku terdiri atas pengetahuan moral, perasaan berlandaskan moral, dan perilaku berlandaskan moral. Karakter yang baik terdiri atas proses tahu di mana yang baik, keinginan melakukan yang baik, dan melakukan yang baik.

Saat ini pendidikan karakter merupakan topik yang hangat dibicarakan oleh kalangan pendidik. Realita yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah perilaku moral yang semakin hari semakin memudar. Misalnya saja tindak kekerasan yang meningkat di kalangan remaja yang sering terwujud dalam aksi tawuran, rasa hormat terhadap orang tua dan guru yang semakin rendah, kebohongan atau ketidakjujuran yang semakin membudaya, adanya rasa saling curiga, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, dan lain sebagainya. Pendidikan karakter diyakini menjadi aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah telah mensosialisasikan serta mencanangkan implementasi pendidikan karakter di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke jenjang perguruan


(16)

3

tinggi. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses yang memerlukan pembiasaan. Karakter tidak bisa terbentuk secara instan, namun harus dilatih dengan serius, proporsional, terus menerus dan berkesinambungan.

Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bahwa pendidikan nilai adalah membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya dalam kehidupan sehari-hari.Penanaman nilai-nilai karakter yang baik harus dilakukan sejak usia dini agar setelah anak dewasa perilaku yang baik itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik. Penanaman nilai karakter dimulai dari lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik untuk anak. Selanjutnya yaitu pembentukan karakter melalui sekolah. Menurut Thomas Lickona (2004: 269) pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, di mana sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter. Hal yang harus diperhatikan, sekolah bukan semata-mata mengenai mata pelajaran yang mengunggulkan nilai kognitifnya saja tetapi juga penanaman moral, nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara guru dan peserta didik. Guru di sini memiliki peran yang dominan. Guru berinteraksi langsung


(17)

4

dengan peserta didik sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku guru dan peserta didik. Hal ini dikarenakan sebagian besar orangtua mempercayakan putra-putri mereka kepada guru agar dididik sehingga menghasilkan anak yang pandai dalam bidang akademik dan memiliki attitude atau tingkah laku dan akhlak yang baik.

Salah satu nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu nilai tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ketika pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik dapat digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Setiap peserta didik harus memiliki rasa tanggungjawab pada diri masing-masing. Tanggungjawab peserta didik sebagai pelajar yaitu belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan oleh guru kepadanya, serta bersikap disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah. Artinya setiap peserta didik wajib melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali. Akan tetapi pada kenyataannya banyak peserta didik yang merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar.

Guru memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Salah satunya adalah nilai tanggung jawab. Guru merupakan model utama bagi peserta didik. Jadi apa saja yang dilakukan guru akan diikuti oleh peserta didik.


(18)

5

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala SD 1 Pedes pada tanggal 19 Januari 2015 diketahui bahwa sekolah ini sudah menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan sekolahnya. Kegiatan yang menanamkan nilai tanggung jawab di sekolah ini adalah kegiatan shalat berjamaah yang dilakukan setiap pelajaran terakhir selesai. Kegiatan ini dijadwalkan perkelas setiap harinya. Meskipun begitu masih banyak anak-anak yang tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.

Kegiatan shalat berjamaah ini selain diharapkan dapat meningkatkan nilai tanggung jawab juga dapat meningkatkan nilai religius dari peserta didik. Selain itu, peneliti juga menemukan permasalahan saat upacara bendera. Masih banyak anak yang kurang bertanggung jawab dalam mengikuti upacara bendera, seperti masih bercanda dengan temannya, tidak memperhatikan apa yang pembina upacara sampaikan. Selain itu masih terlihat beberapa peserta didik yang datang terlambat, tetapi guru tidak memberikan teguran agar anak tersebut jera dan tidak mengulanginya lagi.

Diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III pada tanggal 21 Januari 2015, bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya nilai tanggung jawab sangatlah penting. Pengimplementasian ini telah diupayakan ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah. Selain itu, guru juga berupaya mengintegrasikan nilai-nilai tanggung jawab ke dalam setiap mata pelajaran. Terlebih lagi untuk mata pelajaran


(19)

6

Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang erat kaitannya dengan nilai-nilai karakter.

Pelaksanaan pembelajaran nilai tanggung jawabpada siswa menurut pernyataan guru masih banyak mengalami kendala. Berdasarkanhasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, sekolah sudah menerapkan dan mengembangkan pembelajaran nilai tanggung jawab dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Guru menyatakan bahwa masih banyak peserta didik yang belum mengamalkan nilai tanggung jawab tersebut. Ketika peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III, banyak dari mereka yang kurang memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Pada kegiatan pembelajaran guru terkadang kesulitan mengintegrasikan nilai tanggung jawab ke dalam setiap pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih terfokus pada peningkatan ranah kognitif dan mengesampingkan afektifnya. Peserta didik juga kurang dapat dikondisikan.

Siswa kelas III ini masih terlihat belum dapat mengamalkan nilai-nilai karakter yang telah diajarkan secara tersirat. Banyak dari tingkah laku mereka baik di dalam maupun di luar kelas yang kurang sesuai dengan ajaran nilai-nilai karakter. Peneliti menjumpai ada beberapa anak yang ramai sendiri saat pelajaran berlangsung, tetapi saat ditegur anak itu seperti tidak menghiraukan gurunya. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari perhatian dan membuat gaduh. Hal ini tentu mengganggu kegiatan belajar mengajar.


(20)

7

Selain itu, ada juga anak yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Kelas III merupakan kelas yang paling sulit dikondisikan. Pernyataan ini juga diperkuat dengan guru-guru lain yang mengiyakan pernyataan tersebut.

Dengan banyaknya nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik, terkadang guru masih memiliki hambatan dalam memilih karakter mana yang tepat untuk ditanamkan pada setiap pembelajaran. Dalam menanamkan nilai-nilai karakter, utamanya nilai tanggung jawab harus dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses pembelajaran yang bermakna. Kualitas pendidikan tidak hanya bisa dinilai dari kemampuan kognitifnya tetapi juga kemampuan afektif para peserta didik dengan memiliki karakter positif khsusnya tanggung jawab yang kuat.

Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana para pengelola pendidikan khususnya guru dalam usaha mengimplementasikan pembelajarannilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah di SD 1 Pedes Sedayu Bantul sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang masih menekankan pada ranah kognitif.


(21)

8

3. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari perhatian dan membuat gaduh.

4. Ada peserta didik yang masih melanggar aturan sekolah.

5. Ada siswa yang masih belum bersungguh-sungguh dalam melaksanakan

kegiatan yang diprogramkan sekolah yaitu shalat berjamaah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apa hambatan yang dialami dalam implementasi pembelajaran nilai

tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015?


(22)

9

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada

siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran nilai

tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015 ini memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab yang telah dilaksanakan di lapangan serta sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai karakter.


(23)

10

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dan memaksimalkan kinerja guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran agar terbentuk peserta didik yang berkarakter dan bermoral baik.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan gambaran deskriptif pemahaman ilmu pengetahuan baru yang dapat menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon guru dalam implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa.

d. Bagi siswa

Penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai nilai tanggung jawab seorang siswa agar mereka bisa lebih bersikap tanggung jawab dalam hidup.


(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai

1. Pengertian Nilai

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005) merupakan pelaksanaan, atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004: 70) mengemukakan bahwa implementasi ialah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa implementasi merupakan suatu aktivitas, aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme dalam hal ini berarti implementasi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh yang mengacu pada norma tertentu untuk mencapai tujuan.

Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang

berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik dan berharga.

Dengan demikian secara sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik dan berguna bagi manusia. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu penghargaan terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying),


(25)

12

menarik (interesting), menguntungkan (profitable) dan menyenangkan (pleasant).

Rohmat Mulyono (2008: 23) mengartikan pendidikan nilai pengajaran ataupun bimbingan yang diberikan kepada siswa guna menyadari nilai kebenaran, kebaikan serta keindahan. Yang melalui proses pertimbangan nilai yang tepat serta pembiasaan bertindak yang konsisten. Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bakhwa pendidikan nilai adalah membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Zaim Elmubarok (2008: 23) menjelaskan secara singkat pendidikan nilai sebagai proses seseorang dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat dimana tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya.

Untuk mengembangkan pendidikan nilai diperlukan pengakuan dan penghargaan nilai kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengembangkan kecerdasaan pada diri siswa, namun juga harus dapat mengembangkan perilaku siswa serta memberikan pemahaman kepada siswa tentang nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran dan sebagainya. Penanaman nilai yang diberikan kepada siswa tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan.

2. Tujuan Penanaman Nilai

Memaknai tujuan dari pendidikan nilai, Masnur Muslich (2011: 108) menjelaskan bahwa diterimanya nilai sosial oleh siswa serta berubahnya nilai yang tidak sesuai dengan nilai sosial yang diharapkan,


(26)

13

maka untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru harus mengarahkan siswa agar dapat bertindak dengan baik dan benar. Lain dengan Rohmat Mulyana (2004: 119) bahwa penanaman nilai yang berfungsi untuk membantu siswa memahami serta menyadari nilai dan diharapkan mampu untuk bisa menempatkan secara integral dalam kehidupan. Sedangkan menurut komite APEID (Asia and the Pasific Progamme of Education Innovation for Delelopment), menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan penanaman nilai adalah untuk:

a) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak.

b) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang

diinginkan.

c) Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai

tertentu.

Dengan demikian tujuan dari pendidikan nilai adalah tindakan mendidik yang dimulai dan berlangsung dari adanya usaha untuk penyadaran nilai sampai dengan perwujudan perilaku yang bernilai (UNESCO, 1994 dalam Rohmat Mulyana (2004: 120)). Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan penanaman nilai, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penanaman nilai adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenali dan memahami nilai serta diharapkan untuk dapat menempatkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan.

3. Landasan pendidikan Nilai

Landasan pendidikan nilai menurut Rohmat Mulyana (2004: 124) mencakup empat landasan pendidikan nilai, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis dan landasan estetik. Dalam


(27)

14

landasan filosofis menjelaskan tentang akar dari pemikiran tentang hakikat manusia dilihat dari perspektif filsafat. Landasan sosiologis terdiri dari prinsip-prinsip pengembangan diri manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat. Landasan estetik sebagai pendidikan nilai adalah menjelaskan tentang kemampuan diri manusia dalam menangkap persepsi dalam nilai keindahan. Dan landasan psikologis yang menjelaskan tentang aspek-aspek psikis dari diri manusia sebagai seorang individu dimasyarakat.

4. Lingkungan Pendidikan Nilai

Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu tokoh pendidikan di Indonesia mengemukakan tiga lingkungan pendidikan yang umum di kenal atau di sebut sebagai tri-pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Rohmat Mulyana (2004: 141-145) dalam program pengembangan pendidikan yang tertera dan tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sering disebut sebagai lingkungan pendidikan formal, informal dan nonformal. Berikut ini adalah lingkungan tri-pusat pendidikan sebagai lingkungan pendidikan nilai.

a. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dikelola secara terstruktur yang meliputi dan melibatkan komponen pendidikan seperti manajemen, biaya, sarana dan prasarana, kurikulum, murid serta guru. Sekolah dibangun dengan tujuan sebagai tempat pendidikan formal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai siswa. Sekolah dipandang sebagai sebuah sistem sosial berupa


(28)

15

organisasi yang interaktif serta dinamis, sebab terdapat beberapa orang yang memiliki motif kepentingan yang sama akan tetapi kemampuan dari individu pada setiap komunitas memiliki potensi dan latar kehidupan yang berbeda-beda. Peran sekolah sebagai bagian dari pendidikan nilai memadukan ketentuan formal yang dikembangkan melalui beberapa aktivitas belajar yang berhubungan dengan pendidikan yang dibangun sukarela oleh para pendidik melalui contoh perilaku yang bernilai.

b. Lingkungan Keluarga

Dalam sebuah keluarga, pendidikan tumbuh dari kesadaran moral sejati antara hubungan anak dengan orang tua.. Pendidikan di keluarga memiliki keunggulan tersendiri, nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,ketaatan kepada Allah merupakan nilai yang ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga Pendidikan nilai di dalam keluarga menjadikan keluarga sebagai tempat pembelajaran nilai yang kondusif bagi seorang anak.

c. Lingkungan Masyarakat

Pendidikan nilai dalam lingkungan masyarakat melibatkan dua faktor penting yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seorang anak, yaitu potensi seorang anak didalam memilih nilai serta mozaik nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat. Selain itu hal penting yang perlu diingat adalah, bahwa pendidikan nilai


(29)

16

di masyarakat memerlukan kerjasama yang baik dari semua komponen masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam lingkungan pendidikan nilai terdapat tri-pusat pendidikan yang terdiri dari lingkungan sekolah, keluarga serta masyarakat. Ketiga tri-pusat pendidikan tersebut akan saling terhubung dan berkesinambungan terhadap penanaman nilai pada diri seorang anak.

B. Hakikat Tanggung Jawab

1. Pengertian Tanggung Jawab

Pada umumnya, bertanggung jawab diartikan sebagai berani menanggung resiko atau akibat dari suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan. Yang dimaksud dengan bertanggung jawab adalah suatu keadaan di mana semua perbuatan, tindakan dan sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral dan nilai-nilai luhur kesusilaan dan keagamaan. Artinya bertanggung jawab berada dalam tatanan norma, nilai kesusilaan, dan agama. Dalam buku Panduan Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010) menyatakan bertanggung jawab merupakan sikap

dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannyasebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

Setiap orang harus memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Untuk itu sangat diperlukan menanamkan sikap tanggung


(30)

17

jawab ini sejak usia dini. Sebuah pepatah mengatakan ‘berani berbuat, berani bertanggung jawab’. Artinya apapun yang kita lakukan, kita harus berani mempertanggung jawabkan perbuatan kita. Orang yang senantiasa berlaku tanggung jawab maka akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Sikap tanggung jawab tidak dapat diperoleh begitu saja, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Waktu yang sangat tepat untuk menanamkan sikap tanggung jawab yakni sejak dini. Hal ini dikarenakan pada usia dini anak-anak akan cepat memahami sesuatu dan menjadikannya sebuah kebiasaan.

2. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab

Menurut Ainy Fauziyah (2013, female kompas) menyebutkan ada

delapan ciri orang yang bertanggung jawab, di antaranya:

a) Melakukan apa yang di ucapkan bukan sebaliknya

b) Komunikatif, baik dengan teman, atasan, bawahan maupun klien

c) Menjadi pendengar yang baik, termasuk hal-hal yang bersifat masukan,

ide, teguran maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan pendapat.

d) Memiliki jiwa ‘melayani’ dengan sepenuh hati serta menghilangkan

pemikiran ‘Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya’

e) Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang

ia lakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

f) Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan,


(31)

18

g) Bersikap tegas, memberikan teguran kepada teman yang tidak

bertangung jawab.

h) Rajin memberi apresiasi. Apresiasi dapat berupa tepuk tangan atau

ucapan terima kasih secara langsung kepada yang bersangkutan di depan tim.

Menurut Character Counts (Six Pillars of Character Education) dalam Muchlas Samani (2011: 56) menyatakan ciri orang yang bertanggung jawab yaitu:

a) Dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu. Menjadi orang

yang dapat diandalkan, jika sepakat mengerjakan sesuatu, kerjakanlah.

b) Fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Menjalankan urusan

dengan baik. Jangan melakukan hal lain semata-mata karena menganggap hal itu perlu dilakukan.

c) Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Bertanggung jawab pada

apapun yang dilakukan, jangan menyalahkan orang lain, atau sekadar minta maaf karena kesalahan yang dilakukan.

d) Berpikir sebelum bertindak. Memikirkan akibat-akibat yang akan

timbul dari perbuatan sebelum mengambil keputusan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ciri-ciri orang yang bertanggung jawab yang dikemukakan oleh Muchlas Samani sebagai indikator orang yang bertanggung jawab.


(32)

19

3. Macam-macam tanggung jawab

Manusia harus berjuang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri maupun pihak lain. Untuk itu ia berhadapan dengan manusia lain dalam masyarakat atau lingkungan alam. Dalam usahanya tersebut manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan kehidupannya yakni kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang diperbuatnya. Berdasarkan hal ini kemudian diketahui beberapa jenis tanggumg jawab, yaitu:

a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab pada diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dapat memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasar manusia yakni makhluk bermoral tetapi manusia juga seorang pribadi. Oleh karena itu, manusia memiliki pendapat, perasaan dan angan-angan sendiri. Wujud dari pendapat, perasaan dan angan-angan tersebut manusia berbuat dan bertindak. Dalam berbuat dan bertindak manusia tidaklah selalu benar, pasti ada kekeliruan dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

b) Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak serta orang lain yang menjadi anggota keluarga.


(33)

20

Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab yang dimaksud dalam hal ini menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan.

c) Tanggung jawab terhadap masyarakat

Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial, maka manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain. Karena membutuhkan bantuan manusia lain, maka manusia harus saling berkomunikasi dengan yang lainnya. Dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Jadi segala perbuatan dan tingkah lakunya dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

d) Tanggung jawab terhadap bangsa/ negara

Pada kenyataannya setiap manusia merupakan warga negara dari suatu negara. Begitu pula dalam berpikir, berbuat, bertindak dan bertingkah laku pasti akan terikat dengan norma-norma atau aturan-aturan yang telah dibuat oleh negara. Manusia tidak mempunyai kewenangan untuk berbuat seenaknya sendiri. Apabila manusia melakukan sesuatu hal yang salah, maka ia harus siap menerima segala konsekuensinya dan bertanggung jawab pada negara.


(34)

21

e) Tanggung jawab terhadap Tuhan

Dalam penciptaannya, Tuhan tidak menciptakan manusia di bumi ini tanpa tanggung jawab. Akan tetapi untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga dikatakan apapun yang manusia perbuat tidak terlepas dari aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Tuhan akan segera memberikan peringatan apabila manusia melanggar aturan yang telah ditetapkan. Apabila peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Hal ini disebabkan jika mengabaikan perintah-perintah Tuhan berati manusia meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk mmenuhi tanggung jawab tersebut manusia memerlukan pengorbanan.

4. Integrasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

Pendidikan karakter bukanlah sebuah bahasan tersendiri. Pada pelaksanaannya pendidikan karakter terintegrasi pada mata pelajaran, pengembangan diri serta budaya sekolah itu sendiri yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Seperti yang dikemukakan Masnur Muslich dalam bukunya (2013:36) bahwa pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan action.


(35)

22

Don Hellison dalam bukunya “Teaching Physical and Social Responsibility” mengemukakan idenya untuk membuat program yang mendorong anak untuk menerima nilai-nilai yang lebih tinggi berdasarkan kegiatan yang berlanjut atau level. Gambaran umum tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab yang terdapat pada model Hellison adalah sebagai berikut:

Level 0 merupakan level tidak bertanggung jawab. Pada level ini pengendalian diri peserta didik kurang. Peserta didik juga kurang bisa bekerja sama dalam kelompok.

Level 1 merupakan level menunjukkan rasa hormat kepada orang lain. Pada level ini menggambarkan peserta didik mampu mengendalikan perilaku serta mampu menyelesaikan masalah dengan damai.

Level 2 adalah level keterlibatan. Pada level ini peserta didik telah berpartisipasi dalam pembelajaran dari awal hingga pencapaian tujuan pembelajaran.

Level 3 merupakan level bertanggung jawab pada diri sendiri. Pada level ini peserta didik dapat belajar tanpa diawasi oleh guru, serta dapat menempatkan rasa tanggung jawab dalam tujuan pribadi dan melawan tekanan dari teman sebaya.

Level 4 yaitu level memimpin dan membantu orang lain (tanggung jawab pada orang lain. Pada level ini peserta didik menunjukkan kepedulian terhadap orang lain di dalam kelas. Peserta didik sudah tertarik


(36)

23

untuk mendorong dan membantu temannya belajar tanpa harus disuruh oleh guru.

Level 5 merupakan level lanjutan yaitu tahap

mengimplementasikan ke lingkungan. Pada level ini peserta didik dapat menintegrasikan nilai-nilai dalam TPSR dalam area kehidupan lain atau dapat dikatakan pula menjadi role model.

Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter yang dirancang Kementerian Pendidikan Nasional (2010) strategi pengembangan pendidikan karakter yang akan diterapkan antara lain melalui transformasi budaya sekolah dan habituasi melalaui kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan dengan pemikiran Belkowitz, Elkind dan Sweet (2004) mengutip Berkowitz menulis “effective character education is nota adding s program or set a programs to a school. Rather it is transformation of the culture and life of the school” yang artinya pendidikan karakter tidak akan efektif dengan menambah atau memgatur program ke sekolah. Akan tetapi melalui transformasi budaya dan kehidupan di sekolah. (Muchlas Samani,2011:146).

Menurut para ahli, implementasi pendidikan karakter melalui transformasi budaya perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan karakter ke dalam muatan kurikulum. Novan Ardy Wiyani (2013:104-105) menyatakan bahwa pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan


(37)

24

belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1) Kegiatan rutin

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, kegiatan upacara bendera pada hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan mengakhiri pelajaran, mengucapkan salam dan lain sebagainya.

2) Kegiatan spontan

Merupakan kegiatan yang bersifat spontan yaitu saat itu juga, pada waktu terjadi keadaan tertentu. Sebagai contoh mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau untuk masyarakat yang dilanda bencana. Bukan hanya pada saat kegiatan sosial tetapi biasanya juga dilakukan ketika guru mengetahui adanya sikap peserta didik yang kurang baik seperti meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret-coret dinding, dan lain sebagainya. Apabila guru mengetahui sikap peserta didik yang demikian, sebaiknya secara spontan diberikan pengertian dan diberitahu bagaimana sikap yang baik.

3) Keteladanan

Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan perilaku seluruh warga sekolah yang dewasa lainnya yang menjadi panutan


(38)

25

peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung menjadi contoh bagi peserta didik. Misalnya nilai kebersihan, dan kerapian, kasih sayang, disiplin, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.

4) Pengondisian

Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter. Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan penyediaan sarana fisik. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.

Pelaksanaan penanaman nilai tanggung jawab pada siswa dapat ditempuh guru dengan melakukan kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan serta pengondisian.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran nilai-nilai karakter utamanya nilai tanggung jawab harus dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses pembelajaran yang bermakna. Usia siswa di sekolah dasar berkisar 6-12 tahun. Masa ini disebut pula masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini lingkungan pergaulan anak sudah meluas. Anak sudah banyak bergaul, tidak hanya bergaul dengan orang-orang rumah tetapi juga bergaul dengan teman-temannya di lingkungan sekitar rumah serta dengan teman-teman di sekolah.

Masa ini merupakan masa sekolah. Pada masa ini anak sudah matang untuk belajar atau sekolah. Disebut masa sekolah karena anak sudah menyelesaikan tahap pra sekolahnya yaitu masa taman kanak-kanak. Rita Eka


(39)

26

Izzaty (2008: 103) menyatakan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah:

1) Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain.

2) Belajar bergaul dengan teman sebaya.

3) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang

sehat mengenai diri sendiri.

4) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar yaitu membaca,

menulis dan berhitung.

5) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.

6) Mengemabangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

7) Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.

8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial.

9) Mencapai kebebasan pribadi.

Pada masa ini guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu peserta didik untuk menyelesaikan tugas perkembangan tersebut dengan baik. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas perkembangan ini ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan teman sebayanya.

Lebih lanjut, Sardiman A.M (2006: 120) menyatakan bahwa karakteristik siswa yakni keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga


(40)

27

menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya. Ada tiga hal dalam karakteristik siswa yang perlu diketahui:

1) Karakteristik berkaitan dengan kemampuan awal, misal kemampuan

intelektual dan kemampuan berfikir.

2) Karakteristik berhubungan dengan latar belakang status sosial.

3) Karakteristik berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian

seperti sikap, perasaan, dan minat.

S.C Utami Munandar (1985: 4) membagi sifat siswa sekolah dasar menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar usia 6 sampai 9 tahun dan masa kelas tinggi sekolah dasar sekitar 10-13 tahun. Siswa sekolah dasar antara kelas tinggi dan kelas rendah juga memiliki perbedaan karakter yang disebabkan oleh perbedaan psikologis dan emosional.

Sifat khas anak pada sekolah dasar dijabarkan lebih lanjut, menurut S.C Utami Munandar (1985: 4-5) adalah:

1. Masa kelas rendah

a) Ada korelasi positif antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.

b) Sikap tunduk pada peraturan permainan yang tradisional.

c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

menguntungkan.

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal itu dianggap tidak


(41)

28

f) Anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa kelas tinggi

a) Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari,kecenderungan

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yangpraktis.

b) Amat realitas, ingin tahu, ingin belajar.

c) Menjelang sekitar umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau

orang dewasa untuk menyelesaikan tugasnya.

d) Sampai sekitar umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugas

sendiri.

e) Setelah umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugasnya

sendiri.

f) Pada masa ini, anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang

tepat terhadap prestasi sekolah.

g) Di dalam permainan tradisional anak membuat peraturan sendiri.

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi berbeda. Pada anak kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan memuji diri sendiri dan meremehkan orang lain, kemampuan mengingat dan bahasa berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara bermain dan belajar dan lebihmudah memahami hal-hal yang bersifat konkret. Sedangkan karakteristikanak kelas tinggi adalah adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, realistis, sudah bisa


(42)

29

menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok sebaya, dan menganggap peran manusia idola sangat penting.

D. Kerangka Pikir

Pembentukan karakter kini menjadi suatu pendidikan yang penting bagi anak khususnya anak SD. Dapat kita lihat bagaimana sikap para anak sekarang yang memang terkadang membuat kita prihatin dengan tingkah lakunya. Tidak sedikit anak yang setelah menginjak masa usia remaja atau pubertas menjadi anak yang semaunya sendiri, tidak punya moral, tidak hormat pada orang tua, dan bahkan tidak punya rasa malu. Salah satu nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu nilai tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ketika pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik dapat digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Pendidikan karakter dalam hal ini nilai tanggung jawab hendaknya dimulai dari anak usia muda atau anak usia SD. Karena dalam usia ini anak masih mudah untuk diberikan karakter yang baik, dan anak akan cenderung mempercayai dan melaksanakan perintah dari guru. Tugas seorang guru adalah dengan cara apapun bagaimana caranya agar anak memperoleh pendidikan karakter yang baik dan terhindar dari karakter yang dapat mengganggu di kehidupan masa depan anak. Guru hendaknya juga memantau


(43)

30

perubahan-perubahan sikap anak yang dapat mempengaruhi karakter yang baik. Jika dalam pantauan guru anak mulai bertingkah tidak sesuai dengan nilai karakter yang diajarkan hendaknya guru segera menasehati dan memperbaiki serta mengembalikan kembali karakter anak menjadi karakter yang baik.

Hal ini menjadi tantangan bagi guru dalam menanamkan nilai tanggung jawab pada siswa selama pembelajaran. Guru menanamkan bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab antara lain dapat diandalkan, fokus pada apa yang sedang dikerjakan, meminta maaf apabila melakukan kesalahan serta berpikir sebelum bertindak dengan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.Cara pengintegrasian nilai tanggung jawab saat pembelajaran dilakukan dengan kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan serta pengondisian.

E. Definisi Operasional

1. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

2. Karakteristik anak SD

Karakteristik anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi berbeda. Pada anak kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan memuji diri sendiri dan meremehkan orang lain, kemampuan mengingat


(44)

31

dan bahasa berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara bermain dan belajar dan lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat konkret. Sedangkan karakteristik anak kelas tinggi adalah adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, realistis, sudah bisa menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok sebaya, dan menganggap peran manusia idola sangat penting.

F. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana guru mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung

jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?

2. Bagaimana pelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung

jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?

3. Hambatan apa yang dialami dalam pelaksanaan implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?


(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena data yang disajikan dalam bentuk kalimat. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini mendeskripsikan dan menggambarkan tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015 secara apa adanya. Di dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya.

Lexy J. Moleong (2009: 6) menyatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalambentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dandengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Melalui pendekatan kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat mengungkapkan fakta-fakta tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015.


(46)

33

B. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek dan objek yang digunakan untuk memperoleh data.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas III SD 1 Pedes. Guru kelas merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab siswa. Oleh karena itu guru menjadi informan utama dalam penelitian ini. Sedangkan Kepala Sekolah dan siswa merupakan informan pendukung dalam memperoleh data tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes SedayuBantul tahun pelajaran 2014/2015.

2. Objek penelitian

Objek penelitian yaitu informasi yang diperoleh dari subjek penelitian. Objek dari penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan yang merupakan bentuk dari implementasi nilai tanggung jawab dalam pembelajaran pada siswa kelas III yang meliputi:

a) Implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas

III SD 1 Pedes antara lain: dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu, fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan, meminta maaf apabila membuat kesalahan dan berpikir sebelum bertindak.

b) Hambatan-hambatan yang dialami guru dalam implementasi


(47)

34

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul.

Penetapan lokasipenelitian sangat penting dalam rangka

mempertanggung jawabkan datayang diperoleh. Oleh karena itu, maka lokasi penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, lokasi yang peneliti pilih adalah SD 1 Pedes. Peneliti memilih sekolah ini karena di sekolah dan kelas ini belum pernah menjadi tempat penelitian tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015, setelah peneliti memperoleh izin penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena ini berkaitan dengan data yang akan diperoleh oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Seperti yang ditegaskan oleh Lexy J. Moleong (2009: 186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.


(48)

35

Dengan menggunakan teknik wawancara data yang diperoleh dapat lebih mendalam. Peneliti memiliki peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan. Melalui teknik wawancara peneliti juga dapat memahami bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru untuk mendukung pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada informan.

Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan jawaban yang valid dari informan sehingga peneliti harus bertatap muka dan bertanya langsung dengan informan. Dalam hal ini yang memungkinkan menjadi orang yang mempunyai informasi/responden adalah Guru Kelas III SD 1 Pedes.

2. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2013: 309) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdaarkan data atau fakta tentang dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Menurut Sugiyono (2010: 204) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (obsevasi berperan serta) dan non participant observation (observasi non partisipan).


(49)

36

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif pasif atau non partisipan, dimana peneliti ikut melakukan kegiatan yang dilakukan informan dan aktivitas objek (siswa) tetapi tidak ikut terlibat di dalamnya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan, pencatatan, menganalisis dan membuat kesimpulan mengenai bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes berlangsung selama proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013: 326) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Melalui studi dokumentasi peneliti mendapat penjelasan yang akurat dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa RPP, silabus, hasil lembar wawancara, hasil lembar observasi, jadwal pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen yang utama dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Lexy J. Moleong (2005: 168) menyatakan bahwa kedudukan peneliti sekaligus merupakan perencana,


(50)

37

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Sugiyono (2010: 147) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Sebagai instrumen utama peneliti juga memerlukan alat bantu untuk mendukung kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman-pedoman dari teknik pengumpulan data. Pedoman-pedoman tersebut antara lain pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi dokumentasi.

1. Pedoman observasi

Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi mulai kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Peneliti juga mengobservasi adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang guru temui selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan di dalam ruang kelas, ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Peneliti akan mengamati bagaimana guru dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawabbaik di dalam maupun di luar kelas.

Pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul


(51)

38

No Indikator Aspek yang diamati Nomor item

1. Dapat diandalkan

ketika mengerjakan sesuatu

a. Menyerahkan tugas tepat

waktu

b. Mengerjakan tugas kelompok

c. Melaksanakan piket kelas

1a, 1b, 1c 1d

1e, 1f

2. Fokus pada

pekerjaan yang dilakukan

a. Mengerjakan tugas sesuai

petunjuk

b. Melaksanakan senam pagi

dan shalat berjamaah

c. Berdoa sebelum dan sesudah

pelajaran

2a, 2b, 2c, 2d

2g, 2h 2e, 2f

3. Meminta maaf

atas kesalahan yang diperbuat

a. Meminta maaf apabila

terlambat

b. Meminta maaf jika berbuat

salah dengan teman

3a, 3c, 3d 3b, 3e 4. Berpikir sebelum

bertindak a.b. Meminta ijin Membuang sampah pada

tempatnya

c. Memberi teguran

4a, 4b 4c, 4d, 4e 4f, 4g Instrumen pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 1 halaman 93.

2. Pedoman wawancara

Menurut Sugiyono (2013: 316) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Melalui wawancara dan observasi mendalam peneliti dapat memahami situasi yang melibatkan interaksi sosial serta nilai-nilai yang muncul dalam ucapan dan perilaku responden. Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimanapelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di kelas III, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab


(52)

39

serta upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut sesuai dengan hasil observasi.

Berikut ini pedoman-pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian.

a. Pedoman wawancara guru mengenai pelaksanaan implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes. Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas III mengenai

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul

No. Indikator

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab

pada siswa

2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat

mengarjakan sesuatu

3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang

sedang dikerjakan

4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat

kesalahan

5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak

6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam

pembelajaran

Instrumen pedoman wawancara guru kelas III yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 4 halaman 119.

b. Pedoman wawancara siswa kelas III mengenai implementasi


(53)

40

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul

No. Indikator Aspek yang diamati

1. Dapat diandalkan ketika

mengerjakan sesuatu a.b. Mengerjakan tugas kelompok Menyerahkan tugas tepat waktu

c. Melaksanakan piket kelas

2. Fokus pada pekerjaan yang

dilakukan a. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk

b. Melaksanakan senam pagi dan

shalat berjamaah

c. Berdoa sebelum dan sesudah

pelajaran

3. Meminta maaf atas

kesalahan yang diperbuat a.b. Meminta maaf jika berbuat salah Meminta maaf apabila terlambat dengan teman

4. Berpikir sebelum bertindak a. Meminta ijin

b. Membuang sampah pada

tempatnya

c. Memberi teguran

Instrumen pedoman wawancara siswa yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 5 halaman 120.

c. Pedoman wawancara kepala sekolah mengenai dukungan yang

diberikan untuk implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di sekolah.

Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

No. Indikator

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab

pada siswa

2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat

mengarjakan sesuatu

3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang

sedang dikerjakan

4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat

kesalahan

5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak

6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam


(54)

41

Instrumen pedoman wawancara kepala sekolah yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 6 halaman 121.

3. Pedoman studi dokumen

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dokumentasi dilakukan saat proses merekam data hasil wawancara dan observasi, mengambil gambar pada saat pelaksanaan pembelajaran. peneliti juga mengambil kegiatan di luar kelas yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Untuk memperoleh data dokumentasi, peneliti menganalisis dokumen yang dimiliki oleh guru kelas III berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto dan menganalisa papan slogan di lingkungan sekolah yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di sekolah. Instrumen pedoman analisis dokumen yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 13 halaman 143.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif. Pada penelitian kualitatif analisis data dilapangan dilakukan pada saat proses data diperoleh, dan setelah data tersebut selesai diperoleh dengan waktu tertentu.Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah analisis data model


(55)

42

Miles dan Huberman dalam Haris Herdiansyah (2010:164) menjabarkan mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data, antara lain:

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan selama penelitian berlangsung. Pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan mengumpulkan data observasi, wawancara serta analisa studi dokumen pada implementasipembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.

2. Reduksi Data

Reduksi data menurut Haris Herdiansyah (2010:165) adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Dalam mereduksi data, peneliti memfokuskan pada implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes dalam proses belajar mengajar di dalam kelas .

3. Display

Setelah semua data telah di format berdasarkan instrumen pengumpul data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah melakukan display data (Haris Herdiansyah, 2010: 175). Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab dan hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab. Data yang disajikan dalam bentuk teks narasi deskriptif. Data tersebut


(56)

43

diperoleh dari hasil observasi pembelajaran, wawancara dengan narasumber dan studi dokumen.

4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisa data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles and Huberman (dalam Haris Herdiansyah, 2010: 178).

Kesimpulan/ verifikasi dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu apabila selama penelitian data yang dikumpulkan kurang mendukung. Data mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes yang telah tersaji dalam penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

G. Keabsahan Data

Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 327),

ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu: 1) kredibilitas

(derajat kepercayaan), 2) keteralihan, 3) kebergantungan, 4) kepastian.

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas. Sugiyono (2013: 365) menjelaskan bahwa cara uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan member check. Kriteria ini dipergunakan


(57)

44

untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar

mengandung nilai kebenaran (truth value). Adapun teknik yang dilakukan

oleh peneliti antara lain:

1. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pengembangan pembelajaran nilai tanggung jawabpada siswa kelas III di SD 1 Pedes. Pengamatan ini dilakukan sampai diperoleh data yang jenuh.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnyapada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dilakukan sehingga informasi yang didapatkan memperoleh kebenaran. Triangulasi yang peneliti gunakan adalah triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber dan teknik digunakan untuk menguji hasil wawancara dengan guru kelas III SD 1 Pedes mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab siswa kelas III. Sumber data sebagai bagian dari triangulasi yaitu siswa kelas III, guru kelas dan kepala SD 1 Pedes. Teknik yang digunakan yaitu dengan observasi mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab siswa kelas III.


(58)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD 1 Pedes, yang beralamat di Jalan Wates KM 10, Dusun Pedes, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Sekolah ini memiliki gedung dengan 18 ruangan. Untuk kegiatan pembelajaran kelas dari kelas I sampai kelas VI ada 8 (delapan) ruangan, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan dan ruang UKS yang menjadi satu ruangan, mushola, kantin sekolah, ruang perlengkapan olahraga, dua kamar mandi guru putra/putri dan dua kamar mandi siswa putra/putri.

Jumlah seluruh siswa SD 1 Pedes pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebanyak 184 siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas III dengan siswa berjumlah 30 orang yang terdiri atas 16 orang siswa putra dan 14 orang siswa putri. Guru wali kelas III yaitu Ibu LHK.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui observasi dalam pembelajaran siswa kelas III SD 1 Pedes serta wawancara dengan subyek penelitian dan beberapa informan pendukung. Observasi dilaksanakan sebanyak 8 (delapan) kali. Hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan data pada kegiatan pembelajaran di kelas III yang diampu oleh ibu LHK. Data yang


(59)

46

diambil yaitu tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap subyek penelitian (LHK), kepala sekolah (W), dan siswa kelas III, diperoleh gambaran tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III. Berikut ini penyajian data hasil penelitian yang terbagi dalam 2 (dua) fokus hasil penelitian, yaitu: (a) implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab, dan (b) hambatan yang dialami dalam implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab.

a) Implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di kelas III

Pada implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III, hal yang diteliti yaitu pelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

1) Dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu

Pada kategori dapat diandalkan ini meliputi beberapa aspek yaitu menyerahkan tugas tepat waktu, mengerjakan tugas kelompok serta melaksanakan piket kelas.

Menyerahkan tugas tepat waktu merupakan salah satu bentuk kategori dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu. Hal yang dimaksudkan yaitu siswa dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan batas waktu yang diberikan oleh guru. Hal ini tampak selama peneliti melakukan observasi. Pada pertemuan ke-1 guru memberikan


(60)

47

latihan soal matematika tentang “Keliling Bangun Datar”. Soal diberikan satu per satu sehingga guru dapat memantau perkembangan siswa. Pada pertemuan ke-2 guru memberikan soal mata pelajaran PKn. Siswa langsung mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Setelah semua selesai langsung dicocokkan secara bersama-sama. Saat pelajaran matematika di pertemuan ke-3 guru memberikan latihan soal satu per satu. Pada pertemuan ke-4 guru memberikan soal Bahasa Jawa untuk membuat kalimat menggunakan kata tertentu lalu siswa diberikan waktu untuk mengerjakannya. Setelah batas waktu habis lalu dibahas bersama-sama dengan membacakannya satu per satu, tetapi ada 2 (dua) orang siswa yang belum selesai mengerjakannya. Ketika tiba giliran mereka untuk membacakan hasil pekerjaan mereka, guru melewati siswa tersebut dan memberi waktu tambahan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Guru kembali menanyakan hasil pekerjaan kepada siswa yang belum selesai tadi setelah selesai membahas pekerjaan semua siswa. Siswa dapat selesai mengerjakan soal yang diberikan guru tepat pada waktunya di pertemuan ke-5. Pada pertemuan ke-6, 7 dan 8 guru mendiktekan soal yang diberikan sehingga siswa dapat selesai mengerjakan tepat waktu karena siswa harus selesai mengerjakan sebelum soal berikutnya diberikan. Meskipun begitu, di pertemuan ke-8 masih ada siswa yang tidak selesai tepat waktu.


(61)

48

Pada saat observasi, peneliti mengamati semua siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dikarenakan guru memberikan soalnya sedikit demi sedikit atau dengan didiktekan sehingga siswa dapat menyelesaikannya tepat waktu. Hasil observasi tersebut juga didukung dengan hasil wawancara ibu LHK pada tanggal 4 Juni 2015 sebagai berikut.

Peneliti : “apakah siswadapat menyelesaikan tugas atau soal tepat waktu?”

Informan : “iya, mbak. Kalau saya, bila memberi pertanyaan atau soal biasanya saya diktekan sehingga mau tidak mau anak-anak harus bisa berpikir cepat untuk menyelesaikannya. Pada dasarnya anak-anak ini memang cepat bosan ya Mbak jadi harus dibuat sibuk agar mereka tetap fokus ke pelajarannya.” (transkrip wawancara 4 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa guru memberikan latihan-latihan soal dengan didiktekan sehingga siswa dapat menyelesaikan pekerjaaannya tepat waktu. Selain itu, guru juga memberikan soal sedikit demi sedikit. Maksudnya apabila ada 10 (sepuluh) soal, guru tidak memberikannya secara langsung tetapi guru memberikan 2 (dua) soal terlelbih dahulu lalu memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikannya. Setelah siswa selesai mengerjakan dan dibahas bersama-sama, guru memberikan soal berikutnya.

Senada juga dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa yang menyatakan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Meskipun begitu menurut ibu LHK masih ada beberapa


(62)

49

anak yang butuh waktu tambahan.Dari hasil observasi diketahui bahwa ada sebagian siswa yang tidak selesai tepat waktu. Guru menyatakan hal tersebut dikarenakan kemampuan setiap siswa yang berbeda-beda, jadi ada siswa yang dapat selesai mengerjakan tepat waktu dan ada yang tidak.

Apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, ibu LHK memberinya waktu tambahan. Jika masih belum selesai juga siswa tetap diminta menyelesaikannya dan nanti hasilnya tetap ditagih setelah pembahasan bersama-sama selesai (hasil observasi 4 tanggal 29 Mei 2015). Hasil ini didukung dengan pernyataan ibu LHK sebagai berikut.

Peneliti : “Nah kalau ada siswa yang tidak tepat waktu

dalam mengerjakan itu bagaimana, Bu? Apakah ada sanksinya?”

Informan : “Jika dalam batas waktu yang sudah ditentukan ada anak yang belum selesai biasanya saya memberi waktu tambahan. Kalau masih belum selesai juga ya ditinggal.”

Informan : “bukan sanksi sih Mbak apa ya... misalnya gini

saya memberi tugas untuk membuat kalimat, dalam waktu tertentu anak tersebut belum selesai walaupun sudah saya beri tambahan waktu. Biasanya kan saya mencocokkannya anak-anak disuruh membaca satu-persatu waktu gilirannya membaca si anak belum selesai, nah itu saya lanjut ke anak berikutnya. Nanti kalau sudah selesai semua baru anak yang tadi belum selesai saya tagih tugasnya, saya tanyakan lagi.”(transkrip wawancara 4 Juni 2015)

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, jika ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu maka guru memberikan waktu tambahan pada siswa untuk menyelesaikannya.


(63)

50

Berikutnya peneliti mengamati apakah siswa mengerjakan tugasnya secara mandiri. Mengerjakan tugas secara mandiri yaitu siswa mengerjakan tugasnya dengan berpikir sendiri tidak dengan mencontek. Selama observasi yang peneliti lakukan, dari pertemuan ke-1 hingga pertemuan ke- 8 peneliti tidak mendapati adanya siswa yang mencontek. Apabila siswa merasa kesulitan dengan soalnya, mereka akan langsung bertanya pada guru. Pada pertemuan ke-5 ada seorang siswa yang akan mencontek temannya namun temannya tidak mengijinkan dan melaporkannya pada ibu LHK. Kemudian ibu LHK memberikan nasehat pada siswa untuk tidak mencontek. Guru juga selalu mengingatkan siswanya untuk tidak mencontek. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan ibu LHK seperti berikut.

Peneliti : “Apakah anak-anak mengerjakan tugas atau soal

secara mandiri, Bu?”

Informan : “iya, Mbak mandiri tidak ada yang mencontek. Lagipula saya sering mendiktekan soalnya Mbak jadi itu merupakan strategi saya supaya anak-anak tidak mencontek. Saya juga selalu mengingatkan untuk tidak mencontek. Misal yang sudah selesai bukunya ditutup, biar nggak di lihat temannya.” (transkrip wawancara 4 Juni 2015)

Hasil wawancara tersebut juga senada dengan jawaban dari beberapa siswa yang berhasil peneliti wawancara pada tanggal 28 Mei 2015 yang menyatakan bahwa mereka mengerjakan tugas yang diberikan secara mandiri.

Untuk mengetahui apakah seseorang dapat diandalkan juga dapat dilihat dari kerja kelompok. Yang dimaksud dengan mengerjakan tugas


(64)

51

kelompok yaitu siswa dapat bekerjasama dengan temannya saat berkelompok. Saat penelitian berlangsung dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-8, peneliti tidak mendapati guru membagi siswanya dalam kelompok-kelompok. Selama observasi berlangsung, guru tidak menggunakan metode kelompok dalam pembelajaran. Peneliti pun menanyakan hal tersebut kepada ibu LHK seperti berikut.

Peneliti : “Setelah beberapa hari ini saya mengamati tidak ada tugas berkelompok. Mengapa Ibu tidak memberikan tugas kelompok?”

Informan : “Iya, Mbak mengapa saya tidak memberikan kegiatan kelompok, karena ini sebenarnya materi kelas

III sudah selesai tho Mbak, jadi ini hanya mengulang

materi yang sudah pernah diajarkan. Saya memang tidak memberikan tugas kelompok. Minggu-minggu ini memang digunakan untuk mengulang dan mengingat kembali pelajaran yang lalu guna menghadapi UKK.” (transkrip wawancara 4 Juni 2015).

Berdasarkan wawancara di atas, ibu LHK menyatakan bahwa beliau tidak memberikan tugas kelompok dikarenakan pada saat itu materinya sudah habis dan hanya mengulang materi pelajaran yang telah lalu. Kemudian peneliti menanyakan bagaimana dengan hari-hari biasa. Ibu LHK pun menyatakan bahwa pada hari-hari atau sebelum mendekati UKK guru juga memberikan penugasan kelompok. Akan tetapi berhubung ketika peneliti melakukan observasi materi yang diajarkan sudah habis guru mengajarnya dengan secara klasikal dan mengulang materi pelajaran yang telah dipelajari agar siswa lebih paham dan siap menghadapi UKK. Peneliti pun menanyakan bagaimana siswa ketika mereka melakukan kerjasama seperti berikut.


(65)

52

Peneliti : “dalam melakukan tugas kelompok apakah anak-anak bisa melakukan kerjasama dengan baik, Bu?”

Informan : “kalau pas kerja kelompok saya lihat mereka antusias mbak, senang kan kadang belajarnya tidak hanya di ruangan jadinya mereka senang. Mereka juga bisa bekerjasama dengan temannya dalam satu kelompok.”(transkrip wawancara 4 Juni 2015).

Diketahui dari hasil wawancara bahwa pada hari-hari biasa guru juga menggunakan metode kelompok. Berdasarkan pernyataan dari ibu LHK ketika siswa dibagi dalam kelompok-kelompok mereka antusias dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Mereka juga dapat bekerjasama dengan teman anggota kelompoknya dengan baik. Akan tetapi, peneliti tidak dapat mengamati secara langsung bagaimana antusiasnya siswa dalam kerja kelompok karena ketika pengamatan berlangsung guru tidak memberlakukan metode kelompok dalam pembelajarannya.

Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-8 diketahui bahwa siswa selalu melaksanakan piket kelas sesuai dengan jadwal. Sebelum jam pelajaran berakhir guru sering mengingatkan siswa yang piket untuk membersihkan kelas terlebih dahulu sebelum pulang. Dalam pelaksanaan piket kelas, siswa sudah dapat diandalkan dan bertanggung jawab. Setelah kegiatan pembelajaran selesai siswa yang piket hari itu langsung membersihkan dan membereskan kelasnya. Siswa melaksanakan piket kelas dengan dipantau oleh guru. Guru menunggu siswa saat melaksanakan piket kelas. Sebelum siswa menyelesaikan pekerjaannya guru belum


(66)

53

meninggalkan kelas. Hasil wawancara peneliti dengan ibu LHK juga mendukung hasil observasi seperti berikut ini.

Peneliti : “Apakah Ibu memantau siswa melaksanakan kegiatan piket kelas?”

Informan : “Selalu mbak. Kadang ada anak yang langsung

pulang gitu aja tho, jadi sebelum saya bubarkan saya

selalu mengingatkan pada yang piket untuk membersihkan kelas terlebih dahulu. Ini juga saya lakukan agar saya dapat memantau bagaimana tanggung jawab anak saat melakukan kewajiban mereka, apakah ada yang tidak melakukannya apa tidak.” (transkrip wawancara 4 Juni 2015)

Guru selalu memantau siswa dalam melaksanakan piket kelas untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab siswa dalam melaksanakan kewajibannya. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh beberapa siswa yang peneliti wawancarai sebagai berikut.

RM : iya, selalu ditungguin RMA: iya, ditungguin

SV : iya, bu guru selalu nunggu LRS : Iya

LF : iya (hasil wawancara 28 Mei 2015)

Dari hasil observasi dan wawancara di atas, diketahui bahwa guru selalu memantau siswa dalam melaksanakan piket kelas. Jadi siswa melakukan tugasnya sesuai jadwal dan guru selalu mengawasi dan memantau pelaksanaannya.

Berdasarkan hasil observasi dan didukung dengan wawancara ibu LHK dan siswa, diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu. Mereka dapat bekerjasama dengan baik dalam tugas kelompok akan tetapi kerjasama mereka tidak terlihat selama observasi. Hal ini dikarenakan ketika


(67)

54

observasi berlangsung guru tidak menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran. Siswa juga dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Berdasarkan hasil obsevasi semakin hari siswa dapat diandalkan ketika mengerjakan tugas. Mereka dapat mengerjakan tugas secara mandiri dan menyelesaikannya tepat waktu. Dalam pelaksanaan piket kelas, siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab. Seusai pembelajaran berlangsung siswa langsung menyapu lantai dan membereskan kelasnya sesuai dengan jadwalnya masing-masing.

2) Fokus pada pekerjaan yang dilakukan

Salah satu indikator dalam implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab yakni fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Pada kategori ini meliputi beberapa aspek yaitu mengerjakan tugas sesuai petunjuk, melaksanakan senam pagi dan shalat berjamah, dan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Maksud dari mengerjakan tugas sesuai petunjuk yakni mengikuti arahan dan perintah guru serta tidak melakukan hal lain selain tugas yang diberikan.

Pada saat melakukan observasi peneliti mendapati siswa yang kurang memperhatikan petunjuk guru. Hal ini terjadi hampir dalam setiap pertemuan (hasil observasi 2 sampai 8). Pada pertemuan ke-2 ada

mahasiswa PPL yang melaksanakan real pupil, saat siswa diajar oleh

guru PPL banyak dari mereka yang tidak memperhatikan pada apa yang disampaikan oleh guru PPL. Mereka cenderung untuk ramai sendiri. Pada pertemuan ke-3 saat pelajaran matematika banyak siswa yang


(68)

55

tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa Ok yang bermain karet gelang sedangkan siswa Rma, Yk dan Rd yang ramai dan sendiri. Selain itu, ketika pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung siswa Md membuka buku IPS. Pada pertemuan ke- 4 sampai pertemuan ke- 8 juga tidak ada siswa yang benar-benar memperhatikan penjelasan guru. Siswa memperhatikan penjelasan guru hanya dalam waktu beberapa menit saja. Setelah itu pasti ada yang terpecah konsentrasinya.

Untuk memfokuskan kembali perhatian siswa yang terpecah guru melakukan metode berhitung. Jadi apabila suasana kelas ramai dan sudah tidak dapat dikondisikan guru mulai berhitung. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada siswa untuk ramai. Apabila hitungan sudah sampai 10 (sepuluh) maka siswa harus kembali memperhatikan penjelasan guru. Pada setiap pertemuan apabila ibu LHK sudah mulai berhitung maka dalam hitungan ke- 3 siswa sudah tenang kembali dan guru melanjutkan pelajarannya.

Hasil observasi tersebut didukung dengan hasil dari wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu LHK, siswa tidak selalu mengikuti petunjuk dari guru, seperti dijabarkan berikut.

Peneliti : “selama kegiatan pembelajaran berlangsung apakah siswa selalu mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk, Bu?”

Informan : “tidak selalu anak-anak itu mendengarkan petunjuk atau perintah dari saya mbak. Ada beberapa anak yang suka mengobrol, tidak memperhatikan, yang suka usil juga ada, mainan sendiri.” (transkrip wawancara 4 juni 2015)


(1)

158 Lampiran 16. Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan pembelajaran di kelas Gambar 2. Siswa tidak memperhatikan pelajaran di kelas

Gambar 3. Guru sedang menjelaskan materi pelajaran Gambar 4. Siswa Ok bermain karet gelang ketika guru menjelaskan materi

Gambar 5. Guru sedang membimbing siswa yang


(2)

159 Lampiran 17. Surat Perijinan


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25