31
pemugaran selesai oleh Daendels nama benteng
Rustenburg
dirubah menjadi benteng
Vredeburg
benteng perdamaian.
B. Perkembangan Benteng Vredeburg dari Masa ke Masa
Pada masa pemerintahan Belanda benteng Vredeburg ditempati oleh 500 orang prajurit, tenaga medis, dan juga para residen karena sering
digunakan sebagai tempat berlindung para residen yang bertugas di Yogyakarta.
Sejalan dengan perkembangan politik yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi pula perubahan atas status kepemilikan dan
fungsi bangunan Benteng Vredeburg. Secara kronologis perkembangan status tanah dan bangunan benteng Vredeburg sejak awal dibangunnya
1760 sampai dengan runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda 1942 adalah sebagai berikut :
1 Tahun 1760-1788
Pada tahun 1760 benteng VOC di Yogyakarta masih sangat sederhana. Secara
de facto
pemanfaatan benteng adalah oleh VOC namun secara
de yure
tanah adalah milik kesultanan, sehingga pembangunan benteng harus mendapat izin Sultan. Dari tahun ke
tahun pembangunan benteng belum juga mengalami penyempurnaan. Pembangunan benteng yang sangat lambat ini di pengaruhi oleh
ketidaksetujuan Sultan yang merupakan penyumbang segala meterial dan pekerja, meskipun akhirnya diberi izin oleh pihak Sultan namun
dalam perkembangannya Sultan selalu menghambat pembangunan
32
benteng sehingga pada tahun 1781 bangunan benteng masih juga belum sempurna. Untuk mempercepat penyempurnaan benteng, VOC
memberikan pinjaman kepada Sultan sehingga pembangunan benteng dipercepat. Pada tahun 1785, Johannes Siberg meresmikan dengan
nama
Rustenburg
. 2
1788-1799 Pada periode ini, benteng Rustenburg di manfaatkan oleh VOC
sebagai benteng pertahanan. Segala aktivitas VOC yang berhubungan dengan politik di Yogyakarta dikerjakan di benteng Rustenburg.
Hingga pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran. Korupsi dan kecurangan pegawai menjadikan keuangan VOC
mengalami kebangkrutan. Peperangan di berbagai daerah yang banyak menyedot anggaran keuangan juga membawa dampak yang cukup
signifikan bagi kebangkrutan VOC. Selain itu pengeluaran gaji yang besar karena luasnya wilayah kekuasaan VOC, pembayaran
devident
keuntungan bagi pemegang saham turut memberatkan keuangan VOC. Keadaan ini juga diperparah dengan bertambahnya persaingan
dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis. Selain itu juga perubahan politik Belanda dengan berdirinya republik Bataf 1795
yang demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan bebas. Hal itu sangat memberatkan eksistensi VOC di Indonesia, sehingga
dengan alasan tersebut VOC resmi dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. Sedangkan kekayaan yang ditinggalkan yaitu berupa
33
kantor dagang, gudang, benteng, kapal, serta daerah kekuasaan di Indonesia Suharja, Agus Sulistya, 2011:36.
3 Tahun 1799-1807
Pada tahun 1795 terjadi perubahan politik di Belanda, yang akhirnya terjadinya pembentukan negara baru yang diberi nama
Republik Bataf
Bataavsche Republiek
pada 19 Januari 1795. Pada periode ini, benteng dikuasai dan dimanfaatkan oleh Republik Bataf.
Fungsinya masih sama yaitu sebagai tempat pertahanan. 4
Tahun 1807-1811 Pada periode ini penguasaan benteng di Yogyakarta dikuasai
oleh
Koninklijk Holland
Kerajaan Belanda. Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels dilantik menjadi Gubernur Jendral dan
ditugaskan untuk memerintah di Hindia Belanda. Dalam upaya melakukan reorganisasi pemerintahan di pantai Timur Laut Jawa,
mulailah dilakukan penurunan jabatan pada pegawai pemerintahan di pantai Timur Laut Jawa serta mengganti pangkat residen untuk daerah
Surakarta dan Yogyakarta dirubah dengan minister. Selain itu Daendels mengadakan perkuatan angkatan perang, salah satunya
adalah perkuatan benteng sehingga benteng Rustenburg mengalami pembangunan ke bentuk yang kokoh dan kuat. Setelah mengalami
pembangunan, Daendels mengganti nama benteng ini dengan nama
Vredeburg
benteng perdamaian.
34
5 Tahun 1811-1816
Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels digantikan oleh Jan Williem Jansen. Namun pemerintahannya tidak lama karena terjadi
serbuan Inggris yang mendaratkan pasukannya tanggal 4 Agustus 1811. Meskipun dibantu oleh pasukan-pasukan raja-raja Jawa, tetapi
serangan dari pasukan Inggris tidak dapat ditangkis sehingga pada tanggal 18 September 1911 Gubernur Jansen menyerah. Sehingga
Jawa berada dibawah penguasaan Inggris dengan Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Jendral. Oleh karena itu benteng
berada dibawah penguasaan Inggris. Fungsi benteng tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebagai benteng pertahanan dan markas
pasukan. Raffles melakukan penyerbuan kedalam Kraton Yogyakarta
dengan merampas barang-barang yang ada di dalam kraton. Barang- barang hasil rampasan tersebut diangkut ke Loji besar. Loji besar
adalah sebutan bagi Benteng Vredeburg. Sedangkan barang-barang berupa surat dibawa ke Loji kebon Gedung Agung. Selain itu Sultan
Hamengkubuwana II berhasil ditangkap dan ditawan di dalam benteng Vredeburg.
6 Tahun 1816-1942
Pada periode ini benteng Vredeburg kembali dikuasai oleh Belanda, setelah lepas dari kekuasaan Inggris. Pada masa ini di sekitar
benteng banyak digunakan sebagai tempat pemukiman bagi orang-
35
orang Belanda. Benteng Vredeburg digunakan sebagai markas pasukan dan perlengkapan perang kompeni belanda.
Pada saat pemberontakan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta, Yogyakarta berhasil dikuasainya dan mengisolasinya. Dalam waktu
itu Sultan Hamengku Buwana V berhasil diselamatkan dan diamankan di dalam Benteng Vredeburg Suharja, Agus Sulistya, 2011:44.
Setelah berakhirnya Perang Diponegoro, hampir tidak ada konflik antara pihak kasultanan dengan VOC. Hal ini membawa
pengaruh terhadap fungsi benteng yang semula berfungsi sebagai markas pertahanan sudah bergeser menjadi hunian. Sarana hiburan di
dalam benteng juga telah dibangun, hal ini dikuatkan dengan adanya
societeit
di dalam kompleks benteng yang diperkirakan ada sejak tahun 1838 menyusul terjadinya pembongkaran anjungan timur laut
benteng Vredeburg. Selain itu terjadi pemugaran akibat gempa bumi di Yogyakarta pada tanggal 10 Juni 1867 yang membawa dampak
terhadap elemen bangunan yang semula sebagai benteng pertahanan mulai berubah ke elemen-elemen hunian. Parit sebagai sarana
pertahanan di sebelah utara sudah mulai dihilangkan dan kemudian dibuat jalan tembus ke utara benteng untuk mengadakan akses sarana
dan prasarana pendukung benteng. 7
Tahun 1942-1945 Dalam periode ini, Jepang berhasil menguasai wilayah
Indonesia. Di Yogyakarta pusat kekuatan tentara Jepang disamping
36
ditempatkan di Kotabaru juga dipusatkan di Benteng Vredeburg. Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah
Kempeitei
yaitu tentara pilihan yang terkenal keras dan kejam. Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai
tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap. Kaum politisi Indonesia juga berhasil ditangkap
karena mengadakan gerakan menentang Jepang. Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan persenjataan dari
Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan, terlebih dulu disimpan di Benteng Vredeburg. Gudang mesiu terletak di setiap
sudut benteng kecuali di sudut Timur Laut. Hal itu dengan pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih terjamin.
Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng dimaksudkan untuk mempermudah di saat terjadi perang secara mendadak.
Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi telah
berkumandang dan nasionalisasi bangunan-bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan. Selama itu meskipun secara
de facto
dikuasai oleh Jepang tetapi secara
yuridis formal
status tanah tetap milik kasultanan V. Agus Sulistya 2011:35.
8 Pada masa kemerdekaan
Benteng Vredeburg pada masa kemerdekaan banyak mengalami peralihan fungsi. Dibawah Instansi Militer yang kemudian
37
dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf “Q” dibawah Komandan Letnan
Muda I Radio, yang bertugas mengurusi perbekalan militer. Benteng Vredeburg disamping difungsikan sebagai markas juga sebagai
gudang perbekalan termasuk senjata, mesiu dll. Pada tahun 1946 di dalam kompleks Benteng Vredeburg didirikan Rumah Sakit Tentara
untuk melayani korban pertempuran. Selanjutnya Benteng Vredeburg dipergunakan sebagai markas
tentara Belanda yang tergabung dalam
Informatie Voor Geheimen
IVG, yaitu dinas rahasia tentara Belanda. Disamping itu Benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga
dipakai untuk menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan kendaraan militer lainnya.
Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai usaha untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI bersama
dengan TNI masih ada, Benteng Vredeburg menjadi salah satu sasaran di antara bangunan-bangunan lain yang dikuasai Belanda.
Pada tanggal 5 November 1984, bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum Perjuangan Nasional
yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan pertimbangan bahwa
bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan
38
bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 0224U1981 tanggal 15 Juli 1981.
C. Museum Benteng Vredeburg