9
terdiri dari kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah dan barang daerah, serta urusan pemerintahan
terdiri dari pengawasan terhadap urusan wajib, urusan pilihan, dana dekonsentrasi tugas pembantuan dan kebijakan pimjaman hibah luar
negeri. Pengawasan internal dilaksanakan oleh pegawai negeri sipil
PNS yang mempunyai jabatan fungsional auditor danatau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP. Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 51 Tahun 2012 mengatur tentang seorang auditor
dinilai mampu melaksankan tugas pengawasan apabila telah dinyatakan lulus dari ujian sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor
JFA, sesuai jenjangnya sehingga menduduki: Pengendali Mutu PM, Pengendali Teknis PT, Ketua Tim KT dan Anggota Tim
AT.
2.3 Independensi Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang
tugas pokonya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajmen puncak telah dipatuhi, menentukan
baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisisensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi,
serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi Mulyadi, 2010. Fungsi audit internal menurut
10
Boynton 2003 adalah melakukan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu
organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan.
Pertimbangan auditor penting dalam proses audit karena mencakup kompetensi auditor, efektivitas arsitektur sistem informasi
bagi auditor, dan signifikansi matrealitas dari unsur laporan keuangan Prachsriphun
et al
., 2001 dalam Kristiani 2012. Arens
et al
., 2000 mendefenisikan independensi dalam pengauditan sebagai pengaruh cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian
audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit. Dengan demikian independensi dapat menghindarkan
hubungan yang mungkin menggangu objektivitas seorang auditor Hutami, 2011.
Selain itu independensi merupakan suatu tindakan baik sikap, perbuatan, atau mental auditor sepanjang melaksanakan audit,
dimana seorang auditor harus bisa memposisikan dirinya untuk tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit
Christiawan, 2003. Terdapat indikator independensi menurut Sowyer 2006 antara lain:
a. Independensi dalam program audit: bebas dari intervensi
menejerial atas program audit, bebas dari segala intervensi atas program audit, bebas dari segala persyaratan untuk
penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah program audit.
b. Independensi dalam verifikasi: bebas dalam mengakses
semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan
11
dengan audit yang dilaksanakan, mendapat kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama melakukan verifikasi
audit, bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit, bebas dari usaha menejerial yang berusaha
membatasi aktivitas yang diperiksa, bebas dari usaha menejerial yang membatasi perolehan barang bukti.
c. Independensi dalam pelaporan: bebas dari tekanan untuk
tidak melaporkan hasil audit, bebas dari tekanan untuk melaporkan bukti-bukti yang signifikan, menghindari
penggunan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan opini, fakta, dan
rekomendasi dalam intepretasi audit, bebas dari usaha meniadakan pertimbangan auditor mengenai faktaopini
dalam laporan audit internal, bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampaksignifikasi dari fakta-fakta yang
dilaporkan.
2.4 Teori Atribusi