Laba Usaha Business Profits
19
di mana perusahaan tersebut melakukan kegiatan usaha, dapat mengenakan pajak atas penghasilan atau laba usaha yang diterima atau diperoleh perusahaan luar negeri, yang
merupakan penduduk atau berkedudukan di negara mitra, hanya apabila perusahaan tersebut mempunyai bentuk usaha tetap di negara sumber.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dilihat dari sisi Indonesia misalnya, Indonesia sebagai negara sumber tidak berhak mengenakan pajak atas penghasilan atau laba usaha
yang diterima atau diperoleh dari Indonesia oleh perusahaan yang merupakan penduduk negara mitranya sebagai negara domisili apabila perusahaan yang bersangkutan tidak
melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetapnya yang ada di Indonesia. Sebaliknya, dilihat dari sisi negara mitra, negara mitra sebagai negara sumber juga tidak
dapat mengenakan pajak atas penghasilan atau laba usaha yang diterima atau diperoleh dari negara itu oleh perusahaan yang merupakan penduduk di Indonesia sebagai negara domisili,
apabila perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetapnya yang ada di negara mitra.
The profits of an enterprise of a Contracting State shall be taxable only in that State unless the enterprise carries on business in the other Contracting State through a permanent
establishment situated therein. If the enterprise carries on business as aforesaid, the profits of the enterprise may be taxed in the other State but only so much of them as is attributable to
that permanent establishment. Ketentuan umum ini dianut di dalam ke-5 P3B Indonesia dengan negara mitra, namun
terdapat modifikasi pada P3B antara Indonesia dengan Amerika Serikat, Korea Selatan dan China. Dalam P3B Indonesia dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, ketentuan tersebut
di atas diperluas dengan ditambahkannya klausul “... atau bersumber dari penjualan barang atau barang dagangan dengan jenis yang sama seperti yang dijual atau ditransaksikan melalui
bentuk usaha tetapnya” “... or derived from sources within such other Contracting State from sales of goods or merchandise of the same kind as those sold, or from other business
transactions of the same kinds as those effected, through the permanent establishment ”.
Sedangkan dalam P3B Indonesia dengan China, persyaratan “melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetapnya yang ada di negara mitra” dipertegas dengan
menambahkan klausul “baik langsung maupun tidak langsung” “directly or indirectly attributable to that permanent establishment
”. Namun demikian, P3B tersebut juga mengatur bahwa ketentuan dimaksud hanya berlaku jika kegiatan bisnis dilakukan oleh
20
bentuk usaha tetapnya atau berkaitan dengan bentuk usaha tetapnya “The provisions of this paragraph shall, however, not apply if the enterprise proves that the above activities are not
undertaken by the permanent establishment or have no relation with the permanent establishment
”. Dalam hal negara sumber berhak mengenakan pajak, yaitu karena perusahaan yang
bersangkutan melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetap di negara sumber, penghasilan atau laba yang dapat dikenakan pajak hanya terbatas kepada penghasilan atau
laba yang dianggap berasal attributable dari bentuk usaha tetap. Pengertian penghasilan atau laba yang berasal attributable dari bentuk usaha tetap dapat berupa:
a. Penghasilan atau laba dari kegiatan atau usaha yang dilakukan bentuk usaha tetap sendiri;
b. Penghasilan atau laba dari penjualan barang-barang atau barang dagangan yang dilakukan di negara sumber yang langsung dilakukan oleh perusahaan yang
berkedudukan di negara mitra kepada pembeli di negara sumber, tanpa melalui bentuk usaha tetapnya, yang sama atau jenisnya serupa the same or similar kind seperti yang
dijual bentuk usaha tetap; c. Kegiatan usaha lainnya yang dijalankan di negara sumber yang langsung dilakukan oleh
perusahaan yang berkedudukan di negara mitra, kepada langganan di negara sumber, tanpa melalui bentuk usaha tetapnya, yang sama atau jenisnya serupa dengan kegiatan
usaha lain yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap. Menarik penghasilan perusahaan luar negeri sebagaimana diuraikan dalam butir b dan
c menjadi penghasilan bentuk usaha tetapnya, merupakan penerapan suatu konsep yang
dinamakan force of attraction rule concept dalam penentuan objek pajak bentuk usaha tetap.
Terdapat beberapa perjanjian perpajakan yang tidak menerapkan konsep ini. Dari ke-5 P3B Indonesia dengan negara mitra, yang tidak menerapkan konsep force of attraction adalah P3B
Indonesia dengan Jepang dan Singapura. P3B Indonesia dengan China menerapkan konsep ini dengan redaksi yang dimodifikasi sebagaimana telah diuraikan di atas.
3.5. Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Dari Pengangkutan Laut Dan Pengangkutan Udara Shipping And Air Transport
Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang berasal dari pengangkutan laut dan pengangkutan udara shipping and air transport yang diatur dalam perjanjian perpajakan,
21
hanyalah yang menyangkut lalu lintas internasional, sedangkan untuk lalu lintas domestik tidak diatur. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang berasal dari pengangkutan laut dan
pengangkutan udara shipping and air transport dalam lalu lintas internasional international traffic, yang diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan yang
berkedudukan di negara mitra dalam kapasitasnya sebagai negara domisili, atau sebaliknya berkedudukan di Indonesia apabila Indonesia sebagai negara domisili adalah sebagai berikut.
a. Penghasilan yang berasal dari jalur lalu lintas internasional international traffic hanya
akan dikenakan pajak di negara tempat perusahaan pelayaran atau penerbangan yang bersangkutan berkedudukan negara domisili.
b. Ketentuan tersebut pada butir a berlaku juga terhadap penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh suatu perusahaan dari negara mitra dalam kapasitasnya sebagai negara domisili, atau sebaliknya berkedudukan di Indonesia apabila Indonesia sebagai negara
domisili karena keikutsertaannya dalam gabungan-gabungan participation in pools dalam bentuk apa pun dari perusahaan yang berusaha di bidang pengangkutan laut dan
pengangkutan udara, dalam kegiatan usaha bersama joint business atau dalam suatu perwakilan perusahaan internasional.
Dalam P3B, ketentuan tersebut di atas diatur sebagai berikut. Profits of an enterprise of a Contracting State from the operation of ships or aircraft in
international traffic shall be taxable only in that State. The provision of paragraph 1 shall also apply to profits derived from the participation in a
pool, a joint business or an international operation agency. Dalam beberapa perjanjian perpajakan, negara sumber yaitu negara tempat dimana
kegiatan pengangkutan dalam jalur lalu lintas internasional dilakukan, diberikan hak untuk mengenakan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari pengangkutan laut dalam jalur lalu
lintas internasional sebesar lima puluh persen dari pajak yang seharusnya dikenakan. Dalam kajian ini, dari ke-5 P3B Indonesia dengan negara mitra, terdapat 2 P3B yang menerapkan
ketentuan tersebut, yaitu P3B Indonesia dengan Singapura dan China. Dalam pengertian kegiatan pengangkutan laut dan pengangkutan udara, biasanya
termasuk kegiatan-kegiatan tambahan, yang sedikit banyak kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan pengangkutan orang dan barang. Dalam Commentary Pasal 8 dari Model
Tax Convention on Income and on Capital , September 1992 Condensed Version, terbitan
22
OECD 1993, dinyatakan bahwa dalam cakupan kegiatan pengangkutan laut dan udara dalam lalu lintas internasional, termasuk kegiatan-kegiatan:
a. Penjualan tiket penumpang atas nama perusahaan lain; b. Pengoperasian bus penjemputan yang menghubungkan pelabuhan udara dengan suatu
kota; c. Advertensi dan propaganda komersial;
d. Pengangkutan barang-barang dengan truk yang menghubungkan suatu depot dengan pelabuhan atau lapangan terbang.
Dalam perkembangannya, kegiatan pengangkutan kontainer di daratan inland transport
, juga termasuk dalam pengertian pengangkutan laut dan udara dalam lalu lintas internasional. Dengan demikian, penghasilan yang diperoleh atau diterima perusahaan
pelayaran atau perusahaan penerbangan dari persewaan kontainer sebagai pelengkap dari kegiatan pengangkutan laut dan udara dalam lalu lintas, termasuk dalam pengertian
penghasilan yang diperoleh atau diterima dari pengangkutan laut dan udara dalam lalu lintas internasional.
P3B Indonesia dengan Amerika Serikat memuat ketentuan mengenai penghasilan dari penggunaan atau pengelolaan kontainer, sebagaimana dimaksud di atas, sebagai penghasilan
dari pengangkutan laur dan udara dalam lalu lintas internasional. Selain itu, P3B tersebut juga memasukkan ke dalam kategori tersebut penghasilan dari persewaan kapal laut atau pesawat
dalam lalu lintas internasional yang dicarter dalam keadaan kosong bare boat basis maupun dalam keadaan secara penuh diawaki, dikuasai dan diperlengkapi oleh perusahaan pelayaran
atau perusahaan penerbangan yang bersangkutan full basis. Berbeda dengan P3B dengan negara mitra lainnya, P3B Indonesia dengan Korea
Selatan memuat ketentuan mengenai PPN dibebaskan dalam hal perusahaan pelayaran atau perusahaan penerbangan Indonesia untuk kapal laut atau pesawat yang beroperasi dalam lalu
lintas internasional. In respect of the operation of ships or aircraft in international traffic carried on by an
enterprise of a Contracting State, that enterprise, if an enterprise of Indonesia, shall also be exempt from the value added tax in Korea and, if an enterprise of Korea, shall also be exempt
from any tax similar to the value added tax in Korea which may hereafter be imposed in Indonesia.
23