Hasil simulasi dengan pendekatan pertama

59 South Korea 0,007 0,01 0,004 0,007 China 0,007 0,06 0,005 0,009

5.3.2. Hasil simulasi dengan pendekatan kedua

Simulasi dengan pendekatan kedua dilakukan dengan penurunan tarif pajak penghasilan atas jenis penghasilan yang dikenakan pada sektor jasa dan atas jenis penghasilan yang dikenakan pada faktor produksi, berupa modal capital yang dilakukan dengan simultan untuk menguji dampaknya pada setiap agregasi sektor. Hasil simulasi menunjukkan hasil yang sama, yaitu secara keseluruhan adanya tax treaty berdampak positif bagi arus perdagangan dengan nilai yang relatif sama dan dampak paling besar terdapat pada perdagnagan komoditas. Khusus untuk Singapura, kita harus lebih berhati- hati karena adanya tax treaty berdampak negatif atas arus perdagangan di sektor jasa yang berarti bahwa pelaku usaha mengalihkan arus perdagangan tidak memihak ke Indonesia. Selain itu, dapat dilihat bahwa dampak terhadap arus perdagangan di sektor jasa dengan negara Korea Selatan dan China masih kecil, meskipun berdasarkan hasil simulasi pertama dampak penurunan tarif pajak penghasilan atas sektor jasa ditengarai dapat berdampak lebih besar dibandingkan penurunan tarif pajak penghasilan atas modal. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan arus perdagangan sektor jasa untuk kedua negara tersebut, Indonesia harus berani untuk memainkan instrumen pajaknya. Untuk lebih detail dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini: Tabel 25 Dampak terhadap Trade Balance per Sektor Negara Trade of Commodity Utility Construction Services Total Japan 0,167 0,030 0,036 0,130 USA 0,173 0,027 0,035 0,134 Singapore 10,093 0,013 -0.057 0,057 South Korea , 0,167 7 0,032 0,007 0,132 China ,0,167 0,032 0,007 0,132

6. Keterkaitan Tax Treaty dengan Arus Investasi dan Perdagangan

Hubungan antara tax treaty dengan arus investasi menunjukkan bahwa tax treaty dalam jangka pendek berdampak negatif terhadap FDI, tetapi dalam jangka panjang berdampak 60 positif. FDI juga dipengaruhi oleh ongkos perdagangan, semakin murah ongkos perdagangan maka aliran FDI semakin besar. Model menunjukkan bahwa ongkos perdagangan berdampak negatif terhadap FDI ke Indonesia. Ini menunjukkan bahwa negara mitra belum menganggap Indonesia sebagai negara tujuan utama untuk berinvestasi, disinilah peranan tax treaty untuk direnegosiasikan misalnya terkait dengan definisi bentuk usaha tetap. Aliran FDI tidak semata-mata dipengaruhi oleh tax treaty, namun juga dipengaruhi oleh iklim investasi di Indonesia, kepastian hukum, infrastruktur, dan lain-lain. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengusaha, dapat diketahui bahwa pajak hanya merupakan salah satu pertimbangan dalam berinvestasi, hanya sebagai pendukung saja. Jadi untuk meningkatkan arus investasi ke Indonesia maka perlu pula dilakukan pembenahan di sektor lain. Hubungan antara tax treaty dengan arus perdagangan dapat diuji dengan melakukan simulasi penurunan tarif pajak penghasilan. Dalam kasus tax treaty antara Indonesia dengan Amerika dan Singapura menunjukkan bahwa apabila dilakukan penurunan tarif pajak penghasilan dari 20 menjadi 15 atau 10 atas modal active income, tetap akan menguntungkan Indonesia. Keuntungan atas perdagangan dengan Amerika dan Singapura jauh lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Keuntungan tax treaty Indonesia dengan Amerika dan Singapura kemungkinan besar terkait dengan klausul hak pemajakan branch profit tax BPT. Terkait dengan klausul ini, diduga Bentuk Usaha Tetap BUT dan keuntungan yang diraih oleh BUT yang berasal dari Amerika dan Singapura di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan Cina dan Korea Selatan. Terkait dengan sektor jasa, apabila dilakukan penurunan tarif pajak penghasilan dari 20 menjadi 15 atau 10, maka pengaruhnya lebih besar dengan negara Cina dan Korea Selatan. Artinya penurunan tarif pajak penghasilan di sektor jasa dengan mitra dagang Cina dan Korea lebih menguntungkan Indonesia, dibandingkan dengan Amerika, Singapura dan Jepang. Hal ini mengandung arti bahwa apabila tarif pajak penghasilan atas sektor jasa diturunkan, maka arus perdagangan dengan Cina dan Korea Selatan akan semakin meningkat dan cenderung menguntungkan Indonesia. 7. Kesimpulan dan Rekomendasi 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: