Perlakuan Perpajakan Atas Keuntungan Dari Pemindahtanganan Harta Capital Gains

30 a. Keuntungan dari pemindahtanganan harta tak gerak yang diterima penduduk salah satu negara yang terikat perjanjian perpajakan dapat dikenakan pajak may be taxed di negara tempat di mana harta itu terletak. Dalam hal ini negara tempat harta itu terletak merupakan negara sumber source country. b. Keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan harta gerak yang merupakan bagian kekayaan dari suatu bentuk usaha tetap permanent establishment atau bagian dari suatu tempat usaha tetap fixed base, termasuk keuntungan dari pemindahtanganan bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap itu sendiri, dapat dikenakan pajak di negara tempat di mana bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap itu berada negara sumber. c. Keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan kapal laut atau pesawat terbang yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional atau dari harta gerak yang berkenaan dengan pengoperasian kapal laut atau pesawat terbang tersebut hanya akan dikenakan pajak di negara di mana tempat manajemen efektif effective management dari perusahaan yang mengoperasikan kapal laut dan pesawat terbang berkedudukan. d. Keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan harta lainnya, misalnya harta gerak berupa saham dan surat-surat berharga lainnya, hanya dikenakan pajak di negara di tempat di mana pihak yang memindahtangankan harta merupakan penduduknya negara domisili. P3B Indonesia dengan Singapura tidak mengatur tentang perlakuan perpajakan terhadap keuntungan dari pemindahtanganan harta capital gains. Dengan demikian, apabila terjadi transaksi yang melibatkan keuntungan dari pemindahtanganan harta capital gains, maka ketentuan perpajakan yang berlaku adalah peraturan perpajakan domestik masing- masing negara. Dalam P3B Indonesia dengan Amerika Serikat, terdapat ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pemindahtanganan barang modal capital assets selain harta tak gerak Immovable Real Property dibebaskan dari pengenaan pajak di negara sumber, dengan pengecualian sebagai berikut: a. Dalam hal penerima keuntungan laba mempunyai bentuk usaha tetap permanent establishment atau tempat usaha tetap fixed base di negara sumber, dan barang modal yang dipindahtangankan mempunyai hubungan efektif dengan bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap tersebut, pengenaan pajak atas keuntungan tersebut tidak tunduk kepada ketentuan mengenai pengenaan pajak atas capital gains, tetapi tunduk kepada 31 ketentuan mengenai pengenaan pajak atas laba usaha business profits atau ketentuan mengenai pengenaan pajak atas penghasilan dari pekerjaan bebas independent personal services . Dengan demikian, royalti tersebut akan dianggap sebagai bagian penghasilan dari bentuk usaha tetap dan tempat usaha tetap. b. Penerima keuntungan adalah orang pribadi dan berada di negara sumber untuk jangka waktu mencapai total 120 hari atau lebih selama tahun pajak tersebut. Selanjutnya, untuk bentuk usaha tetap permanent establishment berupa lokasi bangunan, proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan atau kegiatan-kegiatan pengawasan yang berhubungan dengan proyek tersebut, atau instalasi atau kilang pengeboran atau kapal yang digunakan untuk eksplorasi atau eksploitasi sumber daya alam, yang berada atau masih berada di negara sumber selama lebih dari 120 hari, hanya dapat dikenakan pajak shall be taxable only di negara sumber. Ketentuan mengenai perlakuan perpajakan atas keuntungan dari pemindahtanganan harta gerak berupa saham diatur secara berbeda dalam P3B Indonesia dengan China. Dalam P3B tersebut, keuntungan dari pemindahtanganan harta gerak berupa saham dapat dikenakan pajak may be taxed di negara sumber. Hal ini berbeda dengan P3B Indonesia dengan Jepang, Amerika Serikat maupun Korea yang menggunakan ketentuan “hanya dapat dikenakan pajak shall be taxable only” di negara sumber. 3.11. Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Dari Pekerjaan Bebas Independent Personal Services Penghasilan yang diterima oleh seorang penduduk salah satu negara dalam hal ini kedudukan negara itu sebagai negara domisili sehubungan dengan pemberian jasa profesional atau pekerjaan bebas hanya akan dikenakan pajak di negara itu, kecuali apabila jasa profesional atau pekerjaan bebas tersebut dilakukan di negara mitranya dalam hal ini kedudukan negara tersebut sebagai negara sumber serta dipenuhi kriteria diantaranya: a. Yang bersangkutan mempunyai tempat usaha tetap fixed base di negara mitranya sebagai negara sumber yang tersedia baginya secara teratur untuk melaksanakan kegiatannya; atau b. Ia berada di negara mitranya sebagai negara sumber melebihi jangka waktu time test yang disepakati dalam perjanjian perpajakan. 32 Tidak semua P3B mengatur tentang kedua hal tersebut di atas sebagai kriteria yang harus dipenuhi. Dari ke-5 P3B Indonesia dengan negara mitra, P3B Indonesia dengan Singapura hanya mengatur tentang kriteria time test dan tidak mengatur tentang kriteria keberadaan di negara sumber dari pekerja bebas yang bersangkutan. Sedangkan dalam P3B Indonesia dengan 4 negara mitra lainnya, kedua kriteria tersebut di atas diatur sebagai persyaratan untuk menentukan dapat tidaknya negara sumber mengenakan pajak atas penghasilan dari jasa profesional atau pekerjaan bebas. Dalam hal orang tersebut memberikan jasa profesional atau melakukan pekerjaan bebasnya di negara sumber dan kedua atau salah satu dari kriteria tersebut di atas terpenuhi, negara sumber dapat mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pemberian jasa profesional atau pekerjaan bebas yang bersangkutan. Namun demikian, besarnya penghasilan yang dapat dikenakan hanya sebesar penghasilan yang berasal attributable dari tempat usaha tetap fixed base. Jangka waktu keberadaan seseorang di negara sumber time test merupakan salah satu kriteria untuk menentukan dapat tidaknya negara sumber mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pemberian jasa profesional atau pekerjaan bebas, menurut P3B dengan negara mitra adalah sebagaimana dalam tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9 Peraturan Jangka Waktu Time Test untuk Pekerjaan Bebas P3B dengan Negara Jangka Waktu Time Test Keberadaan di Negara Sumber Singapura Melebihi 90 hari dalam jangka waktu 12 bulan Jepang Melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan Amerika Serikat Melebihi 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan Korea Selatan Melebihi 90 hari dalam jangka waktu tahun takwim China Melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan Sumber: Dokumen P3B, diolah. Dalam istilah “jasa profesional”, pengertian jasa profesional termasuk pekerjaan bebas yang dilakukan di bidang ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian, pendidikan, atau 33 pengajaran, begitu juga pekerjaan bebas yang dilakukan oleh para dokter, ahli hukum, ahli teknik, arsitek, dokter gigi, dan akuntan.

3.12. Penghasilan Dari Hubungan Kerja Dependent Personal Services

Prinsip-prinsip pemajakan atas penghasilan dari hubungan kerja pada umumnya adalah sebagai berikut. a. Penghasilan berupa gaji, upah dan imbalan balas jasa lain yang serupa, yang diperoleh atau diterima oleh seorang penduduk salah satu negara yang terikat perjanjian perpajakan, dalam hal ini kapasitas negara ini adalah sebagai negara domisili sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukannya dalam hubungan kerja, hanya akan dikenakan pajak di negara itu, kecuali apabila pekerjaannya dilakukan di negara mitranya dalam hal ini, kapasitas negara mitra adalah sebagai negara sumber. Apabila pekerjaan di lakukan di negara mitranya itu negara sumber, negara mitranya itu dapat mengenakan pajak atas gaji, upah dan balas jasa lainnya yang serupa sepanjang dipenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat di bawah ini. i. Penerima gaji, upah, atau imbalan balas jasa lainnya yang serupa, berada di negara mitra negara sumber melebihi jangka waktu time test yang ditentukan dalam perjanjian perpajakan yang bersangkutan. ii. Gaji, upah, atau imbalan balas jasa lainnya yang serupa itu dibayarkan oleh, atau atas nama, pemberi kerja yang merupakan penduduk resident atau berkedudukan di negara mitra negara sumber. iii. Gaji, upah, atau imbalan balas jasa lainnya yang serupa itu dibebankan sebagai biaya oleh bentuk usaha tetap permanent establishment atau tempat usaha tetap fixed base yang dimiliki pemberi kerja di negara mitra negara sumber. Dilihat dari hak negara sumber untuk mengenakan pajak, syarat-syarat tersebut di atas bersifat alternatif. Artinya, apabila pekerjaannya dilakukan di negara sumber dan salah satu syarat tersebut di atas dipenuhi, negara sumber berhak untuk mengenakan pajak atas gaji, upah, atau imbalan balas jasa lainnya yang serupa sehubungan dengan hubungan kerja yang dilakukan di negara sumber tersebut. Dilihat dari sisi negara domisili, syarat-syarat tersebut di atas bersifat kumulatif. Artinya, walaupun pekerjaan dilakukan di negara sumber, asalkan semua syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian perpajakan dipenuhi, gaji, upah, atau imbalan balas jasa 34 lainnya yang serupa yang diterima dari hubungan kerja hanya akan dikenakan pajak di negara domisili. Jangka waktu keberadaan seseorang di negara sumber, sebagai salah satu syarat untuk menentukan dapat tidaknya negara sumber mengenakan pajak atas penghasilan yang diterima dari hubungan kerja yang dilakukan di negara sumber, adalah sebagaimana dalam tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10 Peraturan Time Test untuk Penghasilan atas Hubungan Kerja P3B dengan Negara Jangka Waktu Time test Keberadaan di Negara Sumber Singapura Melebihi 183 hari dalam jangka waktu tahun takwim Jepang Melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan Amerika Serikat Melebihi 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan Korea Selatan Melebihi 183 hari dalam suatu tahun pajak China Melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan Menyimpang dari ketentuan tersebut di atas, imbalan yang diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara, yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional oleh perusahaan pelayaran atau penerbangan dari salah satu negara yang terikat perjanjian perpajakan, hanya akan dikenakan pajak di negara itu dan tidak dapat dikenakan pajak di negara mitranya. Dalam analisis perbandingan P3B Indonesia dengan lima negara mitra tersebut di atas, terdapat beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian sebagaimana dirangkum dalam Box 1 berikut ini. Box 1 Rangkuman Hasil Analisis Perbandingan P3B Indonesia dengan Lima Negara Mitra P3B RI – Jepang: • Tidak ada hak pemajakan branch profit tax BPT. • Setelah berlaku Undang-Undang Pajak Penghasilan, Production Sharing Contract PSC menjadi tidak dikecualikan lagi. • Tidak memuat force of attraction rule.