GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

6

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba ±1.154,67 km 2 , terdiri dari 10 kecamatan dengan 126 desakelurahan, 28 desa daerah pantai 22,22, 1 desa daerah lembah 0,79, 20 desa daerah perbukitan 15,87, 77 desa adalah dataran 61,60. Secara kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terdiri atas 10 kecamatan yaitu, Kecamatan Ujungbulu, Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Kecamatan Herlang. Tujuh diantaranya berada di daerah pesisir dengan sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu, Kecamatan Ujungbulu, Gantarang, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga kecamatan sebagai sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan Kindang, Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata yang berkisar dari 23,82 Celcius-27,68 Celcius pada kisaran yang cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim berdasarkan analisis Smith-Perguson termasuk klasifikasi lembab atau agak basah dengan curah hujan bervariasi antara 800-1000 mmtahun di Kecamatan Ujungbulu, sebagian Kecamatan Ujung Loe dan sebagian Kecamatan Bontobahari. Curah hujan antara 1000-1500 mmtahun pada sebagian Kecamatan Gantarang, Ujung Loe dan Kecamatan Bontotiro. Curah hujan antara 1500- 2000 mmtahun pada sebagian Kecamatan Gantarang dan sebagian Kecamatan Bulukumpa, Bontotiro, Herlang, dan Kecamatan Kajang. Curah hujan di atas 2000 mmtahun meliputi Kecamatan Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, dan kecamatan Herlang. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bulukumba seluruh potensi yang ada akan dimanfaatkan dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat, potensi tersebut akan dikelola dan diberdayakan secara optimal sehingga benar- benar dapat dugunakan untuk meminimalkan hambatan yang ada saat ini maupun tantangan pembangunan kedepannya. Sisi lain yang sangat berpengaruh yakni keinginan yang kuat seluruh komponen pemerintah dan masyarakat untuk menggunakan 7 sumberdaya yang ada dalam mengatasi tantangan menuju terwujudnya masyarakat sejahtera dengan mewujudkan pemerintahan yang mandiri, berwibawa, dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana diamanatkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Potensi pembangunan yang mendukung antara lain meliputi: a. Semangat otonomi daerah sesuai yang tertuang dalam UU Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi serta karakteristik daerah. b. Letak geografis Kabupaten Bulukumba yang merupakan wilayah administrasi yang menghubungkan antarwilayah Sulawesi Selatan dengan Kepulauan Selayar, Sinjai, Bone pada jalur Selatan dengan potensi perikanan, pertanian, dan perkebunan. c. Budaya gotong royong yang masih terpelihara dapat dimanfaatkan untuk membangun Kabupaten Bulukumba dengan falsafah “Mali siparappe, Tallang sipahua“ yang dalam ungkapan suku Bugis Makassar merupakan sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengembangkan amanat persatuan dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat. d. Potensi sumberdaya alam yang melimpah tersebar di tiga kecamatan sebagai sentra perkebunan dan tujuh kecamatan sebagai sentra perikanan. e. Tersedia sumberdaya manusia yang cukup potensial dalam mendukung pembangunan Bulukumba dan berkesinambungan. f. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung perkembangan daerah Kabupaten Bulukumba.

A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Pembangunan sosial budaya dan agama merupakan bagian yang paling strategis dari keseluruhan upaya pembangunan karena langsung menyentuh pribadi manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan dan sekaligus terkait dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Kondisi kehidupan 8 masyarakat akan tercermin pada aspek kualitas dan struktur umur penduduk, kualitas penduduk itu sendiri tercermin dari aspek kualitas pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Kabupaten Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan yang panjang dengan mengorbankan harta dan martabat. Salah satu wujud perjuangan menjelang proklamasi yakni dengan terbentuknya ”Barisan Merah Putih” dan “Laskar Brigade Pemberontakan Bulukumba Angkatan Rakyat”. Dari sisi budaya, Kabupaten Bulukumba telah tampil menjadi sebuah legenda modern dalam kancah percaturan kebudayaan nasional. Melalui industri perahu dengan jenis pinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun lepa-lepa telah berhasil mengangkat nama Kabupaten Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap aspek yang bernama perahu sebagai refleksi kreativitas masyarakat Kabupaten Bulukumba. Kehidupan keagamaan, masyarakat Kabupaten Bulukumba telah bersentuhan dengan agama Islam sejak awal abad ke-17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam yang berintikan tasauf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan untuk berlaku zuhud, suci, lahir, dan bathin. Kehidupan keagamaan relatif berkembang dengan baik, hal ini ditandai dengan banyaknya tempat ibadah yang tersebar di sepuluh kecamatan. Jumlah fasilitas peribadatan masjid sebanyak 591 unit, mushalla sebanyak 31 unit, langgar sebanyak 3 unit, dan gereja sebanyak 1 unit. Jumlah ulama sebanyak 8 orang, muballigh sebanyak 445 orang, khatib sebanyak 525 orang, dan penyuluh agama sebanyak 106 orang. Masyarakat yang menunaikan ibadah haji setiap tahun sebanyak 300 orang sampai dengan 400 orang sesuai kuota yang diperoleh. Semakin maraknya pelaksanaan kegiatan keagamaan, bertambahnya kelompok pengajian dan terbangunnya solidaritas keagamaan baik internal maupun eksternal. Hal yang paling menonjol yakni dengan ditetapkankannya Peraturan Daerah tentang Peningkatan Kualitas Keagamaan. 9

B. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan. Penggunaan angka dasar harga konstan untuk menghindari pengaruh perubahan harga. Pertumbuhan ekonomi nasional, regional, provinsi, dan kabupatenkota dihitung dengan harga konstan tahun 2000. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba antara tahun 2003-2007 mencapai 4,91 persen. Rendahnya pertumbuhan tersebut sebagian masih disebabkan dampak krisis ekonomi yang melanda tanah air. Bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 5,51 persen untuk periode yang sama, nampak bahwa kinerja perekonomian Kabupaten Bulukumba menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat. Struktur ekonomi Kabupaten Bulukumba sektor pertanian memberikan kontribusi 59 persen tahun 2003, dan turun menjadi 53 persen tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Bulukumba perekonomiannya masih mengandalkan sektor pertanian. Sektor lain yang mempunyai kontribusi cukup besar yaitu, sektor jasa dengan kontribusi 14,09 persen tahun 2003, kemudian pada tahun 2007 memberikan kontribusi 17,68 persen terhadap total PDRB Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya sektor perdagangan sebesar 11,32 persen pada tahun 2003 dan menjadi 11,67 persen pada tahun 2007. Sektor yang memberikan kontribusi terkecil di Kabupaten Bulukumba adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu hanya 0,31 persen pada tahun 2003 kemudian pada tahun 2007 menjadi 0,39 persen dari total PDRB. Semetara itu, setiap tahun PDRB per kapita Kabupaten Bulukumba cenderung mengalami peningkatan. Dalam lima tahun terakhir dari Rp 3.863.914,00 pada tahun 2003 menjadi Rp 5.669.441,00 pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa dalam kurun waktu lima tahun PDPB perkapita mengalami peningkatan yang cukup pesat.

C. Ilmu pengetahuan dan Teknologi

Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kabupaten Bulukumba dalam menghadapi tantangan perkembangan global menuju ekonomi yang berbasis pengetahuan knowledge based economy perlu mendapat perhatian dalam rangka peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. 10 Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni pemanfaatan teknologi itu sendiri dalam proses produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan kesesuaian teknologi untuk masing-masing sektor yang terkait. Pengaruh teknologi terhadap perubahan budaya dan lingkungan akan menjadi perhatian pemerintah.

D. Sarana dan Prasarana

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan penggerak utama perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor transportasi merupakan tulang punggung perekonomian terutama dalam mendistribusikan arus barang dan penumpang. Ketersediaan sarana perumahan dan pemukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur seperti kelistrikan, telekomunikasi, sarana air bersih, perumahan serta sanitasi merupakan aspek penting dalam rangka peningkatan produksi. Jaringan transportasi mempunyai peran penting dalam memperkokoh kesatuan dan kesatuan bangsa, pemicu pembangunan suatu kawasan. Dapat dikatakan bahwa disparitas kesejahteraan antarkawasan juga dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi diantaranya. Dalam konteks ini, ke depan pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan merupakan persyaratan kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor lainnya. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan untuk seluruh tingkatan mulai dari TK, SD, SMP, SLTA dan sederajat, serta Sekolah TinggiAkademi baik negeri maupun swasta cenderung mengalami peningkatan yaitu, TK tahun 2007 sebanyak 295 unit dari 153 unit pada tahun 2003, atau mengalami peningkatan 92,81 persen, SD tahun 2007 sebanyak 381 unit atau turun dari 385 unit pada tahun 2003, SMP sebanyak 94 unit pada tahun 2007 dari 73 unit pada tahun 2003 atau naik 28,76 persen. SMA pada tahun 2007 sebanyak 31 unit dan meningkat dari 21 unit pada tahun 2003, Sekolah 11 Kejuruan pada tahun 2007 sebanyak 6 unit meningkat dari 2 unit pada tahun 2003, atau naik sebesar 83,33 persen. Sekolah Tinggi sebanyak 3 unit pada tahun 2007. Sarana pendidikan diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan formal dan informal terkait upaya peningkatan kualitas masyarakat Kabupaten Bulukumba. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan dalam rangka mendukung layanan kesehatan tahun 2007 yang terdiri dari rumah sakit, Puskesmas, Posyandu, dan Polindes seluruhnya berjumlah 612 dengan rincian rumah sakit 1 unit, Puskesmas 16 unit, Puskesmas Pembantu Pustu 65 unit, Posyandu 475 unit, dan Polindes 56 unit. Sarana untuk rumah sakit dan Puskesmas jika dibandingkan dengan tahun 2003 tidak mengalami penambahan. Unit yang mengalami perubahan dengan penambahan yaitu, Pustu tahun 2003 sebanyak 53 unit menjadi 65 unit pada tahun 2007, atau meningkat 19,04 persen, Posyandu tahun 2003 sebanyak 457 unit meningkat menjadi 475 unit tahun 2007, atau naik sebesar 3,94 persen. Polindes tahun 2003 sebanyak 52 unit meningkat menjadi 56 unit, atau naik 7,69 persen. Sarana kesehatan yang ada dalam perencanaan jangka panjang diharapkan mengalami peningkatan baik volume maupun kualitas sarana pelayanannya. Sarana Jalan Panjang jalan pada tahun 2003 sepanjang 1.343,49 km tidak mengalami penambahan sampai dengan tahun 2007. Meskipun panjang jalan tidak mengalami penambahan, namun dilakukan peningkatan kualitas jalan yaitu permukaan jalan yang diaspal pada tahun 2007 mencapai sepanjang 736,73 km, sedangkan sejak tahun 2003 sepanjang 515,45 km. Peningkatan kualitas jalan dalam jangka panjang diharapkan dapat memperlancar arus lalu lintas barang dan kemudahan angkutan produksi pertanian, perkebunan dan perikanan antar wilayah kabupaten dan akses terhadap wilayah kebupaten terdekat.

E. Politik

Kondisi politik Kabupaten Bulukumba antara taun 2004-2007 relatif stabil hal ini ditandai dengan penyelenggaraan pemilihan anggota legislatif dan kepala daerah secara langsung tanpa hambatan. Keterwakilan masyarakat melalui Dewan 12 Perwakilan Rakyat Daerah pada periode tahun 2005 sebanyak 35 orang dengan komposisi Ketua, Wakil Ketua dan Komisi dan ke 35 anggota legislatif tersebut mewakili 12 partai dari 24 partai politik yang ikut dalam pemilihan tahun 2004. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberikan manfaat positif bagi pemerintah daerah utamanya dari segi penerimaan penyelenggaraan pemerintahan sejak perencanaan daerah sampai dengan pengukuran keberhasilan pembangunan. Alokasi anggaran dari pemerintah pusat kepada daerah disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan daerah. Peyelenggaraan pembangunan sesuai perencanaan, pemerintah daerah mendapatkan pengawasan dari masyarakat melalui DPRD, LSM dan Ormas lainnya. Perbaikan dari proses perkembangan kehidupan berpolitik di Kabupaten Bulukumba akan semakin berkembang menjadi lebih demokratis. Perkembangan ini, tidak terlepas dari adanya perubahan kehidupan politik di tanah air secara umum. Sistem demokrasi dengan pemberlakuan sistem demokrasi langsung akan mendukung pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil di Kabupaten Bulukumba. Seluruh komponen berperan strategis dalam rangka memobilisasi dan menyatukan kepentingan, perhatian, dan kebutuhan masyarakat atau bagian bagiannya dan untuk menyampaikan kepada pemegang kekuasaan atau wakil partai politik.

F. Keamanan dan Ketertiban

Meski keamanan dan ketertiban menjadi tugas pokok dan tanggung jawab oleh pihak TNI dan Polri, namun di sisi lain dalam konteks NKRI keamanan dan ketertiban bukan saja menjadi tanggungjawab TNI dan Polri tetapi sesungguhnya merupkan tanggung jawab bersama sebagai warga Negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negaranya. Sejalan dengan bergulirnya reformasi menghendaki adanya perubahan di segala bidang penyelenggaraan negara termasuk reposisi TNI dan Polri. Penyempurnaan reposisi TNI dan Polri dikukuhkan melalui Ketetapan MPR Nomor:VIMPR2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR 13 Nomor:VIIMPR2000 tentang peran TNI dan Polri. Selanjutnya Ketetapan MPR tersebut diperkuat lagi dengan diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Namun demikian reposisi tersebut berdampak pada adanya ketidakterkaitan penanganan masalah pertahanan dan masalah keamanan dalam negeri yang seharusnya bersama-sama dengan keamanan sosial merupakan satu kesatuan dalam keamanan nasional. Dengan demikian, reformasi di bidang pertahanan dan keamanan tidak hanya menyangkut pemisahan TNI dan Polri tetapi juga mengenai penataan lebih lanjut hubungan keduanya secara kelembagaan dalam melaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing. Reposisi antara TNI dan Polri dikaitkan dengan kondisi pertahanan keamanan di Kabupaten Bulukumba saat ini pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Atas koordinasi dan kerjasama yang terjalin dengan baik antara unsur muspida di Kabupaten Bulukumba menjadikan keamanan dan ketertiban berjalan dengan baik. Walaupun demikian, masih ditemui adanya tindak kekerasan dan masalah kriminal lainnya dalam masyarakat, hal ini disebabkan beberapa faktor pemicu dalam masyarakat antara lain; kondisi sosial masyarakat, faktor ekonomi serta pengaruh penyalahgunaan teknologi. Salah satu akses lebih lanjut dari supremasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi pembangunan sosial budaya yakni kurang berkembangnnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horizontal, meningkatnya gangguan keamanan, menurunnya ketertiban umum dan meningkatnya kriminalitas menunjukkan adanya penurunan kesadaran sosial dan belum berkembangnnya budaya hukum.

G. Hukum dan Aparatur

Kesadaran hukum masyarakat untuk taat hukum tercermin dari patuh atau tidaknya terhadap aturan yang berlaku. Menciptakan kondisi tertib hukum dan kepastian hukum pada umumnya merupakan harapan masyarakat agar dapat 14 menikmati dan meyakini tegaknya supremasi hukum. Kesadaran hukum masih perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum. Sejak diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa serangkaian perubahan dalam sistem, organisasi, dan tata laksana pemerintahan daerah. Otonomi daerah juga membawa akibat desentralisasi fiskal telah membuka kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah yang dimulai proses perencanaan, penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pengawasan hasil pembangunan itu sendiri. Otonomi telah memberikan manfaat positif seperti perluasan kapasitas PAD, dan kewenangan anggaran dan pengalokasiannya. Globalisasi menciptakan revolusi teknologi dan sistem informasi yang secara langsung akan mempengaruhi dan menuntut peningkatan kinerja aparat negara dan sistem informasi pelayanan sektor publik. Salah satu tuntutan globalisasi yakni penguasaan atas informasi dan teknologi iptek yang didukung sumberdaya yang berkualitas.

H. Wilayah dan Tataruang

Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan kawasan didasarkan pada fungsi kawasan dan kegiatan, fungsi kawasan didasarkan pada pengamatan dominasi kegiatan atau penentuan suatu kawasan. Strategi dan pola ruang Kabupaten Bulukumba dijabarkan dalam indikasi lokasi kawasan lindung dan budidaya serta prasarana penunjangnya. Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bulukumba menggambarkan indikasi sebaran kegiatan pelestarian alam, cagar budaya, kegiatan produksi, serta sebaran pemukiman. Pemanfaatan pengembangan wilayah secara khusus meliputi; pola kawasan lindung, pola pengembangan budidaya, pola pengembangan sistem permukiman kawasan andalan, kawasan tertentu, dan kawasan cepat tumbuh. Pertumbuhan ekonomi antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 tumbuh sebesar 4,91 persen dan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tidak menjadikan Kabupaten Bulukumba mempunyai daya tarik migrasi penduduk untuk mengembangkan usaha ataupun mencari pekerjaan sehingga tidak terdapat pertumbuhan rumah liar namun penyediaan fasilitas terutama fasilitas penduduk 15 dalam rangka mencegah timbulnya permasalahan sosial yang mengemuka saat ini dan berpotensi untuk berkembang pada masa yang akan datang, pemerintah Kabupaten Bulukumba telah menyediakan fasilitas dan peningkatan yang terjangkau bagi masyarakat. Pembangunan yang dilakukan pada suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas degradasi dan kuantitas deflesi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Selain itu, serigkali pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor, contohnya, dengan terjadinya konflik antar kehutanan dan pertambangan, salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut yakni karena pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum menggunakan rencana tataruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antarsektor dan antarwilayah. Pengelolaan pertanahan secara transparan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari penataan ruang. Pada saat ini masih terdapat berbagai masalah dalam pengelolaan pertanahan, antara lain; pengelolaan dan tata ruang kawasan yang belum efektif, tata ruang yang belum efisien, belum terwujudnya kelembagaan pertanahan yang efisien dalam memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat, masih rendahnya kompetensi pengelola pertanahan, masih lemahnya penegakan hukum terhadap hak atas tanah yang menerapkan prinsip prinsip keadilanl, transparan, dan demokratis.

I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba yaitu sekitar ± 1.154,67 km2, terdiri dari 10 kecamatan dengan 126 desakelurahan, 28 desa daerah pantai 22,22, 1 desa daerah lembah 0,79, 20 desa daerah perbukitan 15,87, 77 desa adalah dataran 61,60. Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2006 sekitar ± 383.870 jiwa dengan komposisi 182.551 laki-laki dan 201.319 perempuan. Angka tersebut meningkat pada tahun 2007 menjadi 386.239 jiwa dengan komposisi 183.737 laki- 16 laki dan 202.502 perempuan. Hasil sensus penduduk selama kurun waktu 1980- 1990 menunjukkan pertumbuhan penduduk mencapai 1,11 persen pertahun kemudian pada periode tahun 1990-2000 turun menjadi sebesar 0,50 persen per tahun dan tahun 2000-2007 tumbuh 1,2 persen per tahun. Dengan demikian rata- rata pertumbuhan penduduk pertahun yakni 1,2 persen. Sungai di Kabupaten Bulukumba panjangnya bervariasi, terdapat 32 aliran sungai yang terdiri dari sungai besar dan kecil. Jumlah panjang sungai seluruhnya mencapai panjang 603,50 km. Sungai- sungai tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk sumber air bersih dan pengairan sawah dengan luas wilayah yang dilayani 23.365 ha. Debit air dari 32 sungai tersebut yang terbesar yaitu sungai Bialo 14,154 M 3 detik, sungai Balantieng 13,336 M 3 detik, sungai Bijawang 7,527 M 3 detik dan sungai Sangkala 5,011 m 3 detik dan selebihnya memiliki debit dibawah 1 M 3 detik. Dari kondisi geografis, Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22 persen daratan memberi gambaran potensi alam yang cukup potensial. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu wilayah di Sulsel dengan potensi subsektor pertanian tanaman pangan dengan produksi padi pada tahun 2004 mencapai 173.302 ton dan naik menjadi 220.810 ton pada tahun 2007. Potensi subsektor perkebunan khususnya kelapa dalam dan kelapa hibrida dengan produksi tahun 2007 sebanyak 5.487 ton dan 5.520 ton. Dengan potensi yang ada tersebut maka ke depan pengembangan sektor pertanian dan perkebunan menjadi prioritas yang akan dipertimbangkan . Potensi lain yang ada, diantaranya tanaman karet yang ditangani oleh perusahaan besar dengan pola pengelolaan kemitraan dengan masyarakat setempat. Gambaran produksi tahun 2007 sebanyak 6.118 ton dan tahun 2003 sebanyak 5.473 ton atau mengalami peningkatan produksi 645 ton 11,78 persen. Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan karet tahun 2007 sebanyak 1.923 kk dari 1.101 kk pada tahun 2003 atau naik 822 kk 42,74 persen. Luas areal yang digarap pada tahun 2007 seluas 5.832 Ha, sedangkan pada tahun 2002 seluas 5.606 Ha atau naik sebanyak 226 Ha 4,03 persen. Peningkatan keterlibatan petani dalam pengelolaan tanaman karet yang terletak didua kecamatan menjadi perhatian dalam pembinaan dan peningkatan kesejahteraan petani. 17 Selain potensi tersebut, perikanan dan kelautan merupakan potensi yang cukup besar dan tersebar pada sepuluh kecamatan. Tujuh kecamatan memiliki potensi kelautan dan potensi perikanan darat di sepuluh kecamatan. Jumlah nelayan pengusaha pada tahun 2007 sebanyak 1.073 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 979 kk, jumlah buruhnelayan perikanan laut pada tahun 2007 sebanyak 5.590 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 4.201 kk, dan perikanan darat tahun 2007 sebanyak 1.632 kk dari 1.383 kk pada tahun 2003. Potensi wisata yang dapat diandalkan dalam menopang perkonomian di Kabupaten Bulukumba terdiri dari beberapa lokasi wisata yaitu lokasi wisata kerajinan, lokasi wisata pantai dan pulau, lokasi wisata sejarah dan situs, lokasi wisata adat, lokasi wisata tirta, lokasi wisata alam dan lokasi wisata agro. Dari beberapa potensi wisata tersebut secara spesfik wisata kerajinanpembuatan perahu phinisi merupakan potensi andalan yang ditopang oleh kemampuan masyarakat yang turun temurun. Wisata adat pada daerah Adat Amma Toa Kajang merupakan peninggalan megalitik yang telah dipertahankan secara turun-temurun sejak ratusan bahkan ribuan tahun. 18

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS