ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS RPJPD Kab. BULUKUMBA2005 2025

18

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Tantangan dibidang Pembangunan sosial budaya dan agama dalam 20 tahun kedepan adalah adanya peningkatan jumlah penduduk dengan jumlah pertumbuhan yang mencapai 1,2 persen per tahun dengan asumsi pertumbuhan berlangsung secara normal. Jumlah penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2006 sebanyak ± 383.870 jiwa dan meningkat menjadi sekitar ± 386.239 jiwa pada tahun 2007. Tingkat pertumbuhan penduduk kurun waktu 1980-1990 mencapai 1,11 persen dan tahun 1990-2000 turun sebesar 0,50 persen. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan mencapai 1,2 persen. Dengan pertumbuhan rata-rata 1,2 persen. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar dapat menyebabkan perubahan komposisi penduduk dari yang produktif lebih besar dari jumlah yang non produktif selain aspek kualitas dan struktur umur penduduk, kualitas penduduk itu sendiri tercermin dari aspek kualitas pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang positif pada akhirnya akan memperluas lahan hunian dan mengurangi lahan usaha bagi penduduk itu sendiri. Indikator yang dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba adalah kepadatan penduduk yaitu dari 329 orangkm menjadi 332 orangkm. Peningkatan kepadatan dapat menyulitkan pemerintah dalam menyiapkan berbagai fasilitas perumahan, air bersih dan fasilitas pendukung lainnya. Dari segi usia produktif 15-64 tahun sebanyak ± 245.249 orang pada tahun 2006, dan usia tidak produktif 0-14 tahun sebanyak ± 120.398 orang, usia lanjut diatas 65 tahun sebanyak 18.223 orang. Berdasar hipotesis bahwa setiap 100 penduduk produktif tahun 2006 menanggung beban ekonomi sekitar 56 orang usia tidak produktif. Angka tersebut meningkat pada tahun 2007 dibanding tahun sebelumnya yaitu menjadi 56,49 orang. Indeks kesehatan yang diwakili angka harapan hidup dibidang kesehatan tahun 2004 tercatat 74,5 dan meningkat menjadi 76,2 pada tahun 2006 yang berarti bahwa kondisi kesehatan relatif membaik. Meskipun terdapat peningkatan indeks kesehatan namun dalam kurun waktu kedepan perhatian dibidang kesehatan perlu peningkatan yang lebih tajam antara lain dengan penyediaan sarana kesehatan dan daya dukung bidang kesehatan melalui perluasan cakupan layanan kesehatan yang pada akhirnya meningkatkan angka harapan hidup. . 19 Indeks pendidikan merupakan gabungan dari dua indikator pendidikan yaitu angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas dan rata-rata lama sekolah. Indeks pendidikan Kabupaten Bulukumba pada tahun 2004 adalah 70,0 dan menjadi 70,8 pada tahun 2006. Hal ini disebabkan komponen angka melek huruf juga mengalami peningkatan yaitu dari 84,7 persen pada tahun 2006 menjadi 85,20 persen tahun 2007. Rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari 6,1 tahun pada tahun 2004 menjadi 6,3 tahun pada tahun 2006. Indeks Pembangunan Manusia IPM yang merupakan indikator untuk menilai tingkat kinerja pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai IPM suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan manusia yang dicapai pada wilayah tersebut. IPM Kabupaten Bulukumba pada tahun 2004 sekitar 67,6 dan meningkat menjadi 68,9 pada tahun 2006 dengan peringkat 11 dari 26 kabupaten se-Sulawesi Selatan. Tantangan ke depan yakni upaya menaikkan peringkat kinerja pembangunan manusia yang lebih baik minimal peringkat lima terdepan di Sulawesi selatan. Penyediaan lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bulukumba untuk sektor pertanian dan perikanan secara umum jangka panjang diharapkan mampu menampung tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia. Dengan semakin proporsionalnya lapangan kerja dan tenaga kerja yang homogen merupakan tantangan sekaligus merupakan potensi dalam memberikan kontribusi menekan angka kriminalitas dan menaikkan kualitas ekonomi masyarakat Bulukumba. Kehidupan keagamaan yang relatif berkembang dengan baik dengan ketersediaan sarana keagamaan pada sepuluh kecamatan, yang di masa akan datang dapat dikembangkan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan sarana keagamaan. Semakin maraknya pelaksanaan kegiatan keagamaan, bertambahnya kelompok pengajian dan terbangunnya solidaritas keagamaan baik internal maupun eksternal. Hal yang paling menonjol yakni dengan ditetapkankannya Perda tentang Peningkatan Kualitas Keagamaan. Namun demikian, peningkatan tersebut belum sepenuhnya dapat menjamin dan mencerminkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditandai dengan masih maraknya perjudian, adanya keterlibatan masyarakat dalam peredaran dan penggunaan narkoba, pergaulan bebas, prostitusi, penyalahgunaan wewenang pejabat pemerintah, penggelembungan anggaran, kekerasan dalam rumah tangga dan penyimpangan perilaku lainnya dalam masyarakat. Perencanaan di bidang sarana keagamaan diharapkan mampu melayani kebutuhan akan 20 tempat peribadatan selain peningkatan kualitas keagamaan untuk menekan kemungkinan munculnya penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan nilai keagamaan.

B. Ekonomi

Tantangan dua puluh tahun ke depan dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 4,91 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, yaitu rendahnya daya dukung ekonomi regional dan mendukung ekonomi nasional. Oleh karena itu, ke depan pertumbuhan ekonomi masih merupakan prioritas pembangunan untuk memperkecil kesenjangan ekonomi dan dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten Bulukumba. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,91 persen dan PDRB per kapita sebesar Rp 5.148.225,00 struktur ekonomi diupayakan mengalami pertumbuhan untuk mengimbangi tingkat pertumbuhan secara nasional. Dari data yang ada diketahui bahwa dalam kurun waktu lima tahun sektor utama tidak mengalami pergeseran. Peranan sektor pertanian memberikan kontribusi antara 60 persen tahun 2002 dan turun menjadi 55 persen pada tahun 2006. Meskipun mengalami penurunan 5 persen namun jangka panjang ke depan sektor pertanian masih dapat diandalkan untuk mendukung perekonomian secara keseluruhan melalui upaya peningkatan kualitas produksi melalui pemanfaatan teknologi bidang pertanian. Sektor jasa dengan kontribusi sebesar 14,35 persen pada tahun 2002, kemudian pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebesar 16,93 persen terhadap total PDRB Kabupaten Bulukumba. Sektor jasa dengan peningkatan 2,58 persen kedepannya akan ditingkatkan kontribusinya. Sektor perdagangan sebesar 11,34 persen pada tahun 2002 dan menjadi 11,23 persen pada tahun 2006 atau mengalami penurunan 0,11 persen. Dengan adanya penurunan kontribusi tersebut maka upaya-upaya menaikkan peran sektor perdagangan menjadi perhatian antara lain dengan mendorong peningkatan volume perdagangan dengan wilayah terdekat secara regional maupun nasional. Sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 0,30 persen pada tahun 2002 kemudian pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,36 persen atau hanya naik 0,06 persen dari total PDRB tetap menjadi perhatian pemerintah. PDRB per kapita Kabupaten Bulukumba dari Rp 3.691.761,00 pada tahun 2002 menjadi Rp 5.148.225,00 pada tahun 2006 atau naik sebesar Rp 1.456.464,00, maka 21 tantangan jangka panjang yakni mempertajam penigkatan seiring pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dengan rata-rata pertumbuhan 1,2 persen yang berarti memperkecil luasan lahan usaha.

C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Tantangan dalam dua puluh tahun ke depan dengan pertumbuhan penduduk yang mencapai 24 persen dari tahun 2005, dan dalam rangka menghadapi tantangan perkembangan ekonomi global maka peran ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin berkembang. Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kabupaten Bulukumba dalam menghadapi tantangan tersebut melalui peningkatan sarana pendukung teknologi menuju ekonomi yang berbasis pengetahuan knowledge based economy. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bulukumba maka hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni melalui upaya penelitian dan pemanfaatan teknologi itu sendiri dalam proses produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan kesesuaian teknologi untuk masing-masing sektor yang terkait. Pengaruh teknologi terhadap perubahan budaya dan lingkungan akan menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba.

D. Sarana dan Prasarana

Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka selain pengendalian penduduk juga diperlukan penyiapan sarana infrastruktur sebagai bagian dari pembangunan infratruktur nasional. Infrastruktur yang telah ada maupun yang direncanakan pembangunannya akan dimanfaatkan dalam menggerakkan roda perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor transportasi akan dimanfaatkan sebagai pendukung perekonomian terutama dalam mendistribusikan arus barang dan penumpang baik dari wilayah dalam kabupaten maupun wilayah lainnya. Penyediaan sarana perumahan dan pemukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pemerintah akan mendorong ketersediaan sarana tersebut melalui kerjasama swasta dan masyarakat . Selain itu, infrastruktur mempunyai peran yang tak kalah pentingnya untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Infrastruktur seperti kelistrikan, 22 telekomunikasi, sarana air bersih, perumahan, serta sanitasi merupakan aspek penting dalam rangka peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat. Kejahteraan antarkawasan akan diidentifikasi dan kesenjangan infrastruktur yang terjadi akan diperkecil. Pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan malalui perencanaan yang lebih terarah dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang ada. Pembangunan infrastruktur utamanya sektor transportasi diarahkan menjadi sarana untuk membuka isolasi wilayah antardesa, kecamatan, dan ibukota kabupaten. Sektor lain yang menjadi perhatian yakni ketersediaan pengairan untuk mendukung pembangunan sektor pertanian dengan kontribusi 55 persen dari total PDRB Kabupaten Bulukumba. Sarana Pendidikan Tantangan ke depan di bidang penyediaan sarana pendidikan diarahkan kepada upaya menekan angka buta huruf atau menaikkan prosentase angka melek dari 82,96 persen menjadi 96 persen akhir tahun perencanaan jangka panjang. Upaya tersebut melalui penyediaan sarana pendidikan secara berjenjang untuk tingkatan pendidikan. Penyediaan sarana pendidikan untuk seluruh tingkatan mulai dari TK, SD, SLTP, dan SLTA dan sederajat diupayakan dapat memenuhi proporsi kebutuhan sesuai standar penyediaan sarana layanan pendidikan. Kecenderungan peningkatan sarana yaitu, TK dari 153 unit pada tahun 2003 menjadi 295 unit pada tahun 2007, atau mengalami peningkatan 92,81 persen, menunjukkan tingkat kebutuhan yang cukup pesat. Tingkat SD dari 385 unit pada tahun 2003 turun menjadi 381 unit tahun 2007 disebabkan penggabungan unit sekolah namun dari segi daya tampung menunjukkan peningkatan. Tingkat SMP dari 73 unit pada tahun 2003 menjadi 94 unit atau naik 28,76 persen dan SMA pada tahun 2003 sebanyak 21 meningkat menjadi 31 unit pada tahun 2007, Sekolah Kejuruan pada tahun 2003 sebanyak 2 unit menjadi 6 unit pada tahun 2007, akan menjadi perhatian pemerintah dalam rangka mendukung wajib belajar 9 tahun. Dalam jangka panjang penyediaan sarana akan semakin diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan formal dan informal terkait upaya peningkatan kualitas masyarakat Kabupaten Bulukumba. 23 Sarana Kesehatan Peningkatan sarana kesehatan dalam rangka mendukung layanan kesehatan pada tahun-tahun yang akan datang selain mempertahankan kondisi sarana kesehatan yang sudah ada, juga diharapkan adanya penambahan jumlah sarana kesehatan utamanya yang terkait dengan sarana layanan rawat inap. Pemerintah mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk karena kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan SDM. Kesehatan penduduk selain ketersediaan sarana juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri, lingkungan hidup, pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya. Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan dan gizi penduduk. Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan pada 10 kecamatan dengan 16 unit puskesmas tahun 2004, rasio layanan per puskesmas yakni 23.390 orang per puskesmas, dan naik menjadi 23.992 orang per puskesmas pada tahun 2006. Angka tersebut tidak banyak berpengaruh pada tahun 2007 akibat tidak adanya penambahan puskesmas pada tahun 2007. Untuk menjangkau layanan pada daerah yang letak geografisnya sulit dijangkau maka pemerintah menyiapkan unit layanan lain setingkat puskesmas pembantu pustu. Dari 63 pustu yang ada pada tahun 2006, diharapkan pada tahun 2025, pustu diharapkan berkembang menjadi 83 unit dengan asumsi selain penambahan puskesmas juga terdapat penambahan pustu 1 unit pertahun perencanaan. Penyediaan tenaga medis, seiring penambahan sarana kesehatan diupayakan meningkat setiap tahun. Indikasi ketersediaan tenaga kesehatan utamanya tenaga dokter pada tahun 2004 dari 12.072 penduduk terdapat seorang dokter dan turun menjadi 7.997 orang per dokter. Tenaga perawat lainnya tahun 2004 sebanyak 235 orang menjadi 367 pada tahun 2006. Sarana Jalan Sarana jalan 1.343,49 km tidak mengalami penambahan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Meskipun panjang jalan tidak mengalami penambahan, namun permukaan jalan yang diaspal pada tahun 2007 mencapai sepanjang 736,73 km, dibandingkan tahun 2003 sepanjang 515,45 km. Peningkatan kualitas jalan dalam jangka panjang selain dapat memperlancar arus lalu lintas pengangkutan hasil pertanian antardesa dengan ibukota kecamatan dan kabupaten 24 juga kemudahan angkutan barang dan jasa antarwilayah kabupaten dan akses terhadap wilayah kabupaten terdekat. Peningkatan sarana jalan akan dapat mendukung peningkatan volume perdagangan antarwilayah. Upaya perbaikan kualitas permukaan yang baru mencapai 736,73 masih merupakan tantangan dibidang penyediaan sarana jalan. Selain itu, pemeliharaan jalan secara berkelanjutan menjadi bagian dari upaya mendukung stabilitas dan fungsi mempertahankan arus lalu lintas barang dan jasa berkelanjutan.

E. Politik

Di bidang politik, kecenderungan yang sama juga terjadi. Lembaga-lembaga politik dalam bentuk partai politik berkembang sangat pesat dilihat dari sisi jumlah. Hampir semua partai politik memiliki perwakilan mayoritas di kabupaten. Walaupun, ada kecenderungan bahwa partai-partai tersebut belum mampu menghimpun dan menyalurkan aspirasi masyarakat secara optimal, terlihat dari hasil Pilkada yang tidak selalu sejalan dengan hasil Pemilu Legislatif. Organisasi sosial politik belum mampu memberikan suasana yang kondusif dan cenderung memecah-belah kekerabatan yang ada dimasyarakat. Fenomena ini merupakan suatu proses pendewasaan berpolitik masyarakat. Pembangunan di bidang sosial politik diarahkan untuk mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, yang ditandai oleh kelembagaan demokrasi yang semakin kokoh dan mantap, kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik yang bermuara pada semakin mantapnya pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, kemitraan, dan terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik, serta semakin tingginya kualitas desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi ini diharapkan akan mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi Kabupaten Bulukumba dalam berbagai kerjasama antardaerah, interdaerah dalam rangka mewujudkan tatanan nasional yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk maksud tersebut, pengembangan kelembagaan masyarakat di bidang sosial politik diarahkan agar mampu: a. Meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang politik yang dilakukan dengan dan peluang seluas-luasnya kepada segenap lapisan masyarakat untuk 25 menyampaikan aspirasi atau bahkan ikut terlibat dalam proses perumusan kebijakan dan peraturan yang menyangkut hidup mereka. b. Membangun dan menjamin terselenggaranya kehidupan sosial politik iklim dan budaya politik yang demokratis yang berbasis pada penghormatan nilai-nilai HAM, prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan, toleransi dan anti kekerasan, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya seperti musyawarah untuk mufakat serta nilai-nilai budaya lainnya yang relevan, yang dilakukan melalui pendidikan politik dan dengan mengembangkan komunikasi politik yang sehat. c. Membangun kemandirian masyarakat sebagai syarat utama bagi mewujudnya masyarakat sipil yang kuat dalam mengelola berbagai potensi konflik sosial yang dapat merusak serta memberdayakan berbagai potensi positif yang bermanfaat untuk pembangunan dengan terus memperhatikan berbagai pengaruh paham-paham dalam kehidupan sosial politik nasional agar tidak terjadi ekses- ekses negatif dan kesenjangan sosial yang merugikan kehidupan masyarakat. d. Menyempurnakan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi dilakukan dengan menata hubungan antara kelembagaan politik; memantapkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta mencegah disintegrasi wilayah dan perpecahan bangsa; dan terus melakukan pelembagaan demokrasi secara berkesinambungan untuk mendukung berlangsungnya konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan. e. Meningkatkan dan memantapkan pemahaman dan kesadaran segenap lapisan masyarakat mengenai wawasan kebangsaan dan jati diri bangsa sebagai acuan utama dalam mengelola kehidupan sosial politik yang akan bermuara pada semakin kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses perkembangan kehidupan berpolitik di Kabupaten Bulukumba semakin berkembang menjadi lebih demokratis. Perkembangan ini tidak terlepas dari adanya perubahan kehidupan politik di tanah air secara umum. Saat ini, sistem demokrasi yang berlaku yakni sistem demokrasi langsung. Pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil di Kabupaten Bulukumba merupakan komponen strategis dalam rangka memobilisasi dan 26 menyatukan kepentingan, perhatian, dan kebutuhan masyarakat atau bagian-bagiannya dan untuk menyampaikan kepada pemegang kekuasaan atau wakil partai politik. Sistem politik seperti ini, menempatkan masyarakat Kabupaten Bulukumba semakin berdaulat didaerahnya sendiri untuk menentukan kepala daerah yang berkualitas seperti telah dilaksanakan mulai tahun 2005 dengan pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah.

F. Keamanan dan Ketertiban

Meskipun keamanan dan ketertiban menjadi tugas pokok dan tanggung jawab oleh pihak TNI dan Polri, namun di sisi lain dalam konteks NKRI, keamanan dan ketertiban bukan saja menjadi tanggung jawab TNI dan Polri tetapi sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga Negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negaranya. Sejalan dengan bergulirnya reformasi menghendaki adanya perubahan di segala bidang penyelenggaraan negara termasuk reposisi TNI dan Polri. Penyempurnaan reposisi TNI dan Polri dikukuhkan melalui ketetapan MPR Nomor:VIMPR2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR Nomor:VIIMPR2000 tentang Peran TNI dan Polri. Selanjutnya ketetapan MPR tersebut diperkuat lagi dengan diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Walaupun demikian reposisi tersebut berdampak pada adanya ketidakterkaitan penanganan masalah pertahanan dan masalah keamanan dalam negeri yang seharusnya bersama-sama dengan keamanan sosial merupakan satu kesatuan dalam keamanan nasional. Dengan demikian, reformasi di bidang pertahanan dan keamanan tidak hanya menyangkut pemisahan TNI dan Polri tetapi juga mengenai panataan lebih lanjut hubungan keduanya secara kelembagaan dalam melaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing. Reposisi antara TNI dan Polri dikaitkan dengan kondisi pertahanan keamanan di Kabupaten Bulukumba saat ini, pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Atas koordinasi dan kerjasama yang terjalin dengan baik antara unsur muspida di Kabupaten Bulukumba menjadikan keamanan dan ketertiban berjalan dengan baik. Walaupun demikian, masih ditemui adanya tindak kekerasan dan masalah kriminal lainnya dalam 27 masyarakat, hal ini disebabkan banyaknya faktor pemicu dalam masyarakat antara lain; kondisi sosial masyarakat, faktor ekonomi, serta pengaruh teknologi yang disalahgunakan. Tantangan dari supremasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi pembangunan sosial budaya yaitu kurang berkembangnnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horizontal, meningkatnya gangguan keamanan, menurunnya ketertiban umum dan meningkatnya kriminalitas, menunjukkan adanya penurunan kesadaran sosial dan belum berkembangnnya budaya hukum. Berbagai gangguan dan keamanan masyarakat akan mengganggu dan mengurangi intensitas aktivitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan secara keseluruhan. Peningkatan intensitas tindak kekerasan dalam masyarakat secara psikologis juga akan merangsang timbulnya perilaku kekerasan yang lain. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bulukumba akan melakukan upaya sistematis dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Langkah konkrit ke depan yakni dengan meningkatkan peran lembaga polisi pamong praja, penguatan keamanan di tingkat lembaga ketahanan masyarakat dan tetap mepertahankan pola koordinasi antarmuspida dan lembaga keamanan terkait.

G. Hukum dan Aparatur

Tantangan pembangunan di bidang hukum dan aparatur yakni masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat serta rendahnya kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Menciptakan kondisi tertib hukum dan kepastian hukum pada umumnya merupakan harapan masyarakat agar dapat menikmati dan meyakini tegaknya supremasi hukum. Kesadaran hukum masih perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum. Semangat pembentukan peraturan daerah harus dicermati dan harus dipertimbangkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk penyusunan dengan manfaat yang akan diperoleh. Hak asasi manusia harus disosialisasikan secara berimbang dengan kewajiban asasi agar tidak terjadi ketimpangan. Untuk mewujudkan Indonesia aman dan damai, Pemerintah Kabupaten Bulukumba mengakomodir langkah strategis yang dicanangkan secara nasional tersebut. Indikator 28 yang dapat memicu kriminalitas yang diminimalisir, kondisi yang ada saat ini di Kabupaten Bulukumba yakni tingkat kriminalitasnya yang cenderung menurun. Hal ini antara lain disebabkan adanya perbaikan ekonomi meskipun belum signifikan yaitu dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah yaitu hanya mencapai 4,61 persen. Lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bulukumba untuk sektor pertanian dan perikanan secara umum mampu menampung tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia. Dengan semakin proporsionalnya lapangan kerja dan tenaga kerja yang homogen merupakan tantangan sekaligus merupakan potensi dalam memberikan kontribusi menekan angka kriminalitas. Penciptaan peraturan daerah merupakan tantangan untuk mempertimbangkan manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selain penciptaan produk hukum daerah yang aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung perwujudan Indonesia aman dan damai, Pemerintah Kabupaten Bulukumba mengakomodir langkah strategis yang dicanangkan pemerintah pusat. Pemberlakuan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa serangkaian perubahan dalam sistem, organisasi, dan tata laksana pemerintahan daerah. Otonomi daerah juga membawa akibat desentralisasi fiskal telah membuka kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah sejak proses perencanaan, penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pengawasan hasil pembangunan itu sendiri. Otonomi telah memberikan manfaat positif seperti perluasan kapasitas dan upaya peningkatan kinerja aparatur dan peningkatan kapasitas lembaga pemerintah daerah. Globalisasi menciptakan revolusi teknologi dan sistem informasi yang secara langsung akan mempengaruhi dan menuntut peningkatan kinerja aparat negara dan sistem informasi pelayanan sektor publik. Untuk mendukung era globalisasi yakni dengan meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam mempersiapkan sistem pelayanan yang profesional antara lain melalui peningkatan sistem informasi dan database yang berkaitan dengan pelayanan pubik. Permasalahan di Kabupaten Bulukumba sampai dengan saat ini, yakni perlunya peningkatan penguasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan yang berorientasi good governance. Manajemen pemerintahan dalam penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat perlu ditingkatkan secara kualitatif dan kuantitatif. Jenis 29 pelayanan kepada masyarakatpun diperlukan peningkatan meliputi layanan pemerintahan yang konprehensif. Hak-hak masyarakat dalam pelayanan publik sebagaimana mandat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 belum dapat diberikan secara penuh. Peningkatan kualitas aparatur pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam memberikan pelayanan publik yang profesional untuk masyarakat dan pihak swasta, mutlak diperlukan sehingga pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba dapat mencapai pembangunan jangka panjang. Salah satu ukuran profesionalitas yakni kemampuan memberikan pelayanan publik yang cepat, tepat, akurat, dan murah.

H. Wilayah dan Tataruang

Rencana dan tataruang wilayah diarahkan untuk pengembangan wilayah perencanaan dan penataan ruang secara struktural, dengan berdasarkan pada rumusan tujuan pengembangan wilayah Kabupaten Bulukumba yang meliputi indikasi lokasi kawasan lindung dan budidaya serta prasarana penunjangnya. Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bulukumba menggambarkan indikasi sebaran kegiatan pelestarian alam, cagar budaya, kegiatan produksi, serta sebaran pemukiman. Pemanfaatan pengembangan wilayah secara khusus, meliputi aspek fisik, ekonomi, budaya, serta kawasan tertentu dan kawasan cepat tumbuh. Aspek fisik yaitu dengan mempertahankan kegiatan pertanian, pembangunan sektor perkebunan dengan pola perkebunan inti rakyat, kegiatan industri pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan setengan jadi dan atau bahan jadi, konservasi daerah pantai untuk budidaya tambak. Fungsi hutan lindung sebagai kawasan penyangga wilayah, mempertahankan fungsi Daerah Aliran Sungai DAS sebagai sumber air permukaan untuk pertanian, industri, dan permukiman. Aspek ekonomi meliputi peningkatan produksi pertanian, tanaman pangan, perikanan, perkebunan, industri kecil, peternakan, dan kehutanan. Pusat kegiatan perdagangan wilayah bagian selatan Sulawesi Selatan yang menampung hasil produksi dari dalam wilayah untuk wilayah yang lebih luas. Pengembangan pusat aktivitas perdagangan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan penambahan prasarana ekonomi, peningkatan dan pemerataan kesejahteraan petani dan nelayan dan intensifikasi penerimaan perpajakan. Aspek sosial budaya diutamakan adanya keterkaitan pengembangan wilayah dengan pengendalian laju pertumbuhan penduduk, peningkatan pendidikan dan diklat, 30 perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, peningkatan jumlah sarana sosial, pengembangan air bersih dengan kebutuhan 60 literoranghari dengan tingkat layanan 80 pada akhir periode perencanaan. Selain pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut tataruang wilayah juga diarahkan pada keseimbangan sebaran wilayah pembangunan kawasan perumahan dan kawasan ekonomi. Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan kawasan didasarkan pada fungsi kawasan dan kegiatan. Kawasan Perdagangan Terpadu yang terdiri dari kawasan industri terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan perdagangan grosir terpadu selatan, serta kawasan rekreasi dan hiburan terpadu. Kawasan industri terpadu terdiri dari zona industri agro, zona industri hasil laut, zona industri perkayuan dan hasil hutan, zona industri farmasi, serta fasilitas penunjang kawasan industri. Dibentuk pula zona pelabuhan yang terpadu yang terdiri dermaga kapal barang, dermaga kapal penumpang, fasilitas penunjang dermaga angkutan barang dan penumpang. Kawasan perdagangan grosir terpadu selatan terdiri dari zona grosir agro, zona alsintan, zona saprodi, dan zona pasar bibit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, maka pemerintah daerah menyediakan lahan yang berfungsi sebagai Kawasan Siap Bangun KASIBA dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri LISIBA BS. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008- 2028, Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai kawasan strategis yang diprioritaskan pengembangannya pada sektor pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan, dan perdagangan. Kawasan agropolitan meliputi sistem perkebunan terpadu dengan menetapkan Kecamatan Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa sebagai pusat pengembangan holtikultura dan pelabuhan berorientasi ekspor. Rencana pembangunan sarana dan prasarana perhubungan udara berupa lapangan terbang perintis untuk memperlancar arus transportasi masyarakat. Selain itu, perlu peningkatan status wilayah Kabupaten Bulukumba menjadi Kota Bulukumba yang didukung oleh jumlah penduduk, infrastruktur yang memadai, pertumbuhan ekonomi, jangkauan layanan, penyediaan ruang terbuka hijau, landmark kota, dan sarana pendukung lainnya. 31 Kecamatan Kajang, Bontobahari, Bontotiro, Ujungloe, dan Herlang merupakan kawasan strategis lokal untuk pengolahan ikan, yang didukung dengan pertanian sistem terpadu berupa jagung dan coklat. Kecamatan Kajang diusulkan menjadi kawasan strategis nasional. Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro merupakan kawasan strategis industri pariwisata yakni wisata Samboang, Hila-Hila, dan Limbua. Kecamatan Bontobahari merupakan pembuatan industri perahu phinisi nusantara dan industri pengolahan kayu, dan pengembangan pelabuhan kayu. Kecamatan Ujungloe, Gantarang merupakan kawasan agropolitan tanaman pangan dengan sistem pertanian organik termasuk perkebunan kopi, coklat, dan cengkeh. Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale, dan Kindang merupakan pusat pembibitan peternakan dan perkebunan yang diarahkan pada industri holtikultura berupa buah, bunga, dan sayur mayur. Kecamatan Ujungbulu merupakan pusat pelayanan jasa yang didukung oleh infrastruktur pendukung pelayanan yang memadai.

I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tantangan terkait wilayah Kabupaten Bulukumba yang mencapai 1.154,67 km 2 , dengan 10 kecamatan, 126 desakelurahan, adalah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bulukumba yang bersih lingkungan dan alam yang ramah. Potensi alam dari jenis tambang galian yang ada yang dikelola dan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah yakni tambang non mineral dan batuan, seperti batu gamping yang tersebar pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Bontobahari, dan Kecamatan Herlang. Potensi tambang jenis tanah liat terdapat di Kecamatan Ujungbulu Kasuara dan Sungai Bijawang. Penambangan ini umumnya dilakukan oleh masyarakat secara kecil- kecilan dengan peralatan sederhana. Meskipun penggunaannya dengan alat yang sederhana namun dalam perencanaan jangka panjang, upaya perlindungan terhadap lokasi tambang tetap dilakukan. Untuk konservasi lahan di Kabupaten Bulukumba masih terdapat beberapa lokasi kawasan hutan dengan penyebaran pada enam kecamatan seluas 8.453,25 ha dan hutan 32 rakyat seluas 22.148 ha. Selain hutan terdapat juga lahan kritis seluas 6.750 ha hutan negara dan 16.513 ha hutan rakyat dengan sebaran di dalam dan di luar hutan. Pemanfaatan hutan yang berlebihan untuk kepentingan jangka pendek dan tindak kejahatan terhadap sumberdaya kehutanan telah berakibat pada deforestasi berlebihan yang pada akhirnya secara jangka panjang akan merugikan masyarakat. Tindak kejahatan yang marak pada akhir-akhir ini yaitu perilaku tebang berlebihan over cutting dan penyelundupan kayu. Terkait dengan kondisi dan tantangan atas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yakni dengan melindungi fungsi lingkungan hidup untuk mempertahankan daya dukung dan pengembangan sistem pengelolaan. Tantangan lain dari segi pengelolaan sumberdaya alam yakni upaya mempertahankan fungsi sungai sebagai sumber penyediaan air bersih dan sumber pengairan sawah. Penurunan debit air sebagai akibat kerusakan lingkungan dalam perancanaan jangka panjang diupayakan melalui upaya percepatan rehabilitasi hutan dan lahan di daerah aliran sungai yang terdegradasi . Upaya pengkajian lingkungan untuk setiap pelaksanaan pembangunan yang mungkin timbul akibat terjadinya perubahan lingkungan dilaksanakan berkelanjutan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Dengan adanya upaya tersebut dalam jangka panjang peran lingkungan dan sumberdaya alam dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

J. Modal dasar

Modal dasar yang akan dimanfaatkan dalam pembangunan Kabupaten Bulukumba secara umum adalah: a. Semangat otonomi daerah sesuai yang tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi serta karakteristik daerah. b. Letak geografis Kabupaten Bulukumba yang merupakan wilayah administrasi yang menghubungkan antara wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan Kabupaten Selayar, Sinjai, Bone pada jalur Selatan dengan potensi perikanan, 33 pertanian, perkebunan dengan jumlah penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2007 sekitar ± 386.239 jiwa. c. Budaya gotong-royong yang masih terpelihara dapat dimanfaatkan untuk membangun Kabupaten Bulukumba dengan falsafah “Mali siparappe,Tallang sipahua“ yang dalam ungkapan suku Bugis Makassar merupakan sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengembangkan amanat persatuan dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat. d. Potensi sumberdaya alam yang melimpah yang ada dan tersebar pada tiga kecamatan sebagai sentra perkebunan dan pada tujuh kecamatan sebagai sentra perikanan. e. Potensi sumberdaya alam dengan dukungan sumber air dari 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan kecil dengan panjang mencapai 603,50 km. Sungai- sungai tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk sumber air bersih dan pengairan sawah dengan luas wilayah yang dilayani 23.365 ha. Debit air dari 32 sungai terebut yang terbesar yaitu sungai Bialo 14,154 M 3 detik, sungai Balantieng 13,336 M 3 detik, sungai Bijawang 7,527 M 3 detik, dan sungai Sangkala 5,011 M 3 detik dan selebihnya memiliki debit dibawah 1 M 3 detik. Potensi sungai dalam perencanaan jangka panjang diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam pemanfaatan termasuk mempertahankan kondisi debit air. Upaya mempertahankan debit air antara lain melalui upaya pemeliharaan hulu sungai dan mempertahankan aliran sungai dengan menghindari pengrusakan dan penyalahgunaan aliran sungai. f. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan dengan potensi subsektor pertanian tanaman pangan dengan produksi padi pada tahun 2004 mencapai 173.302 ton dan naik menjadi 220.810 ton pada tahun 2007. Potensi subsektor perkebunan khususnya kelapa dalam dan hibrida dengan produksi pada tahun 2004 sebanyak 5.487 ton dan menjadi 5.520 ton pada tahun 2007. g. Potensi lainnya yang ada yakni tanaman karet yang ditangani oleh perusahaan besar dengan pola pengelolaan kemitraan dengan masyarakat setempat. 34 Gambaran produksi pada tahun 2007 sebanyak 6.118 ton dan pada tahun 2003 sebanyak 5.473 ton atau mengalami peningkatan produksi 645 ton atau sebesar 11,78 persen. Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan karet pada tahun 2007 sebanyak 1.923 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 1.101 kk atau naik 822 kk atau sebesar 42,74 persen. Luas areal yang digarap pada tahun 2007 seluas 5.832 Ha, sedangkan pada tahun 2002 seluas 5.606 Ha atau naik sebanyak 43 Ha atau 0,76 persen. Peningkatan keterlibatan petani dalam pengelolaan tanaman karet yang terletak pada dua kecamatan harus menjadi perhatian dalam pembinaan dan peningkatan kesejahteraan petani. h. Jumlah nelayan pengusaha pada tahun 2007 sebanyak 1.073 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 979 kk, jumlah buruhnelayan perikanan laut pada tahun 2007 sebanyak 5.590 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 4.201 kk, dan perikanan darat pada tahun 2007 sebanyak 1.632 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 1.383 kk. i. Potensi wisata andalan menopang perkonomian di Kabupaten Bulukumba terdiri dari; lokasi wisata kerajinan, lokasi wisata pantai dan pulau, lokasi wisata sejarah dan situs, lokasi wisata adat, lokasi wisata tirta, lokasi wisata alam, dan lokasi wisata agro. Potensi-potensi wisata tersebut secara spesfik wisata kerajinanpembuatan perahu pinisi merupakan potensi andalan yang ditopang oleh kemampuan masyarakat yang turun temurun. Wisata adat pada daerah Adat Amma Toa Kajang merupakan peninggalan megalitik yang telah dipertahankan secara turun temurun sejak ratusan bahkan ribuan tahun. Potensi-potensi wisata ini dalam perencanaan pembangunan jangka panjang diharapkan dapat dipertahankan atau ditingkatkan pengelolaannya dalam rangka peningkatan perekonomian daerah. j. Tersedia sumberdaya manusia yang cukup potensial dengan pertumbuhan penduduk 1,2 persen pertahun sehingga pada dua puluh tahun ke depan pertumbuhan dapat mencapai 24 persen dari jumlah penduduk saat ini. Pertumbuhan penduduk yang diiringi peningkatan kualitas agama, pendidikan, dan kesehatan, akan digunakan dalam mendukung pembangunan Kabupaten Bulukumba secara berkesinambungan. 35 k. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung perkembangan daerah Kabupaten Bulukumba. Perkembangan dan kemajuan teknologi utamanya dalam pengembangan bibit unggul, mekanisasi pertanian, dan perikanan dimanfaatkan dalam peningkatan produksi. 36

BAB IV VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG