01RPJPD RPJPD 2005 2025

(1)

(2)

DAFTAR ISI

... i

DAFTAR TABEL

... iii

DAFTAR GAMBAR

... v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

...I-1

1.2. Landasan Hukum

...I-2

1.3. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ..I-5

1.4. Maksud dan Tujuan

...I-6

1.5. Sistematika Penulisan ...I-7

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografis dan Demografi ...II-3

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

...II-15

2.3. Aspek Pelayanan Umum

...II-29

2.4. Aspek Daya Saing Daerah ...II-46

BAB Ill

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah ...lll-1

3.2 Isu Strategis ...lll-9

BAB lV

VISI DAN MISI DAERAH

4.1

Visi ...lV-1

4.2 Misi ...lV-3

4.3 Tujuan dan Sasaran ...lV-5


(3)

5.2 Tahapan dan Prioritas ...V-13

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

6.1 Prinsip-Prinsip Kaidah Pelaksanaan ...Vl-2

6.2 Perubahan Dokumen Perencanaan ...Vl-3

BAB Vll

PENUTUP


(4)

Tabel 2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2005 2009

ll-17

Tabel 2.2. Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2005 2009

ll-17

Tabel 2.3. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini

Di Kabupaten Lingga, 2007 2010

ll-20

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin, Nilai P0, P1 dan P2 Kabupaten/Kota

Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2011

ll-22

Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau

Dan Indonesia, serta Peringkatnya Tahun 2009

.. ll-25

Tabel 2.6. Presentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Dan Jenis Kelamin

ll-26

Tabel 2.7. Prentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin

. ll-27

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga

Tahun 2009

. ll-28

Tabel 2.9. Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Menurut Jenjang

Tahun 2009

..ll-32

Tabel 2.10 Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang ...

Pendidikan Tahun 2009

.. ll-32

Tabel 2.11. Panjang dan Status Jalan Tahun 2007 -2009

.. ll-34

Tabel 2.12. Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas dan Peranannya

.. ll-35

Tabel 2.13 Luas Dan Presentase Hutan Menurut Fungsi Tahun 2010

. ll-43

Tabel 2.14 Tipe Pertumbuhan Kabupaten Lingga Atas Harga Berlaku Menurut


(5)

Tabel 2.16 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga 2008-2009 .. ll-51

Tabel 2.17 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep

Tahun 2009

ll- 52

Tabel 2.18 Banyaknya Air Minum Yang di Salurkan Menurut Kategori

Pelanggan di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga

Tahun 2008 2009

.. ll-52

Tabel 2.19 Banyaknya Air Minum Yang di Salurkan Menurut Kategori Pelanggan

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep 2009 ll-53

Tabel 3.1 Tahapan dan Skala Priritas Pembangunan RPJPN 2005 2025 . lll-11

Tabel 5.1 Indikator Kinerja Pembagunan Jangka Panjang


(6)

Gambar 1.1 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I-6

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Lingga... ... II-4

Gambar 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lingga, 1990 - 2010 ... II-13

Gambar 2.3 Diagram Presentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas

Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2009

. ll-14

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005 - 2009 II-16

Gambar 2.5 Presentase Pengeluaran Rata-rata Per kapita Penduduk selama

Sebulan di Kabupaten Lingga

ll-19

Gambar 2.6 Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin

Kabupaten Lingga Tahun 2008 - 2011

ll-21

Gambar 2.7 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004 2009

.. II-24

Gambar 2.8 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2009

ll-31

Gambar 2.9 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan di Pelabuhan Dabo,

Daik, dan Senayang Tahun 2010 (Orang)

. . ll-35

Gambar 2.10 Jumlah Arus Penumpang Domestik Yang Berangkat dan Datang

Menurut Bulan di bandara Dabo Singkep, 2010 (Orang)

. ll-36

Gambar 2.11 Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2010

.

ll-37

Gambar 2.12 Jumlah Produksi Palawija Menurut Komoditi Tahun 2010

ll-40

Gambar 2.13 Jumlah Produksi Perkebunan Menurut Komoditi di Kabupaten

Lingga, 2010 (TON)

..ll-41

Gambar 2.14 Jumlah Produksi Perikanan Laut Tahun 2002 2010 (TON) ... ll-42

Gambar 2.15 Banyaknya Objek Wisata Menurut Kecamatan di kabupaten


(7)

Gambar 2.17 Perkembangan Nilai Impor Melalui Kabupaten Lingga,

Tahun 2006 2010 (US$)

.. ll-45

Gambar 2.18 Jumlah Produksi Listrik Pada PT. PLN Tahun 2001 2010 (KWH) ll-50

Gambar 2.19 Kapasitas Produksi Air Minum di Perusahaan Air Minum

Menurut Bulan Tahun 2010 (M3)

ll-51

Gambar 5.1 Agenda/ Tema Pembangunan Jangka panjang Kabupaten


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak era otonomi daerah diberlakukan, pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap permasalahan pembangunan dan isu strategis masing-masing daerah, diharapkan kebijakan pembangunan dapat lebih sesuai dengan prioritas masing-masing daerah yang selanjutnya dapat menyelenggarakan pembangunan daerah yang mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat. Di sini, penyeleggaraan otonomi daerah diharapkan

mampu meningkatkan daya saing daerah, melalui prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan dalam pembangunan,

meningkatkan daya guna potensi dan keanekaragaman sumberdaya daerah.

Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan, baik jangka panjang, jangka menengah, dan perencanaan tahunan. Penyelenggaraan pembangunan daerah dilakukan secara integral dengan pembangunan nasional. Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Selanjutnya, pelaksanaan ketentuan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi


(9)

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, yang salah satunya adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). RPJPD disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah. RPJPD kabupaten/kota disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi.

Dalam upaya mencapai tujuan utama pembangunan Kabupaten Lingga maka perlu disusun dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang dengan memperhatikan karakteristik dan potensi Kabupaten Lingga. Dokumen tersebut memuat tahapan-tahapan pembangunan secara sistematis dan komprehensif yang dituangkan dalam dokumen RPJPD Kabupaten Lingga. RPJPD Kabupaten Lingga ini telah disusun sesuai dengan tahapan yang berlaku dan dalam sistematika penulisan telah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

1.2 Landasan Hukum

Landasan penyusunan revisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025 adalah:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4341);


(10)

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 4400);

e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 4421);

f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2004, Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); i. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); j. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan


(11)

Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

k. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

l. Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

n. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

o. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

p. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

q. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);


(12)

r. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

s. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025; dan

t. Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031.

1.3 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

maka kedudukan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025

merupakan satu bagian yang utuh dari perencanaan pembangunan tingkat provinsi dan nasional. RPJPD Kabupaten Lingga disusun dengan mengacu pada RPJPD Provinsi Kepulauan Riau dan RPJP Nasional. Hal ini demi menjamin sinkronisasi dalam perencanaan pembangunan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, dengan tetap mengupayakan pengembangan secara optimal segenap potensi Kabupaten Lingga sesuai dengan kondisi daerah dan aspirasi masyarakat untuk mencapatai tujuan pembangunan daerah.

Selanjutnya, RPJPD Kabupaten Lingga kemudian menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan. Untuk lebih jelasnya, posisi dan alur hubungan RPJPD

dengan dokumen perencanaan lainnya terlihat pada gambar

berikut ini:


(13)

Gambar. G-I.1

Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4 Maksud dan Tujuan

RPJPD Kabupaten Lingga 2005–2025 disusun dengan maksud

untuk memberikan arah dan acuan bagi segenap komponen

pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Lingga dalam

mewujudkan tujuan pembangunan sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan dalam periode 20 (dua puluh) tahun.

Tujuan penyusunan RPJPD Kabupaten Lingga 2005–2025 adalah:

1. Memberikan arah pembangunan jangka panjang dan sasaran pokok sebagai pedoman penyusunan RPJMD.

RPJPD PROV KEPRI RPJPN

5 TAHUN 20 TAHUN

RPJMN RKP

RPJMD PROV KEPRI

RENSTRA SKPD PROV KEPRI

1 TAHUN

RPJP Kab.

Lingga Kab. LinggaRPJMD Kab. LinggaRKPD

RENSTRA SKPD

Kab. Lingga RENJA SKPDKab. Lingga

RENSTRA K/L RENJA K/L

RKPD PROV KEPRI

RENJA SKPD PROV KEPRI


(14)

2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Kepulauan Riau.

3. Sebagai pedoman bagi masing-masing pelaku pembangunan yang bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

1.5 Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan; berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan RPJPD, landasan hukum, dan hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya.

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah; menggambarkan kondisi

umum daerah mencakup aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

BAB III Analisis Isu-isu Strategis; mengemukakan

permasalahan pembangunan, isu/kebijakan

internasional, nasional, regional dan isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Lingga.

BAB IV Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang; memuat

pernyataan visi, misi, tujuan dan sasaran

pembangunan jangka panjang daerah.

BAB V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang; berisi

arah kebijakan pembangunan, sasaran pokok masing-masing arah kebijakan pembangunan dan tahapan pembangunan.

BAB VI Kaidah Pelaksanaan; berisi prinsip-prinsip kaidah

pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi hasil RPJPD.

Bab VII Penutup; merupakan penutup dari keseluruhan tulisan


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 20 (dua puluh)tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua kerajaan melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh

Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden

untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk


(16)

dijadikan sebuah karesidenan yang dibagi menjadi dua afdelling yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau– Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya beradadi wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen.

Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka Propinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah kewedanan sebagai berikut:

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Berdasarkan Undang - Undang No. 53 Tahun 1999 dan UU No. 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja,meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan


(17)

Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan diterbitkannya Undang - Undang No. 5 tahun 2001, maka Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan.Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

1.1. Aspek Geografis dan Demografi

Aspek geografi dan geografi mengambarkan karateristik lokasi wilayah pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi Kabupaten Lingga.

Kabupaten Lingga terletak di antara 0 derajat 20 menit Lintang Utara dengan 0 derajat 40 menit Lintang Selatan dan 104 derajat Bujur Timur dan 105 derajat Bujur Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai 45.456,7162 km persegi dengan luas daratan 2.117,72 km persegi dan lautan 43.338,9962 km persegi. Wilayahnya terdiri dari 531 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 95 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 436 buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian, khususnya pada usaha perkebunan.

Kabupaten Lingga secara administrasi berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kota Batam dan laut Cina Selatan; Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala;


(18)

Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir; Sebelah Timur : Laut Cina Selatan.

Gambar. G-II.1

Peta Wilayah Kabupaten Lingga

Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010 1.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.


(19)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km2 dengan luas daratan 2.117,72 km2(1%)dan lautan 209,654 km2 (99%). Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak 604 pulau besar dan kecil, dengan 87 pulau berpenghuni dan 518 buah pulau diantaranya belum berpenghuni.

b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur.

Topografi

Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha.Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0–2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17%.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batu - batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung Daik


(20)

di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:

1)

Dataran

Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timurdaerah pemetaan.

2)

Perbukitan bereliefhalus

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara 45 -144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Perbukitan berelief sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah.


(21)

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50% (17 - 270),dengan ketinggian wilayah 200- 550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah.

4)

Perbukitan bereliefkasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50 70% (27 -360),dengan ketinggian wilayah 225- 644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi.

5)

Perbukitan bereliefsangat kasar sampai hampir tegak

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262 - 815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya.

Iklim dan Hidrologi

Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan rata-rata 216,7 mm sepanjang tahun 2009. Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.

Berdasarkan data–data yang ada dapat diketahui bahwa iklim di daerah Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin

rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4

millibar;jumlah curah hujan rata-rata 13,5mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi potensi sumber


(22)

air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan,

Ketinggian

Ketinggian di kabupaten Lingga berkisar antara 0-1.272 mdpl, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha.

Kemampuan Lahan

Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui di Kabupaten Lingga antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi, kemampuan lahan morfologi - kestabilan lereng, kemampuan lahan pertambangan dan kemampuan lahan bencana alam. Sebagai dasar dalam melakukan analisis kemampuan lahan digunakan sebagai pedoman adalah peta geologi kuarter yang merupakan peta geologi yang memperlihatkan proses pembentukan alam pada periode kuarter sampai sekarang sehingga informasi yang diperoleh akan lebih relevan.

a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng erat kaitannya dengan morfologi dan sifat batuan/tanah. Untuk wilayah Kabupaten Lingga, sifat tanah/batuan pada umumnya juga dapat dikatakan stabil, kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung laut (M), serta endapan sungai yang muda.


(23)

Kemampuan lahan hidrogeologi didasarkan kondisi topografi (morfologi), jenis batuan dan pola aliran sungai, juga kenampakannya di lapangan. Kemampuan lahan hidrogeologi

Kabupaten Lingga adalah kemampuan lahan mata

air,kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan air daerah pantai.

c) Kemampuan Lahan Mata Air

Suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat munculnya mata air di permukaan. Biasanya pada lereng punggung perbukitan, dicirikan oleh mulai berkembangnya sungai di beberapa tempat dapat pula dikontrol oleh perselingan litologi.

Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini proses sedimentasi umumnya belum terjadi kecuali pada sungai-sungai yang agak besar, kemampuan lahan mata air berpengaruh regional dalam kesetimbangan air khususnya air permukaan.

Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air adalah diantaranya Sungai Sergang di Kecamatan Singkep, Pelakak Kecamatan Singkep, Pulau Penuba Kecamatan Lingga, Kampung Putus Kecamatan Lingga, sekitar Sungai KetonKecamatan Lingga, Kudung Kecamatan Lingga, Teluk tebing Kecamatan Lingga Utara, dan sekitar Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara.

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas

Kemampuan lahan air tanah bebas adalah suatu wilayah yang didominasi oleh kedalaman mukaair tanah bebas sampai dangkal. Biasanya pada daerah landaian sampai dataran, dicirikan oleh pola aliran sungai yang kadang meandering dengan diisi oleh proses sedimentasi fluvial. Proses


(24)

erosi lateral sudah nyata berkembang membentuk penampang sungai U.

Kemampuan lahan air tanah bebas mempunyai pengaruh atas ketersedian air tanah dangkal yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Litologi di daerah ini berupa endapan aluvial yaitu endapan limpah banjir dan endapan sungai muda (sungai aktif). Batuan di daerah zona air tanah bebas ini umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah liat) berwarna abu-abu kecoklatan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Lingga mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal).

e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai

Kemampuan lahan hidrologi pantai adalah suatuwilayah yang berfungsi sebagai daerah pantai serta fungsi pelestarian air tanah tawar. Fisiografinya datar serta litologinya aluvium pantai. Bentuk sungai menganyam dan dimuaranya terbentuk endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi kuat dan arus lemah.

Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi air laut, yang termasuk kawasan pantai adalah sepanjang pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan hidrologi pantai ini dibagi dua zona, yaitu zona pantai sendiri dan zona rawa.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri, beberapa potensi


(25)

terdapat pada sektor pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan dan pariwisata.Potensi pengembangan kawasan di Kabupaten Lingga di klasifikasikan menjadi 3 kawasan strategis yaitu: kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan. Pengembangan pembangunan kawasan tersebut dalam pembangunan jangka panjang diselaraskan dengan rencana rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lingga.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72 km2(1 %)dan lautan 209,654 km2 (99%). Dapat dipastikan ancaman abrasi laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi.

Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir.

Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di


(26)

masa 20 tahun mendatang, sehingga upaya-upaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan.

2.1.4. Demografi

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan, sebagaiman tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya, untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam rabgka untuk memecahkan masalah kependudukan. Salah satu usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk tersebut dilakukan pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB)

Jumlah penduduk di Kabupaten Lingga meningkat yaitu sebesar 0,95% bila dibandingkan tahun 2004, dimana pada tahun 2009 berjumlah 85,867 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 berjumlah 81,898 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk 39 jiwa per km2.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan persebaran penduduk. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk dari Kabupaten Lingga tercatat 86.244 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa per km2. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 penduduk Kabupaten Lingga bertambah sebanyak 6.793 jiwa.

Penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi tercatat di Kecamatan Singkep yaitu sebanyak 28.005 jiwa dengan kepadatan 57 jiwa per km2. Kecamatan yang memiliji penduduk paling rendah adalah Kecamatan Lingga Utara yaitu 10.186 jiwa dengan kepadatan 36 jiwa per km2.


(27)

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

KABUPATEN LINGGA, 1990 - 2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kepadatan penduduk tahun 2009–2030, kepadatan penduduk tahun 2025 di Kabupaten Lingga secara menyeluruh masih berada di bawah 1 jiwa/Ha, atau 83 jiwa/Km2. Kecamatan Lingga merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah/kecil, yaitu hanya sebesar 47 jiwa/Km2. Dilihat dari kategori kepadatan penduduk, kepadatan penduduk Kabupaten Lingga baik dirinci perkecamatan atau untuk kabupaten pada akhir tahun rencana (tahun 2025) tergolong kedalam kepadatan penduduk dengan kategori “rendah”.

Kapasitas/daya tampung Kabupaten Lingga terhadap jumlah penduduk tahun 2030, secara umum “masih mencukupi” untuk menampung jumlah penduduk pada tahun 2030 yang berjumlah 174.942 jiwa. Begitu juga bila dirinci perkecamatan, daya tampung semua kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga pada tahun 2030 mendatang masih dapat menampung jumlah penduduk yang bertambah. Meskipun begitu perlu dilakukan arahan penyebaran penduduk agar merata dan tidak hanya terkonsentrasi di suatu tempat.

Ketenagakerjaan

Data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk angkatan kerja hampir berbanding

1.23

0.24

0.82 0.00

0.50 1.00 1.50


(28)

sama dengan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja. Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak 36.219 jiwa (26,378%) dan jumlah penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 37.223 jiwa (42,14%). Dalam kurun waktu 5 tahun (2004-2008) secara persentase terjadi peningkatan yang tidak terlalu besar, hanya berkisar 5–6% untuk jumlah penduduk berdasarkan angkatan kerja. Dan dengan mengasumsikan bahwa persentase angkatan kerja serta bukan angkatan kerja pada Tahun 2008 sama dengan Tahun 2009, maka jumlah penduduk angkatan kerja di Kabupaten Lingga laki – laki adalah 34.159 jiwa dan perempuan 27.281 jiwa.

Gambar. G-II.2

Diagram Persentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2009

Sumber:

Jumlah penduduk Kabupaten Lingga menurut lapangan usaha dikelompokkan ke dalam penduduk yang bekerja di lapangan usaha pertanian, industri pengolahan, perdagangan, jasa dan lainnya. Dilihat dari lapangan usaha yang ada dan dengan menggunakan persentase yang diperkirakan sama pada tahun 2009 sebagian besar penduduk di Kabupaten Lingga bekerja di sektor

6.10%

33.85%

3.74% 53.52%

2.79%

Bekerja

Mencari Pekerjaan Sekolah

Mengurus Rumah tangga Lainnya


(29)

pertanian, yaitu sebanyak 13.508 jiwa atau sebesar 39,54 %. Selain bekerja di sektor pertanian, penduduk di Kabupaten Lingga juga banyak bekerja di sektor jasa yaitu sebanyak 6.947 jiwa atau sebesar 20,34 %.

Dilihat dari laju pertumbuhan menurut lapangan usaha, persentase jumlah penduduk menurut usaha pertanian pada tahun 2004 mendominasi yaitu sekitar 55,90% dan menurun lebih 15% pada tahun 2008. Penurunan presentase pada lapangan usaha pertanian terserap pada lapangan usaha industri pengolahan serta jasa.

1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,65%.


(30)

Gambar. G-II.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Ket:

*)Angka Perbaikan **)Angka Sementara

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2005-2009 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil.

Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Bangunan(13,16%), Pengangkutan dan Komunikasi(12,03%),dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan setiap tahunnya dikarena meningkatnya pembangunan fisik diKabupaten Lingga,seperti pembangunan gedung sekolah,gedung perkantoran,pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel. T-II.1 berikut ini.

6.05

6.5

6.71 6.65

6.63


(31)

Tabel. T-II.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009(%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56

2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73

3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80

5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26 7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03 8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan

7,44 13,42 11,25 11,66 11,60

9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66

PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*)Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Tabel. T-II.2.

Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01

2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82

3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22

5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00 7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88 8. Keuangan, Persewaan &

JasaPerusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13

9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara


(32)

Tabel. T-II.2 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada tahun 2005 menjadi 37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh para pedagang karena wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah persimpangan atau transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di sektor ini. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih yang hanya 0,22%.

Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan.

Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran (sebagai proksi


(33)

dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan.

Secara umum, pengeluaran rata-rata per kapita di Kabupaten Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 598.239 pada tahun 2010 menjadi Rp 734.482 pada tahun 2011.

Gambar. G-II.4

Persentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Penduduk

Selama Sebulan Di Kabupaten Lingga

2008-2011 (Persen)

Dari data susenas 2011 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 55,85 persen dari pendapatannya

2008 2009 2010 2011

62.34 64.19 61.36 55.85

37.66 35.81 38.64 44.15


(34)

untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 61,36 persen. Sedangkan 44,15 persen sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Distribusi Pendapatan

Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk adalah dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini ratio dan Kriteria Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil ketimpangan distribusi pendapatan.

Pada tahun 2011, 40 persen penduduk yang berpengeluaran rendah menerima 20.81 persen dari seluruh pendapatan. Angka ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.53. Penurunan juga terjadi pada kelompok penduduk berpengeluaran sedang yaitu dari 39.49 menjadi 38.31. Sedangkan pada kelompok penduduk berpengeluaran tinggi terjadi peningkatan persentase yaitu dari 38.99 pada tahun 2010 menjadi 40.88 pada tahun 2011.

Tabel. T-II.3.

Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini

di Kabupaten Lingga, 2007 - 2010

Tahun

Year

40% Berpengeluaran

Rendah

40% Low Expenditure

40% Berpengeluaran

Sedang

40% Medium Expenditure

20% Berpengeluaran Tinggi

20% High Expenditure

Rasio Gini

Gini Ratio

(1) (2) (3) (4) (5)

2011 20.81 38.31 40.88 0.312

2010 21.53 39.49 38.99 0.303

2009 21.28 38.97 39.75 0.308

2008 20.36 40.32 39.32 0.315

2007 23.48 42.67 33.86 0.242


(35)

Indeks gini mengalami peningkatan yaitu sebesar 0.303 pada tahun 2009 menjadi 0.312 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.

Penduduk Miskin

Indikator jumlah dan persentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Mengindentifikasi seseorang dikatakan miskin bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik penduduk miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di sisi lain, penentuan kriteria penduduk miskin juga menuntut agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.

Gambar. G-II.5

Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lingga Tahun 2008-2011

Dari gambar di atas dapat dilihat penduduk miskin dan tingkat kemiskinan (persentas penduduk miskin) di Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara signifikan. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan Kabupaten

16.0700 14.8600 13.6500 12.0500

18.19 16.56 15.83 12.98 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 .000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000

2008 2009 2010 2011

Ju m la h Pe nd ud uk M isk in (0 00 ) Ju m la h Pe nd ud uk M isk in (0 00 )


(36)

Lingga 18,19%, tahun 2011 mengalami penurunan yang signifkan menjadi 12,98%. Hal ini disebabkan karena adanya program-program pemerintah daerah yang menjadi prioritas dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin.

Walau secara umum terjadi penurunan persentase penduduk miskin di Lingga dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, namun bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Riau, maka Lingga menempati posisi tingkat kemiskinan yang paling tinggi.

Tabel. T-II.4.

Jumlah Penduduk Miskin, Nilai P0, P1 dan P2

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2011

Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (P0)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

(1) (2) (3) (4)

Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas Batam Tanjungpinang 13.651 9.307 3.014 12.055 1.596 61.782 21.096 5,93 6,04 4,06 12,98 3,95 6,11 10,52 0,95 0,96 0,73 2,13 0,47 0,72 2,03 0,22 0,20 0,22 0,60 0,09 0,17 0,61

Provinsi Kepri 122.500 6,79 0,98 0,25

Indonesia 29,89 juta 12,36 2,05 0,53

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2011

Diantara ke 7 (tujuh) kabupaten/kota se-Provinsi

Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi yakni sebesar 12,98%, walaupun secara absolut nilai tersebut secara riil kalah dengan Batam yang hanya 6,11% tetapi dari jumlah penduduk miskinnya Batam memiliki jumlah penduduk miskin yang paling tinggi bandingkan dengan Lingga.

Jika dianalisis, dari nilai P1 dan P2 terlihat bahwa angka kedua indikator tersebut untuk Kabupaten Lingga masih yang tertinggi dibanding daerah tingkat dua yang lain,


(37)

Provinsi Kepulauan Riau dan demikian juga bila dibandingkan dengan nilai nasional. Pada tahun 2011, tingginya nilai P1 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata pengeluaran penduduk dan garis kemiskinan di Kabupaten Lingga merupakan yang tertinggi di-Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan besarnya nilai P2 yang mencerminkan ketimpangan pengeluaran yang terjadi diantara penduduk miskin, angkanya masih sedikit lebih baik dibandingkan Kota Tanjungpinang.

b. Kesejahteraan Sosial

Pada fokus kesejahteraan sosial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7. Meskipun tergolong baru, tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah memposisikan Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434 Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Jika dilihat pada Gambar. G-II.6 nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2004 s.d 2009 menngkat dari 67,7%tahun 2004, meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat sebesar 69,6% pada tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat sebesar 70,4% pada tahun 2008serta meningkat sebesar 71.05 pada tahun 2009. Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai daerah


(38)

lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan.

Gambar. G-II.6

Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74. menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota di Propinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional, Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440 Kabupaten/Kota di Indonesia,Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari tujuh Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, dan untuk nasional berada pada

peringkat 231 dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia.

Selengkapnya,IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel. T-II.5berikut ini.

67.7

69.4 69.6 69.7

70.74 71.05


(39)

Tabel. T-II.5.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, dan Indonesia, serta Peringkatnya Tahun 2009

Kabupaten/ Kota/Propinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (persen) Rata2 Lama Sekolah (tahun) Rata2 Pengeluaran perKapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM

Peringkat dari

semua kabupaten/

kota/propinsi di

Indonesia

Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15133

Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66111

Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11290

Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05231

Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94393

Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,5116

Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,3188

Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,546

Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50

71,76-Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288 orang, kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna daksa sebanyak 131 orang, dan 93 orang penyandang tuna netra.

Angkatan Kerja

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah


(40)

melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Tabel. T-II.6.

Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr

1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26

1.Bekerja 79,02 31,03 53,52

2.Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74

2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74

1.Sekolah 7,80 4,60 6,10

2.Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85

3.Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan 42,74% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyaj 31,03%.

Berdasarkan Tabel-II.14, penduduk di Lingga yang bekerja, sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan,

perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%). Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan mata pencaharian


(41)

oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0,15%.

Tabel. T-II.7.

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha

Laki-Laki

Peremp uan

Lk + Pr

1 .

Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan

Perikanan 47,59 21,47

39,5 4 2

. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76

3

. Industri Pengolahan 6,96 16,07 9,76

4

. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15

5

. Konstruksi 5,56 0,00 3,85

6 .

Perdagangan Besar, Eceran, Rumah MakanDan

Hotel 11,91 25,21

16,0 0 7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 6,55 3,57 5,64 8

.

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha

Persewaanan Jasa Perusahaan 1,11 0,61 0,96

9 .

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan 14,91 32,52

20,3 4

Jumlah 100,00 100,00 100,

00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk.

Tabel. T-II.8 menunjukkan penduduk yang bekerja

sebagaiwiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.


(42)

Tabel. T-II.8.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga Tahun 2009

(penduduk usia kerja/ usia 15 tahun ke atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Wiraswasta 4.161 8,68

2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32

3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69

4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27

5 Karyawan Swasta 981 2,05

6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33

7 Guru 575 1,20

8 Karyawan Honorer 525 1,10

9 Petani/ Pekebun 437 0,91

10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91

11 Lainnya 30.456 63,53

Jumlah 47.936 100,00

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2009

c. Seni Budaya dan Agama

Perkembangan sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga menunjukkan adanya adat, budaya, tradisi dan warisan budaya yang sampai saat ini masih dipegang kuat meskipun terjadi perkembangan yang pesat menuju modernisasi. Mayoritas masyarakat Kabupaten Lingga adalah melayu dan sebagian kecilnya adalah pendatang yang bergabung melebur bersama masyarakat setempat dan para pendatang tersebut masih tetap mempertahankan tradisi dan adat mereka.

Demikian pula dalam penggunaan bahasa, masyarakat asli dan pendatang menggunakan Bahasa Melayu namun tetap ditemukan bahasa para pendatang seperti Cina, dan lainnya. Jenis pakaian tradisional yang dikenal orang Melayu Kepulauan Lingga adalah Baju Kurung. Baju ini bentuknya bermacam–macam, seperti Cekak Musang, Teluk Belanga, Empat Saku, Pesak Sebelah, Gunting Jubah, Kancing Tujuh dan Belah Bentan.

Masyarakat Melayu Riau memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus


(43)

dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusasteraan (Gurindam, Kompang, Gazal), seni tari rakyat (Joget, Zapin), seni teater (Teater Bangsawan) dan lainnya.

Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 26 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan, terbanyak terdapat di Kecamatan Singkep yaitu 10 buah, Kecamatan Lingga 6 buah, 4 buah di Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Lingga Utara masing-masing 4 buah, dan Kecamatan Senayang 2 buah.

Keagamaan

Pembangunan dibidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan dibidang mental spiritual sehingga akan ada keseimbangan dan keserasian antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. Kehidupan beragama yang harmonis antara umat beragama di Kabupaten Lingga telah terjalin dengan kokoh. Melaksanakan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Jumlah jemaah haji dari Kabupaten Lingga yang diberangkatkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 50 orang atau naik 11% dibandingkan dengan tahun 2009.

1.3. Aspek Pelayanan Umum

Bagian aspek pelayanan umum berikut ini mejelaskan perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lingga, baik pada urusan wajib maupun urusan pilihan.

2.3.1. Urusan Pelayanan Wajib

Urusan Pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselengarakan oleh pemerintah daerah yang beekaitan dengan pelayanan dasar. Secara umum, penyelengaran pelayanan dasar Kabupaten Lingga masih perlu ditingkatkan untuk


(44)

meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat secara baik. 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan, untuk itu Pemerintah Kabupaten Lingga terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Pengembangan sarana pendidikan dilakukan sesuai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan oleh penduduk seoptimal mungkin dan pemerataan penyebaran jumlah penduduk yang akan dilayani dan perkiraan tingkat kebutuhan yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2009persentase angka melek huruf usia 10 tahun keatas sebesar 92%. Artinya ada 8% yang masih buta huruf. Berdasarkan kelompok umur, usia 50 +memiliki tingkat buta huruf terbanyak yaitu 15,82%. Data menunjukkan bahwa angka melek huruf penduduk usia muda jauh lebih tinggi dari penduduk usia tua.

Kabupaten Lingga memiliki persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi sebesar 36%. Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK yaitu masing-masing sebesar 30,13% dan 20,90%.

Di Kabupaten Lingga, angka partisipasi sekolah hanya kelompok umur 7-12 tahun yang mendekati angka 100% sedangkan kelompok umur lainnya masih di bawah 90%, terutama untuk kelompok umur 19-24 tahun yang hanya 6.11%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin perbedaan yang cukup berarti terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun, dimana perempuan sebanyak 60.06% sedangkan laki-laki hanya 46%.


(45)

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompokumurnya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecildaripada nilai APKnya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.Di Kabupaten Lingga capaian APM tahun 2009 untuk SD sebesar 89.8%, berarti selisih dengan APK sebesar 17.46% artinya bahwa diantara murid SD sebanyak 17.46%nya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun, sedangkan untuk APM SLTP sebesar 63.23% ada selisih 10.87% terhadap APK, APM-nya SLTA sebesar 49.68% dan APM PT sebesar 3.86%.

Gambar. G-II.7

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2009

Rasio murid-sekolah terbanyak adalah SMU/SMK/MA yaitu 1:191 yang artinya 1 sekolah menampung 191 murid sedangkan rasio yang paling sedikit adalah di SD/MI yaitu 1:83 (1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Laki+laki Perempuan


(46)

sekolah menampung 83 murid) sedangkan Rasio guru-murid menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar, untukSLTP/MTs dan SMU/SMK/MA, masing-masing 1:11 (1 guru mengajar 11 murid) sedangkan ratio untuk SD/MI yaitu 1:8 (1 guru mengajar 8 murid). Hal ini dapat dilihat pada Tabel. II.9 dan Tabel. T-II.10 berikut ini.

Tabel. T-II.9.

Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah menurut Jenjang Tahun 2009

Jenjang Jumlah Murid Jumlah Sekolah Rasio Murid Sekolah

SD/MI SLTP/MTs SMU/SMK/MA* 10.591 3.706 2.479 127 35 13 83: 1 106: 1 191: 1

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009 *) Termasuk sekolah kelas jauh

Tabel. T-II.10.

Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2009

Jenjang Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid Guru

SD/MI SLTP/MTs SMU/SMK/MA 10.591 3.706 2.479 1.255 349 220 8: 1 11: 1 11: 1

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk dengan merujuk kepada rata-rata jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun. Pada tahun 2009 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Lingga adalah 7,22 tahun, sedangkan rata-rata nasional pada tahun 2009 adalah mencapai 8,25. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga baru mampu menempuh


(47)

pendidikan sampai dengan kelas I SMP atau putus sekolah dikelas II SMP. Kondisi ini menegaskan bahwa partisipasi pendidikan di Kabupaten Lingga perlu ditingkatkan dengan melibatkan instansi terkait, tentunya didukung olehpartisipasi aktif dari masyarakat.

Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan di kabupaten Lingga bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai.Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Lingga terdiri dari: Rumah Sakit 1 buah, Puskemas sebanyak 8 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 6 buah, dan polindes 67 buah.

Untuk menunjang sarana kesehatan yang ada, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya, Jumlah tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Hal ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan yang semakin meningkat, dengan diikuti meningkatnya sarana kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan paramedis.

Nilai Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Lingga pada tahun 2009 sekitar 70,02. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2009 di Kabupaten Lingga diperkirakan akan dapat hidup selama 70 tahun 07 hari dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan tidak ada yang berubah.


(48)

Pekerjaan Umum

Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Panjang jalan dan jalan yang diaspal di Kabupaten Lingga terjadi peningkatan, pada tahun 2009 panjang jalan yaitu 504,65 km, dimana tahun sebelumnya hanya 488,6 km. Sedangkanjalan yang diaspal sebesar 46,70% pada tahun 2009 dari total panjang jalan yang ada, dan tahun sebelumnya sebesar 46,56%.

Tabel. T-II.11.

Panjang dan Status Jalan Tahun 2007- 2009

Tahun/Kondisi jalan

Jalan Negara

Jalan Provinsi

Jalan Kabupaten

Total Panjang Jalan

2009 54,4 85,5 364,75 504,65

2008 52,4 85,5 350,9 488,8

2007 124,3 48,5 492,35 665,25

Sumber : BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2008 dan 2009

Perhubungan

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk penyempurnaan manaje-men dan dukungan fasilitas pelabuhan. Di Pelabuhan Dabo Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2010 mencapai 853.935 ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2010 barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 105.078 ton.


(49)

Tabel. T-II.12.

Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas dan Peranannya

Pelabuhan Laut Kelas Peranannya

Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum

Sungai Buluh Satuan Kerja Umum

Jagoh Satuan Kerja Umum

Penuba Satuan Kerja Umum

Daik Lingga Satuan Kerja Umum

Kuala Raya Satuan Kerja Umum

Pulau Mas Pos Kerja Umum

Senayang Kanpel Kelas V Umum

Pancur Satuan Kerja Umum

Sumber:BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Data menunjukkan, bahwa selama tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Dabo dan Senanyang. Sementara di Pelabuhan Dabo cenderung lebih fluktuatif walaupun pada bulan Desember menunjukkan kenaikan.

Gambar. G-II.8

Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan

Di Pelabuhan Dabo, Daik Dan Senayang Tahun 2010 (ORANG)

0 50 100 150 200 250

Dabo Daik Senayang


(50)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep tahun 2010 terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Januari. Untuk bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi.

Gambar. G-II.9

Jumlah Arus Penumpang Domestik YangBerangkat dan Datang Menurut Bulan di Bandara Dabo Singkep, 2010 (Orang)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi adalah sebagai “darah” yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi.

0 100 200 300 400 500 600 700

Datang Berangkat


(51)

Jumlah koperasi tahun 2010 sebanyak 67 unit, dengan rincian 11 KUD dan 56 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi sebanyak 1.243 orang untuk KUD dan 3.705 orang untuk Non KUD.

Gambar. G-II.10

Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2010

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan UU No. 31 tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau.Secara Administrasi,maka Kabupaten Lingga terdiri dari 5 kecamatan dengan rincian sebanyak 57 desa/kelurahan dan 6 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Lingga adalah

Singkep Barat, Singkep, Lingga, Lingga Utara, dan

Senayang.Dengan dijadikannnya Kabupaten Lingga sebagai daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga

KUD

16% Koperasi

Perikanan 3%

Koperasi Serba Usaha

39% Koperasi Lainnya


(52)

adalah mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta kewenangan di bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dibidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendayagunaan SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

Tugas atau urusan wajib yang menjadi kewenangan dari pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga adalah sebanyak 16 buah yaitu:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan. 2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan.

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

5. Penanganan bidang Kesehatan. 6. Penyelengaraan Pendidikan. 7. Penanggulangan masalah so-sial. 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah. 10. Pengendalian lingkungan hidup.

11. Pelayanan pertanahan.

12. Pelayanan kependudukan & catatan sipil. 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan. 14. Pelayanan administrasi penanaman modal. 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya.

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh Perundang – undangan.


(53)

Disamping itu juga terdapat pilihan yang merupakan urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,meliputi:

1. Pertanian. 2. Perkebunan. 3. Kehutanan. 4. Perikanan. 5. Pariwisata. 6. Pertambangan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga mempunyai tugas untuk melaksanakan penyelenggaraan di bidang pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Kabupaten Lingga.

2.3.2. Urusan Pilihan

Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga.

Pertanian

Sub sektor tanaman bahan makanan adalah merupakan salah satu sub sektor pada sektor pertanian. Sub sektor tersebut mencakup tanaman ubi kayu danubi jalar.Produksi bahan makanan /palawija pada tahun 2010 mencapai 639,3 ton. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 792,4 ton, maka terjadi penurunan sekitar 23,9%. Produksi dari tanaman sayur - sayuran pada tahun 2010 mencapai 1.644,92 ton. Produksi tertinggi didominasi oleh kangkung yakni sebesar 596,13 ton, diikuti bayam sebesar 379,32 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah buncis yaitu 0,06 ton.


(54)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Singkep

Barat Singkep Lingga LinggaUtara Senayang

Jagung 10 12 6 8 0

Ubi Kayu 135 165 150 90 30

Ubi Jalar 6.5 10.4 6 10.4 0

Pr

od

uk

si

(T

on

)

Gambar. G-II.11

JUMLAH PRODUKSI PALAWIJA MENURUT KOMODITITAHUN 2010 (TON)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Selain tanaman pangan, data tentang pertaninan di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 yaitu tentang produksi padi. Produksi padi Kabupaten Lingga pada tahun 2010 adalah 0,4 ton dengan luas lahan 1 Ha, sehingga rata-rata produksi adalah 0,4 ton/Ha.

Perkebunan

Produksi perkebunan pada tahun 2010 mencapai 16.160,96 ton. Produksi tertinggi didominasi oleh sagu sebesar 10.812,98 ton, kemudian diikuti karet sebesar 4.071,40 ton. Data perkebunan Kabupaten Lingga dapat pada Gambar. G-II.12 berikut ini:


(55)

25% 8% 0% 67%

Karet Kelapa Lada Sagu Gambar. G-II.12

JUMLAH PRODUKSI PERKEBUNANAN MENURUT KOMODITI DI KABUPATEN LINGGA, 2010 (TON)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Peternakan

Pada tahun 2010, populasi ternak besar seperti sapi tercatat 1.341 ekor, kerbau 3 ekor, kambing 748 ekor dan babi 335 ekor. Bila dibandingkan tahun sebelumnya populasi ternak besar mengalami kenaikan untuk sapi sebesar 3,2%, kambing sebesar 19,9%, dan babi sebesar 4,7%.Populasi unggas pada tahun 2010 berjumlah 113.042 ekor. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebanyak 110.169 ekor, ternak unggas di Kabupaten Lingga naik sebesar 2,6%.

Populasi ayam kampung memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 72.131 ekor. Populasi ayam petelur dan ayam pedaging masing-masing sebanyak 6.500 dan 32.800 ekor. Dan populasi itik sebanyak 1.611. Dari keempat jenis unggas tersebut, ayam kampung dan itik mengalami penurunan populasi masing-masing sebesar 1,5% dan 15%.

Perikanan

Untuk sub sektor perikanan di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah perikanan laut. Pada tahun 2009 volume produksi perikanan laut sebesar 18.310,988ton, pada tahun 2010 bertambah menjadi


(56)

17,607.8817,739.60

18,413.24

16,665.79

15,894.2716,305.09

17,184.78

18,310.99

21,560.89

14,500 15,500 16,500 17,500 18,500 19,500 20,500 21,500 22,500

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

21.560,931 ton atau mengalami peningkatan sebesar 17,7%.Jumlah alat produksi perikanan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penambahan. Pada tahun 2010 tercatat 9.964 unit alat penangkap ikan, 2.715 kapal motor, 124 motor tempel, 2.391 perahu tanpa motor dan 1.025 keramba. Perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Kabupaten Lingga, 2002-2010 (ton) dapat dilihat pada

Gambar. G-II.13 berikut ini:

Gambar. G-II.13

JUMLAH PRODUKSI PERIKANAN LAUT TAHUN 2002-2010 (TON)

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2011

Kehutanan

Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan susunan tanah dan isinya. Luas hutan di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 mencapai 22.726,32 Ha. Luas dan persentase hutan menurut fungsi di Kabupaten Lingga pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel. T-II.13. Pembangunan di Kabupaten Lingga harus tetap

memperhatikan keberlanjutan lingkungan dengan tidak

mengurangi/merusak jumlah hutan lindung yang saat ini telah ada yaitu seluas 22.533,28 (99,15%).


(1)

sarana dan prasarana wilayah serta pemerintahan. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan serta pengembangan perekonomian berbasis potensi wilayah. Hal ini selain bertujuan untuk mendukung upaya penurunan angka kemiskinanm juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tahap pembangunan selanjutnya adalah bagaimana sasaran pembangunan pada tahap sebelumnya dilanjutkan ditingkatkan. Araha pembangunan pada tahap ketiga yaitu melanjutkan dan memantapkan perwujdukan Lingga sebagai pusat budaya Melayu, peningkatan kualitas SDM, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran melalui pemberdayaan masyarakat (terutama masyarakat miskin) dan pemberdayaan KUKM dengan mengembangkan potensi kelautan perikanan dan pariwisata. Arah pembangunan tersebut juga didukung dengan penegakan hukum dan hak azasi serta penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang prima.

Terwujudnya Lingga sebagai pusat kebudayaan Melayu dengan kondisi sumber daya manusia yang berpendidikan dan sehat serta perekonomian yang mapan melalui optimalisasi potensi kelautan dan perikanan serta pariwisata secara berkelanjutan, merupakan tahap terakhir pembangunan 5 (lima) tahunan. Pembangunan tahap akhir diharapkan dapat mewujudkan Kabupaten Lingga yang berbudaya, demokratis dan mampu bersaing sehingga menciptakan masyarakat Lingga yang sejahtera, sesuai dengan visi pembangunan jangka panjang yaitu: Terwujudnya Kabupaten Lingga Sebagai Bunda Tanah Melayu Berbasis Kepulauan dan Agrominawisata Menuju Masyarakat Sejahtera.


(2)

BAB VI

KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 yang berisi visi, misi, sasaran dan arah pembangunan serta pentahapannya untuk Kabupaten Lingga merupakan pedoman bagi pemerintah, stakeholder pembangunan, dan masyarakat pada umumnya dalam menyelenggarakan pembangunan jangka panjang selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lingga merupakan dasar bagi penyusunan visi, misi dan program prioritas bagi Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati dalam periode-periode terkait. Selanjutnya visi, misi dan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati terpilih menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga. RPJMD kemudian menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Mengacu pada Paragraf 4, Pasal 32 Ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; paling lama 1 (satu) tahun sebelum RPJPD yang berlaku berakhir maka harus telah dirumuskan rancangan akhir RPJPD untuk periode berikutnya. Selanjutnya, dalam Pasal 41 disebutkan bahwa “Peraturan Daerah tentang RPJPD kabupaten/kota ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan RPJPN, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan perundang-undangan”.


(3)

Keberhasilan pembangunan daerah dalam mewujudkan visi “Terwujudnya Kabupaten Lingga sebagai bunda tanah melayu berbasis kepulauan dan agrominawisata menuju masyarakat sejahtera”, sangat tergantung pada peran aktif seluruh lapisan

masyarakat serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara pemerintahan. Selain itu perlu didukung oleh komitmen dari ke pemimpinan daerah yang akuntabel, kapabel, dan demokratis; konsistensi kebijakan pemerintah daerah dan pelaksanaan prinsip-prinsip ketata pemerintahan yang baik; keberpihakan kepada kepentingan masyarakat, serta keterlibatan dan peran serta aktif masyarakat, dunia usaha dan segenap pemangku kepentingan dalam pembangunan di Kabupaten Lingga; mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan pembangunan. Komitmen kuat dari semua komponen pelaksana pembangunan yang kemudian dipadukan secara konsisten akan merupakan faktor utama untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

Untuk itu, dalam pelaksanaan pencapaian tersebut perlu ditetapkan kaidah pelaksanaan untuk menjamin terwujudnya visi dan misi jangka panjang Kabupaten Lingga.

6.1. Prinsip-Prinsip Kaidah Pelaksanaan

Kaidah pelaksanaan dokumen RPJPD Kabupaten Lingga, sebagai berikut:

a. Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025 kepada masyarakat.

b. Agar terjadi kesinambungan dalam penyusunan kebijakan daerah, maka calon-calon Bupati di setiap tahapan harus memperhatikan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025 dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menyusun visi dan misi kepala daerah, yang selanjutnya akan dituangkan ke dalam RPJMD Kabupaten Lingga.


(4)

c. Lembaga eksekutif dan lembaga legislatif Kabupaten Lingga dengan didukung oleh instansi vertikal yang ada di wilayah Kabupaten Lingga dan masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 sehingga arah kebijakan pembangunan dan sasaran pokok setiap tahapan lima tahunan dapat dicapai.

d. Bupati dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025 dengan menggerakkan secara optimal semua potensi dan kekuatan daerah sesuai arah kebijakan pembangunan dan sasaran pokok periode berkenaan.

e. Kepala Bappeda melaksanakan pengendalian dan evaluasi kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi hasil rencana RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025.

f. Untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, penyusunan RKPD bila belum memiliki RPJMD berpedoman pada sasaran pokok dan arah kebijakan RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025.

6.2. Perubahan Dokumen Perencanaan

Perubahan dokumen Perencanaan Jangka Panjang kabupaten Lingga ini dapat dilaksanakan berdasarkan Pasal 282 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, apabila:

a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam pertuturan yang berlaku.

b. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengann peraturan yang berlaku.

c. Perubahan yang mandasar, mencakup antara lain: bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial


(5)

budaya, gangguang keamaan, pemekaran daerah atau perubahan kebijakan nasional; dan/atau

d. Merugikan kepentingan nasional, apabila bertentangan dengan kebijakan nasional.


(6)

BAB VII

PENUTUP

RPJPD Kabupaten Lingga merupakan instrumen bagi keselarasan agenda pembangunan nasional dengan provinsi dan kabupaten Lingga itu sendiri.RPJP Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025 merupakan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan untuk melaksanakan pembangunan yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD ProvinsiKepulauan Riau. Di sisi lain, RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RTRW dan RPJMD Kabupaten Lingga serta dokumen perencanaan lainnya dan penyelenggaraan pembangunan daerah di Kabupaten Lingga pada umumnya.

Keberhasilan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005-2025 sangat bergantung pada komitmen, konsistensi dan partisipasi dari penyelenggara pemerintahan daerah, para pemangku kepentingan daerah dan seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Lingga. Pengendalian dan evaluasi secara berkala harus dilakukan dan dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundangan, sehingga arah pembangunan daerah dalam jangka panjang tetap dalam jalur sebagaimana telah ditentukan dalam arah kebijakan dan sasaran pokok yang sekurang-kurangnya harus dicapai tiap lima tahun.

Terakhir, dengan segala kerendahan hati dan tetap menggelorakan optimisme membangun Kabupaten Lingga untuk esok yang lebih baik, kita serahkan semua pada Allah SWT. Semoga ridho dan karunia-Nya menyertai upaya-upaya kita semua mewujudkan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Lingga tahun 2025 sebagaimana termaktub dalam dokumen ini.