RPJPD Kab Mimika 2009 2025
PERATURAN DAERAH KABUPAEN MIMIKA NOMOR 2 TAHUN 2009
TENTANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA
Menimbang : a. bahwa guna sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudkan pada huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Mimika tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika Tahun 2005 – 2025. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten otonom di Propinsi Irian Jaya Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2907);
2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 173, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894);
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
(2)
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Mimika (Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Tahun 2008 Nomor 2); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Mimika (Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Nomor 1);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mimika (Lembaran
(3)
Dearah Kabupaten Mimika Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Nomor 2);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Mimika (Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Tahun 2008 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Nomor 3);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Mimika Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mimika (Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mimika Nomor 4);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MIMIKA dan
BUPATI MIMIKA
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2005 -2025
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Mimika.
2. Bupati adalah Bupati Mimika.
3. Kepala Bappeda adalah Kepala Bappeda Kabupaten Mimika.
4. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
5. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah di daerah dan masyarakat.
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) Tahun.
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) Tahun. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) Tahun.
(4)
8. Visi adalah rumusan untuk mengenai keadaan yang diingikan pada akhir periode perencanaan.
9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi.
10. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan Visi dan Misi.
11. Program adalah Instrumen kebijakan yang diberi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Instansi Pemerintah.
12. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat MUSREMBANG adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan Daerah.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA Pasal 2
(1) Program Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika Periode 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJPD Kabupaten Mimika.
(2) Rincian dari program pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
Pasal 4
RPJPD Kabupaten Mimika menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Mimika yang memuat Visi, Misi dan Program Pembangunan Kepala Daerah.
BAB III
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN Pasal 5
(1) Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Mimika dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Penyiapan Rancangan Awal Pembangunan;
b. Musyarawah Perencanaan Pembangunan Daerah; c. Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan.
(2) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika menyiapkan Rancangan RPJPD
(3) Rancangan RPJPD Kabupaten Mimika menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Mimika yang memuat Visi, Misi dan Program Pembangunan Kepala Daerah.
(5)
Pasal 6
(1) Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP Daerah Kabupaten Mimika yang diikuti oleh unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Mimika dan melibatkan masyarakat.
(2) Kepala Bappeda bertanggungjawab menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten Mimika.
Pasal 7
Kepala Bappeda menyusun Rancangan Akhir RPJP Daerah Kabupaten Mimika berdasarkan hasil Musrenbang Janka Panjang Daerah.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8
RPJM Daerah Kabupaten Mimika yang telah ada masih tetap berlaku dan wajib disesuaikan dengan RPJPD Kabupaten Mimika yang telah disesuaikan dengan RPJP Nasional paling lambat 6 (enam) bulan.
Pasal 9
RPJP Daerah Kabupaten Mimika Tahun 205-2025 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Peraturan Daerah ini
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP Pasal 10
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mimika.
Diundangkan di Timika
Pada tanggal, 11 September 2009
BUPATI MIMIKA CAP/TTD
KLEMEN TINAL, SE.MM Diundangkan di Timika
Pada tanggal, 14 September 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MIMIKA
Drs. W. HAURISSA PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19510513 197710 1 001
(6)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana–rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika Tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan daerah yang disusun untuk menciptakan percepatan pembangunan daerah yang berisi visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Mimika 20 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika disusun secara sistematis, metodis, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan daerah yang merupakan mata rantai dari RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Papua, dimana RPJPD Kabupaten Mimika lebih disesuaikan dengan karakteristik dan potensi Kabupaten Mimika.
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumberdaya alam berlimpah, namun kondisi masyarakatnya relatif belum mencapai kesejahteraan yang layak. Dengan kondisi demikian, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sebagai pengakuan dan pemberian kewenangan Khusus untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Papua menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak–hak dasar
(7)
masyarakat Papua. Ini merupakan babak baru bagi Provinsi Papua secara umum dan lebih khusus bagi Kabupaten Mimika, untuk menata dan membangun dirinya berdasarkan nilai-nilai adat istiadat dan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Oleh karena itu, RPJPD Kabupaten Mimika Tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang yang bersifat strategis untuk menjadi komitmen pemerintah daerah dan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders) dalam menata dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain. RPJPD Kabupaten Mimika juga merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) selama masa empat periode berikutnya.
B. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Kabupaten yang merupakan penjabaran dari tujuan Nasional, yang tercantum dalam pembukaan Undang–Undang Dasar 1945 dalam upaya percepatan pembangunan serta pemberian hak-hak dasar masyarakat asli Papua sebagaimana tertuang dalam Undang–Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Selanjutnya dalam rangka penataan perencanaan pembangunan Nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), maka RPJPD Kabupaten Mimika untuk masa 20 tahun yang dimulai dari tahun 2005-2025 dituangkan dalam bentuk visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika Tahun 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan kabupaten, dimaksudkan untuk menjadi arah dan pedoman dalam pembangunan daerah selama 20 tahun ke depan. Sedangkan tujuannya
adalah untuk mewujudkan konsistensi dan keterkaitan dalam perencanaan pembangunan bagi seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Mimika untuk mewujudkan cita–citanya. Selain itu dokumen ini juga ditujukan untuk
(8)
memberikan konsistensi dalam pencapaian pembangunan jangka panjang dan memberikan gambaran tentang pentahapan pembangunan secara jelas dan sistematis, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian cita-cita dan tujuan pemba-ngunan nasional.
D. LANDASAN
Landasan idiil dalam penyusunan RPJPD Kabupaten Mimika adalah Pancasila dan landasan konstitusional adalah Undang–Undang Dasar 1945. Selanjutnya landasan operasional yang digunakan sebagai acuan adalah: 1. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa
Depan;
2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Mimika, Puncak Jaya, Paniai dan Kota Sorong sebagai daerah Otonom.
3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 2008;
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;
8. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
9. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
(9)
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksa-naan Rencana Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
E. SISTEMATIKA
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mimika Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika, sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Bab II : GAMBARAN UMUM KABUPATEN MIMIKA Bab III : ANALISIS ISSU STRATEGIS
Bab IV : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2005-2025
Bab V : ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PEMBA-NGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2005-2025
Bab VI : KAIDAH PELAKSANAAN
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MIMIKA
(10)
Mimika adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Selatan Provinsi Papua dan dibentuk sebagai kabupaten administratif dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996 tanggal 13 Agustus 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Mimika di wilayah Provinsi Daerah Tk I Irian Jaya. Kemudian berubah statusnya menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang–Undang Nomor 45 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999, yang diresmikan pada tanggal 18 Maret 2000. Pembentukan Kabupaten Mimika bersamaan dengan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.
Wilayah Administratif Kabupaten Mimika pada awalnya hanya mencakup wilayah Kecamatan Mimika Timur yang merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten Fakfak. Setelah menjadi kabupaten administratif Mimika wilayahnya dimekarkan menjadi 4 (empat) kecamatan yaitu; Kecamatan Mimika Timur, Mimika Barat, Agimuga, dan Kecamatan Mimika Baru. Setelah menjadi daerah otonom, wilayah Kabupaten Mimika dibagi menjadi 12 (dua belas) Distrik yaitu; Distrik Mimika Timur, Mimika Barat, Agimuga, Mimika Baru, Kuala Kencana, Mimika Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Jita, Jila, dan Tembagapura. Dari 12 distrik di atas, Distrik Mimika Barat Jauh memiliki wilayah terluas yaitu 3.315 Km² atau 14,67% dari luas wilayah Kabupaten Mimika, dan Distrik Kuala Kencana memiliki luas wilayah terkecil yaitu 511 Km² dari keseluruhan wilayah Kabupaten Mimika.
1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Mimika dengan ibukota di Timika memiliki luas wilayah 21.522 Km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 150.753 jiwa, dan terletak antara 134º45’-137º45’ BT dan 4º00’-5º10’ LS. (BPS Kabupaten Mimika, 2005).
Secara administrasi wilayah Kabupaten Mimika berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kabupaten Nabire, Paniai dan Puncak Jaya; Sebelah Selatan : Laut Arafura;
Sebelah Timur : Kabupaten Yahukimo dan Asmat; Sebelah Barat : Kabupaten Kaimana.
(11)
2. Kondisi Topografi dan Iklim
Kondisi topografi Kabupaten Mimika cukup beragam yang ditandai dengan wilayah pantai dan berawa, serta dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang diselimuti salju abadi. Kemiringan lahan berkisar antara 1-3% dan > 45%.
Wilayah laut berada di bagian selatan Kabupaten Mimika termasuk perairan Arafuru dengan panjang garis pantai 340 Km. Wilayah pantai dan rawa ditumbuhi hutan bakau (mangrove) dan hutan sagu (metroxylon sagoo). Daerah dataran tinggi merupakan kawasan hutan hujan tropika dengan tingkat keragaman flora yang tinggi.
Suhu udara rata-rata minimum mutlak mencapai 22,4ºC dan maksimum mutlak mencapai 34,6ºC. Pada wilayah dataran tinggi suhu udara rata-rata mencapai 6ºC (Grasberg). Kelembaban udara rata–rata mencapai 87%, dan kecepatan angin rata-rata mencapai 5 Knot. Rata-rata tekanan udara minimum mutlak mencapai 1.005 Mbs dan maksimum mutlak mencapai 1.014 Mbs, serta rata–rata curah hujan mencapai 382,9 mm (BMG Kabupaten Mimika, 2005).
3. Kondisi Hidrologi, Jenis Tanah dan Batuan
Wilayah Kabupaten Mimika terdapat beberapa sungai besar antara lain; sungai Ombo, Ajikwa, Minajerwi, Otakwa, Agimuga dan Cemara yang semuanya bermuara di perairan Arafuru. Lebar sungai rata-rata berkisar antara 100–150 m dengan kedalaman pada musim kemarau antara 3–6 m dan pada musim hujan antara 5–8 m.
Jenis tanah di Kabupaten Mimika umumnya merupakan tanah hasil lapukan batuan kasar sebagai residual soil dan transported soil. Tanah di wilayah ini juga dapat di kelompokkan menjadi tanah alluvial dengan tekstur halus hingga kasar, di beberapa tempat terdapat tanah gambut. Jenis tanah terbanyak adalah podsilik merah kuning yang penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Mimika.
Satuan batuan wilayah ini umumnya berumur prakambium recent
yang didapat dari batuan sedimen, yaitu batuan pasir, batuan lempeng, batuan gamping, batuan terobosan, batuan hubahan, dan batuan hasil perombakan, yang semuanya tersebar di wilayah pegunungan dan sungai.
(12)
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Mimika terdiri dari lahan permukiman, jasa/perkantoran, tegalan/ladang, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Sebagaimana diuraikan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.1
Luas wilayah menurut Distrik
NO DISTRIK LUAS WILAYAH
(Km²)
PERSENTASE (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
MIMIKA BARAT
MIMIKA BARAT TENGAH MIMIKA BARAT JAUH MIMIKA TIMUR
MIMIKA TIMUR TENGAH MIMIKA TIMUR JAUH MIMIKA BARU KUALA KENCANA TEMBAGAPURA AGIMUGA JILA JITA
2.914 2.356 3.315 1.789 726 1.049 2.216 511 1.280 1.772 1.097 1.014
14,87 12,03 14,64 9,13 3,71 5,35 11,31 2,61 6,53 9,04 5,60 5,18
J u m l a h 20.039 100
(13)
Tabel 2.2
Luas Lahan Bukan Sawah menurut Penggunaan Tanah
NO JENIS PENGGUNAAN TANAH LUAS (Ha)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Perumahan Kampung Jasa/Perkantoran Tegalan/Ladang Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutunan Lain-lain
29.397,00 517,00 14.579,00 1.475,00 2,25 1,15 1.296.034,00 688.811,00 J u m l a h 2.029.678,00 Sumber: BPN Kabupaten Mimika 2005
B. KEADAAN PEREKONOMIAN
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor
Pertumbuhan PDRB berdasarkan harga berlaku di Kabupaten Mimika pada tahun 2005 dengan sub sektor pertambangan sebesar 115,58%, sedangkan tanpa sub sektor pertambangan sebesar 17,65%. Berdasarkan harga konstan dengan sub sektor pertambangan tingkat pertumbuhan PDRB 60,44%, sedangkan tanpa sub sektor pertambangan sebesar 8,91%. Selanjutnya PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dengan sub sektor pertambangan adalah sebesar 117,47 juta rupiah dan tanpa sub sektor pertambangan 6,48 juta rupiah.
Pertumbuhan Nilai Tambah Akhir Bruto PDRB Kabupaten Mimika pada Tahun 2005, tanpa sub sektor pertambangan adalah sebagai berikut: sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 13,73%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 10,62%, sektor bangunan sebesar 10,18%, sektor industri pengolahan 8,06%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 7,07%, sektor listrik dan air minum sebesar 7,00%, sektor pertanian sebesar 4,37%, sektor keuangan, perseroan dan jasa perusahaan 2,33%, dan sektor jasa–jasa sebesar 0,69%.
(14)
Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi sektor pertambangan berperan penting dalam perekonomian Kabupaten Mimika. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai nilai sebesar 96,92% berdasarkan harga berlaku tahun 2005 menyebabkan peran sektor pertambangan sangat dominan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yang hanya memberikan kontribusi sebesar 3,08%.
Sebagai daerah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam melimpah, maka perlu adanya kebijakan pemerintah daerah untuk melakukan tranformasi kontribusi dari sektor pertambangan ke sektor ekonomi lainnya artinya, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika tidak hanya bergantung pada sektor pertambangan, namun masih banyak alternatif-alternatif sumberdaya lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam menggeser peran sektor pertambangan, antara lain sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, serta jasa dan industri yang juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika, sebagaimana tertera pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten MImika Tahun 2005
S e k t o r
Pertumbuhan atas dasar harga konstan (%)
Tanpa Tambang Dengan Tambang
Pertanian
Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan
Listrik dan air Minum Bangunan
Perdag, Hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keu, perseroan dan jasa perusahaan 10. Jasa – jasa
4,37 7,07 8,06 7,00 10,18 10,62 13,73 2,33 0,69
4,37 64,14 8,06 7,06 10,18 10,62 13,73 2,33 0,69
PDRB 8,91 60,44
(15)
2. Pertanian
Sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Mimika adalah ladang yaitu seluas 13.637 ha yang menyebar di Distrik Mimika Baru dan Distrik Mimika Timur, sedangkan lahan pertanian sawah relatif kecil, yaitu lahan seluas 144 ha. Secara keseluruhan lahan pertanian di Distrik Mimika Timur seluas 5.733 ha, di Distrik Mimika Baru seluas 5.719 ha, dan di Distrik Mimika Barat seluas 549 ha. Jenis-jenis produksi tanaman pertanian adalah petatas, keladi, singkong, sedangkan produksi padi sangat terbatas. Selain tanaman pangan umbi-umbian dan padi juga terdapat sagu yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok.
Selain itu juga dikembangkan tanaman hortikultura yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan seperti kol, sawi, kacang panjang, kacang tanah, wortel, tomat, lombok, salak, rambutan, matoa, alpukat, pisang, jeruk, dan lain-lain.
3. Peternakan
Jenis ternak yang dibudidayakan di Kabupaten Mimika antara lain terdiri dari; sapi, kambing, babi, ayam buras, dan itik. Berdasarkan data Mimika Dalam Angka Tahun 2005 menunjukkan jumlah populasi sapi sebanyak 442 ekor, kambing sebanyak 536 ekor, babi sebanyak 7.065 ekor, dan ayam buras sebanyak 64.400 ekor.
4. Perkebunan
Berdasarkan data Mimika Dalam Angka Tahun 2005 menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan adalah kopi, kelapa, kakao, karet dan pala. Ketiga jenis komoditas yaitu kopi, kelapa dan kakao terdapat di Distrik Mimika Timur. Sedangkan tanaman karet dan pala terdapat di Distrik Mimika Barat dan Distrik Agimuga.
(16)
5. Perikanan dan Kelautan
Produksi sektor perikanan dan kelautan pada tahun 2005 mencapai 6.195 ton, yang terdiri dari ikan, udang, kepiting dan kerang. Sedangkan sub sektor perikanan darat mencapai 250 ton. Sehingga jumlah keseluruhan produksi perikanan dan kelautan mencapai 6.445 ton. Produksi kepiting (karaka) terutama terdapat di Distrik Mimika Timur, Mimika Tengah, dan Mimika Barat. Sedangkan udang banyak terdapat di Distrik Mimika Barat, Mimika Barat Tengah dan Mimika Barat Jauh.
6. Kehutanan
Klasifikasi kawasan hutan di wilayah ini terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam (KPA), hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Luas keseluruhan kawasan hutan 1.296.034 ha, dimana areal terluas terdapat pada Distrik Tembagapura yaitu seluas 385.484 ha. Secara keseluruhan, luas areal hutan Kabupaten Mimika mengalami penyusutan dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh adanya praktek penebangan liar (illegal logging). Penyusutan areal hutan juga disebabkan oleh pembukaan lahan untuk wilayah permukiman, perkebunan, dan perladangan, serta adanya kegiatan penambangan dan penggalian. Selanjutnya hutan suaka alam dan hutan lindung relatif tidak mengalami perubahan sebab keseriusan pemerintah serta keterlibatan masyarakat untuk mencegah penggundulan hutan. Jenis tumbuhan yang terdapat di wilayah ini antara lain kayu besi, matoa, gaharu, kayu putih, kayu cina, dan kayu dragon serta berbagai jenis rotan. Jenis kayu yang diproduksi untuk kebutuhan ekonomi meliputi kayu besi dan kayu cina yang banyak terdapat di Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika Baru.
7. Industri dan Perdagangan
Kabupaten Mimika menghasilkan beberapa jenis kerajinan patung walaupun dalam jumlah yang relatif terbatas, disamping beberapa souvenir dan tikar, juga terdapat industri meubel, penggergajian kayu, pengolahan ikan asin, pembuatan batako, pengolahan kerupuk, beberapa industri jasa
(17)
(perbengkelan, periklanan, wartel, persewaan kendaraan dan sebagainya), koperasi, toko, serta usaha kios yang merupakan unit usaha yang paling dominan. Industri yang terdapat di wilayah ini umumnya masih berskala kecil yang secara keseluruhan berjumlah 1.516 unit usaha, sebagian besar terkonsentrasi di Distrik Mimika Baru sebanyak 1.221 unit usaha.
Perkembangan industri dan perdagangan di Kabupaten Mimika berkembang dengan pesat yang merupakan dampak langsung dari kegiatan penambangan tembaga, emas, dan perak oleh PT. Freeport Indonesia. Pada Distrik Mimika Baru, Distrik Mimika Timur dan Distrik Agimuga sudah terdapat industri berskala menengah dan besar, tetapi jumlahnya sangat terbatas di bawah 10%. Pasar merupakan salah satu sarana penting penggerak roda perekonomian, yang secara keseluruhan terdapat sebanyak 14 (empat belas) buah pasar, dimana sebanyak 9 (sembilan) buah pasar diantaranya berada di Distrik Mimika Baru, dan juga terdapat pasar-pasar tradisional yang dkembangkan pada daerah Satuan Permukiman (SP) oleh para transmigran. Kondisi pasar hingga tahun 2005 sangat beragam, ada yang tidak bisa digunakan, ada yang sedang dalam proses pembangunan, dan juga sebagian mengalami kerusakan.
8. Lembaga Keuangan
Jumlah lembaga keuangan di Kabupaten Mimika, bertambah secara signifikan dari tahun ke tahun sejalan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagian besar lembaga-lembaga keuangan baik yang bersifat mikro, menengah maupun lembaga perbankan tersebar di Kota Timika. Lembaga-lembaga keuangan perbankan semuanya terpusat pada Kota Timika yaitu 3 (tiga) Bank Pemerintah, 2 (dua) Bank Swasta dan 19 (sembilan belas) koperasi.
9. Tenaga Kerja
Dalam tahun 2005 jumlah pencari kerja (pencaker) sebanyak 16.862 orang (laporan disnaker). Bila dirinci berdasarkan jenis kelamin adalah pria sebanyak 13.198 orang dan wanita sebanyak 3.664 orang. Bila dilihat dari
(18)
kontribusi sektor-sektor selain sektor pertambangan, maka sektor pertanian juga memberikan kontribusi yang cukup besar terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor pertambangan menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 21% dari 16.862 tenaga pencaker dan sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 41% dari 16.862 tenaga pencaker. Hal ini menunjukan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sangat tinggi, dibanding sektor pertambangan, sebagaimana tertera pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar.2.1.
Banyaknya Sektor Ekonomi Pekerjaan Utama Per Rumah Tangga Kab. Mimika
Sumber: Mimika Dalam Angka 2005
10. Pertambangan
Pertumbuhan sektor pertambangan memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Mimika. Kabupaten Mimika memiliki kekayaan sumberdaya alam, yakni penambangan tembaga, emas dan perak yang dikelola oleh perusahaan berskala internasional PT. Freeport Indonesia. Sektor pertambangan menjadi sektor yang sangat dominan dalam mendukung keberhasilan pembangunan secara umum di Kabupaten Mimika, yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang sangat baik dimasa mendatang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Mimika.
C. KEPENDUDUKAN, SOSIAL DAN BUDAYA 1. Kependudukan
Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 150.753 jiwa (Mimika Dalam Angka 2005), yang terdiri dari laki–laki sebanyak 91.262 jiwa dan perempuan sebanyak 59.491 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terkonsentrasi pada Distrik Mimika Baru yaitu sebanyak 84.894 jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 10,54% per tahun.
(19)
Kepadatan penduduk Kabupaten Mimika pada tahun 2005 sebesar 7,52 jiwa per km². Distrik Mimika Baru merupakan distrik dengan penduduk terpadat yaitu sebanyak 34 jiwa per km².
2. Struktur Penduduk
Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin, maka struktur penduduk Kabupaten Mimika dapat dikategorikan kedalam penduduk berusia muda yaitu sebagian besar berada pada usia 15-35 tahun. Struktur penduduk ini nampaknya berimbang antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara keseluruhan kondisi struktur penduduk di Kabupaten Mimika ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar.2.2
Banyaknya Penduduk Laki-laki Dan Perempuan Menurut Umur di Kabupaten Mimika Tahun 2005
Sumber: Mimika Dalam Angka 2005
3. Pendidikan
Pada tahun 2005 Kabupaten Mimika memilki 156 sekolah dengan perincian 38 sekolah taman kanak–kanak (TK), 79 sekolah dasar (SD), 24 sekolah menengah pertama (SMP), 8 sekolah menengah atas (SMA), 5 sekolah kejuruan dan 2 sekolah tinggi. Taman kanak-kanak terdapat di 6 (enam) distrik yaitu Mimika Barat, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Baru, Kuala Kencana, dan Tembagapura. Diantara keenam distrik tersebut, Distrik Mimika Baru merupakan distrik dengan konsentrasi penduduk terpadat sebanyak 25 sekolah Taman Kanak-kanak. Untuk SD seluruh distrik memiliki SD dengan jumlah yang berbeda, distrik yang
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 0 - 4
5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 +
Laki-Laki
-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000
(20)
memilki jumlah SD terkecil yaitu Distrik Mimika Timur Jauh, Distrik Jita, Distrik Mimika Barat. Distrik Mimika Baru memiliki 24 Sekolah Dasar. Untuk SMP Distrik Mimika Baru memiliki 10 SMP dan sisanya dimiliki oleh distrik– distrik lain. Untuk SMA Distrik Mimika Baru memiliki 5 SMA, dan 5 sekolah kejuruan terdapat di Distrik Kuala Kencana, Distrik Mimika Baru, dan Distrik Mimika Timur. Jumlah guru TK sebanyak 116 orang, dengan murid sebanyak 2.262 orang, untuk guru SD sebanyak 793 orang, dengan jumlah murid sebanyak 7.548 orang. Untuk SMP jumlah guru sebanyak 326 orang, dengan jumlah murid 4.775 orang, dan untuk SLTA jumlah guru sebanyak 294 orang, dengan jumlah murid sebanyak 2.407 orang.
Penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh pihak swasta. Peran pihak swasta dengan yayasan telah membantu pendidikan dan pengajaran anak–anak di kampung pedalaman yang secara geografis susah dijangkau. Untuk SLTP dan SLTA mengalami peningkatan jumlah sekolah yang signifikan. Pada jenjang pendidikan tinggi, fasilitas pendidikan baru terdapat di ibukota kabupaten. Pada tahun 2005 terdapat kurang lebih 300 mahasiswa yang terdaftar di 2 (dua) perguruan tinggi yang ada. Sebagaimana terlihat pada tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4
Keadaan Persebaran Sekolah di Kabupaten Mimika
DISTRIK JUMLAH
TK SD SLTP UMUM KEJURUAN PT
Mimika Baru Kuala Kencana Tembagapura Mimika Timur Mímika Timur Tengah Mímika Timur Jauh Mimika Barat Mimika Barat Tengah Mimika Barat Jauh Agimuga Jila Jita 25 8 1 2 1 - 1 - - - - - 24 10 4 8 5 3 3 6 5 4 4 3 10 4 2 1 1 - 1 1 1 1 1 1 5 2 - - - - 1 - - - - - 2 2 - 1 - - 1 - - - - - 2 - - - - - - - - - - -
Jumlah 38 79 24 8 5 2
(21)
4. Kesehatan
Kabupaten Mimika memiliki 1 (satu) unit Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Plus, 1 (satu) unit Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan 3 (tiga) unit rumah sakit swasta. Disamping itu juga terdapat 3 (tiga) unit Puskesmas Rawat Inap, 11 (sebelas) unit Puskesmas dan 38 (tiga puluh delapan) unit Puskesmas Pembantu.
Jumlah tenaga dokter di Kabupaten Mimika sebanyak 23 (dua puluh tiga) orang, diantaranya 15 (lima belas) dokter umum, 2 (dua) dokter spesialis dan 6 (enam) dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 151 (seratus lima puluh satu) orang dan bidan sebanyak 60 (enam puluh) orang, sedangkan tenaga non paramedis sebanyak 98 (sembilan puluh delapan) orang. Jumlah apotik sebanyak 10 (sepuluh) unit, toko obat sebanyak 12 (dua belas) unit, dan gudang farmasi sebanyak 1 (satu) unit.
Jumlah angka kelahiran pada tahun 2005 tercatat sebanyak 225 (dua ratus dua puluh lima) kelahiran yang dibantu tenaga kesehatan dan tenaga dukun terlatih, jumlah bayi meninggal tercatat sebanyak 44 (empat puluh empat) jiwa. Sedangkan kematian ibu hamil pada saat bersalin atau nifas sebanyak 3 (tiga) jiwa (MDA, 2005). Prevalensi sepuluh penyakit utama di Kabupaten Mimika pada tahun 2005 tercatat sebanyak 113.358 (seratus tiga belas ribu tiga ratus lima puluh delapan) kasus, dengan prevalensi tertinggi yaitu penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 33,62%, penyakit malaria 30,68%, penyakit pada sistem otot 7,52% dan diare 7,25%, selebihnya yaitu infeksi kulit dan lain-lain berada dibawah 5%. Sedangkan penyakit menular seksual yang tertinggi adalah HIV/AIDS, tercatat hingga tahun 2006 adalah sebanyak 1.176 kasus. Keadaan sepuluh penyakit utama di Kabupaten Mimika hingga akhir Desember 2005, sebagai berikut:
1. Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas (ISPA) sebanyak 38.112 (33,62%);
2. Malaria sebanyak 34.735 (30,68%);
3. Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat sebanyak 8.527 (7,52%);
4. Diare (termasuk tersangka kolera) sebanyak 8.224 (7,25%); 5. Penyakit kulit infeksi sebanyak 6.072 (5,36%);
(22)
6. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal sebanyak 5.088 (4,49%); 7. Kecelakaan dan Ruda Paksa sebanyak 3.414 (3,01%);
8. Penyakit kulit alergi sebanyak 3.153 (2,78%);
9. Penyakit kulit karena jamur sebanyak 3.063 (2,70%);
10. Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas sebanyak 2.970 (2,62%);
11. Penyakit lain sebanyak 3.813 (3,25%).
5. Sosial
Jumlah penyandang cacat di Kabupaten Mimika pada tahun 2005 tercatat sebanyak 289 orang yang terdiri atas, tuna netra sebanyak 56 orang, cacat tuna rungu sebanyak 42 orang. Sedangkan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) sebanyak 947 orang yang terdiri dari anak terlantar sebanyak 656 orang, jompo sebanyak 126 orang dan anak nakal atau jalanan sebanyak 168 orang. Jumlah komunitas adat terpencil sebanyak 281 orang, fakir miskin dan keluarga miskin sebanyak 11.906 orang, dan masyarakat yang tinggal menetap di daerah rawan bencana sebanyak 404 orang.
6. Agama
Mayoritas penduduk Kabupaten Mimika pada tahun 2005 beragama Kristen Protestan sebanyak 54.955 jiwa, Khatolik berjumlah 53.174 jiwa, Islam sebanyak 41.521 jiwa, Budha berjumlah 669 jiwa, dan Hindu berjumlah 434 jiwa. Untuk tempat ibadah Kristen Protestan sebanyak 132 unit gereja, mushola dan mesjid sebanyak 102 unit, Khatolik sebanyak 70 unit, kopel sebanyak 4 unit, pura dan wihara masing–masing sebanyak 1 unit. Sebagaimana digambarkan pada gambar 2.3 di bawah ini:
Gambar.2.3
(23)
Sumber: Mimika Dalam Angka 2005
D. SARANA DAN PRASARANA 1. Perhubungan Darat
a. Jalan
Total panjang jalan di Kabupaten Mimika adalah 492,40 km yang terdiri dari jalan provinsi sepanjang 42,50 km dan jalan kabupaten sepanjang 449,90 km. Total jalan ini belum termasuk panjang jalan yang berada di areal pertambangan PT. Freeport Indo-nesia. Salah satu ruas jalan strategis yang menghubungkan kota Timika dengan pelabuhan Poumako sepanjang 42,50 Km. Sebagai-mana ditunjukkan pada tabel 2.5 di bawah ini:
Tabel 2.5
Pajang Jalan Kabupaten Mimika dirinici Menurut Status, Kondisi Dan Permukaan Jalan (Km2) Tahun 2003-2005
Uraian 2003 2004 2005
1. Jalan Negara - - -
2. Jalan Propinsi 42,50 42,50 42,50
3. Jalan Kabupaten 426,85 426,90 449,90
469,35 469,40 492,40
Kondisi Jalan
1. Baik 142,55 79,82 59,33
2. Sedang 131,34 96,88 85,97
3. Rusak 195,46 292,69 347,09
469,35 469,40 492,40
Permukaan Jalan
1.Aspal 73,39 76,65 79,00
2. Kerikil 133,07 145,01 184,86
3. Tanah dan Lainnya 262,89 247,73 228,52
469,35 469,40 492,40
Permukaan Jalan
(24)
b. Jembatan
Kabupaten Mimika memiliki beberapa jembatan antara lain: - Jembatan Poumako I dengan bentangan 180 M;
- Jembatan Poumako II dengan bentangan 170 M; - Jembatan Poumako III dengan bentangan 60 M; - Jembatan Kaoga dengan bentangan 140 M.
2. Perhubungan Laut
Kabupaten Mimika memiliki beberapa pelabuhan, antara lain adalah: - Pelabuhan khusus Amamapare berkapasitas 3 sampai 5 kapal
berbobot mati 20.000 DWT, yang dikelola oleh pihak swasta;
- Pelabuhan Poumako dengan panjang 50 m dan lebar 8 m, merupakan Pelabuhan Nusantara yang disiapkan oleh pemerintah daerah sebagai pelabuhan penumpang, petikemas, dan industri;
- Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di muara Poumako disiapkan oleh pemerintah untuk menampung dan mengolah hasil perikanan.
3. Perhubungan Udara
Kabupaten Mimika memiliki Bandar udara Khusus Internasional yaitu; Bandar udara Moses Kilangin, dengan panjang landasan pacu 2.390 m dan lebar 45 m yang saat ini masih dikelola oleh PT. Freeport Indonesia, dan direncanakan akan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Mimika pada masa akan datang. Bandar udara ini mampu didarati oleh pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737 dan Airbus. Adapun perusahaan penerbangan yang telah beroperasi yaitu Suants, Airfast Indonesia, Garuda Indonesia, Merpati Nusantara Airlines, Airefata dan Trigana Air, AMA dan MAF (milik perusahaan swasta).
Disamping adanya Bandar udara Khusus Internasional, terdapat 6 (enam) Bandar udara perintis, yang berada pada distrik-distrik yaitu: 1) Bandar udara Kokonao di Distrik Mimika Barat, panjang landasan 600
(25)
2) Bandar udara Jita di Distrik Jita, panjang landasan 600 m, lebar 15 m (milik pemda);
3) Bandar udara Jila di Distrik Jila, panjang landasan 540 m, lebar 15 m (milik pemda);
4) Bandar udara Agimuga di Distrik Agimuga, panjang landasan 600 m, lebar 18 m (milik AMA);
5) Bandar udara Potawaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh, panjang landasan 700 m, lebar 18 m (milik PT.Djayanti);
6) Bandar udara Alama di Distrik Jila, panjang landasan 440 m, lebar landasan 18 m (milik AMA).
E. POLITIK DAN HUKUM
1. Politik
Jumlah peserta Pemilu Kabupaten Mimika sebanyak 21 partai politik. Anggota legislatif Kabupaten Mimika terdiri dari fraksi pembangunan 14 anggota dan fraksi gabungan 11 anggota. Berdasarkan jumlah pemilih yang berada di Kabupaten MImika, maka kontribusi masing-masing suara untuk DPR RI sebanyak 33.407 suara (6,20%), DPRP Provinsi Papua sebanyak 90.504 suara (9,47%). Komposisi perolehan suara untuk DPRD Kabupaten Mimika adalah:
Daerah Pemilihan I sebanyak 42.361 suara (44,09%);
Daerah Pemilihan II sebanyak 18.491 suara (19,25%);
Daerah Pemilihan III sebanyak 35.216 suara (36,66%). 2. Hukum
Berdasarkan data Pengadilan Negeri Timika pada tahun 2004 tercatat 928 perkara atau turun 52,14% dari Tahun 2003. Dari 928 perkara, sebanyak 858 perkara adalah pidana denda, 78 perkara telah mendapat putusan tetap pengadilan negeri.
Penegakan hukum dalam bidang penanganan kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Mimika selama 5 (lima) tahun terakhir telah ditangani dengan baik oleh aparat kepolisian. Pada tahun 2005 terdapat sebanyak 60 kasus kecelakaan atau naik 25% dibanding tahun 2004,
(26)
dengan jumlah korban meninggal sebanyak 24 orang atau naik 26,3% dibanding tahun 2004.
F. MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan Kabupaten Mimika adalah keseluruhan kekuatan dan peluang daerah yang dimiliki dan dapat digunakan untuk mendukung pembangunan Kabupaten Mimika yang dicita-citakan, yakni:
1. Letak Strategis;
Letak Kabupaten Mimika yang strategis merupakan gerbang Kawasan Pegunungan Tengah dan Kawasan Selatan Papua (PTSP) serta berada dalam konstelasi regional dan internasional, sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan dan kawasan tumbuh cepat baik di tingkat regional, nasional dan internasional. Dengan luas wilayah 21.522 Km², dan jumlah penduduk sebesar 150.753 jiwa, maka Kabupaten Mimika masih memiliki berbagai peluang pembangunan dan pertumbuhan di masa mendatang.
2. Sumberdaya Alam;
Sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati terdapat di darat dan laut merupakan kekayaan yang dapat dikelola sepanjang masa, dalam upaya pemenuhan kebutuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah.
Ketersediaan sumberdaya alam (pertambangan) yang mampu berkembang dengan pengelolaan penambangan tembaga, emas, dan perak, dalam mengembangkan investasi berskala internasional, dengan prinsip-prinsip kemitraan yang saling menguntungkan.
3. Investasi berskala Internasional;
Kehadiran kegiatan penambangan PT. Freeport Indonesia mem-berikan kontribusi yang sangat besar dari sektor pertambangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan di Kabupaten Mimika. Investasi ber-skala Internasional ini tumbuh sebagai suatu primadona
(27)
yang berkem-bang dengan pesat dan memberikan lapangan kerja dan peluang usaha bagi seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Mimika.
4. Pertumbuhan Penduduk yang tinggi;
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa dengan adanya ke-giatan penambangan tersebut, maka tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Mimika sangat pesat dengan jumlah penduduk pada Tahun 2005 sebanyak 150.753 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 10,54% pertahun dan kepadatan penduduk sebesar 7,52 jiwa per km². Hal ini tentunya memberikan peluang bagi perkembangan Kabupaten Mimika, namun tentunya harus di tata dalam suatu sistem kependu-dukan yang baik.
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua;
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi Papua, sebagai bentuk pengakuan terhadap hak-hak dasar orang asli Papua dan pemberian Kewenangan yang lebih besar kepada daerah, serta menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Mimika untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.
(28)
BAB III
ANALISIS ISSU-ISSU STRATEGIS
A. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL 1. Potensi Geografis
Kondisi topografi yang sebagian besar berlereng mencapai hingga lebih 40%, dengan curah hujan yang sangat tinggi berkisar antara 2.109 mm-5.035 mm atau rata–rata mencapai 3.525 mm/tahun, merupakan salah satu kendala utama dalam penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten ini. Kondisi topografi yang demikian menyebabkan sulitnya pembangunan sarana dan prasarana sehingga menyebabkan aksesibilitas pelayanan pemerintah sulit menyentuh kepada masyarakat, terutama yang berada di daerah pedalaman. Kondisi topografi ini juga menyebabkan mahalnya biaya transportasi atau perhubungan (high cost) baik perhubungan laut, darat dan udara.terhadap jasa angkutan barang, dan jasa penumpang.
Secara geografis, letak Kabupaten Mimika sangat strategis di kawasan regional yang dapat dijangkau dari berbagai arah dengan transportasi darat, udara, dan laut. Oleh karena itu, dengan posisi seperti ini, merupakan suatu kekuatan bagi terwujudnya pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat menyanggah kawasan-kawasan sekitarnya. Kondisi tersebut, dapat me-ningkatkan minat investor local, regional, dan mancanegara, untuk ber-usaha di Kabupaten Mimika, dengan pertimbangan resiko biaya yang lebih kompetitif dibandingkan dengan kabupaten lainnya.
(29)
Berdasarkan kondisi kependudukan, maka jika dilihat dari aspek kuantitasnya, di mana dengan jumlah sebesar 150.753 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 10,54% per tahun serta Kepadatan sebesar 7,52 jiwa per km², dipandang sebagai faktor pendukung yang sangat penting. Sementara itu, mencermati potensi penduduk sebagai sumber potensial tenaga kerja, dapat diketahui kontribusinya terutama di sektor pertambangan sebesar 21 % dan disektor pertanian sebesar 41 %. Hal ini menunjukan bahwa kontribusi potensi penduduk untuk mengakses pekerjaan di sektor stratgis : pertambangan dan pertanian sangat tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa kedua sektor tersebut meru-pakan sektor unggulan yang terus dikembangkan. Dengan demikian, dengan kondisi kependudukan tersebut, dapat dipandang sebagai suatu faktor kekuatan. Apalagi saat ini, perkembangan penduduk yang cukup tinggi. Akan menjadi kelemahan, manakala aspek kependudukan dihampiri dari segi kualitasnya dan persebarannya. Dari sisi kualitas, dapat dikemu-kakan bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat masih berada pada jenjang sekolah dasar (7 tahun). Sedangkan tingkat persebarannya tidak merata, karena lebih dari 50 % penduduknya bermukin di Distrik Mimika Baru, sebagai wilayah ibukota Kabupaten.
Dengan jumlah dan kualitas penduduk yang kian meningkat dari tahun ke tahun, disertai dengan tingkat mobilitasnya yang tinggi, merupakan signal penting bagi terwujudnya suatu potensi kuat. Dinamika penduduk yang tinggi dapat menjadi indikasi bagi terwujudnya transfer teknologi yang mengarah kepada peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Peluang ke arah itu, sangat terbuka oleh karena tersedianya sejumlah regulasi baik di tingkat Provinsi Papua maupun secara nasional, yang dapat diadaptasikan. Di lain pihak, Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia berskala nasional dalam rangka peningkatan kapasitas anak didik sejak usia dini hingga lainjutan, merupakan salah satu contoh peluang kebijakan yang kontributif dalam konteks ini.
3. Kondisi Sosial Masyarakat
Dilihat dari aspek sosial, kondisi masyarakat Mimika, ternyata sangat kontributif terhadap dinamika perkembangan eksternal. Dalam arti, bahwa
(30)
masyarakat memiliki sifat keterbukaan dalam berinteraksi dengan dunia luar. Responsivitas yang demikian itu, mengindikasikan fleksibilitas sosial yang mendukung perkembangan pembangunan. Tingginya mobilitas pen-duduk – sirkuler dan permanen -- tinggi dewasa ini, merupakan bukti kuat bagi keterbukaan masyarakat.
Pada aspek lainnya, dapat dikatakan bahwa sifat kegotongroyongan dengan model Taparu, menjadi pendorong kuat bagi tumbuh dan berkem-bangnya partisipasi dalam pembangunan. Walaupun derajat pendidikan dan derajat kesehatan rata-rata masyarakat masih tergolong rendah, tetapi ada kecenderungan kuat secara signifikat yang kian meningkat dari tahun ke tahun, sehingga mendorong meningkatnya rasionalitas untuk melakukan interaksi sosial yang semakin menunjukkan intensitasnya yang memadai. Hal ini didukung pula dengan respon positif dari struktur adat-istiadat, di mana telah banyak konsesii yang diberikan oleh adat bagi berkembangnya kelompok masyarakat lainnya dalam suasana kebersaman.
Kelemahan yang teridentifikasi dalam hal ini adalah masih tingginya potensi konflik horizontal yang lebih banyak dipicu oleh faktor kemiskinan dan marginalisasi terhadap penguasaan sumberdaya alam potensial. Masih sering dijumpai kelompok-kelompok masyarakat yang saling curiga, bahkan kurang merespon kinerja pemerintah daerah.
4. Potensi Sumberdaya Alam
Kabupaten Mimika sebagai bagian dari Tanah Papua memiliki potensi sumberdaya alam potensial yang kaya, baik di bidang pertambangan, maupun pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hal ini menjadi kekuatan modal alamiah yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan mendukung proses pembangunan. Kekayaan alamnya sangat melimpah, baik di darat maupun di laut. Salah satu sumberdaya alam yang hingga saat ini sudah dikelola dan dimanfaatkan secara optimal adalah mineral berupa tembaga, emas dan perak, yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekono-mian Kabupaten Mimika. Selain itu, Kabupaten Mimika juga masih memiliki sumberdaya mineral lainnya seperti, bahan galian golongan C berupa pasir dan batu. Demikian halnya dengan kekayaan alam hayati. Kondisi tersebut, di mana tersedia sangat memadai potensi dasar dalam rangka penyediaan
(31)
bahan baku industri di bidang tambang migas dan non-migas menjadi faktor penting sebagai penguat yang cukup besar dalam menunjang pencapaian tujuan pembangunan berbasis jasa dan industri global yang berwawasan lingkungan. Namun demikian, sumber daya mineral tersebut akan habis terpakai, maka kelemahan yang perlu diantisipasi adalah adanya peman-faatan sumberdaya alternatif lainnya yang mampu menjaga kesinambungan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan per kapita. Selain itu, pihak-pihak tertentu yang bermaksud untuk mengeksplorasi kekayaan alam Kabupaten Mimika secara tidak bertanggung jawab perlu di eliminasi dan dikenai sanksi yang berat. Kelemahan lainnya yang mengendala adalah belum memadainya eksplorasi dan pengelolaan sumberdaya alam. Juga, masih seringnya terjadi pengelolaan tidak resmi (illegal) yang sangat merugikan pemerintah dan masyarakat Mimika.
5. Kapasitas Pemerintahan
Kapasitas pemerintahan dipandang belum memadai baik dari segi kelembagaan, aparat, maupun sistem manajemennya. Dari segi kelemba-gaan, cenderung belum teringrasi secara utuh beradasarkan hirarki organi-sasi hingga ke tingkat kecamatan dan desa. Demikian halnya dengan hubungan kelembahaan antar satuan organisasi vertikal dilingkungan pemerintahan Kabupaten Mimika. Tampak bahwa ukuran besarnya organisasi pemerintahan belum memadai dibandingkan dengan kebutuhan memenuhi tugas dan fungsi pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik. Ditinjau dari segi aparaur, tampak belum memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dari segi kualitas, pada umumnya aparatur rata-rata hanya bperpendidikan SLTA, sementara aparatur yang berpen-didkkan sarjana dan magister masih terbatas. Demikian pula dengan aparatur yang memiliki keterampilan fungsional dan penjenjangan masih sangat terbatas. Sementara, dari segi kuantitasnya, ternyata masih banyak satuan organisasi yang kekurangan aparat, termasuk pada lingkup distrik. Dari sisi manajemen pemerintahan, tampak belum memadai, Pelayanan publik masih sering terkendala oleh sistem administrasi dan manajemen yang rumit, lamban, dan tertutup. Hal ini berimplikasi lebih jauh pada aspek
(32)
kepemimpinan yang belum berkontibusi memadai terhadap suksesnya prosesi pembangunan dan pelayanan publik.
6. Prasarana dan Sarana
Kepemilikan prasarana dan sarana yang memadai adalah suatu kondisi prasyarat bagi kelancaran proses pembangunan. Terkait dengan itu, peluang yang dapat dimanaafaatkan oleh Kabupaten Mimika adalah meningkatnya animo para investor dalam pembangunan di Kabupaten ini. Melalui program kemitraan dengan swasta nasional ataupun trans-nasional, maka upaya pengembangan prasara dan sarana pemerintahan dan pembangunan dapat dioptimalisasikan. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah Provinsi Papua untuk mewujudkan jalur perhubungan trans-Papua menjadi kredit point tersendiri untuk memperbesar peluang yang dapat diraih dalam rangka penyediaan prasarana dan sarana secara memadai. Salah satu kelemahan dalam pembangunan sarana dan prasarana adalah keterbatasan alokasi dana secara nasional mapun provinsi. Hal ini antara lain ditandai dengan kuatnya kompetitor antar kabupaten/kota di Indonesia untuk bersaing merebut alokasi dana nasional dan bantuan luar negeri
B. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
1. Globalisasi dan Iptek
Tantangan yang dihadapi ke depan, terutama berkenaan dengan kian meningkatnya kompetisi penguasaan ipteks berskala nasional dan internasional. Di mana perspektif manusia unggul dan mandiri telah menjadi pusat perhatian antar kabupaten/kota, antar provinsi, dan bahkan antar negara. Tantangan lainnya, berkenaan dengan pasar kerja di mana kesemnpatan kerja secara nasional lebih menekankan pada kompotensi keunggulan di setiap bidang pembangunan. Hal ini menuntut upaya kerja keras dalam menyiapkan sumberdaya manusia Kabupaten Mimika yang profesional dan kompetitif.
(33)
Ilmpu pengetahuan dan teknologi berkoherensi secara ketat dengan informasi dan komunikasi. Maka peluang yang dapat diraih adalah pengu-asaan informasi dan komunikasi untuk mereduksi tantangan global. Dengan menguasai informasi maka sumberdaya organisasi pemerintahan menjadi bertambah. Nilai tambah tersebut, dapat dieliminasi untuk digunakan bagi sebesar-besar keuntungan masyarakat.
2. Perkembangan ekonomi dunia
Ketidak stabilan ekonomi dunia, berdampak kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Fakta membuktikan bahwa pada akhir orde baru dan dimulainya era reformasi, tata ekonomi dunia yang berombang-ambing telah menerpa pilar-pilar ekonomi nasional yang turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, tidak bisa lain, kecuali terus melakukan pembenahan ekonomi riil dengan memajukan usaha kecil dan menengah. Tantangan ini harus dapat diantisipasi dengan penguatan ekonomi daerah, memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan sumber-daya manusia secara optimal. Peluang ke arah itu sangat terbuka karena didukung dengan sistem desentralisasi pemerintahan. Dengan sistem desentralisasi tersebut, maka Kabupaten Mimika berpeluang besar untuk mengatur sendiri strategi dan kebijakan pengembangan ekonominya. Apa-lagi dengan hadirnya undang-undang otonomi khusus bagi Provinsi Papua, semakin memperkuat posisi Kabupaten Mimika menuju ke kemandiriannya.
3. Sistem Penerapan Regulasi
Berbagai regulasi di semua sektor pembangunan dapat dikategori-kan ke dalam faktor peluang dan faktor tantangan. Sebagai faktor peluang adalah regulasi yang memberikan kemungkinan besar bagi Kabupaten Mimika untuk melakukan inovasi dan kreasi membangun daerah, sementara faktor tantangannya adalah sejumlah regulasi yang cenderung masih bernafas sentralistis sehingga tidak memberikan kesempatan bagi daerah untuk melakukan terobosan pembangunan. Selain itu, berbagai aturan yang selalu berganti-ganti menjadi faktor penghalang karena adanya ketidak jelasan penerapannya.
(34)
4. Pertumbuhan Kabupaten Tetangga
Berdasarkan prinsip kompetitif, maka sesungguhnya kabupaten tetangga adalah pesaing. Oleh karena itu kemajuan kabupaten tetangga menjadi tantangan tersendiri bagi Kabupaten Mimika dalam merebut pasar lokal, regional, dan global, terutama berkenaan dengan pemasaran komoditi unggulan. Peluang yang dapat dimainkan secara optimal adalah dengan memanfaatkan posisi strategis Kabupaten Mimika yang mengandung implikasi resiko biaya murah, sehingga terdapat peluang yang besar untuk dapat menguasai kompetisi tersebut. Peluang lainnya yang dapat dilakukan adalah terbukanya kesempatan yang luas untuk melakukan terobosan dengan prinsip ”one distrik one product” ke arah peningkatan produk unggulan yang berdaya saing tinggi.
C. Issu-Issu Strategis
Menarik disimak lebih lanjut mengenai perkembangan issu-issu mutakhir di Kabupaten Mimika sebagai bagian dari dimensi penting perubahan tata pemerintahan. Sebagai bagian dari agenda pemerintahan Kabupaten Mimika, reformasi birokrasi telah digaungkan ke seluruh pelosok. Tetapi selama 5 tahun terakhir ini, dampak yang ditimbulkan belum bermakna secara signifikan. Berbagai kendala yang dihadapi, tampaknya belum dapat diatasi dengan baik. Bahkan, belum diposisikan sebagai acuan strategis yang optimal di dalam analisis SWOT. Issu-issu menonjol terkait dengan hal ini adalah :
1. Belum memadainya Kapasitas Kelembagaan
Aspek kelembagaan pemerintahan Kabupaten Mimika sedang diperha-dapkan pada permasalahans serius. Selain, restruktruisasi organisasi belum dapat dituntaskan, juga disebabkan oleh sistem rekruitmen dan promosi jabatan yang masih cenderung belum mengarah pada pentingnya kompetensi dan kapasitas profesionalitasnya. Komparasi kinerja atas penyesuaian tersebut dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, ternyata tidak cukup mencerminkan adanya
(35)
perubahan signifikan terhadap perbaikan budaya organisasi pro aktif dalam memaknai semangat otsus.
Issu reformasi birokrasi berhubungan erat dengan dualisme sistem pemerintahan yang karena adanya konflik kewengan antara provinsi dan kabupaten. Refromasi birokrasi, merujuk pada kehendak membangun pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa serta menerapkan Tata Pemerintahan yang baik pada semua jajaran dan tingkatan. Sejalan dengan itu akan dilakukan pula penataan terhadap kehidupan politik dan kemasya-rakatan yang demokratis, dewasa dan bermutu, berdasarkan UU No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Oleh karena itu, unsur-unsur negatif yang mengandung sikap dan perilaku KKN hendaknya dapat dicegah seoptimal mungkin, seiring dengan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan mitra kerjanya.
2. Keterbatasan Akses Pelayanan Publik Bagi Penduduk Asli Mimika
Issu ini ditandai dengan adanya keterbatasan (marginal) bagi Pendu-duk Asli Mimika dalam hal mengakses pelayanan publik, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kerakyatan. Biaya peng-obatan dan biaya pendidikan yang relative tidak terjangkau menjadi salah satu sasaran keluhan bagi mereka. Demikian halnya dengan keterbatasan penyediaan tenaga medis, prasarana dan sarana medis hingga ke daerah terpencil yang masih sangat minim. Di bidang pendidikan, tercatat adanya pendidikan dasar yang tidak memiliki tenaga guru yang cukup. Pungutan biaya pendidikan di luar tarif resmi seringkali dikeluhkan oleh masyarakat Mimika. Di bidang ekonomi, tampaknya pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah masih setengah hati. Di mana, hampir semua program pember-dayaan tidak berkelanjutan, hanya bersifat temporer saja. Pengawalan, monitoring, dan evaluasi kegiatan pengembangan ekonomi kerakyatan tidak dijalankan dengan baik. Kebanyakan data hasil monitoring dan evaluasi tidak dapat dijadikan acuan yang terpercaya, karena hanya bersifat lipstick belaka.
Dengan kondisi yang demikian, praktis pelayanan publik hanya dapat dinikmati oleh segelintir Penduduk Kabupaten Mimika yang mampu saja, yang berduit, yang berdomisili di perkotaan saja.. Tampaknya sulit
(36)
disentuh oleh program pembangunan dalam rangka terapi jangka panjangnya. Demi-kian halnya, dengan penduduk Mimika yang buta aksara, bertebaran di berbagai kampung.
3. Pemerataan Pembangunan hingga ke wilayah terpencil
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, perlu digalakkan program Pembangunan Kampung yang dikemas dalam berbagai bentuk bentuknya. Idenya adalah menciptakan pusat-pusat pertumbuhan hingga ke wilayah terpencil. Pengalaman menunjukkan bahwa selama ini, pembangiunan itu hanya terjadi di kawasan perkotaan sehingga sebagian besar penduduk Kabupaten Mimika yang berdiam dipedesaan tak dapat mengakses dampak dan manfaatnya. Hal ini telah menimbulkan disparitas atau kesenjangan antar perkotaan dan perdesaan. Walaupun telah dijalankan berbagai program perbedayaan, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal.
4. Manajemen Pembangunan
Penajaman Issu marginalisasi Penduduk Asli Papua di berbagai bidang dan sektor pembangunan. yang perlu mendapatkan sentuhan perencanaan dan pengelolaan pembangunan secara tepat guna dapat menolong Penduduk Asli Papua di Kabupaten Mimika keluar dari keterpurukan dan kemiskinan, dikaitkan dengan standar pelayanan publik dan kemampuan penduduk asli mengakses pelayanan tersebut. Dipastikan bahwa hal ini sangat membutuhkan kapasitas perencanaan dan monev pembangunan yang secara tepat dan memadai.
Dalam kerangka pembangunan, prinsip-prinsip manajemen tidak diterapkan secara konsisten. Akibatnya, mekanisme perencanaan pemba-ngunan masih bersifat instan, tidak mengakomodasi kebutuhan nyata masyarakat, tetapi lebih cenderung berorientasi pada kepentingan perencana atau pelaksana pembangunan di jajaran pemerintahan. Di dalam manajemen pembangunan terdapat 3-pilar utama yang seyogyanya saling bersinergi, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiganya, diimplemen-tasikan hanya secara simultan bukan dalam kerangka umum yang tertata dengan baik
(37)
5. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup tampang belum optimal termanfaatkan sebesar-besar kemakmuran masyarakat mimika. Masih menjamurnya pengusaha illegal menjadi factor krusial yang merugikan Di lain pihak kewenangan pemerintah Kabupaten Mimika belum juga dapat dioptimalkan karena masih terbatasnya penguasaan iptek yang dapat digunakan untuk mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sementara itu, dalam banyak hal potensi pengelolaan sumberdaya alam justru memperoleh konsesi dari pemerintah atasan.
6. Issu Penuntasan Pelanggaran HAM
Penanganan kasus pelanggaran HAM, tampak sangat lamban. Hal ini dapat dipahami oleh karena masih adanya keterbatasan kapasitas perangkat hukum yang dimiliki. Sementara itu, adanya politisasi pelanggaran HAM justru dapat memperburuk situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban masyarat, sehingga mengurangi konsentrasi membangun.
(38)
BAB III
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2005
–
2025
A. VISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
Mengacu pada kondisi Kabupaten Mimika saat ini dan tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun ke depan, serta memperhitungkan modal dasar yang dimiliki Kabupaten Mimika, maka Visi Kabupaten Mimika Tahun 2005–2025 adalah:
“ PADA TAHUN 2025, MIMIKA MENJADI PUSAT PELAYANAN JASA DAN
INDUSTRI GLOBAL BERWAWASAN LINGKUNGAN
MENUJU MASYARAKAT MADANI”
Visi tersebut mengarah pada pengembangan potensi Kabupaten Mimika yang bertumpu pada sektor jasa dan industri guna terwujudnya Masyarakat Mimika yang Madani. Karakteristik sumberdaya alam Kabupaten Mimika sangat prospektif sebagai kekayaan daerah yang dapat dikelola dan dikem-bangkan secara optimal. Keragaman sumberdaya alam yang kaya potensi
(39)
tersebut dapat diekspolorasi dan dikembangkan menjadi suatu produk industri dalam rangka memasuki pasar global.
Sebagai Pusat Pelayanan Jasa, dimaksudkan agar Kabupaten Mimika memiliki kemampuan mengembangkan suatu perangkat sistem pelayanan jasa berorientasi pengembangan ekonomi di kawasan Papua, nasional, dan fasifik. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan suatu sistem pelayanan prima yang mudah, murah, ramah, dan terjangkau serta memiliki standar pelayanan minimum terutama berkenaan dengan pelayanan dasar, yaitu pelayanan pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi, dan komunikasi, dan jasa lainnya.
Kondisi yang diharapkan adalah terwujudnya sistem pelayanan jasa yang dikelola secara bersama oleh 3 pilar, yaitu : pemerintah, swasta dan masyarakat. Sementara itu, sebagai Pusat Industri Global, dimaksudkan agar Kabupaten Mimika memiliki kapasitas yang memadai dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang dimiliki untuk menggapai posisi strategis dalam konstelasi regional, nasional dan global. Optimalisasi kapasitas dimaksud di-maksudkan untuk tumbuh dan berkembangnya keunggulan komparatif ke arah keunggulan kompetitif dalam produksi barang dan jasa.
Melalui pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan, Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Mimika harus menjaga dan meles-tarikan fungsi-fungsi ekologis sebagai upaya menciptakan suatu kerangka pembangunan yang berkelanjutan dan menjamin kelangsungan pembangunan. Dengan pendekatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan ber-kelanjutan, diupayakan terciptanya kondisi masyarakat madani yang beradab, berkeadilan, demokratis, dan partisipatif, di mana:
Pertama, Individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat terintegrasi secara total dan kohesif ke dalam masyarakat secara utuh. Kedua, Tumbuh dan berkembangnya diver-sifikasi kewenangan yang menyebar secara meluas di tengah masyarakat dalam rangka pembentukan modal manusia dan modal masyarakat yang kuat dan mandiri; Ketiga, Berkembangnya kapasitas masyarakat dalam berparti-sipasi mengembangkan program-program pembangunan yang menunjukkan adanya kebersamaan, serta tiada diskriminasi dalam berbagai bidang pem-bangunan karena terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial; Keempat, Meluasnya kesetiaan (loyality)
(40)
dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain sebagai satu kesatuan.
Masyarakat madani yang beradab merupakan ciri penting dari suatu masyarakat sipil yang memiliki keterbukaan, saling menghargai, saling meng-hormati, mengakui adanya kebersamaan dan semua aspek kehidupan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Perwujduan masya-rakat berperadaban mensyaratkan penegakan hukum yang adil, demokratis, dan tulus. Ketulusan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keimanan dan saling memper-cayai antar sesama. Perwujudan masyarakat madani yang demokratis menunjuk-kan adanya kesadaran masyarakat terhadap hak-hak dan kewa-jibannya sebagai warga negara dalam memperjuangkan kepentingan dan kebutuhannya. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Mimika memberikan akses yang luas dan memfasilitasi pengembangan kreatifitas masyarakat dalam mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Dalam masyarakat madani, kehidupan demokratis merupakan hal yang penting dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang harus menonjolkan adanya supremasi hukum, di mana pemerintah dan masyarakat harus tunduk kepada hukum yang berlaku sebagaimana cita-citanya untuk melindungi kepentingan perseorangan dan kepentingan umum. Implikasinya adalah bahwa seluruh warga masyarakat berpartisipasi di dalam berbagai kehidupan dan pembangunan di Kabupaten Mimika. Oleh karena masyarakat madani, adalah perwujudan dari suatu kondisi masyarakat yang sejahtera lahir dan bathin, di mana masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan sebagai subyek pem-bangunan, maka tumpuan utama pembangunan diarahkan pada terwujudnya masyarakat yang berkemampuan mengarahkan Kabupaten Mimika sebagai Pusat Pelayanan Jasa dan Industri Global berwawasan lingkungan
B. MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
Guna mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Mimika tersebut, terdapat 5 (lima) misi pembangunan daerah yang diemban, sebagai berikut:
(1)
16 Meningkatkan dan mengembangkan sistem Makro sektoral
Mempersiapkan pengembangan
pendekatan sistem Makro sektoral
Menerapkan pendekatan sistem Makro sektoral
Memantapkan penerapan pendekatan sistem Makro sektoral
Berkembangnya penerapan pendekatan sistem Makro sektorall secara konsisten
17 Meningkatkan dan mengembangkan sinkronisasi Sistem sumberdaya manusia
Mendorong peningkatan dan pengembangan sinkronisasi sistem sumberdaya manusia
Meningkatkan dan mengembangkan sinkronisasi sistem sumberdaya manusia
Memantapkan peningkatan dan pengembangan
sinkronisasi sistem sumberdaya manusia
Berkembangnya sinkronisasi sistem sumberdaya manusia
18 Mengembangkan sistem penganggaran berbasis kinerja dengan
memperhatikan standar pelayanan minimum
Memfasilitasi pengembangan dan penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja dengan
memperhatikan standar pelayanan minimum
Meningkatkan penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja dengan memperhatikan standar pelayanan minimum
Memantapkan penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja dengan memperhatikan standar pelayanan minimum
Mewujudkan sistem penganggaran berbasis kinerja dengan
memperhatikan standar pelayanan minimum
19 Meningkatkan proporsi alokasi anggaran yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
Memfasilitasi peningkatan proporsi alokasi anggaran yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
Mengintensifkan peningkatan proporsi alokasi anggaran yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat
Mengintensifkan peningkatan proporsi alokasi anggaran yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat
Mewujudkan keterpenuhan alokasi anggaran yang lebih berpihak pada pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat secara proporsional
20 Mengembangkan sistem hibah secara penuh untuk alokasi dana ke distrik dan kampung.sesuai dengan variabel anggaran
Memfasilitasi
pengembangan sistem hibah secara penuh untuk alokasi dana ke distrik dan kampung.sesuai dengan variabel anggaran
Mengembangkan dan menerapkan sistem hibah secara penuh untuk alokasi dana ke distrik dan
kampung.sesuai dengan variabel anggaran
Meningkatkan penerapan sistem hibah secara penuh untuk alokasi dana ke distrik dan kampung.sesuai dengan variabel anggaran
Berkembangnya konsistensi penerapan sistem hibah secara penuh untuk alokasi dana ke distrik dan
kampung.sesuai dengan variabel anggaran
(2)
Nomor TAHUN 2005-20025 5 TAHUN - I (2005-2009) 5 TAHUN - II (2010-2014) 5 TAHUN - III (2015-2019) 5 TAHUN - IV (2020-2024)
D.
Mewujudkan pegembangan potensi sumberdaya alam secara selektif, kompetitif, dan berkesinambungan
Memfasilitasi
pengembangan potensi sumberdaya alam secara selektif, kompetitif, dan berkesinambungan
Melanjutkan fasilitasi pegembangan potensi sumberdaya alam secara selektif, kompetitif, dan berkesinambungan
Memantapkan
pengembangan potensi sumberdaya alam secara selektif, kompetitif, dan berkesinambungan
Mewujudkan
pegembangan potensi sumberdaya alam secara selektif, kompetitif, dan berkesinambungan
1 Meningkatkan pemahaman terhadap pengelolaan sumberdaya alam
Memfasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam
Melanjutkan fasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam
Memantapkan fasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam
Mewujudkan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang positif
2 Mengembangkan pemetaan sumberdaya alam dalam rangka mendukung pelaksanaan obligasi daerah
Memfasilitasi
pengembangan pemetaan sumberdaya alam dalam rangka mendukung pelaksanaan obligasi daerah
Melanjutkan fasilitasi pengembangan pemetaan sumberdaya alam dalam rangka mendukung pelaksanaan obligasi daerah
Memantapkan pemetaan sumberdaya alam dalam rangka mendukung pelaksanaan obligasi daerah
Mewujudkan peta sumberdaya alam dalam rangka mendukung pelaksanaan obligasi daerah
Meningkatkan sumber-sumber Lokal bagi
ketahanan pangan pangan masyarakat
Memfasilitasi peningkatan sumber-sumber Lokal bagi ketahanan pangan pangan masyarakat
Mengintensifkan peningkatan sumber-sumber Lokal bagi
ketahanan pangan pangan masyarakat
Memantapkan peningkatan sumber-sumber Lokal bagi ketahanan pangan pangan masyarakat
Tersedianya sumber-sumber Lokal bagi
ketahanan pangan pangan masyarakat yang
berkecukupan
3 Meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbaharui
Memfasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbaharui
Melanjutkan fasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbaharui
Memantapkan fasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbaharui
Mewujudkan pemahaman positif masyarakat
terhadap sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbaharui
4 Mengembangkan sistem pengawasan berbasis masyarakat secara berkesinambungan
Memfasilitasi
pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat secara berkesinambungan
Melanjutkan fasilitasi pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat secara berkesinambungan
Memantapkan fasilitasi pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat secara berkesinambungan
Mewujudkan sistem pengawasan berbasis masyarakat secara berkesinambungan
(3)
5 Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi kekayaan sumberdaya hayati
Memfasilitasi peningkatan dan pengembangan sistem informasi kekayaan sumberdaya hayati
Melanjutkan fasilitasi peningkatan dan pengembangan sistem informasi kekayaan sumberdaya hayati
Memantapkan
pengembangan sistem informasi kekayaan sumberdaya hayati
Mewujudkan sistem informasi kekayaan sumberdaya hayati
6 Mengembangkan kawasan-kawasan konservasi dalam rangka pelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah)
Memfasilitasi
pengembangan kawasan konservasi dalam rangka pelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah)
Melanjutkan fasilitasi pengembangan kawasan konservasi dalam rangka pelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah)
Memantapkan
pengembangan kawasan konservasi dalam rangka pelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah)
Mewujudkan penyediaan kawasan konservasi dalam rangka pelestarian
sumberdaya hayati (plasma nutfah)
7 Meningkatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya alam
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Memfasilitasi peningkatan dan pengembangan potensi sumberdaya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
Mengintensifkan penggunaan potensi sumberdaya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
Memantapkan penggunaan potensi sumberdaya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
Berkembangnya penggunaan potensi sumberdaya alam secara meluas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
8 Mengembangkan investasi potensi sumberdaya alam berskala besar
Memfasilitasi
pengembangan investasi potensi sumberdaya alam berskala besar
Mengintensifkan
pengembangan investasi potensi sumberdaya alam berskala besar
Memantapkan
pengembangan investasi potensi sumberdaya alam berskala besar
Berkembangnya investasi potensi sumberdaya alam berskala besar
9 Meningkatkan dan mengembangkan konsep one distrik one product
Memfasilitasi peningkatan dan pengambangan konsep dan penerapan one distrik one product
Meningkatkan dan mengembangkan penerapan one distrik one product
Memantappkan penerapan one distrik one product
Terwujudnya one distrik one product yang bersifat khas dan berorientasi pasar
10 Meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan sumberdaya alam yang menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi
Memfasilitasi peningkatan pengelolaan sumberdaya alam yang menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi
Meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan sumberdaya alam yang menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi
Memantapkani
peningkatan pengelolaan sumberdaya alam yang menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi
Berkembangnya
pengelolaan sumberdaya alam yang menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi
(4)
Nomor TAHUN 2005-20025 5 TAHUN - I (2005-2009) 5 TAHUN - II (2010-2014) 5 TAHUN - III (2015-2019) 5 TAHUN - IV (2020-2024)
E. Mewujudkan penegakan hukum peradilan dan HAM
Memfasilitasi upaya penegakan hukum peradilan dan HAM
Meningkatkan upaya penegakan hukum peradilan dan HAM
Memantapkan penegakan hukum peradilan dan HAM yang berkeadilan
Mewujudkan tata hukum dan tata peradilan serta penanganan HAM yang berkeadilan
1
Menurunkan derajat kesenjangan dalam masyarakat
Memfasilitasi penurunan tingkat kesenjangan dalam masyarakat
Mengintensifkan upaya penurunan kesenjangan dalam masyarakat
Meneruskan upaya penurunan kesenjangan dalam masyarakat
Terwujudnya tingkat kesenjangan dalam masyarakat yang rendah
2 Mengembangkan sistem peradilan yang
memberikan kepastian hukum
Memfasilitasi pengem-bangan sistem peradilan yang memberikan kepastian hukum
Melanjutkan fasilitasi pe-ngembangan sistem per-adilan yang memberikan kepastian hukum
Memantapkan sistem per-adilan yang memberikan kepastian hukum
Pengembangan sistem peradilan yang
memberikan kepastian hukum
3 Mengembangkan sistem peradilan adat yang mampu bersinergi dengan sistem peradilan formal
Mengembangkan sistem peradilan adat yang mampu bersinergi dengan sistem peradilan formal
Mengembangkan sistem peradilan adat yang mampu bersinergi dengan sistem peradilan formal
Mengembangkan sistem peradilan adat yang mampu bersinergi dengan sistem peradilan formal
Mewujudkan sistem peradilan adat yang mampu bersinergi dengan sistem peradilan formal
4 Perlindungan terhadap hak cipta Orang Mimika
Memfasilitasi upaya-upaya pemberian perlindungan terhadap hak cipta Orang Mimika
Melanjutkan fasilitasi upaya-upaya pemberian perlindungan terhadap hak cipta Orang Mimika
Memantapkan fasilitasi upaya-upaya pemberian perlindungan terhadap hak cipta Orang Mimika
Mewujudkan Perlindungan terhadap hak cipta Orang Mimika
5 Meningkatkan pemahaman terhadap HAM
Memfasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap HAM
Melanjutkan fasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap HAM
Memantapkan pemahaman masyarakat terhadap HAM
Mewujudkan derajat pemahaman terhadap HAM secara optimal
6 Mengembangkan organisasi sosial kemasyarakatan yang berperan dalam penegekan HAM
Memfasilitasi
pengembangan peran organisasi sosial kemasyarakatan dalam penegakan HAM
Melanjutkan fasilitasi pengembangan peran organisasi sosial kemasyarakatan dalam penegakan HAM
Memantapkan peran aktif organisasi sosial
kemasyarakatan dalam penegakan HAM
Mewujudkan peran aktif organisasi sosial
kemasyarakatan dalam penegakan HAM
7 Mengembangkan sistem yang mendukung
pengarusutamaan gender
Memfasilitasi
pengembangan sistem manajemen yang mendukung
pengarusutamaan gender
Melanjutkan fasilitasi pengembangan sistem manajemen yang mendukung
pengarusutamaan gender
Memantapkan sistem manajemen yang mendukung
pengarusutamaan gender
Mewujudkan sistem manajemen yang mendukung
(5)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA
NOMOR 2 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN MIMIKA TAHUN 2005
–
2025
I.
U M U M
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab keapda Daerah.
Pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah
membutuhkan koordinasi dan kerja sama yang baik antara seluruh komponen
masyarakat dan pemerintah untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan
pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah maupun
pembangunan antar daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
BUPATI MIMIKA
CAP/TTD
KLEMEN TINAL, SE.MM
Diundangkan di Timika
Pada Tanggal 14 September 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MIMIKA
Drs. W. HAURISSA
PEMBINA UTAMA MADYA
NIP. 19510513 197710 1 001
(6)