yang dialami atau menuntut keuntungan yang diambil dan ditahan anggota direksi yang terlibat.
28
C. Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Perseroan Terbatas
Direksi dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab harus menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Direksi dapat
digugat secara pribadi ke pengadilan negeri jika perseroan mengalami kerugian yang disebabkan oleh kesalahan dan kelalaiannya. Begitu juga dalam hal kepailitan yang
terjadi kesalahan atau kelalaian direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota direksi bertanggung
jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.
29
1. Pertanggungjawaban dalam hal terjadi pemberian keterangan yang tidak
benar dan atau menyesatkan. Secara umum tanggung jawab direksi meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Sebagai kewajiban untuk melakukan keterbukaan, direksi bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan keakuratan setiap data dan keterangan yang
disediakan olehnya kepada publik masyarakat ataupun pihak ketiga berdasarkan perjanjian. Jika terdapat pemberian data atau keterangan secara
28
Ibid,
29
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi,dan Komisaris Perseroan Terbatas PT, Jakarta : Visimedia,2009,hlm.119.
Universitas Sumatera Utara
tidak benar dan atau menyesatkan, maka seluruh anggota direksi dan atau komisaris harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas setiap
kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, sebagai akibat pemberian data dan atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan tersebut, kecuali dapat
dibuktikan bahwa keadaan tersebut terjadi bukan karena kesalahannya.
30
2. Pertentangan kepentingan
Dalam hal terjadi pertentangan kepentingan antara kepentingan salah satu anggota direksi pada satu sisi dengan kepentingan perseroan pada sisi yang
lain, maka anggota direksi berkenaan dilarang untuk bertindak mewakili perseroan. Demikian pula halnya jika terjadi suatu perkara dihadapan
pengadilan antara salah satu anggota direksi dengan perseroan, maka anggota direksi berkenaan tidak diizinkan untuk mewakili perseroan
terbatas di hadapan pengadilan. UUPT memberikan kemungkinan pengaturan hal tersebut di dalam Anggaran Dasar Perseroan.
31
3. Tanggung jawab renteng antara sesama anggota direksi perseroan
Pasal 97 ayat 3 UUPT menyebutkan bahwa setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan jika yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya melakukan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan. Direksi mempunyai wewenang untuk
30
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada:2003,hlm.67.
31
Ibid
Universitas Sumatera Utara
menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UUPT danatau anggaran dasar
perseroan. Direksi yang terdiri dari dua anggota direksi atau lebih, bertanggung jawab secara renteng bagi setiap anggota direksi.
4. Tanggung jawab internal direksi terhadap perseroan dan pemegang saham
perseroan Setiap kesalahan atau kelalaian anggota direksi dalam melaksanakan
kewajibannya tersebut diatas memberikan hak kepada pemegang saham perseroan untuk :
a. secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, yang mewakili jumlah
sepersepuluh pemegang saham perseroan melakukan gugatan, untuk dan atas nama perseroan, terhadap direksi perseroan, yang atas kesalahan
dan kelalaiannya telah menerbitkan kerugian kepada perseroan derivative action.
b. Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan langsung, untuk dan atas
nama pribadi pemegang saham terhadap direksi perseroan, atas setiap keputusan atau tindakan direksi perseroan yang merugikan pemegang
saham. 5.
Tanggung jawab eksternal direksi terhadap pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan perseroan, mengenai pertanggungjawaban direksi terhadap
pihak ketiga dapat kita temui dalam Pasal 69 ayat 3 UUPT yang
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar danatau menyesatkan, anggota direksi secara tanggung renteng
bertanggung jawab kepada pihak yang dirugikan, dan dalam Pasal 104 ayat 3 UUPT disebutkan dalam hal terjadinya kepailitan yang disebabkan oleh
karena kesalahan atau kelalaian direksi. UUPT lebih menegaskan lagi mengenai hal tanggung jawab direksi dalam
pasal berikut :
32
Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat
Pasal 97 ayat 3 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
ayat 4 Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
ayat 6 Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu
persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.
Pasal 114 ayat 3 Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2
ayat 6
32
Ratnawati W.prasodjo,S.H., Implementasi UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan Terbatas terhadap Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris, pada Acara Diskusi UU PT oleh
Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, Gedung Bursa Efek Jakarta, 27 September 2007, hlm.3.
Universitas Sumatera Utara
anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 93 ayat 3 UUPT, direksi bertanggung jawab terhadap perseroan yang meliputi tanggung jawab pribadi yaitu
meliputi harta kekayaan jika yng bersangkutan lalai atau melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang direksi. Pertanggungjawaban
secara pribadi sampai harta kekayaan pribadi bagi direksi, atas keputusan bisnis yang merugikan perseroan, telah menjadi perdebatan sejak lama. Hakim-hakim di Negara
dengan sistem hokum common law mengenal istilah bussiness judgment rule yang menyatakan bahwa pengadilan bukanlah tempat yang ideal untuk menilai keputusan
bisnis dari direksi, karena sulitnya merekonstruksi keputusan bisnis tersebut di pengadilan setelah keputusan tersebut diambil dalam beberapa tahun sebelumnya.
Kegiatan bisnis membutuhkan keputusan yang cepat dan seriongkali kepuitusan tersebut diambil berdasarkan informasi yang tidak sempurna.
Pada dasarnya prinsip business judgment rule dimaksudkan untuk melindungi direksi dan karyawan yang beritikad baik, dari pertanggungjawaban secara pribadi
akibat keputusan bisnis yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Sebagian kalangan berpendapat konsep business judgment rule telah diadopsi dalam UUPT.
Pasal 97 ayat 5 UUPT menyebutkan bahwa anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi atas kerugian perusahaan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 97 ayat 3 UUPT jika dapat membuktikan bahwa kerugian
Universitas Sumatera Utara
tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan.; tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan perseroan yang mengakibatkan kerugian.;
dan telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
33
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Pasal 104 ayat 2 menyebutkan jika kepailitan perseroan disebabkan karena adanya kesalahan atau kelalaian direksi
dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban dalam perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Namun, anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseroan
tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, dan dia telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan penuh tanggung jawab untuk
kepentingan perusahaan, yang sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; tidak mempunyai benturan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan
yang dilakukan, serta telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
34
Semua anggota direksi dapat mewakili perseroan. Namun semua nggota direksi harus bertanggung jawab dan tidak bias saling menyalahkan jika ada kerugiam
33
Ibid.
34
Agus Budiyanto,SH.M.Hum, Kedudukan Hukum dan tanggung Jawab Pendirian Perusahaan, Jakarta :Ghalia Indonesia,2002,hal.152.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Sepanjang beritikad baik, anggota direksi dari suatu perseroan yang mengalami kerugian atau yang pailit pada dasarnya tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban secara pribadi. Hal ini berkenaan dengan asas bahwa suatu perseroan sebagai pihak debitur adalah suatu subjek hukum yang terpisah dari para
pengurusnya. Semua utang-utang perseroan dilunasi dari hasil penjualan harta kekayaan perseroan itu sendiri, bukan dari kekayan pengurusnya. Namun, prinsip ini
bukan tanpa pengecualian. Dalam hal-hal tertentu, anggota direksi dan komisaris siatu perseroan dapat harus bertanggung jawab secara pribadi jika karena
kelalaiannya perseroan mengalami kerugian atau dinyatakan pailit. Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan
kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutupi akibat kepailitan tersebut, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu.
Namun, Pasal 104 ayat 2 UUPT menentukan bahwa anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. Suatu perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas merupakan pribadi yang
terpisah yang harus memenuhi utang-utangnya dari harta kekayaan perusahaan itu sendiri, tetapi gugatan ganti rugi terhadap tanggung jawab pribadi anggota direksi
suatu perseroan yang karena kesalahannya yang telah mengakibatkan perusahaan mengalami insolvensi tetap dapat diajukan. Setiap jabatan memiliki tugas dan
kewajiban, serta wewenang yang harus dilaksanakan dengan baik. Jika tugas dan
Universitas Sumatera Utara
wewenang tersebut dilalaikan atau telah terjadi penyalahgunaan wewenang jabatan, akan membawa konsekuensi terhadap pejabat yang bersangkutan. Demikian juga
halnya dengan jabatan anggota direksi suatu perseroan, direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Direksi dalam menjalankan jabatannya harus berorientasi semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Semua tindakan
dan keputusan yang diambil harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan perseroan. Direksi tidak diperbolehkan melakukan hal-hal dengan mengatasnamakan
perseroan atau menggunakan perseroan yang vertujuan bukan untuk kepentingan perseroan atau bertentangan dengan tujuan perseroan. Direksi tidak boleh
mengedepankan kepentingan pribadi atau pihak diluar perseroan. Direksi juga tidak dapat melakukan tindakan yang sekalipun untuk kepentingan pribadi atau pihak
diluar perseroan. Direksi juga tidak dapat melakukan tindakan yang sekalipun untuk kepentingan perseroan, tetapi tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasarnya. Misalnya, suatu perseroan yang di dalam anggaran dasarnyaditentukan bertujuan untuk melakukan kegiatan jasa
pengerah tenaga kerja, tetapi direksi melakukan kegiatan import. Sekalipun kegiatan tersebut yang dilakukan direksi sangat menguntungkan perseroan, tetap direksi
dianggapmelanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
35
Seorang anggota direksi dapat memperoleh keuntungan yang bersifat pribadi dari jabatan dan tugasnya dengan bermacam-macam cara, yang didapat melalui cara
35
Ibid.hal.154.
Universitas Sumatera Utara
yang sah, atau dengan cara yang melanggar hukum atau norma etika. Contoh perbuatan-perbuatan yang tidak dilandasi itikad baik itu antara lain sebagai berikut.
1. perseroan membeli barang dari pihak lain dengan harga yang lebih tinggi dan
harga yang wajar, dan atas transaksi pembelian tersebut direksi mendapatkan komisi dari pihak penjual.
2. perseroan menjual harta kekayaan perseroan kepada pihak lain dengan harga yang
jauh lebih rendah dari harga wajarnya dan direksi memperoleh keuntungan pribadi dari transaksi tersebut.
3. pemberian kredit kepada pihak lain tanpa analisa kredit yang baik meskipun
permohonan kredit tersebut sebenarnya tidak layak fesible, tetapi direksi atau memutuskan untuk memberikan kredit yang dimohonkan dan ternyata kemudian
kredit menjdai macet yang sangat merugikan perseroan. 4.
seorang anggota direksi memperoleh manfaat pribadi dari jabatannya dengan memanfaatkan kesempatan transaksi yang semestinya dilakukan dengan dan
untuk kepentingan perseroan yang dipimpinnya, tetapi diberikan kepada perseroan lain untuk keuntungan tertentu bagi anggota direksi.
Tugas dan kewajiban direksi untuk melakukan kepengurusan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan harus dijalankan
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Beberapa kewajiban yang harus diperhatikan oleh direksi sebagai berikut .
Universitas Sumatera Utara
1. Kewajiban untuk secara optimal mendapatkan keuntungan bagi perseroan dan
tidak mengambil keuntungan pribadi dari transaksi yang dibuat oleh perusahaan dengan pihak lain. Direksi tidak boleh membuat apa yang disebut secret profits
and benefit front office. Dalam kaitan ini harus dihindari terjadinya conflict of interest.
2. Direksi harus menggunakan wewenangnya untuk tujuan perseroan yang
seharusnya proper purpose. 3.
Direksi suatu perseroan dalam melaksanakan fungsi-fungsinya termasuk pula memperhatikan kepentingan karyawan, lingkungan sekitar, pemegang saham dan
masyarakat pada umumnya. 4.
Direksi suatu perseroan dalam melaksanakan fungsi-fungsinya juga harus memperhatikan kepentingan para pemegang saham.
5. Direksi suatu perseroan harus memperhatikan kepentingan para kreditor. Yang
dimaksud dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab di negara-negara yang menganut sistem hukum common lawadalah tidak melakukan hal-hal seperti
menghadiri rapat-rapat, tidak mempelajari hal-hal mendasar dari bisnis perseroan yang dipimpinnya, tidak membaca laporan-laporan, tidak berupaya untuk
meminta bantuan yang diperlukan ketika telah ada isyarat mengenai datangnya bahaya terhadap perseroan, atau telah mengabaikan kewajiban untuk melakukan
tindakan dengan berhati-hati. Sehubungan dengan hal ini, sistem hukum common law telah mengecam dan memperingatkan para anggota direksi perseroan untuk
Universitas Sumatera Utara
jangan hanya menjadi direksi boneka, yaitu hanya menjadi pajangan saja di dalam perseroan.
36
Direksi dalam menjalankan pengurusan terhadap perseroan, wajib melaksanakannya semata-mata untuk kepentingan dan penuh dengan kehati-hatian.
Jika direksi bersikap dan bertindak melanggar prinsip kehati-hatian standard of care, direksi tersebut dianggap telah melanggar prinsip kehati-hatian. Contohnya
sebagai berikut. 1.
Direksi tidak dapat melaksanakan kegiatan atas beban biaya perseroan jika tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan
jika dibandingkan dengan manfaat pribadi yang diperoleh oleh direksi yang bersangkutan. Namun demikian, hal ini dapat dikecualikan jika dilakukan atas
beban biaya representasi jabatan dari direksi yang bersangkutan, berdasarkan keputusan RUPS.
2. Anggota direksi tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya,
seperti mengambil kesempatan bisnis yang seharusnya diambil perseroan, tetapi diberikan kepada perseroan lain untuk kepentingan pribadi.
Direksi wajib menolak untuk mengambil keputusan tentang hal yang diketahuinya dapat berakibat perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
sehingga perseroan terancam sanksi oleh pemerintah.
36
Frans Wicaksono,SH,Op.cit,hal.118.
Universitas Sumatera Utara
3. Direksi dengan sengaja atau kelalaiannya tidak melakukan atau tidak berupaya
maksimal untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan. 4.
Direksi dengan sengaja atau lalai tidak melakukan atau tidak berupaya maksimal untuk meningkatkan keuntungan perseroan.
37
37
Frans Wicaksono,Op.cit,hal.122.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang