Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal

(1)

TESIS

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK

ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

OVERSTATED

DI PASAR MODAL

OLEH :

WINDY SRI WAHYUNI 117005003/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK

ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

OVERSTATED

DI PASAR MODAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Dalam Program Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara OLEH :

WINDY SRI WAHYUNI 117005003/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

JUDUL TESIS : TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

OVERSTATED DI PASAR MODAL

NAMA : Windy Sri Wahyuni

NIM : 117005003

PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum

Menyetujui, Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH K e t u a

)

( Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum ) ( Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

A n g g o t a A n g g o t a

)

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Dekan

( Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH ) ( Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum )


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

2. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum 4. Dr. Utary maharani Barus, SH, M.Hum


(5)

ABSTRAK

Bismar Nasution Mahmul Siregar

1

Suhaidi

2

Windy Sri Wahyuni

3 4

Akuntan publik merupakan profesi penunjang Pasar Modal yang membantu perusahaan dalam menerapkan prinsip keterbukaan. Akuntan publik berwenang memeriksa laporan keuangan perusahaan secara independen untuk menghasilkan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan. Tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan hanya terhadap pendapat yang diberikannya. Rumusan masalah yang dibahas di dalam penulisan ini yaitu independensi akuntan publik di pasar modal, penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal, dan tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. Penulisan ini dianalisis dengan menggunakan teori profesional liability

dan prinsip keterbukaan di pasar modal.

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penulisan yuridis normatif dengan menggunakan bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Penulisan ini menggunakan teknik penulisan kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penulisan ini, dapat diketahui bahwa independensi akuntan publik di pasar modal mencakup aspek independensi penampilan dan independensi pemikiran, penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal ditentukan jika laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang menghasilkan pendapat wajar tanpa pengecualian, tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal yakni terhadap pendapat yang diberikannya termasuk kerugian yang timbul dan akuntan publik dapat dikenakan sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.

Kata kunci: Tanggung Jawab Akuntan Publik, Laporan Keuangan yang

Overstated.

1. Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dosen Pembimbing Kedua. 3. Dosen Pembimbing Ketiga.


(6)

ABSTRACT

Bismar Nasution Mahmul Siregar

1

Suhaidi

2

Windy Sri Wahyuni

3 4

Public Accountant is supporting of professional the capital market that help company in implementing the principle of transparency. Public accountant have authority to review the financial statements that independent to produce a fairness opinion regarding the financial statements. Liability of public accountant on the financial statements only to the opinion that it provides. The problems discussed in this study is the independence of public accountant in the capital market, public accountant opinion on the financial statements in the capital market, and liability of public accountant on the financial statements that overstated in the capital market. This study were analyzed by using the theory of professional liability and the principles of transparency in the capital market.

The method used in this thesis is a normative research using primary legal materials, secondary, and tertiary. This study uses library research techniques, which further analyzed qualitatively

Based on these results, the independence of public accounting in capital market include aspects of the appearance of independence and independence of thought, public accountant opinion on the financial statements in capital market determined if the financial statements present fairly in all material respects that produces unqualified opinion, the liability of public accountant on the financial statements that overstated in the capital markets of the opinion that it provides, including losses incurred and public accountant may be given administrative sanctions, civil penalties and criminal sanctions.

.

Keywords: Public Accountant Liability, Financial Statements overstated.

1. The Chief Of Guide Committee 2. The Second Guide Committee 3. The Third Guide Committee


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur Penulis ucapan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Tesis ini tepat pada waktunya. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW (Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Alihi Sayyidina Muhammad).

Tesis ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum di Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul Tesis yang Penulis kemukakan: “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal”.

Dalam penulisan Tesis ini, Penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada “

“Kedua Orang Tua Penulis, yang selalu dengan tulus mencintai dan menyayangi Penulis memberikan perhatian dan kasih sayang, Ayah ‘Amiruddin’ dan Ummi ‘Wagini’ karena semangat, pengorbanan, tetesan keringat, ketulusan, kesabaran, keikhlasan serta cinta yang mengalir setiap detik kepada anak-anaknya menjadi motivasi yang tak pernah putus dalam menjalani hidup. Tiada kata seindah doa yang dapat Penulis ucapkan semoga ayah dan ummi diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.


(8)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K).

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing ketiga yang telah banyak membantu penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H selaku Ketua Komisi Pembimbing Penulis yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan.

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang telah berkenan untuk mengarahkan penulis dan memberikan bimbingan serta dukungan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan tesis ini. 6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., C.N., M.Hum., selaku dosen penguji yang

telah banyak memberikan saran yang sangat membantu dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran yang sangat membantu dalam penyempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis dalam proses pembelajaran selama masa perkuliahan.


(9)

9. Seluruh pegawai administrasi Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Kak Fitri, Kak Juli, Kak Fika, Kak Yani, Bu Ganti, Bu Niar, Bang Hendra yang telah banyak memberikan bantuan kepada seluruh mahasiswa/i, mulai dari kami masuk kuliah hingga menyelesaikan perkuliahan di Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum tercinta.

10.Adikku tersayang Octarina Yuhani yang terus memberikan motivasi agar Penulis menyelesaikan Tesis ini.

11.Sahabat-sahabat Penulis tersayang Beby Suryani Fithri dan Irma Lusiana Khajjani Ritonga yang telah memberikan Penulis mengerti akan artinya persahabatan dan persaudaraan yang dilandaskan cinta-Nya.

12.Saudara seiman, seaqidah, seperjuangan, sekaligus keluarga baru yang sangat luar biasa: kak putri, kak cici, kak devi, kak sarah, kak arinil, kak elfi, kak fiqi, kak eno, sasika, okky, kak farida, dan kak fitri yang selalu mengingatkan penulis bahwa Allah selalu ada diantara kita dan semoga kelak kita akan bertemu di syurga-Nya.

13.Sahabat dan adik kos 22 : Aya, Lidya, Mona, Ainun, Meli, Ama, Nurul, Mutia, Uni, dan Kia yang selalu membuat Penulis merindukan mereka dan selalu mendukung Penulis menyelesaikan tesis ini secepatnya.

14.Sahabat sekaligus saudara seperjuangan Penulis stambuk 2011, Miranda, Meisy, Kak Yandi, Kak Elisabet, Kak Kasih, Kak Melda, Bang Poltak, bang Dimas, Bang Deni, dan sahabat yang lain yang tidak dapat penelti sebutkan satu persatu


(10)

namanya yang telah membantu penulis dan berdiskusi tentang apa saja yang menambah pengetahuan.

15.Adik-adik tercinta di BTM ALADDINSYAH, SH: Fika Habbina, Ida, Wilda, Arija, Elly, Ambar, Dwi, Dina, Tasya, Solatia, Ai, Rabithah, Hafni, Fika, Ainul dan seluruh adik-adik yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena dukungan dan cinta dari kalian maka penulis terus semangat dalam pengerjaan tesis ini, semoga Allah mempertemukan kita di syurga-Nya dalam ikatan cinta karena-Nya.

Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan hasil Penulisan tesis ini karena Kesempurnaan hanyalah Allah SWT yang punya, oleh sebab itu besar harapan Penulis kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari segi materi maupun cara penulisannya di masa mendatang.

Dengan bantuan dan dukungan yang telah Penelti dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT semoga amalan dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan dengan yang lebih baik. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, Agustus 2013


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Windy Sri Wahyuni

Tempat / Tlg Lahir : Penggalangan/14 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Yos Sudarso Bukit Jamu No. 68 Tebing Tinggi

PENDIDIKAN FORMAL

1995-2001 : SD Negeri 104 304 Desa Pon 2001-2004 : SMP Negeri 2 Desa Pon 2004-2007 : SMA Negeri 1 Tebing Tinggi

2007-2010 : S1 Fakultas Hukum Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara

PENDIDIKAN NON FORMAL

2005 : Kursus Bahasa Inggris di Bina Karya, Tebing Tinggi 2005 : Kursus Komputer di Bina Karya, Tebing Tinggi 2006 : Kursus Bahasa Inggris di Bina Karya, Tebing Tinggi 2006 : Bimbingan Belajar di Medica, Tebing Tinggi


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual ... 12

1. Kerangka Teoritis ... 12

2. Kerangka Konseptual ... 27

G. Metode Penelitian ... 29

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 29

2. Sumber Data ... 30

3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

4. Analisis Data ... 32


(13)

A. Pasar Modal ... 34

1. Pengertian Pasar Modal ... 34

2. Peranan dan Manfaat Pasar Modal ... 37

3. Sejarah Pasar Modal Indonesia ... 40

4. Instrumen Pasar Modal ... 43

5. Pelaku Pasar Modal ... 46

B. Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal ... 66

1. Pengertian Prinsip Keterbukaan ... 66

2. Tujuan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal ... 68

3. Pengaturan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal ... 70

C. Akuntan Publik di Pasar Modal ... 73

1. Pengertian Akuntan Publik ... 73

2. Persyaratan Akuntan Publik di Pasar Modal ... 75

3. Tugas Akuntan Publik di Pasar Modal ... 77

4. Hubungan Akuntan Publik dengan Prinsip Keterbukaan ... 78

D. Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal ... 83

1. Pengertian Independensi Akuntan Publik ... 83

2. Dasar Hukum dan Etika Profesi Akuntan Publik ... 86

3. Aspek-aspek Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal ... 90

BAB III PENENTUAN PENDAPAT AKUNTAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN DI PASAR MODAL ... 98


(14)

1. Dasar Hukum Pembuatan Laporan Keuangan Perseroan

Terbatas ... 98 2. Isi Laporan Keuangan Perseroan Terbatas ... 99 3. Peran Organ Perseroan Terbatas dalam Pembukuan dan

Pengesahan Laporan Keuangan ... 106 B. Pemeriksaan Laporan Keuangan Akuntan Publik (Auditing) ... 110

1. Tujuan Pemeriksaan Laporan Keuangan Emiten dan

Perusahaan Publik ... 110 2. Pemeriksaan Laporan Keuangan sebagai Bagian Pelaksanaan

Prinsip Keterbukaan dan Perlindungan Investor Publik ... 115 3. Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh Akuntan Publik di Pasar

Modal ... 117 C. Penentuan Pendapat Akuntan Publik atas Laporan Keuangan

di Pasar Modal ... 124 1. Jenis-jenis Pendapat Akuntan Publik ... 124 2. Manfaat Pendapat Akuntan Publik bagi Investor di Pasar

Modal ... 131 3. Hubungan Materialitas dengan Pendapat Akuntan Publik ... 133

BAB IV TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG OVERSTATED

DI PASAR MODAL ... 136

A. Tanggung Jawab Profesional Akuntan Publik ... 136 1. Pengertian Tanggung Jawab Profesional ... 136


(15)

2. Tanggung Jawab Profesional Akuntan Publik ... 138

B. Laporan Keuangan yang Overstated ... 150

1. Pengertian Laporan Keuangan yang Overstated ... 150

2. Terjadinya Laporan Keuangan yang Overstated ... 151

3. Kasus Laporan Keuangan Emiten/Perusahaan Publik yang Overstated ... 157

4. Analisis Hukum atas Laporan Keuangan yang Overstated ... 158

C. Pemeriksaan Laporan Keuangan sebagai Bagian Pelaksanaan yang Overstated di Pasar Modal ... 161

1. Tanggung Jawab Profesional ... 161

2. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated ... 168

a. Tanggung Jawab Perdata ... 171

b. Tanggung Jawab Pidana ... 175

c. Tanggung Jawab Administrasi ... 178

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 182

A. Kesimpulan ... 182

B. Saran ... 185


(16)

ABSTRAK

Bismar Nasution Mahmul Siregar

1

Suhaidi

2

Windy Sri Wahyuni

3 4

Akuntan publik merupakan profesi penunjang Pasar Modal yang membantu perusahaan dalam menerapkan prinsip keterbukaan. Akuntan publik berwenang memeriksa laporan keuangan perusahaan secara independen untuk menghasilkan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan. Tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan hanya terhadap pendapat yang diberikannya. Rumusan masalah yang dibahas di dalam penulisan ini yaitu independensi akuntan publik di pasar modal, penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal, dan tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. Penulisan ini dianalisis dengan menggunakan teori profesional liability

dan prinsip keterbukaan di pasar modal.

Metode yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penulisan yuridis normatif dengan menggunakan bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Penulisan ini menggunakan teknik penulisan kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penulisan ini, dapat diketahui bahwa independensi akuntan publik di pasar modal mencakup aspek independensi penampilan dan independensi pemikiran, penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal ditentukan jika laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material yang menghasilkan pendapat wajar tanpa pengecualian, tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal yakni terhadap pendapat yang diberikannya termasuk kerugian yang timbul dan akuntan publik dapat dikenakan sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.

Kata kunci: Tanggung Jawab Akuntan Publik, Laporan Keuangan yang

Overstated.

1. Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dosen Pembimbing Kedua. 3. Dosen Pembimbing Ketiga.


(17)

ABSTRACT

Bismar Nasution Mahmul Siregar

1

Suhaidi

2

Windy Sri Wahyuni

3 4

Public Accountant is supporting of professional the capital market that help company in implementing the principle of transparency. Public accountant have authority to review the financial statements that independent to produce a fairness opinion regarding the financial statements. Liability of public accountant on the financial statements only to the opinion that it provides. The problems discussed in this study is the independence of public accountant in the capital market, public accountant opinion on the financial statements in the capital market, and liability of public accountant on the financial statements that overstated in the capital market. This study were analyzed by using the theory of professional liability and the principles of transparency in the capital market.

The method used in this thesis is a normative research using primary legal materials, secondary, and tertiary. This study uses library research techniques, which further analyzed qualitatively

Based on these results, the independence of public accounting in capital market include aspects of the appearance of independence and independence of thought, public accountant opinion on the financial statements in capital market determined if the financial statements present fairly in all material respects that produces unqualified opinion, the liability of public accountant on the financial statements that overstated in the capital markets of the opinion that it provides, including losses incurred and public accountant may be given administrative sanctions, civil penalties and criminal sanctions.

.

Keywords: Public Accountant Liability, Financial Statements overstated.

1. The Chief Of Guide Committee 2. The Second Guide Committee 3. The Third Guide Committee


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas mewajibkan setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal atau disebut emiten untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan (full disclosure) kepada masyarakat.1

Profesi penunjang pasar modal turut bertanggung jawab dalam mengembangkan pasar modal. Pekerjaan utama dari profesi penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public dan dalam memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan yang sifatnya terus menerus. Profesi penunjang pasar modal, untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya serta ikut bertanggung jawab terhadap kepatuhan atau ketaatan emiten yang menjadi pengguna jasanya dalam rangka mematuhi ketentuan pasar modal yang berlaku, dan secara aktif memberikan nasihat kepada nasabahnya untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.

2

1

Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 4. Integritas, profesionalisme dan independensi profesi penunjang pasar modal sangatlah penting. Salah satu tolak ukur yang dipakai untuk menilai profesionalisme yang dimiliki oleh profesi penunjang pasar modal adalah kemampuan untuk memberikan

2

Jusuf Anwar (1), Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 127.


(19)

informasi kepada masyarakat investor mengenai nilai wajar harta kekayaan perusahaan yang go public. 3

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 64 ayat (1) menyatakan bahwa Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari:4

a. Akuntan

b. Konsultan hukum c. Penilai

d. Notaris, dan

e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Profesi penunjang pasar modal yang sering menjadi sorotan pelaku bursa adalah akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan memeriksa laporan keuangan emiten, guna memberikan pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten. Akuntan publik juga selalu menjadi narasumber atas kebenaran laporan keuangan emiten dalam periode akhir tahun pembukuan. Meskipun profesi akuntan publik lebih banyak membantu emiten, pemodal bisa memanfaatkan akuntan publik sebagai sumber informasi tentang laporan keuangan emiten. Laporan keuangan merupakan informasi penting, karena pengambilan keputusan investasi dimulai dari indikator keuangan ini. Sehingga pemodal sangat berkepentingan dengan pendapat yang dibuat akuntan publik. 5

Menurut John A. Prasetio, setiap perusahaan yang go public secara periodik harus melaporkan pertanggungjawaban atas pengelolaan berbagai sumber ekonomi

3

Ibid., hlm. 131.

4

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

5

Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia (Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 161-162.


(20)

yang dikuasai oleh perusahaan tersebut. Laporan pertanggungjawaban itu diperiksa oleh pihak yang independen yaitu akuntan publik. Laporan tersebut disusun dengan aturan yang berlaku yaitu standar akuntansi keuangan dan peraturan lainnya. Sebelum

go public, kebanyakan perusahaan adalah milik keluarga. Biasanya sistem pertanggungjawaban keuangannya dibuat oleh internal auditor, masih sederhana, dan tidak memakai standar akuntansi tertentu. Laporan keuangan yang disajikan secara sederhana sering tidak akurat dan tidak konsisten. Sehingga, kata John, sebelum go public perusahaan-perusahaan itu selalu melakukan restrukturisasi operasional, modal, termasuk perombakan sistem akuntansi mereka. Akuntan membantu agar mekanisme kerja manajemen dari segi pelaporan keuangannya menjadi lebih efisien dan baik.

Laporan keuangan sebenarnya merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan, sedangkan tanggung jawab akuntan publik terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan hasil audit. Pada umumnya akuntan publik melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar tersebut mengharuskan akuntan publik merencanakan dan melaksanakan audit agar akuntan publik memeroleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan konsolidasi itu bebas dari salah saji secara material.6

Akuntan publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai

6


(21)

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.7 Pemilihan akuntan publik didasarkan pada beberapa faktor, yaitu pengalaman berhubungan dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan menguasai proses penawaran umum, serta mempunyai reputasi yang baik.8 Akuntan yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Daftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk akuntan publik. Akuntan publik berperan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas data yang disajikan dalam laporan keuangan.9

Akuntan publik memberikan laporan atau penilaian kelayakan laporan keuangan emiten. Laporan-laporan tersebut antara lain: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan emiten. Akuntan publik yang melakukan tugas ini harus yang dianggap kredibel. Hasil penelitian oleh akuntan publik kemudian diumumkan kepada masyarakat dan akan dijadikan pedoman pihak-pihak pengambil keputusan di pasar modal, terutama investor. 10

Akuntan publik melakukan pemeriksaan terhadap segala aspek keuangan dan pembukuan perusahaan bukan hanya untuk tahun buku yang sedang berjalan, tapi juga beberapa tahun sebelum penawaran umum tersebut dilaksanakan. Akuntan juga melakukan penelitian segala aspek keuangan perusahaan, laporan keuangan beberapa tahun sebelumnya dan estimasi-estimasi di bidang keuangan dan juga rencana

cash-7

Adrian Sutedi., Op. cit., hlm. 30.

8

Asril Sitompul, Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 52.

9

Adrian Sutedi., Loc. cit.

10

Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 67.


(22)

flow (aliran kas) perusahaan. Pada masa penawaran umum ini perusahaan penilai (appraisal) akan menilai perusahaan (valuation) dan untuk itu, akuntan harus memperhatikan dengan teliti jalannya penilaian ini untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya penipuan dalam penilaian tersebut, antara lain dengan melakukan “mark up” yaitu menaikkan nilai perusahaan dari nilai yang sebenarnya atau “overstated” yaitu penggelembungan laba perusahaan ataupun dengan “ window-dressing” atau perbaikan pembukuan perusahaan dengan mencantumkan angka-angka yang tidak benar agar perusahaan tampak sehat.11 Akuntan publik, dengan memperlihatkan keterbatasan yang ada di dalam proses pemeriksaan, harus melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa, termasuk antisipasi kemungkinan adanya kekeliruan atau penyelewengan. Pemeriksaan ini tidak saja dilakukan atas catatan dan bukti yang diterima dari emiten, tetapi mencakup prosedur lain seperti pengkajian analitis, inspeksi, pengamatan, tanya jawab, konfirmasi dan prosedur lain yang perlu. Pemeriksaan ini tidak menjamin ditentukannya semua kekeliruan dan penyelewengan. Apabila pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan maka tanggung jawab profesional Akuntan Publik telah terpenuhi. Akuntan Publik akan dianggap lalai, bila gagal menemukan kecurangan yang terjadi karena kelalaiannya untuk mematuhi norma pemeriksaan.12

Tanggung jawab Akuntan Publik atas laporan keuangan yang diperiksa berada pada pernyataan pendapat yang diberikan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk

11

Asril Sitompul (1), Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang pada Proses Penawaran Umum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 38-39.

12


(23)

memberikan pendapat apakah laporan keuangan itu mencerminkan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan perusahaan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia, yang diterapkan secara konsisten. Perlu disadari bahwa emiten dapat memerintahkan karyawannya untuk mencatat atau menyembunyikan transaksi dengan cara tertentu, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan atau, melakukan penyelewengan, apabila ia dengan sengaja melanggar prosedur pengendalian intern yang ada. Di sini, kita dihadapkan dengan integritas emiten. Pemeriksaan tidak akan berjalan baik apabila emiten telah kehilangan integritasnya. 13

Beberapa contoh dimana Akuntan Publik harus bertanggung jawab atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal adalah pada skandal keuangan besar-besaran yang menimpa perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikat mulai dari Enron, WorldCom, AOL, Walt Disney, Vivendi Universal, Merck, Global Crossing, Xeroc, Tyco, yang melibatkan lembaga investment bank seperti CSFB, JP Morgan, dan Merrill Lycnh, dan tentu saja tidak lepas dari peranan kantor akuntan publik yang sebelumnya mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut.14

Contoh di Indonesia yang juga melibatkan akuntan publik yang harus bertanggung jawab atas laporan keuangan yang overstated di Pasar Modal adalah PT. Kimia Farma. PT. Kimia Farma diindikasikan melakukan mark up (overstated)

13

Sawidji Widoatmodjo, Teknik Memetik Keuntungan di Pasar Bursa Efek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1996), hlm. 204-206.


(24)

jumlah keuntungan dalam laporan keuangannya pada tahun 2001 dimana perusahaan melaporkan laba bersih Rp. 132,263 milyar padahal laba bersih sesungguhnya adalah Rp. 99,594 milyar, sehingga ada kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp. 32,66 milyar;15 selain itu, PT Kereta Api Indonesia, pada tahun 2005, mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya, padahal sebenarnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. 16 Contoh lain yakni PT Indofarma, kasus ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 milyar pada tahun 2002, padahal hingga kuartal III tahun yang sama, laba bersih indofarma mencapai Rp. 88,57 milyar. 17

Latar belakang diatas menarik perhatian penulis untuk melakukan Penelitian tentang “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated

di Pasar Modal”.

B. Permasalahan

Permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana independensi akuntan publik di pasar modal?

15

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2012), hlm. 256.

16

Contoh-contoh kasus pelanggaran etikasebagaimana dimuat dalam

diakses tanggal 17 juni 2013.

17

Rizka Ardhianty Armein, Analisis Kasus Laporan Keuangan PT. Indofarma, Tbk,

sebagaimana dimuat dalam


(25)

2. Bagaimana penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal?

3. Bagaimana tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated

di pasar modal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui independensi akuntan publik di pasar modal.

2. Untuk mengetahui penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal

3. Untuk mengetahui pengaturan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Atas dasar tujuan tersebut diatas, maka penelitian hukum positif yang berhubungan dengan “Tanggung Jawab Akuntan Publik Atas Laporan Keuangan Yang Overstated Di Pasar Modal” akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis akan memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu hukum, khususnya dalam hukum bisnis, lebih khusus lagi dalam hukum pasar modal mengenai “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang overstated


(26)

di Pasar Modal” dan memberikan tambahan wawasan kepada kalangan yang berminat pada hukum bisnis, khususnya hukum pasar modal dan pihak-pihak serta lembaga-lembaga yang terkait di pasar modal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis, sebagai wadah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah, serta semakin menambah wawasan dan pengetahuan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal.

b. Bagi Akuntan Publik, sebagai pengingat untuk lebih berhati-hati dan secara teliti dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan terlibat di pasar modal agar pendapat yang dihasilkan tidak menyesatkan para investor. c. Bagi Emiten, sebagai bahan pertimbangan agar memberikan segala informasi yang

dibutuhkan akuntan publik dalam hal laporan keuangan perusahaan dan mengungkapkan segala informasi tersebut secara menyeluruh agar memberikan jaminan dan menarik para investor untuk berinvestasi di perusahaan.

d. Bagi investor, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang laporan keuangan yang dikeluarkan oleh akuntan publik, dan harus lebih berhati-hati dalam berinvestasi di pasar modal serta memberikan perlindungan bagi investor karena adanya peraturan di bidang pasar modal.

e. Bagi Pembuat Kebijakan, sebagai bahan untuk dapat melengkapi peraturan yang berkaitan dengan tanggung jawab akuntan publik dan dapat menciptakan


(27)

penegakan hukum demi terciptanya iklim usaha yang adil dan kondusif serta menjamin kepastian hukum bagi para pelaku usaha.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran penulis secara pribadi dengan melihat perkembangan hukum di bidang bisnis khususnya pada permasalahan “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang

Overstated di Pasar Modal”. Berdasarkan pengamatan dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara terhadap penelitian-penelitian yang ada, ternyata belum ada yang melakukan penelitian mengenai “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated

di Pasar Modal”. Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan, ada beberapa penelitian yang memiliki topik yang sama, namun dalam hal permasalahannya dan pembahasannya berbeda dengan isi penelitian ini, yaitu:

1. Mukhti, 2008, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia dengan rumusan masalah sebagai berikut:18

a. Bagaimana aspek hukum dalam pelaksanaan penghapusan pencatatan (delisting) pada kegiatan pasar modal indonesia?

18

Mukhti, 2008, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan

(Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia sebagaimana dimuat dalam


(28)

b. Bagaimana mekanisme perlindungan hukum yang dilakukan oleh Bapepam bagi investor publik dalam proses penghapusan pencatatan (delisting) saham bagi kegiatan pasar modal Indonesia?

c. Apakah ketentuan di bidang pasar modal yang ada telah memberikan perlindungan hukum bagi investor publik manakala terjadi penghapusan pencatatan (delisting) saham pada kegiatan pasar modal Indonesia?

2. Tandi Pada Palayukan, 2012, Analisis terhadap Larangan Praktik Insider Trading

di Pasar Modal dengan rumusan masalah sebagai berikut:19

a. Bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal?

b. Bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? c. Bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam

perkembangan pasar modal?

3. Mega Kartika, 2009, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian

Full Commitment di Pasar Perdana dengan rumusan masalah sebagai berikut:20 a. Bagaimana peran dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full

commitment di pasar perdana?

b. Apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh underwriter pada proses penawaran umum perdana dan bagaimana akibat hukumnya?

19

Tandi Pada Palayukan, Analisis terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal, (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2012), hlm. 15.

20

Mega Kartika, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana, (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2009), hlm. 13.


(29)

c. Bagaimana penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten?

Berdasarkan judul penelitian dan permasalahan diatas penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian baru dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai objektivitas dan kejujuran.

F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis dalam penelitian karya ilmiah hukum mempunyai 4 (empat) ciri,yaitu (a) teori-teori hukum, (b) asas-asas hukum, (c) doktrin hukum dan (d) ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. 21

Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena batasan dan sifat hakikat suatu teori adalah “…seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan menjalankan dan memprediksi gejala-gejala itu”.

Rumusan diatas, mengandung 3 hal, pertama, teori merupakan seperangkat proposisi yang terdiri atas variabel-variabel yang terdefenisikan dan saling berhubungan. Kedua, teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena-fenomena yang dideskripsikan oleh variabel-variabel itu. Akhirnya, suatu teori

21


(30)

menjelaskan fenomena. Penjelasan itu diajukan dengan cara menunjuk secara rinci variabel-variabel tertentu yang berkaitan dengan variabel-variabel tertentu lainnya.22

Penelitian ini menggunakan teori Tanggung Jawab Profesional (Professional Liability). Dalam Black Law Dictionary,

Profession is A vocation or occupation requiring special, usually advanced, education, knowledge, and skill; e.g. law or medical profession.

Professional is One engaged in one of learned professions or in an occupation requiring a high level of training and proficiency.23

Profesi adalah pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, biasanya pada tingkat lanjut, misalnya profesi hukum atau kedokteran. Ciri utama dari seorang profesi adalah mempunyai pendidikan khusus, keterampilan khusus, dan dalam tingkat lanjut, contohnya akuntan publik.

Sedangkan profesional adalah seseorang yang terlibat suatu pekerjaan yang perlu belajar terlebih dahulu untuk dapat mengerjakannya, atau suatu pekerjaan ynag mensyaratkan pelatihan dan keahlian pada tingkat yang tinggi. Dengan demikian

professional dalam professional liability berarti orang yang memberi jasa tertentu dan tanggung jawab dari pemberi jasa/pengemban profesi atau jasa yang diberikannya.24

Secara teoritik, di dalam Undang-undang perlindungan konsumen diatur beberapa macam tanggung jawab (liability), salah satunya Professional Liability.

22

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 42-43.

23

Black Law Dictionary.

24

Hukum Pertanggungjawaban Profesi (Professional Liability), sebagaimana dimuat di

dalam


(31)

Professional Liability menyatakan bahwa dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, tetapi prestasi pemberi jasa tersebut tidak terukur sehingga merupakan perjanjian ikhtiar (inspanningverbintenis), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability

(pertanggungjawaban profesional), yang menggunakan tanggung jawab perdata secara langsung (strict liability) dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. Sebaliknya, dalam hal terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, dan prestasi pemberi jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian hasil (resultants verbintennis), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability, yang menggunakan tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian (contractual liability) dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya.25

Menurut Komar Kantaatmaja sebagaimana dikutip oleh Shidarta menyatakan tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Tanggung jawab profesional ini timbul karena mereka (para penyedia jasa profesional) tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat dari

25

Harjono, Perlindungan Hukum Konsumen yang Menderita Kerugian dalam Transaksi Properti Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (Studi pada Pengembangan Perumahan PT. Fajar Bangun Raharja Surakarta), Yustisia Edisi Nomor 68 Mei-Agustus 2006, hlm. 5,

sebagaimana dimuat dalam


(32)

kelalaian penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. 26

Tanggung jawab profesional (Professional Liability) merupakan pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan dan menuntut keahlian, menggunakan tehnik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Ciri-ciri dari profesi, yaitu:27

1. Standar untuk kerja

2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab.

3. Organisasi profesi

4. Etika dan kode etik profesi 5. Sistem imbalan

6. Pengakuan masyarakat

Berdasarkan pengertian diatas, Tanggung jawab professional (Professional Liability) adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Jenis jasa yang ditawarkan bisa pada 2 hal, yaitu:28

26

Yoan Budiyanto, 2012, Jurnal Perlindungan Hukum bagi Perusahaan Lembaga

Pembiayaan Selaku Kreditor terhadap Musnah atau Dialihkannya Objek Jaminan Fidusia, (Malang: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya), hlm. 20, sebagaimana dimuat dalam http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/yohanjadi.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2013.

27

Tanggung Jawab Profesional,

28

Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam


(33)

1. Menjanjikan menghasilkan sesuatu (resultaat verbintenis), yaitu Jasa yang menjanjikan untuk menghasilkan sesuatu, misalnya tanggung jawab dokter gigi atas hasil pekerjaannya menambal gigi pasien.

2. Mengupayakan sesuatu (inspanningsverbintenis), yaitu Jasa yang memperjanjikan untuk mengupayakan sesuatu, misalnya tanggung jawab profesional seorang pengacara untuk mengupayakan agar kepentingan kliennya dapat dilindungi seoptimal mungkin. 29

Tanggung jawab profesional (Professional Liability) terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: 30

1. Tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan kode etik organisasi profesi yang bersangkutan (intern). Contohnya akuntan yang melanggar kode etik akuntan publik akan dicabut dari organisasi profesi akuntan publik. 2. Tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan hukum (ekstern)

merupakan tanggung jawab profesional berdasarkan hukum (legal liability), diartikan sebagai tanggung jawab hukum pemberi jasa/pengemban profesi atas jasa yang diberikannya kepada kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga.

Profesi akuntan publik diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan publik. Dalam kode etik profesi akuntan publik ini diatur

29

Product Liability, Professional Liability, sebagaimana dimuat di dalam

tanggal 14 Mei 2013.

30

Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam


(34)

berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri akuntan publik, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga diikuti oleh akuntan publik, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi.31 Adapun fungsi dari kode etik profesi akuntan publik adalah:32

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan 3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika

dalam keanggotaan profesi.

Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa akuntan harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung jawab (responsibility), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga indenpendensinya terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care). Setiap akuntan publik harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Seorang akuntan publik yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi.

Etika akuntan yang dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) tahun 2011 yang disusun oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) disebut sebagai norma akuntan menjadi patokan resmi para akuntan publik Indonesia dalam berpraktek.

31

Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam

2013.

32

Kode Etik Profesi dan Kewajiban Hukum, sebagaimana dimuat di dalam


(35)

Norma-norma dalam SPAP tersebut yang menjadi acuan dalam penentuan tiga standar utama dalam pekerjaan akuntan publik, antara lain:

1. Akuntan publik harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.

2. Akuntan publik wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam pengauditan.

Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan publik yang harus dilindungi serta sifat independensi dan kejujuran seorang akuntan publik dalam berprofesi. Namun sulit untuk menentukan fungsi dan etika pengauditan yang secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya. IAPI mempunyai tugas dan kewajiban terhadap anggotanya yang terlibat dalam proses pemeriksaan akuntan (auditing) agar tetap menjunjung tinggi profesionalisme mereka. Tuntutan profesionalisme bagi akuntan publik antara lain: 1. Mengembangkan ilmu dan seni akuntansi

2. Menjaga kepercayaan publik kepada profesi

3. Mengadakan dan menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan profesi

Sebagai organisasi profesional di samping harus mampu membina anggotanya, IAPI harus mampu mengawasi dan menindak anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan publik. Kewajiban lain yang harus dipikul IAPI agar dapat menjadi salah satu “pillars of integrity” adalah menjadi salah satu agen


(36)

yang mempromosikan good governance. Promosi ini dilakukan pada dasarnya untuk “menyuarakan” adanya keterbukaan dan akuntabilitas dalam berbagai aktivitas masyarakat. Peran lain yang dapat IAPI ambil untuk mendukung gerakan anti korupsi yang merupakan salah satu elemen gerakan untuk menciptakan good governance

adalah dengan memberikan dukungan teknis kepada lembaga atau gerakan anti korupsi.33

Adapun yang menjadi prinsip etika profesi akuntan publik Indonesia, adalah sebagai berikut:34

1. Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan publik

Akuntan sebagai anggota IAPI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.

3. Integritas

33

Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam

2013.

34

Prinsip Etika Profesi Akuntan Publik Indonesia, sebagaimana dimuat dalam


(37)

Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

4. Obyektifitas

Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAPI harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa

audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

6. Kerahasiaan

Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat-sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa


(38)

profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir

7. Perilaku profesional

Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar teknis

Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Penelitian ini juga menggunakan prinsip keterbukaan (disclosure). Menurut Bacelius Ruru keterbukaan (disclosure) adalah kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan, baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya. Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan, namun demikian, untuk yang namanya tindakan membeli efek, maka sektor hukum mensyaratkan untuk keterbukaan (disclosure) lebih dari yang berlaku untuk membeli barang biasa. Cukup banyak pemikiran telah tercurahkan dan cukup banyak aturan main yang telah digulirkan hanya untuk menjamin agar unsur transparansi tersebut benar-benar muncul ke permukaan. Pentingnya eksistensi dan kedudukan unsur keterbukaan (disclosure) dalam pasar modal sehingga kalau belum bisa menjamin unsur keterbukaan ini, maka hukum pasar modal tersebut dianggap masih belum apa-apa.


(39)

Keterbukaan (disclosure) informasi di pasar modal diperlukan karena informasi itu harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. 35

Menurut Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 angka 25:36

“Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.”

Fungsi dari prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah sebagai berikut:37 a. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap

pasar.

Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal.

35

Adrian Sutedi,, Op. cit., hlm. 5.

36

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

37

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Pascasarjana, 2006), hlm. 7.


(40)

b. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat, hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya, hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat, dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Manajemen perusahaan harus menjaga pasar untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan, jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.

c. Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud)38

Pencapaian tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor ini dapat terpenuhi, sepanjang informasi yang disampaikan kepada investor mengandung

38


(41)

kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta materiel. Penyampaian informasi yang demikian kepada investor berguna untuk menghindarkan investor dari bentuk penipuan atau manipulasi.39

Max Weber pernah mengatakan bahwa konsistensi dalam penerapan hukum mutlak bagi proses industrialisasi suatu bangsa. Hukum yang berkenaan dengan industri pasar modal yang berlaku sekarang harus dikaji kembali, mengingat konsistensi dan penerapan hukum pasar modal di Indonesia masih menghambat penciptaan pasar modal yang efisien, sebab pasar modal telah lama dipandang sebagai barometer dalam hakikat bisnis. Isu utama yang harus dicermati dalam pasar modal adalah prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri, sebab keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.40

Pentingnya prinsip keterbukaan dalam pasar modal didasarkan kepada beberapa teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya.

39

Ibid., hlm. 61.

40


(42)

Teori pertama yang berkaitan dengan informasi yang mempengaruhi harga saham adalah hipotesis pasar modal yang efisien (efficient capital market hypothesis). Pada mulanya efficient capital market hypothesis (ECMH) muncul dalam literatur ekonomi dan kemudian menjadi alat bagi ahli hukum serta menjadi bahan untuk membuat pendapat hukum. Karena tidak adanya suatu penjelasan yang sama mengenai pasar yang efisien, hal itu menjadi suatu persoalan serius bagi para hakim, ahli hukum dan pembuat peraturan, yang akan memakai pendekatan ECMH sebagai dasar kebijakan dalam pengaturan.

Pendekatan ECMH sama dengan teori pasar efisien, yaitu menentukan “securities prices reflect a significiant amount of information from many different source in the securities market” atau “prices at any time ‘fully reflect’ all available information”. “Informasi yang dapat dipercaya direfleksikan ke harga saham secara cepat dan mempengaruhi suatu kesempatan yang tidak bisa dieksploitasi secara sistematis.

Suatu harga saham harus didasarkan pada pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan. Artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan yang menyesatkan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal tidak efisien. Maka dalam hal ini keterbukaan artinya, suatu informasi tidak mengandung misrepresentation atau omission. 41

41


(43)

Melalui pendekatan ECMH melahirkan fraud on the market theory yang berkenaan dengan tanggung jawab tergugat. Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam Basic Inc v. Levinsion, 485 U.S. 224 (1988) menetapkan:

The fraud on the market theory is based on the hypothesis that, in an open end developed securities market, the price of a company’s stock is determined by the available material information regarding the company and its business… Misleading statement will therefore defraud purchasers of stock even if the purchasers do not directly rely on the misstatement…

Inti suatu gugatan dalam penipuan pasar modal berdasarkan fraud on the market theory adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar yang secara cepat dapat merubah harga saham. Untuk merubah suatu harga saham, informasi yang salah tersebut harus dapat mempengaruhi orang-orang yang mempunyai kapasitas yang dapat mempengaruhi harga saham yang diperdagangkan. Orang-orang yang mempunyai kapasitas seperti itu menjadi ukuran dalam penentuan adanya penipuan. Sebab dalam pasar saham yang modern harga saham bukan ditentukan oleh investor profesional. Dengan perkataan lain, suatu informasi yang salah tidak dapat merubah harga saham, apabila informasi itu tidak dipercaya oleh investor potensil yang profesional. Berdasarkan teori ini adalah melawan hukum bagi setiap orang, baik langsung maupun tidak langsung, barang siapa yang membuat pernyataan yang menyesatkan atau tidak menyatakan suatu fakta materiel.42

Oleh karena itu, penekanan prinsip keterbukaan dalam kaitannya dengan

efficient capital market hypothesis dan fraud on the market theory, perlu didekati 42


(44)

dengan teori mengenai standar penentuan fakta materiel (materialitas). Misalnya dalam SEC v Texas Gulf Sulphur, 401 F. 2d, 833, (2d. Cir. 1968), mengenai apakah suatu fakta bersifat material, yaitu apabila dengan fakta tersebut investor memutuskan untuk membeli, menjual atau menahan saham yang ada dimilikinya. Tes lainnya, apakah fakta tersebut menimbulkan akibat terhadap harga saham secara substansial. 43

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.44

a. Tanggung Jawab adalah sebagai suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban

Landasan konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini, yaitu:

45

b. Akuntan publik adalah Akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri dan terdaftar di Bapepam.

dan kewajiban memikul kerugian yang diderita oleh pihak lain bila dituntut, baik dalam hukum maupun administrasi.

46

43 Ibid.

44

Zainuddin Ali., Op. cit., hlm. 79.

45

Pengertian Tanggung Jawab, sebagaimana dimuat di dalam http://www.sekedarkabar. blogspot. com/2012/05/pengertian-tanggung-jawab.html, diakses tanggal 28 Maret 2013.

46


(45)

c. Tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien (pengguna jasa profesional).47

d. Tanggung jawab akuntan publik adalah tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan hukum (legal liability), diartikan sebagai tanggung jawab hukum pemberi jasa/pengemban profesi atas jasa yang diberikannya kepada kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga. 48 e. Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif

tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.49

f. Overstated adalah penggelembungan dana atau laba/keuntungan perusahaan. g. Laporan keuangan yang overstated adalah penggelembungan laba/keuntungan

dalam laporan keuangan perusahaan.

h. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.50

47

Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam

2012.

48

Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam

2012.

49

Lili M. Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 18.

50


(46)

G. Metode Penelitian 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.51 Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal.52

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Hukum Normatif. Penelitian Hukum Normatif disebut juga Penelitian Hukum Doktrinal. Penelitian Hukum Doktrinal Hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif untuk meneliti

norma-51

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rieneka Citra, 1999), hlm. 21.

52

Mukhti, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan

(Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia. (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum, 2008), hlm. 27.


(47)

norma hukum yang berlaku terkait dengan tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal.

2. Sumber Data

Penelitian hukum yang normatif menggunakan data sekunder, yang terdiri atas (1) bahan hukum primer; (2) bahan hukum sekunder; (3) serta bahan hukum tersier. 53

a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. 54

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer),

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan akuntan publik, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik, Peraturan Pemerintah dan peraturan yang lainnya yang terkait dengan Akuntan Publik.

55

semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi,56 termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum.57

53

Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM PRESS, 2009), hlm. 127.

54

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 141.

55

Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 241-242.

56

Peter Mahmud Marzuki., Loc. Cit.

57


(48)

c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.58

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan.59

Studi Kepustakaan merupakan metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Hukum Normatif, oleh karena itu Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah Studi Kepustakaan.

60

Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu penulis dalam berbagai keperluan, misalnya:

Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila penulis mengetahui apa yang telah dilakukan oleh penulis lain, maka penulis akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap.

61

58

Johnny Ibrahim., Loc. cit.

59

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 174.

60

Ibid., hlm 17.

61

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 112-113.


(49)

1. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan.

2. Mendapat metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan.

3. Sebagai sumber data sekunder.

4. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya.

5. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan.

6. Memperkaya ide-ide baru.

7. Mengetahui siapa saja penulis lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasilnya.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.62 Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif secara kualitatif dengan beberapa langkah. Pertama, menginventarisir dan mengidentifikasikan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan. Kedua, melakukan sistematisasi keseluruhan bahan hukum, asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, dan bahan rujukan lainnya dengan cara melakukan seleksi bahan hukum kemudian melakukan klasifikasi menurut penggolongan bahan hukum dan menyusun data hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan secara logis dengan menghubungkan dan mengaitkan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum lainnya. 63

62

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), hlm. 263.

Ketiga, analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan dilakukan menurut cara-cara analisis dan penafsiran gramatikal serta sistematis di mana interpretasi dilakukan dengan menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari

63

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 160.


(50)

keseluruhan sistem perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan undang-undang lain secara logis dan sistematis. 64 Keempat, hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kelima, penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu pemikiran dimulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus.65

64

Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012), hlm. 163.

65


(51)

BAB II

INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK DI PASAR MODAL A. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara,66 karena pasar modal merupakan alat pembangunan yang menghubungkan para pemakai dana (dalam hal ini dunia usaha maupun pemerintah) dengan para pemasok dana (dalam hal ini masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri).67 Pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Apabila pengetahuan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi.68

Pasar modal mirip dengan pasar-pasar lain pada dasarnya, yang membedakannya adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Pasar modal di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab

66

Pandji Anoraga dan Piji Pakarti. Pangantar Pasar Modal. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 1.

67

Jusuf Anwar (1), Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:

PT. Alumni, 2008), hlm. xiv.

68


(52)

pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi, yang secara nasional akan membentuk gross domestic product (GDP). Perkembangan pasar modal akan menunjang peningkatan GDP atau dengan kata lain, berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu negara.69

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan landasan utama mengenai kebijakan pasar modal. Konsekuensi logis dari pengaturan ini adalah harus dilakukannya peningkatan kualitas seperti informasi, pelayanan, dan lain-lain. Peningkatan kualitas informasi merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan jiwa pasar modal, tanpa informasi yang merata akan sulit bagi para pemodal untuk memberikan keputusan investasinya. Bapepam telah berupaya meningkatkan agar informasi yang berkaitan dengan keuangan sejajar dengan standar yang universal. Bapepam sebagai regulator pasar modal dapat dan mampu menyiapkan aturan-aturan yang berkaitan dengan masalah akuntansi dan keuangan lain bila diperlukan pasar. Bapepam harus menjamin adanya hukum yang melandasi aktivitas ekonomi yang sesuai dengan ekonomi pasar. Pemerintah tidak dapat berlepas tangan dalam pengembangan pasar modal. Seperti dikatakan Munir Fuady mengenai adanya kesalahan yang berulang dilakukan oleh pihak berwenang di pasar

69

Sawidji Widiatmodjo (1), Pasar Modal Indonesia, Pengantar dan Studi Kasus, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 11-13.


(53)

modal, yakni adanya anggapan bahwa pengembangan pasar modal agar dibiarkan secara apa adanya tanpa diawasi.70

Robert Pardy mengatakan bahwa pengembangan pasar modal memerlukan adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk pengawasan dan pembangunan yakni:71

a. Pengawasan (supervisory): dituangkan dalam bentuk kewenangan dalam menerbitkan peraturan perundang-undangan dalam format Lembaga Pengawas. b. Pembangunan (development): mengembangkan pasar modal termasuk dalam

kebijakan fiskal dan moneter.

Pengertian pasar modal, pada hakikatnya tidak berbeda dengan pasar barang atau pasar tradisional yang sudah dikenal masyarakat, yaitu tempat melakukan perdagangan atas suatu produk antara pihak pembeli dan pihak lain sebagai penjual.72 Prof. Hugh T. Patrick dan U Tun Wai menyebutkan 3 (tiga) defenisi pasar modal, yaitu:73

a. Pasar Modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat berharga/klaim jangka pendek-panjang primer dan yang tidak langsung.

b. Pasar Modal dalam arti menengah adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotik tabungan dan deposito berjangka.

c. Pasar Modal dalam arti luas adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan

underwriter.

70

Jusuf Anwar, Op. Cit., hlm. 68-69. 71

Rebert Pardy dalam Jusuf Anwar, Ibid., hlm. 69. 72

Ibid., hlm. 70. 73

Hugh T. Patrick dan U Tun Wai dalam Adrian Sutedi, Segi-segi Hukum Pasar Modal,


(54)

Menurut Suad Husnan74

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 memberikan pengertian: , pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal merupakan satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan nonbank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan perusahaan.

75

“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.”

Berdasarkan defenisi mengenai pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan dalam rangka mencari dana untuk pembiayaan usahanya. Transaksi atau jual beli modal tersebut bisa berbentuk pinjaman dan dapat pula berbentuk penyertaan.76

2. Peranan dan Manfaat Pasar Modal

Pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik dana (investor) dan pengguna dana77 (emiten)78

74

Suad Husnan dalam Adrian Sutedi, Ibid.

, dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah wahana investasi bagi investor dan wahana sumber dana bagi pengguna dana. Peranan lain

75

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 13.

76

Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 4. 77

Jusuf Anwar, Op. Cit., hlm. 121. 78

Juli Irmayanto, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2009), hlm. 289.


(55)

dari pasar modal adalah mengumpulkan dan mengerahkan tabungan masyarakat untuk keperluan investasi. Pasar modal tergolong dalam pengertian “financial market” yang bertujuan untuk mengadakan alokasi tabungan (saving) secara efisien dari pemilik dana (saver) kepada pemakai dana terakhir (ultimate user).

Kapasitas produksi akan meningkat dengan meningkatnya investasi, yang berarti menambah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat serta memperluas lapangan kerja. Sektor swasta menjadi lebih kompetitif dan pasar modal yang maju terutama bagian sekuritasnya memungkinkan individu, bagaimana pun kecilnya kontribusi mereka, menikmati kemakmuran karena adanya sektor swasta yang kompetitif.

Manfaat lain dari keberadaan pasar modal dapat disebutkan sebagai berikut:79 a. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan.

Perusahaan dapat meningkatkan permodalannya tidak hanya dalam bentuk pinjaman, tetapi juga bentuk ekuitas melalui penerbitan saham di pasar modal, oleh karena itu, bagi perusahaan yang memiliki perbandingan antara modal sendiri dan hutang yang tidak seimbang (over leverage) dapat memperkecil tingkat leveragenya melalui penerbitan saham, dengan cara ini struktur permodalan perusahaan akan semakin sehat.

b. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana

Tersedianya berbagai instrumen pasar modal, perusahaan akan memperoleh alternatif yang lebih luas untuk mendapatkan dana dengan biaya yang paling rendah,

79


(1)

Irmayanto, Juli, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Universitas Trisakti, 2009.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.

Katoppo, Aristides, Pasar Modal Indonesia (Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ), Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Lubis, Irsyad, Bank dan Lembaga Keuangan, Medan: USU Press, 2010.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Marom, Chairul, Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Grasindo, 2004.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 141.

Messier, William F., Steven M. Glover, Douglas F. Prawit, Auditing and Assurance Services A Systematic Approach (Jasa Audit dan Assuramce, Pendekatan Sistematis, Buku Dua, Edisi 4, Nuri Hinduan (Penerjemah), Jakarta: Salemba Empat, 2005.

Muhammad, Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.

Muhjad, Hadin dan Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Genta Publishing, 2012.

Mulyadi, Auditing, Buku 1, Edisi 6, Jakarta: Salemba Empat, 2002. Munawir S, Analisa Laporan Keuangan, Yoyakarta: Liberty, 2007.

Nasution, Bismar, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Pascasarjana, 2006.

Nasarudin, Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

ND, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Pandia, Frianto, Elly Santi Ompusunggu, dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan, Jakarta: PT. Rineka Citra, 2005.


(2)

Purwaningsih, Endang, Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati, Auditing, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Sadeli, Lili M, Dasar-Dasar Akuntansi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005.

Silvanita, Ktut, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Erlangga, 2009.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008.

Sitompul, Asril, Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang pada Proses Penawaran Umum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

_____________, Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004.

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rieneka Citra, 1999. Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009. Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2003.

Supriyono, R.A., Pemeriksaan Akuntan (Auditing) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Suatu Hasil Penelitian Empiris di Indonesia, Yogyakarta: BPFE, 1988.

Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, A, dan Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Suta, I Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan SAD SATRIA BHAKTI, 2000.

Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Sinar


(3)

Tuanakotta, Theodorus M., Auditing, Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1977.

Tunggal, Amin Widjaja, Auditing, Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994. Widoatmodjo, Sawidji, Teknik Memetik Keuntungan di Pasar Bursa Efek, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1996.

___________, Pasar Modal Indonesia, Pengantar dan Studi Kasus, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-41/BL/2008 tanggal 14 Februari

2008 tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari

2011 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal. Peraturan nomor VIII G. 7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan berdasarkan

keputusan nomor 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000. Standar Profesional Akuntan Publik Periode 31 Maret 2011. Kode Etik Profesi Akuntan Publik.

Internet :

Telaah Kritis Pasar Modal Syariah


(4)

Mukhti, 2008, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia sebagaimana dimuat dalam

tanggal 18 Maret 2013.

2013.

tanggal 28 Maret 2012.

diakses tanggal 28 Maret 2013.

diakses tanggal 28 Maret 2013.

Contoh-contoh kasus pelanggaran etikasebagaimana dimuat dalam

Rizka Ardhianty Armein, Analisis Kasus Laporan Keuangan PT. Indofarma, Tbk, sebagaimana dimuat dalam

Raengga Supi, Makalah Mengenai Perseroan Terbatas, sebagaimana dimuat dalam

Manfaat Audit bagi Auditee, sebagaimana dimuat dalam


(5)

news/411-manfaat-audit-bagi-auditee diakses tanggal 4 Juli 2013 pukul 01.21 WIB.

Harjono, Perlindungan Hukum Konsumen yang Menderita Kerugian dalam

Transaksi Properti Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (Studi pada Pengembangan Perumahan PT. Fajar Bangun Raharja Surakarta), Yustisia Edisi Nomor 68 Mei-Agustus 2006, hlm. 5, sebagaimana dimuat dalam

Yoan Budiyanto, 2012, Jurnal Perlindungan Hukum bagi Perusahaan Lembaga Pembiayaan Selaku Kreditor terhadap Musnah atau Dialihkannya Objek Jaminan Fidusia, (Malang: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya), hlm. 20, sebagaimana dimuat dalam http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/yohanjadi.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2013. Iman P. Hidayat, Dampak Financial Number Game, sebagaimana dimuat dalam diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

Agustina, Analisi Pengaruh Tipe Kepemilikan Perusahaan dan Manajemen Laba terhadap Pemilikan Auditor dan Sudit Fee, sebagaimana dimuat dalam

2013 pukul 05.35 WIB.

Bab I Pendahuluan, Tesis, sebagaimana dimuat dalam

http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab1/BAB%201_03-51.pdf, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

Muhammad Khafid, Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba, sebagaimana dimuat dalam Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4, No. 2, September 2012, pp, 139-148, hlm. 140, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

Sumber Lain:

Black Law Dictionary.

Mukhti, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia. Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2008.


(6)

Tandi Pada Palayukan, Analisis terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal, Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2012.

Mega Kartika, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana, Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2009.

Arifin, Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan), (Semarang: Universitas Diponegoro, 2005), hlm. 26-30, sebagaimana disampaikan pada sidang senat Guru Besar Universitas Diponegoro dalam Rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar.

Chrysologus R.N. Sinulingga, Kejahatan Korporasi oleh PT. Terbuka di Pasar Modal: Suatu Tinjauan Hukum tentang Penerapan Sansi Pidana, sebagaimana dimuat dalam Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol III, No.2, Nop 2003, hlm. 24-25.

Yuniarti Hidayah Suyoso Putra, Artikel Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan, hlm. 5.