d. Agama religion, R konsumen Agama yang merupakan nilai-nilai luhur yang dipercaya yang oleh
konsumen, biasanya berisikan perintah dan larangan, termasuk untuk melakukan atau tidak melakukan, mengkonsumsi, atau tidak
mengkonsumsi, merupakan faktor yang mempengaruhi juga tingkat konsumsi atau permintaan akan barang dan jasa.
e. Budaya culture, C konsumen Budaya merupakan seperangkat nilai dan kebiasaan konsumen dalam
menjalankan kehidupan pribadi, maupun kelompok. Oleh karena itu budaya juga berisikan anjuran yang baik dan yang kurang baik, maka
budaya ini juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi, mampu permintaan konsumen akan barang dan jasa.
C = Culture atau budaya konsumen R = Religion atau agama konsumen
Etc = etcelia atau faktor lainnya, seperti : kondisi konsumen, cuacaiklim, musiman, dan sebagainya.
2.3. Hukum Permintaan
Hukum permintaan menjelaskan sifat kaitan di antara permintaan sesuatu barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu
hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin
tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
Sukirno 2002 secara sederhana menyatakan hukum permintaan adalah hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta berbanding terbaik. Jika harga
baik, kuantitas yang diminta cenderung menurun. Istilah hukum permintaan yang dimaksud adalah hubungan sebab-akibat
kualitas, antara permintaan akan barang dan jasa dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Misalnya hubungan antara jumlah permintaan barang dan jasa
dengan harga barang dan jasa tersebut, atau hubungan antara jumlah barang dan jasa yang diminta dengan tingkat pendapatan konsumen dan seterusnya.
Bila faktor yang paling berpengaruh adalah pendapatan Income - Qd = f 1,P,Ps,Pc,T,C,E,R,dst - Qd = f 1
- Permintaan akan barang dan jasa ditentukan oleh pendapatan oleh pendapatan income, faktor lain dianggap tetap.
-
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Harga P
Jumlah Kurva Permintaan
50 75
100 500
Data numeric seperti di atas dapat juga diinterprestasikan dalam suatu grafik pada gambar 2.1, yang menunjukkan jumlah jagung yang diminta pada
setiap tingkat harga. Skedul permintaan tersebut dinamakan kurva permintaan. Dalam kurva ini, jumlah dan harga mempunyai hubungan yang terbaik, Q naik
bila P turun, kurva ini berbentuk miring, turun dari kiri atas ke kanan bawah. Fakta penting ini disebut hukum permintaan dengan kemiringan negatif law of
downward sloping demand . Hukum ini berlaku pada hampir semua komoditi
seperti jagung, minyak, mobil, sepeda motor, dan lain-lain.
2.4. Skedul Permintaan
Baik akal sehat maupun penelitian keilmuan menunjukkan bahwa jumlah komoditi yang terbeli tergantung pada harganya. Semakin tinggi suatu komoditi,
hal lain tetap sama semakin sedikit orang membelinya. Semakin rendah pasarnya, maka semakin banyak yang akan dibeli.
Adapun suatu hubungan jelas antara harga pasar suatu barang dengan jumlah yang diminta, dengan catatan faktor lain tetap tidak berubah. Hubungan
antara harga dan kuantitas yang dibeli ini disebut sebagai Skedul permintaan atau kurva permintaan.
Tabel 2.1 menyajikan skedul permintaan hipotesis. Pada tingkat kita dapat menentukan kuantitas jagung yang akan dibeli konsumen. Sebagai contoh, pada
harga 5 per Kg, konsumen akan membeli sejumlah 9 ribu ton per tahun. Pada harga yang lebih rendah, misalnya 4 per kg, jumlah yang dibeli
akan lebih banyak, yaitu 10 ribu ton per kg pada harga 3 per kg. Jumlah yang
diminta makin besar lagi, yaitu 12 ribu ton dan seterusnya. Kita dapat menentukan jumlah yang diminta pada setiap tingkat harga dari tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tabel jumlah yang diminta pada setiap harga
1 Barang
2 Harga per kg
2 Jumlah yang diminta Ribu ton per tahun
Jagung 5
4 3
2 1
9 10
12 15
20
2.5. Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan Dan Pergeseran Kurva Permintaan