Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shammani Suframanyam

Tempat/ tanggal lahir : WP Kuala Lumpur, Malaysia/ 7 Mei 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jln Sei Padang Komplek Perjuangan, No.2 Medan Selayang

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009 : Foundation in Science - 2010

: Fakultas Kedokteran USU - sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)


(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,saya yang bernama Shammani Suframanyam / NIM 100100311 adalah mahasiswi yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Poliklinik Neurologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia yang datang berobat di Poliklinik Neurologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada lansia tentang etiologi nyeri kepala yang diderita oleh mereka. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/ Bapak untuk mengisi kuesionar dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu/ Bapak bersedia, diminta menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan anda.

Identitas pribadi Ibu/ Bapak sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Ibu/ Bapak dapat bertanya langsung kepada peneliti.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu/ Bapak yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu/ Bapak dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.


(3)

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Kelamin :

Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,

Judul penelitian : Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Nama peneliti : Shammani Suframanyam

Jenis penelitian : Deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional Institusi yang melakukan penelitian : Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan,……….2013,


(4)

LAMPIRAN 4

KUESIONER

Isikan data peribadi anda di bawah. Data Pribadi

NAMA : _______________________________ UMUR : _______________________________ KELAMIN : _______________________________ ALAMAT : _______________________________ PEKERJAAN : _______________________________ PENDIDIKAN : _______________________________ TEKANAN DARAH : ______________________________ TANDA TANGAN : _______________________________


(5)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar dengan hati nurani anda. Pertanyaan terdiri dari beberapa tipe, pilihlah salah satu jawaban dari pilihan jawaban yang diberikan (YA atau TIDAK).

KUESIONER NYERI KEPALA

Sila tandakan di dalam kotak pilihan anda.

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah anda pernah memiliki masalah medis yang terkait dengan kepala (trauma/cedera kepala,stroke, kanker)?

2. Apakah sakit kepala anda sering dan/ atau cukup parah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari?

3. Apakah aktivitas rutin seperti berjalan kaki dan naik tangga dapat memperburuk sakit kepala anda?

4. Apakah lampu ruangan atau cahaya terang dapat memperburuk sakit kepala yang anda alami?

5. Apakah kebisingan membuat sakit kepala anda menjadi lebih buruk?

6. Apakah anda mengalami gangguan visual/ penglihatan (melihat kilauan cahaya, melihat kilasan gelap seketika, titik berkedip, pandangan berkunang-kunang, dll) selama sakit kepala khas anda?

7. Apakah anda sering merasa mual selama sakit kepala?

8. Apakah anda sering mengalami muntah selama sakit kepala?

9. Apakah saat ini anda sedang mengkonsumsi obat atau suplemen tertentu (jamu, vitamin,dll)?

10. Apakah anda merasa sakit kepala seperti “tight band” pada daerah kepala?

11. Apakah anda merasakan sakit kepala sekali/ lebih dalam 1 minggu?


(6)

12. Apakah anda merasakan sakit kepala pada malam hari atau setelah bangun tidur?

13. Apakah sakit kepala yang anda alami terdapat di satu sisi saja?

14. Apakah sensasi nyeri pada sakit kepala anda seperti menekan, nyeri tumpul atau berdenyut?

15. Apakah mata pada sisi kepala yang sakit berair saat sakit kepala?

16. Apakah makanan seperti coklat, susu, keju, kacangan atau makanan lain yang mengakibatkan atau memperparah sakit kepala?

17. Apakah anda mempunyai masalah pendengaran bising atau rasa penuh pada salah satu telinga?

18. Apakah anda pernah merasakan kelemahan otot, kekebasan, kesukaran menelan atau gangguan bercakap semasa sakit kepala?

19. Apakah anda merasakan nyeri wajah, sakit pada rahang, atau sinusitis bersama dengan sakit kepala?

20. Apakah anda pernah mengalami nyeri kepala seperti ini sebelumnya?


(7)

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14

p1

Pearson

Correlation 1 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1.

Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p 2

Pearson Correlation

1.000*

* 1 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p4 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1 .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson

Correlation .327 .327 .327 .327 .327 .327 1 1.000

** .327 .327 1.000 ** 1.000


(8)

Sig.

(2-tailed) .160 .160 .160 .160 .160 .160 .000 .160 .160 .000 .000 .288 .160

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p8

Pearson

Correlation .327 .327 .327 .327 .327 .327 1.000

** 1 .327 .327 1.000 ** 1.000

** .250 .327 Sig.

(2-tailed) .160 .160 .160 .160 .160 .160 .000 .160 .160 .000 .000 .288 .160

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p9 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p10 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1 .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p11

Pearson

Correlation .327 .327 .327 .327 .327 .327 1.000

** 1.000

** .327 .327 1 1.000

** .250 .327 Sig.

(2-tailed) .160 .160 .160 .160 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .288 .160

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p12

Pearson

Correlation .327 .327 .327 .327 .327 .327 1.000

** 1.000

** .327 .327 1.000 **

1 .250 .327 Sig.

(2-tailed)

.160 .160 .160 .160 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .288 .160

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p13

Pearson Correlation

.840** .840** .840** .840** .840** .840** .250 .250 .840** .840** .250 .250 1 .140 . Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .288 .288 .000 .000 .288 .288 .556

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p14

Pearson

Correlation .216 .216 .216 .216 .216 .216 .327 .327 .216 .216 .327 .327 .140 1 Sig.

(2-tailed) .361 .361 .361 .361 .361 .361 .160 .160 .361 .361 .160 .160 .556

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p15 Pearson Correlation

1.000* * 1.000

**


(9)

Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p16 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p17

Pearson

Correlation .216 .216 .216 .216 .216 .216 .327 .327 .216 .216 .327 .327 .140 1.000 ** Sig.

(2-tailed)

.361 .361 .361 .361 .361 .361 .160 .160 .361 .361 .160 .160 .556 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p18

Pearson Correlation

.216 .216 .216 .216 .216 .216 .327 .327 .216 .216 .327 .327 .140 1.000** Sig.

(2-tailed) .361 .361 .361 .361 .361 .361 .160 .160 .361 .361 .160 .160 .556 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p19 Pearson Correlation 1.000* * 1.000 **

1.000** 1.000** 1.000** 1.000** .327 .327 1.000** 1.000** .327 .327 .840** .216 1. Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .160 .160 .000 .000 .160 .160 .000 .361

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p20

Pearson

Correlation .216 .216 .216 .216 .216 .216 .327 .327 .216 .216 .327 .327 .140 1.000 ** Sig.

(2-tailed)

.361 .361 .361 .361 .361 .361 .160 .160 .361 .361 .160 .160 .556 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

pt

Pearson Correlation

.926** .926** .926** .926** .926** .926** .569** .569** .926** .926** .569** .569** .784** .508* . Sig.

(2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .009 .009 .000 .000 .009 .009 .000 .022

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(10)

(11)

(12)

DATA INDUK

Nama Jenis Kelamin

Umur Tekanan darah Skor total Kategori nyeri kepala

Merdeka perempuan >70 tahun hipertensi 13 Ya Sidarta laki-laki 60-70

tahun

hipertensi 7 Tidak

Syahrum laki-laki 60-70 tahun

hipertensi 11 Ya

Rifda perempuan 60-70 tahun

hipertensi 11 Ya

Fitriani perempuan >70 tahun hipertensi 15 Ya Abdul laki-laki 60-70

tahun

hipertensi 5 Tidak

Syahriana perempuan 60-70 tahun

hipertensi 6 Tidak

Rahmat laki-laki 60-70 tahun

prehipertensi 3 Tidak Senain perempuan >70 tahun hipertensi 12 Ya Fadli laki-laki 60-70

tahun

hipertensi 12 Ya

Atin perempuan >70 tahun hipertensi 14 Ya Franseiska perempuan 60-70

tahun

hipertensi 4 Tidak

Suzywati perempuan >70 tahun hipertensi 12 Ya Lyani perempuan >70 tahun hipertensi 13 Ya Sitepu laki-laki 60-70

tahun

hipertensi 5 Tidak

Kacaribu laki-laki 60-70 tahun

hipertensi 14 Ya

Gurusinga laki-laki 60-70 tahun

hipertensi 16 Ya

Yusrina perempuan 60-70 tahun

prehipertensi 6 Tidak Kadir laki-laki 60-70

tahun

prehipertensi 11 Ya Siregar laki-laki >70 tahun hipertensi 16 Ya Jahe laki-laki 60-70

tahun

prehipertensi 11 Ya Tiara perempuan >70 tahun prehipertensi 11 Ya Relasi perempuan 60-70

tahun

prehipertensi 7 Tidak Hulu laki-laki 60-70 prehipertensi 4 Tidak


(13)

tahun Irawain laki-laki 60-70 tahun

hipertensi 5 Tidak

Susanti perempuan >70 tahun hipertensi 14 Ya Apsah perempuan >70 tahun hipertensi 16 Ya Marike perempuan >70 tahun prehipertensi 11 Ya Hafzi laki-laki 60-70

tahun

prehipertensi 5 Tidak Mahyuni perempuan 60-70

tahun

hipertensi 6 Tidak

Riska perempuan 60-70 tahun

hipertensi 13 Ya

Hari laki-laki >70 tahun hipertensi 11 Ya Masi laki-laki >70 tahun hipertensi 11 Ya Gina perempuan 60-70

tahun

prehipertensi 4 Tidak Raisa perempuan >70 tahun hipertensi 13 Ya Dian perempuan >70 tahun hipertensi 12 Ya Nanda laki-laki 60-70

tahun

hipertensi 12 Ya

Petra laki-laki 60-70 tahun

hipertensi 5 Tidak

Putri perempuan 60-70 tahun

hipertensi 6 Tidak

Ulina laki-laki >70 tahun hipertensi 14 Ya Hafni laki-laki >70 tahun hipertensi 12 Ya Dedek laki-laki 60-70

tahun


(14)

(15)

(16)

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Albert Yeung, 2003. What is the Connection Between Hypertension, Headache and Migraine. Canadian Hypertension Society. Buletin No.87.

Astawan, 2006. Cegah Hipertensi Dengan Pola Makan. Available from:

[Accessed 28 April 2013]

British Hypertension Society, 2004.Guidelines for Management of Hypertension: Report ol’ the Fourth Working Party lor the British Hypertension Society. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. 2003. “Seventh report of the Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation & Treatment of High Blood Pressure”, Hypertension 4216.

David A. Greenberg. Michael J Aminoff, Roger P. Simon, 2002. Clinical Neurology 5th edition.Mc Graw-Hill/ Appleton & Lang.

Dorland’s Pocket Medical Dictionary, 1962. USA: W. B. Saunders Company.

Elizabeth J. Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3), Penerbit EGC. Hasan Sjahrir, 2004. USU press Publishing & Printing, Bab1, Hal 1,2,9-17.

Jamal S., 2004. Deskripsi Penyakit Sistem Sirkulasi: Penyebab Kematian utama di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran 2004.

JoannaK, 2010.Headache Hypertension Symptoms. Available from:

[Accesssed 3 Mei 2013]

Katzung, Bertram G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC. FKUI, 2007. Edisi 5, Jakarta, Balai penerbit FKUI.

Liman T, Siebert E, Enders M, 2010.US National Library of Medicine National

Institute of Health. Available from:http://

Lindsay, Kenneth W,dkk. 2004. Headache. Neurology and Neurosurgery Illustrated. London: Churchill Livingstone.


(18)

Stovner LJ, Hagen K, Jensen R, et al. 2007.The Global Burden of Headache Prevalence and Disability Worldwide, Cephalalgia 2007.

Sjahrir H., 2003. Insidens jenis penyakit pasien yang berobat jalan dipraktek klinik saraf Klinik Spesialis Bunda tahun 2003.

Sjahrir H., 2004. Profil Nyeri Kepala di Medan. Pokdi Nyeri Kepala Perdossi cabang Medan 2004.

The International Classification of Headache Disorders, 2004. 2nd edition. Cephalalgia 2004.


(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ialah rangkaian variabel-variabel yang tersusun dalam suatu bagian yang menjelaskan hubungan masing-masing sesuai tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

VARIABEL INDEPENDAN VARIABEL DEPENDAN

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan nyeri kepala dan tekanan darah pada lansia di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan.

a. Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan pengertian variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data.


(20)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Cara ukur

Hasil ukur Skala Hubungan Kaitan antara

peningkatan dan penurunan tekanan darah dengan nyeri kepala Nyeri kepala Rasa nyeri atau rasa tidak mengenak -kan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala.

Kuesioner Wawan -cara Tidak ada nyeri kepala: 0-10 Mengalami nyeri kepala: 11-20 Ordinal Tekanan darah Tekanan darah menuju kepada tekanan yang dialami oleh darah pada pembuluh arteri darah saat darah di pompa oleh jantung dan pasokan darah di sebar luaskan ke seluruh bagian anggota tubuh Stetoskop dan tensimeter Secara manual meng -gunakan tensimeter dan stetoskop Prehiper -tensi: 120-139 / 80-89 mmHg Hipertensi: >140 / 90 mmHg


(21)

manusia. Lansia Lansia adalah

semua pasien lanjut usia lebih dari 60 tahun yang datang ke Poliklinik

Neurologi

RSUP Haji Adam Malik dari bulan September

2013. 3.2 Hipotesa


(22)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Disebut studi deskriptif karena ingin melihat karakteristik lansia yang menderita hipertensi. Disebut studi analitik karena ingin menganalisa hubungan antara nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Disebut desain Cross Sectional adalah karena variabel independan (tekanan darah pada lansia) dan variabel dependan (nyeri kepala) diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan kuesioner. Ini dilaksanakan dari dari bulan April hingga Juni 2013. Tahap pelaksanaan akan dilakukan pada bulan September hingga Desember 2013. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui penyebaran kuesioner, mengumpul jawaban, mengolah data, menginterprestasi hasil dan menyimpulkan hasil penelitian. Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi, penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis ilmiah pada akhir bulan Desember.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Neurologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan.


(23)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita Hipertensi yang mengunjungi Poliklinik Neurologi pada bulan September hingga Desember 2013.

4.3.2Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi yang dirawat jalan di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Jumlah sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Snedeco dan Cochran :-

n = Z

α

2.P.Q d2

n = jumlah sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu

P = Perkiraan proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (43%) Q = (1-P)

d = Tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki atau kesalahan absolut (15%)

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

n =

(1,96)2 X (0,43) X 0,57 (0,15)2

n =

41.85 digenapkan 42 orang

Hasil perhitungan rumus di atas didapatkan jumlah sampel yang akan diteliti adalah 42 orang.


(24)

Sampel penelitian ini dipilih menggunakan kriteria inklusi atau penerimaan sebagai berikut:-

a) Lansia yang berumur lebih dari 60 tahun b) Lansia yang menderita hipertensi

c) Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik d) Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria eksklusi sebagai berikut:-

a) Pasien yang tidak bersedia untuk mengikuti penelitian

b) Pasien yang menderita penyakit lain yang mendasari nyeri kepala seperti tumor otak atau trauma kepala

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, adalah secara acak atau random yang disebut dengan random sampling, dengan menggunakan pengambilan sampel secara Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi, yaitu populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu dengan metode pemberian kuesioner pada lansia yang menderita hipertensi. Data sekunder dari data tentang keadaan umum RSUP Haji Adam Malik melalui proses survei.

Langkah-langkah yang peneliti akan lakukan dalam proses pengumpulan data antara lain:

1. Setelah mendapat ijin dari RSUP Haji Adam Malik, peneliti akan melakukan survei responden yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.


(25)

3. Peneliti akan melakukan pendekatan serta meminta persetujuan pada calon responden yakni lansia dengan cara menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan.

4. Setelah responden setuju, peneliti akan memberikan kuesioner kepada lansia.

5. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya.

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan reliabel. Oleh karena itu, kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini akan diuji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas dilakukan dengan metode Pearson. Uji Reliabilitas adalah metode Cronbach’s Alpha, dan dilakukan setelah uji validitas selesai. Uji validitas dan reliabilitas ini dianalisa menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

No Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

1 0.926 Valid 0.765 Reliabel

2 0.926 Valid Reliabel

3 0.926 Valid Reliabel

4 0.926 Valid Reliabel

5 6 7 8 9 10 0.926 0.926 0.569 0.569 0.926 0.926 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(26)

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.569 0.569 0.784 0.508 0.926 0.926 0.508 0.508 0.926 0.508 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengalaman nyeri kepala yang pernah dialami. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian A tentang data demografi meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan tekanan darah. Bagian B daftar pertanyaan tentang pengalaman nyeri kepala yang pernah dialami oleh lansia.

Tehnik-tehnik pengolahan data yang digunakan : 1) Editing

Meneliti kembali kelengkapan isi lembar kuesioner. Biasanya dilakukan pada tempat pengambilan data, sehingga mempermudah dalam melengkapi data bila terjadi kekurangan.

2) Coding

Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan kedalam lembar tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.


(27)

3) Tabulating

Berupa bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom, yang digunakan untuk memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau penelitian sehingga mudah dibaca dan mengerti. 4) Skoring

Melakukan pemberian skor pada item. 5) Analisa data

• Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi frekuensi berdasarkan persentase untuk masing-masing variable yaitu variable tekanan darah yang meliputi hubungan nyeri kepala dan tekanan darah.

• Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel independen dengan dependan, kemudian dilihat hubungan antara kedua variabel dengan uji statistika menggunakan uji Chi Square dengan ketentuan jika nilai expected value kurang dari 5 untuk table 2 × 2 digunakan uji Pearson Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).


(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh sampel penelitian tanpa dibawa pulang. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga didapat hasil penelitian seperti dipaparkan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H.Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H.Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H.Adam Malik Medan memiliki instalasi rawat jalan dan rawat inap untuk bagian neurologi, khususnya bagian sefalgia. Instalasi tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.


(29)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin, umur dan klasifikasi tekanan darah. Setiap karakteristik ditampilkan dalam bentuk tabel yang dipaparkan berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-Laki 21 50

Perempuan 21 50

Total 42 100

Pada tabel 5.1, jumlah responden laki-laki dan jumlah responden perempuan adalah jumlah yang sama yaitu sebanyak 21 orang (50%) masing-masing.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah %

60-70 tahun 25 59.5

> 70 tahun 17 40.5

Total 42 100

Pada tabel 5.2, mayoritas responden berumur antara 60-70 tahun yaitu sebanyak 25 orang (59.5%) sedangkan jumlah responden yang berumur >70 tahun adalah sebanyak 17 orang (40.5%).

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah

Tekanan darah Jumlah %

Prehipertensi 10 23.8

Hipertensi 32 76.2


(30)

Pada tabel 5.3, mayoritas responden menderita penyakit hipertensi yaitu sebanyak 32 orang (76.2%) sedangkan jumlah responden yang menderita penyakit prehipertensi adalah sebanyak 10 orang (23.8%).

Tabel 5.4. Distribusi Nyeri Kepala pada Responden

Nyeri kepala Jumlah %

Ya 26 61.9

Tidak 16 38.1

Total 42 100

Pada tabel 5.4, mayoritas responden menderita nyeri kepala yaitu sebanyak 26 orang (61.9%) sedangkan jumlah responden yang tidak menderita nyeri kepala adalah sebanyak 16 orang (38.1%).

5.1.3 Analisis Data

Tabel 5.5. Distribusi nyeri kepala berdasarkan jenis kelamin pada responden

Jenis Kelamin Nyeri Kepala Total Nilai Sig

Ya Tidak

f % f % f %

Laki-laki 12 46,2 9 56,2 21 50 0,525

Perempuan 14 53,8 7 43,8 21 50

Jumlah 26 100 16 100 42 100

(p=0,525; α=0,05)

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden perempuan yang paling banyak menderita nyeri kepala yaitu sejumlah 14 orang (53,8%), manakala responden laki-laki yang menderita nyeri kepala ialah sejumlah 12 orang (46,2%). Dari hasil uji chi square didapat nilai p adalah 0,525. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan nyeri kepala.


(31)

Tabel 5.6. Distribusi nyeri kepala berdasarkan umur pada responden

Umur Nyeri Kepala Total Nilai Sig

Ya Tidak

f % f % f %

60-70 tahun 9 34,6 16 100 25 59,5 0,000 >70 tahun 17 65,4 0 17 40,5

Jumlah 26 100 16 100 42 100

(p=0; α=0,05)

Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok umur >70 tahun yang paling banyak menderita nyeri kepala yaitu sejumlah 17 orang (65,4%), manakala kelompok umur 60-70 tahun yang menderita nyeri kepala ialah sejumlah 9 orang (34,6%). Dari hasil uji chi square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur dan nyeri kepala.

Tabel 5.7. Distribusi nyeri kepala berdasarkan tekanan darah pada responden

Tekanan Darah Nyeri Kepala Total Nilai Sig

Ya Tidak

f % f % f %

Prehipertensi 4 15,4 6 37,5 10 23,8 0,102 Hipertensi 22 84,6 10 62,5 32 76,2

Jumlah 26 100 16 100 42 100

(p=0,102; α=0,05)

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menderita penyakit hipertensi yang paling banyak menderita nyeri kepala yaitu sejumlah 22 orang (84,6%), manakala rata-rata responden yang menderita penyakit prehipertensi yang menderita nyeri kepala ialah sejumlah 4 orang(15,4%). Dari hasil uji chi square didapat nilai p adalah 0,102. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara tekanan darah dan nyeri kepala.


(32)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi nyeri kepala pada responden

Dari 42 orang responden, 61,9% responden yang menderita nyeri kepala, sedangkan 38,1% lainnya tidak menderita nyeri kepala. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya prevalensi nyeri kepala dalam kalangan masyarakat. Kemungkinan prevalensi nyeri kepala yang tinggi bisa disebabkan oleh faktor stress atau depresi yang dialami oleh lansia. Menurut penelitian Okumura (2010), mayoritas pasien yang berkunjung ke unit neurologi disebabkan didiagnosis nyeri kepala.

5.2.2. Hubungan nyeri kepala pada responden dengan jenis kelamin

Dari hasil penelitian, hanya 53,8 % responden perempuan yang menderita nyeri kepala, sedangkan selebihnya tidak menderita nyeri kepala dan sekitar 46,2 % responden laki-laki yang menderita nyeri kepala, sedangkan selebihnya tidak menderita nyeri kepala. Hal ini menunjukkan tingginya prevalensi perempuan yang menderita nyeri kepala dari pada perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Jensen (2010), yang menyatakan bahwa perbandingan laki-laki : perempuan, yaitu 4 : 5 dan masih tingginya prevalensi perempuan yang menderita nyeri kepala dibandingkan dengan laki-laki. Dan ada di dalam penelitian yang menyatakan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang menderita nyeri kepala yaitu 1 : 1,6. Sehingga hal ini menunjukkan masih tingginya prevalensi perempuan yang menderita nyeri kepala dari pada laki-laki (Okumura, 2010). Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara nyeri kepala dan jenis kelamin pada lansia (p=0,525; α=0,05).

5.2.3. Hubungan nyeri kepala pada responden dengan umur

Dari hasil penelitian, umur yang paling banyak menderita nyeri kepala adalah >70 tahun yang berkisar 65,4 % dan umur 60-70 tahun yang menderita nyeri kepala berkisar 34,6 %. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa yang paling banyak menderita nyeri kepala pada semua


(33)

pasien laki-laki dan perempuan adalah yang berusia antara 60-69 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin dan umur berbeda hubungan didalam prevalensi nyeri kepala (Okumura, 2009). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara nyeri kepala dengan umur (p=0; α=0,05).

5.2.4. Hubungan nyeri kepala pada responden dengan tekanan darah

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita penyakit hipertensi lebih banyak menderita nyeri kepala yaitu sekitar (84,6%) daripada penderita penyakit prehipertensi yang menderita nyeri kepala sekitar (15,4%). Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan angka kejadian nyeri kepala pada penderita penyakit hipertensi dan prehipertensi. Penderita penyakit hipertensi lebih banyak menderita nyeri kepala. Peningkatan tekanan darah memang sering menimbulkan sakit kepala. Gejala sakit kepala pada hipertensi biasanya menyerang bagian belakang kepala disertai rasa kaku atau berat pada tengkuk, sakit kepala jenis ini biasanya terjadi pada hipertensi tahap lanjut.

Menurut National Headache Foundation (NHF), yang menyatakan biasanya gejala penyakit hipertensi ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang sering kali menimbulkan gejala seperti sakit kepala, mimisan dan juga pusing. Pada penderita penyakit prehipertensi lebih sedikit menderita nyeri kepala. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Puspita (2010) yang menyatakan sebagian besar penderita prehipertensi tidak memberikan gejala atau symptom pada tingkat awal. Jika hipertensinya sudah mencapai tahap lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan nyeri kepala.

Dari analisis statistik menggunakan korelasi dari Pearson tidak ada hubungan yang bermakna antara nyeri kepala dengan tekanan darah (p=0,102; α=0,05). Hingga lapangan penelitian ini diselesaikan, belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini.


(34)

5.3. Keterbatasan Penelitian 5.3.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dengan 20 pertanyaan untuk menilai adakah responden menderita nyeri kepala atau tidak. Oleh sebab kuesioner yang digunakan oleh peneliti terdiri banyak pertanyaan, ini memungkinkan terjadi kejenuhan pada responden yaitu lansia yang mengisi kuesioner tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan pengisian kuesioner dengan jawaban yang tidak konsisten oleh responden penelitian ini.

5.3.2. Pengambilan Data

Pada saat pengambilan data banyak lansia yang datang ke Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik untuk pengobatan mengalami nyeri kepala yang parah sehingga peneliti tidak mengikutsertakan dalam penelitian ini. Selain itu, jadwal peneliti dengan jadwal di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik sehingga mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian ini lebih dari satu bulan.

5.3.3. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang kurang memberikan respon yang baik dalam penelitian ini disebabkan faktor usia dan kurang mengerti pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Hal ini menyebabkan terjadi uji korelasi yang tidak konsisten dalam penelitian ini.


(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan antara nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia.

2. Secara umum, lansia yang menderita nyeri kepala di Poli-Neurologi, RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013 adalah sebanyak 26 orang (61,9%).

3. Secara keseluruhan, karakteristik responden terbanyak yang menderita nyeri kepala adalah seperti berikut: perempuan (53,8%), kelompok umur >70 tahun (65,4%) dan menderita hipertensi (84,6%).

6.2. Saran

1. Diharapkan lansia dapat lebih prihatin terhadap hal-hal yang mengakibatkan terjadinya nyeri kepala dan perlu mengambil langkah-langkah untuk mengurangkan atau mencegah keluhan klinis ini tidak memberat lagi.

2. Diharapkan institusi rumah sakit atau petugas kesehatan dapat membantu dalam mengatasi nyeri kepala yang dialami oleh lansia. 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang faktor

lain yang mempengaruhi nyeri kepala pada lansia.

4. Waktu penelitian sebaiknya diperpanjang sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak.


(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Kepala 2.1.1. Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir,2008).

Dorland’s Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan flushing dan mata dan hidung yang berair.

Nyeri kepala juga diartikan sebagai nyeri yang timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang berawalan dari pain-sensitive structure (Victor, 2002).

2.1.2. Etiologi nyeri kepala

Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya yaitu nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini bisanya disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskuler, meningitis atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul disebabkan kejang, lumbal punksi dan karena hipertensi ensefalopati. Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intracranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipetegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease (Greenberg,2002).

Dalam buku Disease of the Nervous System, dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan oleh penyakit pada tulang cranium, neuritis dan neuralgia, iritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial.


(37)

Selain itu, cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala. Sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA (Obstructive Sleep Apnea); (Cermin Dunia Kedokteran, 2009).

2.1.3. Klassifikasi Nyeri Kepala

Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari Internasional Headache Society (IHS):

a. Nyeri kepala primer : 1. Migraine

2. Tension Type Headache

3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lain 4. Nyeri kepala primer lainnya

b. Nyeri kepala sekunder :

1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher

2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal

3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non-vaskuler intracranial 4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya 5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi

6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis

7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur facial atau kranial lainnya.

8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik

9. Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala lainnya

10.Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial

11.Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer 2.1.4. Skala Verbal Derajat Keparahan Nyeri Kepala

Skala verbal derajat keparahan nyeri kepala terutama intensitas dan kemampuan fungsional menurut IHS.


(38)

1= mild headache, dapat melakukan pekerjaan sehari-hari/aktivitas normal.

2= moderate headache, aktivitas terganggu tetapi tidak sampai menghalangi kegiatan aktivitas normal sehari-hari (tidak membutuhkan istirahat).

3= severe headache,tidak dapat melakukan/meneruskan aktivitas kerja normal sehari-hari (memerlukan istirahat tidur,kalau perlu rawat inap di rumah sakit).

2.1.5. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 1. Anamnesis khusus atau spesifik meliputi:

a. Lamanya Menderita Sakit.

Bersifat akut, subakut atau kronis. Nyeri kepala berat timbul mendadak untuk pertama kalinya, disertai gangguan kesadaran atau defisit neurologis lainnya maka akan memberi kecurigaan adanya perdarahan subarahnoid atau meningitis. Nyeri kepala sudah berlangsung lama, maka akan memberi kecurigaan adanya nyeri vaskuler, nyeri kepala tipe tegang, atau karena tumor otak.

b. Frekuensi Nyeri Kepala.

Untuk nyeri kepala yang berulang: nyeri kepala tipe klaster, migren, neuralgia trigeminus, nyeri kepala tipe tegang.

c. Lamanya serangan nyeri kepala.

Berapa jam sampai dengan berapa hari saat terjadi serangan nyeri kepala.

d. Lokasi nyeri kepala.

Bilateral atau Unilateral. Nyeri kepala muncul unilateral, maka memberi kecurigaan adanya migren (pada 2/3 kasus), nyeri kepala klaster, neuralgia trigeminal, nyeri kepala karena gangguan lokal di mata atau sinus paranasal, maupun pada neoplasma intracranial pada salah satu hemisfer serebral. Nyeri kepala muncul bilateral, maka memberi kecurigaan adanya migren (pada 1/3 kasus), hidrosefalus karena neoplasma intrakranial, atau nyeri kepala tipe tegang.


(39)

e. Kualitas nyeri.

Nyeri kepala berdenyut menunjukkan nyeri kepala vaskuler, misalnya pada migren, hipertensi, atau pada demam. Nyeri kepala konstan terdapat pada nyeri kepala tipe tegang. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk adalah pada neuralgia trigeminal.

f. Kuantitas nyeri kepala.

Nyeri kepala mempengaruhi kegiatan hidup sehari-hari pasien atau tidak.

g. Intensitas nyeri kepala.

Nyeri kepala diukur derajad ringan, sedang, beratnya nyeri.

h. Saat timbulnya nyeri kepala. Nyeri kepala klaster dapat timbul siang atau malam hari, dan sering membangunkan pasien pada 1-2 jam setelah tidur. Migren timbul saat bangun pagi atau membangunkan pasien pada dini hari.

i. Gejala yang mendahului.

Pada migren klasik, terdapat gejala prodromal berupa gangguan visus, gangguan lapang pandang, skotoma, atau gangguan neurologis lainnya seperti parestesi.

j. Faktor pencetus.

Area wajah yang diusap atau disentuh, berbicara, mengunyah, menelan, tiupan angina dapat cetuskan nyeri neuralgia trigeminal. Nyeri kepala tipe tegang dan migren dicetuskan oleh cahaya yang menyilaukan, suara keras, makanan tertentu seperti coklat, keju, dan jeruk.

k. Gejala yang menyertai.

Migren sering disertai anoreksia, muntah, dan fotofobia. Nyeri kepala klaster disertai gangguan vegetative ipsilateral seperti keluar air mata, lendir dari hidung, dan hidung tersumbat.

l. Faktor yang memperberat. Nyeri kepala vaskuler apapun sebabnya akan makin berat dengan goncangan, gerakan kepala mendadak, batuk, bersin, maupun mengejan.


(40)

m. Faktor yang memperingan.

Pasien migren cenderung mematikan lampu dan berada di ruang yang tenang. Pasien nyeri kepala klaster justru gelisah dengan berjalan berkeliling ruangan.

1. Anamnesis umum, meliputi :

a. Kesehatan umum pasien, yaitu tingkat kesadaran pasien, dan status gizi.

b. Tinjauan sistemik, yaitu adakah kelainan di setiap system tubuh yang dapat menyebabkan nyeri keluhan kepala misalnya dari bidang mata, gigi, telinga, hidung, maupun tenggorok.

c. Riwayat penyakit dahulu, yaitu riwayat trauma kepala, riwayat muntah dan mabuk perjalanan yang mendasari migren.

d. Riwayat keluarga, yaitu pada migren dan nyeri kepala tipe tegang biasanya didapatkan juga pada keluarga pasien.

e. Latar belakang pasien berupa:

i) Pekerjaan yaitu adakah kontak dengan zat-zat kimia toksik yang dapat menyebabkan nyeri kepala.

ii) Masalah pribadi atau keluarga yang menjadi stressor pada pasien. iii)Kebiasaan pasien yaitu adakah pasien tidak tahan terhadap

makanan tertentu yang dapat menyebabkan nyeri kepala.

iv)Emosi yaitu adakah keadaan depresi pada pasien dan keadaan apa yang mendasari depresi tersebut.

2. Pemeriksaan fisik neurologis dalam menegakkan diagnosa nyeri kepala meliputi:

a. Pemeriksaan mata yaitu ukuran pupil, bentuknya, dan reaksinya terhadap cahaya, pemeriksaan visus dan lapang pandang penglihatan, serta pemeriksaan gerakan bola mata.

b. Pemeriksaan funduskopi untuk menentukan oedema pada papil nervus optikus atau atrofi papil nervus optikus et causa papil oedema tahap lanjut.


(41)

c. Pemeriksaan saraf kranialis yang lain.

d. Pemeriksaan motorik yaitu gerak, kekuatan, tonus, trofi, reflex fisiologis, reflex patologis, klonus.

e. Pemeriksaan sensibilitas

3. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah :

a. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik sebagai penyebab nyeri kepala.

b. Specimen CSS bila ada indikasi kecurigaan perdarahan subarahnoid atau infeksi susunan saraf pusat.

c. Electroencephalography (EEG) dengan indikasi berupa : i) Adanya kecurigaan neoplasma intrakranial.

ii) Adanyan nyeri kepala pada satu sisi yang menetap disertai kelainan visual, motorik, atau sensibilitas atau sensibilitas sisi kontralateral.

iii)Adanya defek lapang pandang, defisit motorik, atau sensibilitas yang menetap.

iv)Adanya serangan migren disertai sinkope.

v) Adanya perubahan intensitas, lamanya dan sifat nyeri kepala. 4. Pemeriksaan radiologik berupa :

a. Rontgen polos kepala dengan indikasi bila nyeri kepala tidak termasuk nyeri kepala seperti neoplasma intrakranial, hidrosefalus, perdarahan intrakranial.

b. Rontgen vertebrae servikal dengan indikasi bila ada nyeri oksipital atau suboksipital yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tipe tegang.

c. Arteriografi dengan indikasi bila ada kecurigaan aneurisme, angioma, atau perdarahan pada proses desak ruang.

d. CT scan kepala dengan indikasi bila ada kecurigaan gangguan struktural otak seperti neoplasma, perdarahan intrakranial, dan lain-lain.


(42)

2.1.6. Penatalaksanaan

Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyeri kepala sangat berat dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin). Bila perlu dapat diberikan intravena dengan dosis 1mg dihidroergotaminmetan sulfat atau ergotamine 0,5 mg. Preparat Cafergot (mengandung kafein 100 mg dan 1 mg ergotamine) diberikan 2 tablet pada saat timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.

Pada pasien yang terlalu sering mengalami serangan dapat diberikan preparat Bellergal (ergot 0,5 mg; atropine 0,3 mg; dan fenobarbital 15 mg) diberikan 2-3 kali sehari selama beberapa minggu. Bagi mereka yang refrakter dapat ditambahkan pemberian ACTH (40u/hari) atau prednisone (1mg/KgBB/hari) selama 3-4 minggu.

Preparat penyekat beta, seperti propanolol dan timolol dilaporkan dapat mencegah timbulnya serangan migren karena mempunyai efek mencegah vasodilatasi kranial. Tetapi penyekat beta lainnya seperti pindolol, praktolol, dan aprenolol tidak mempunyai efek terapeutik untuk migraine, sehingga mekanisme kerjanya disangka bukan semata-mata penyekat beta sahaja Preparat yang efektif adalah penyekat beta yang tidak memiliki efek ISA (Intrinsic Sympathomimetic Activity).

Cluster headache umumnya membaik dengan pemberian preparat ergot. Untuk varian cluster headache umumnya membaik dengan indometasin. Tension- typeheadache dapat diterapi dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapat digunakan sebagai pencegahan timbulnya serangan.

Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan, dan durasi sakit kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hari atau lebih dalam sebulan/jika pengobatan di atas tidak efektif. Terapi ini harus digunakan setiap hari. Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker, botox, kalsium channel blokers, dopamine reuptake inhibitors, SSRIs, serotonin atau dopamine spesifik, dan TCA.


(43)

2.2. Tekanan darah

2.2.1. Definisi tekanan darah

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah mirip dengan tekanan dari air (darah) di dalam pipa air (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari keran (jantung) makin besar tekanan dari air terhadap dinding pipa. Jika pipa tertekuk atau mengecil diameternya (seperti pada atherosklerosis), maka tekanan akan sangat meningkat.

Pada umumnya tekanan darah bergantung pada beberapa faktor berikut : a. Banyaknya darah yang dialirkan

b. Banyaknya darah yang ada di perifer c. Elastisitas pembuluh darah

d. Kepekatan darah (viskositas) e. Tekanan darah di perifer

Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari, sesuai dengan situasi. Tekanan darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas, atau sewaktu melakukan aktivitas fisik. Setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali menjadi normal. Apabila tekanan darah tetap tinggi, maka disebut sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Sesuai dengan kebiasaan yang dikerjakan di praktek klinik dan laboratorium, maka tekanan darah diukur dengan manometer air raksa dalam satuan millimeter air raksa atau mmHg. Pengukuran tekanan darah menggunakan alat yang disebut sfignomanometer. Manset dari sfignomanometer diletakkan di atas arteri brakialis. Stetoskop juga digunakan untuk mendengar denyut. Tekanan dinaikkan hingga tidak terdengar denyut lagi. Hal ini terjadi karena tekanan manset melebihi tekanan darah sehingga arteri terjepit dan tidak ada darah yang mengalir di dalamnya. Kemudian, secara perlahan-lahan tekanan manset dikurangi sehingga terdengar bunyi “dup” pertama (Korotkoff I). Denyut pertama ini menggambarkan tekanan darah sistolik dan pada saat ini pembuluh darah yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai mengalirkan darah kembali.Denyutan


(44)

terdengar disebabkan penyempitan pembuluh darah mengakibatkan aliran laminar/ turbulen dari darah yang perlahan memasuki pembuluh darah. Ketika tekanan manset terus diturunkan secara perlahan, bunyi denyut juga akan terdengar menurun sehingga akhirnya menghilang. Bunyi denyut terakhir menggambarkan tekanan darah diastolik (Korotkoff V). Bunyi denyut akhirnya menghilang karena tekanan manset telah turun di bawah tekanan pembuluh darah sehingga tidak ada tahanan lagi. Tekanan darah ini sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.

Tekanan normal darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik yang berkisar antara 95 sampai dengan 140 mmHg, dan tekanan ini dapat meningkat dengan bertambahnya usia. Di lain pihak tekanan diastolik berkisar antara 60 sampai dengan 90 mmHg. Walaupun demikian tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua tekanan tersebut merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri secara terus-menerus tiada henti-hentinya.

Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah hipertensi, sedangkan hipotensi sering kali dihubungkan dengan kasus syok.

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on detection, education, and treatment of high blood pressure (JNC VII), hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg (Rahmawati, 2006).


(45)

2.2.2. Klasifikasi tekanan darah

Table 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII Klasifikasi tekanan

darah

Tekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolic (mmHg)

Normal > 120 dan < 80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99 Hipertensi tahap 2 > 160 atau >100 Sumber : WHO Regional 2005

2.2.3. Faktor resiko

Para ahli membagi dua kelompok faktor resiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. 1. Faktor yang tidak dapat dikontrol

a. Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi essensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga.Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.

b. Jenis Kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut


(46)

berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

c. Usia

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause). Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekad ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekad kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. 2. Faktor yang dapat dikontrol

a. Kegemukan (obesitas)

Berat badan berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebihan dari tubuh tersebut. Penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.


(47)

b. Konsumsi garam berlebihan

Natrium bersama klorida dalam garam dapur sebenarnya membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium dalam jumlah berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu natrium yang berlebihan akan menggumpal di dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Kotoran tersebut akan menyumbat pembuluh darah. WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 6 gram atau satu sendok teh) perhari.

c. Kurang olahraga

Olahraga seperti bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang olahraga cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.

d. Merokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.

e. Konsumsi alkohol

Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis catecholamines yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikkan tekanan darah (Suheni, 2007).

2.2.4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini


(48)

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Dekker, 1996).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),


(49)

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2001).

2.2.5. Gejala klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema pupil.

Menurut Corwin (2001) bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, telinga berdengung dan mata berkunang-kunang (Wiryowidagdo,2002).

2.2.6. Diagnosa

Hipertensi biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik umum check up, atau kunjungan ke dokter untuk beberapa keluhan lain kadang-kadang seseorang mungkin didiagnosis mengalami stroke atau serangan jantung dan kemudian ditemukan memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah diukur adalah dengan menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer, yang memiliki manset karet yang dibungkus di sekitar lengan atas dan ditiup dengan udara melalui bola karet yang berulang kali diperas. Ketika tekanan dalam manset mendapat cukup tinggi, itu memotong aliran darah pada arteri utama dari lengan atas - udara ini kemudian perlahan-lahan dilepaskan dari manset melalui katup dan sebagai tekanan dalam manset turun suara darah mengalir deras melalui arteri didengar melalui stetoskop


(50)

ditempatkan di atas arteri. Tekanan di mana pertama kali mendengar suara seperti manset dilepaskan adalah tekanan sistolik dan tekanan di mana suara terakhir adalah mendengar seperti darah kembali ke alirannya diam, tanpa hambatan adalah tekanan diastolik. Otomatis alat ukur elektronik melakukan hal yang sama tetapi lebih akurat, lebih mudah digunakan, dan dapat digunakan oleh pasien untuk pemantauan tekanan darah di rumah.

Pemeriksaan Laboratorium :

- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

- Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

- CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, ensefalopati.

- EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

- IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.

- Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

2.2.7. Penatalaksanaan

Menurut Ganiswarna (2007), penatalaksanaan penyakit hipertensi ini memerlukan terapi dalam pengobatannya. Tujuan terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan darah sitolik di bawah 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Menurut Katzung & Bertram (2007), ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi. Terapi yang diberikan pada penderita hipertensi yaitu terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis.


(51)

Manajemen pengobatan hipertensi berdasarkan klasifikasi hipertensi. Individu dengan tekanan darah normal cukup dianjurkan melakukan perubahan gaya hidup, sedangkan pada penderita hipertensi grade I obat antihipertensi diberikan bila dalam pemantauan selama 3 bulan, tekanan darah tetap tinggi setelah melakukan modifikasi gaya hidup. Pada hipertensi grade I dapat diberikan monoterapi (1 macam obat) dulu golongan diuretik, penyekat ACEIs (Angiotensin Converting Enzymes), penyekat beta (beta blockers), penyekat reseptor Angiotensin dan penyekat Calsium Channel Bloker atau dimungkinkan kombinasi obat (Hakim, 2006). Penderita hipertensi grade II, sangat dianjurkan untuk memberikan terapi kombinasi karena berdasarkan suatu penelitian hampir jarang mencapai tekanan darah diinginkan dengan menggunakan monoterapi. Sebagian besar tekanan darah baru mencapai tahap yang diinginkan dengan kombinasi 2-4 macam kombinasi obat (Hakim, 2006). b. Terapi nonfarmakologis

Terapi ini meliputi perubahan gaya hidup yang merupakan kunci utama dalam pengendalian penyakit hipertensi. Terapi yang menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang dan melakukan modifikasi gaya hidup yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi kinerja obat-obat antihipertensi dan mengurangi resiko terserang penyakit kardiovaskuler (Chobanian et al., 2003). Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah meliputi: mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk, perencanaan pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang kaya akan potassium dan kalsium, diet rendah natrium, mengkonsumsi alkohol seperlunya, olahraga aerobik secara teratur minimal 30 menit/hari seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, menghentikan rokok, mempelajari cara mengendalikan diri/ stres seperti melalui relaksasi atau yoga (Ayu, 2008).

Menurut Astawan (2002), adapun cakupan modifikasi gaya hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain mengurangi stres, olahraga, dan istirahat.


(52)

2.3. Hubungan Nyeri Kepala dengan Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah.Tekanan darah tinggi pada lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah.

Menurut Puspita (2002), tekanan darah tinggi tidak memberikan gejala atau symptom pada tingkat awal. Kebanyakkan orang menganggap bahwa nyeri kepala terutama pada pagi hari merupakan gejala dari tekanan darah tinggi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Tekanan darah tinggi yang sudah mencapai tahap lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan nyeri kepala.

Menurut National Headache Foundation (NHF), tekanan darah tinggi dapat menyebabkan sakit kepala sesekali, tetapi secara umum tidak menghasilkan sakit kepala berulang. Namun, berulang atau memburuk sakit kepala sering membuat dokter menduga tekanan darah tinggi. Menariknya, beberapa obat tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan sakit kepala. NHF menggambarkan sakit kepala hipertensi sebagai penyebab umum atau sakit tipe "hairband". Sakit kepala tipe ini paling parah pada pagi hari dan berkurang serta menghilang menjelang hari.

The Mayo Clinic melaporkan bahwa sakit kepala karena tegang, jenis yang paling umum dari sakit kepala, menyebabkan nyeri ringan sampai nyeri sedang yang terasa seperti tekanan atau berdenyut. Sakit kepala ini mempengaruhi bagian depan, atas atau sisi kepala, mulai secara bertahap dan sering terjadi pada tengah hari. Hal ini juga diketahui bahwa situasi stres dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, banyak orang dengan tekanan darah tinggi kemungkinan besar akan memiliki sakit kepala ketegangan pada beberapa titik dalam hidup mereka.


(53)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Nyeri kepala merupakan keluhan yang banyak dihadapi oleh dokter umum maupun dokter spesialis saraf. Di Barat disebutkan bahwa nyeri kepala juga

merupakan masalah yang sering dihadapi pada primary care practice dan

termasuk 10 kondisi yang tersering dijumpai (Baldor A. Update on Headache, 2004). Nyeri kepala adalah suatu istilah sinonim yang paling tepat bagi istilah kedokteran sefalgia, dimana pada orang awam sering disebut sebagai istilah sakit kepala. Nyeri kepala didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai kedaerah belakang kepala (area oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Hasan Sjahrir,2004).

Nyeri kepala dapat bervariasi dari bentuk yang episodik, yang relative

benigne, sampai kebentuk kronik, mengganggu kegiatan, dan kadang-kadang

merupakan petunjuk adanya penyakit yang berat yang mendasarinya.Berdasarkan

hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 (lima) rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : migren tanpaaura 10%, migren dengan aura 1,8%, episodik tension type headache 31%, chronic tension type headache (ctth) 24%, cluster headache 0.5%, mixed headache 14% (Sjahrir, 2004). Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46%, 11% migren, 42% tensiontype headache dan 3% untuk chronic daily headache (Stovnerdkk 2007).

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung kejaringan.Tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80mmHg untuk tekanan diastolik. Pada lansia, tekanan darah meningkat secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20 tahun.


(54)

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Menurut WHO, lanjut usia (elderly), adalah antara 60 sampai 74 tahun.

Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Peningkatan tersebut diikuti dengan perubahan gaya hidup yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti keluhan sakit kepala

akibat tekanan darah tinggi atau stroke ringan. Beberapa penelitian telah

dilakukan tentang hubungan nyeri kepala dengan tekanan darah, tetapi semua penelitian ini tidak menunjukkan hasil penelitiannya terhadap lansia . Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan penelitian hubungan nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia di Poliklinik Neurologi di R.S.U.P Haji Adam Malik, Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan permasalahan penelitian, apakah ada tidaknya hubungan nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan nyeri kepala dengan tekanan darah pada lansia di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik lansia yang menderita nyeri kepala.


(55)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dalam pengukuran derajat nyeri kepala yang benar dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien terutama lansia.

2. Pasien

Memberi informasi tentang prevalensi nyeri kepala dan membantu upaya tindakan mengurangi faktor pencetus nyeri kepala.

3. Institusi Pendidikan

Memberi masukan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.


(56)

ABSTRAK

Nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang cukup banyak dijumpai dewasa ini. Tingginya angka kejadian nyeri kepala pada lansia saat ini, tidak hanya disebabkan trauma atau penyakit pada tulang kranium. Faktor risiko lain terjadinya nyeri kepala adalah tekanan darah. Peningkatan terjadinya nyeri kepala juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah pada lansia di Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik, Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Subjek penelitian ini adalah 42 orang lansia yang dirawat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik, Medan selama bulan September tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menjawab pertanyaan pada lembaran kuesioner yang diberikan pada responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi dan mengalami nyeri kepala adalah sejumlah 22 orang (84,6%), sedangkan responden yang menderita prehipertensi dan mengalami nyeri kepala pula sejumlah 4 orang (15,4%).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah pada lansia.


(57)

ABSTRACT

Headache is a common complaint found quite a lot these days. The high incidence of headache complaint in elderly recently is not only caused by trauma or other cranium bones related diseases. The other risk factor to the occurrence of headache is blood pressure. Increased incidence of headache is also influenced by age and gender. The objective of this study is to know the relationship between headache and blood pressure for elderly in RSUP H. Adam Malik, Medan.

The method used for this research is descriptive analytical study using cross-sectional design. The subjects of this study are 42 elderly who were undergoing ambulatory therapy in Neurology Polyclinic, RSUP H. Adam Malik, Medan year 2013 on September. Data were collected through interview referring to the questionnaire.

The result shows that respondents who are hypertension patients and experiences headache are 22 people (84,6%), while respondents who are prehypertension patients and experiences headache are 4 people (15,4%).

The results of this study can be concluded that there is no relationship between headache and blood pressure for elderly.


(58)

HUBUNGAN NYERI KEPALA DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK,

MEDAN

OLEH:

SHAMMANI SUFRAMANYAM 100100311

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(59)

HUBUNGAN NYERI KEPALA DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP HAJI ADAM MALIK,

MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SHAMMANI SUFRAMANYAM 100100311

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(60)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan

Nama : Shammani Suframanyam NIM : 100100311

Pembimbing, Penguji I,

dr. Cut Aria Arina, SpS dr. Anggia Chairuddin Lubis,SpJP

Penguji II,

NIP: 19771020 200212 2001

dr. RR. Sinta Irina, Sp An

Medan, 9 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Unversitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) (NIP: 19540220 198011 1001)


(61)

ABSTRAK

Nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang cukup banyak dijumpai dewasa ini. Tingginya angka kejadian nyeri kepala pada lansia saat ini, tidak hanya disebabkan trauma atau penyakit pada tulang kranium. Faktor risiko lain terjadinya nyeri kepala adalah tekanan darah. Peningkatan terjadinya nyeri kepala juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah pada lansia di Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik, Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Subjek penelitian ini adalah 42 orang lansia yang dirawat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik, Medan selama bulan September tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menjawab pertanyaan pada lembaran kuesioner yang diberikan pada responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi dan mengalami nyeri kepala adalah sejumlah 22 orang (84,6%), sedangkan responden yang menderita prehipertensi dan mengalami nyeri kepala pula sejumlah 4 orang (15,4%).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah pada lansia.


(62)

ABSTRACT

Headache is a common complaint found quite a lot these days. The high incidence of headache complaint in elderly recently is not only caused by trauma or other cranium bones related diseases. The other risk factor to the occurrence of headache is blood pressure. Increased incidence of headache is also influenced by age and gender. The objective of this study is to know the relationship between headache and blood pressure for elderly in RSUP H. Adam Malik, Medan.

The method used for this research is descriptive analytical study using cross-sectional design. The subjects of this study are 42 elderly who were undergoing ambulatory therapy in Neurology Polyclinic, RSUP H. Adam Malik, Medan year 2013 on September. Data were collected through interview referring to the questionnaire.

The result shows that respondents who are hypertension patients and experiences headache are 22 people (84,6%), while respondents who are prehypertension patients and experiences headache are 4 people (15,4%).

The results of this study can be concluded that there is no relationship between headache and blood pressure for elderly.


(63)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan”.

Proses penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Cut Aria Arina, Sp.S selaku Dosen Pembimbing semasa laporan penelitian yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua tercinta serta keluarga penulis yang memberi sokongan dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Rekan-rekan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, stambuk 2010 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini,penulis mengucapkan terima kasih dan tanpa anda, laporan hasil penelitian ini tidak mungkin dapat disiapkan.

Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 9 Desember 2013 Penulis

Shammani Suframanyam NIM: 100100311


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan”.

Proses penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Cut Aria Arina, Sp.S selaku Dosen Pembimbing semasa laporan penelitian yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua tercinta serta keluarga penulis yang memberi sokongan dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Rekan-rekan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, stambuk 2010 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini,penulis mengucapkan terima kasih dan tanpa anda, laporan hasil penelitian ini tidak mungkin dapat disiapkan.

Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 9 Desember 2013 Penulis

Shammani Suframanyam NIM: 100100311


(2)

DAFTAR ISI

Lembar Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Nyeri Kepala ... 4

2.1.1 Definisi Nyeri Kepala ... 4

2.1.2 Etiologi Nyeri Kepala ... 4

2.1.3 Klasifikasi Nyeri Kepala ... 5

2.1.4 Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang ... 6

2.1.5 Penatalaksanaan Nyeri Kepala ... 9

2.2 Tekanan Darah ... 10

2.2.1 Definisi Tekanan Darah ... 10

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah ... 12

2.2.3 Faktor resiko ... 13

2.2.4 Patofisiologi ... 15

2.2.5 Gejala Klinis ... 16

2.2.6 Diagnosa ... 17

2.2.7 Penatalaksanaan ... 18

2.3 Hubungan Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.1.1 Definisi Operasional ... 21

3.2Hipotesis ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis Penelitian ... 24


(3)

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 25

4.3.1 Populasi ... 25

4.3.2 Sampel ... 25

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 31

5.1.3 Analisa data ... 32

5.2 Pembahasan ... 34

5.2.1 Distribusi nyeri kepala pada responden ... 34

5.2.2 Hubungan nyeri kepala dengan jenis kelamin ... 34

5.2.3 Hubungan nyeri kepala dengan umur ... 34

5.2.4 Hubungan nyeri kepala dengan tekanan darah... 35

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 36

5.3.1 Instrumen Penelitian... 36

5.3.2 Pengambilan Data ... 36

5.3.3 Sampel Penelitian ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII 12 Tabel 3.1 Definisi Operasional 21 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 27 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 31 Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 31 Umur

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 31 Tekanan Darah

Tabel 5.4 Distribusi Nyeri Kepala Pada Responden 32 Tabel 5.5 Tabulasi silang antara nyeri kepala dan jenis 32 kelamin responden

Tabel 5.6 Tabulasi silang antara nyeri kepala dan umur 33 responden

Tabel 5.7 Tabulasi silang antara nyeri kepala dan tekanan 34 darah responden


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Riwayat Hidup Lampiran 2: Lembar Penjelasan Lampiran 3: Informed Consent Lampiran 4: Kuesioner

Lampiran 5: Lembar Ethical Clearance

Lampiran 6: Surat Izin Penelitian

Lampiran 7: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8: Master data