Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan.

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SISI TANGAN YANG

NORMAL DENGAN SISI TANGAN YANG LUMPUH

PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN RA4

RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM

MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Fadli Hardiansyah Hrp 091121039

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Tiada kata yang dapat diungkapkan penulis selain mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT Yang Maha Satu atas berkat dan rahmat-Nya, serta shalawat beriring salam saya haturkan kepada nabiku Nabi Muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan yang terindah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan”. Skripsi ini menjadi bukti betapa besar semangat penulis untuk memperoleh percikan pengetahuan, dan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, inspirasi, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata,M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, atas ijin penelitian.

2. Ibu Erniyati SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan yang telah memberi ijin penelitian.

3. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp,M.Kep,Sp.KMB,CWCC sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah memberikan bimbingan dan koreksinya dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS dan Ibu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp,MNS selaku dosen penguji dan pembimbing yang telah memberikan masukan-masuka n bagi skripsi ini.

5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, MPd sebagai Ketua Panitia Skripsi Jalur B yang telah mengurus judul skripsi kami, dan menyetujui judul penelitian penulis.

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan.

7. Kepala Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis, beserta staf Litbang yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Kepala Instalasi RA , dan kepala ruangan RA 4 RSUP Adam Malik, yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Kepada keluargaku tersayang ayahanda dan ibunda, adikku Hedi Hermawan yang telah memberikan dorongan semangat, kasih sayang, nasehat dan doa yang tiada putus dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada teman-teman seperjuangan jalur B stambuk 2009 yang senantiasa memberikan semangat dan memberikan bimbingan bagaimana mengolah data yang baik kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian saya.


(5)

12.Dan kepada semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT selalu memberikan berkat dan kasih sayang karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan pendidikan keperawatan.

Medan, Januari 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stroke... 6

1.1 Defenisi Stroke ... 6

1.2 Penyebab Stroke ... 6

1.3 Pembagian Stroke ... 8

1.4 Faktor Resiko ... 9

1.5 Manifestasi Klinis ... 10

2. Tekanan Darah ... 11

2.1 Fisiologi Tekanan Darah ... 12

2.1.1 Curah Jantung ... 12

2.1.2 Tahanan Perifer ... 13

2.1.3 Volume Darah ... 14

2.1.4 Viskositas ... 14

2.1.5 Elastisitas ... 14

2.2 Tekanan Darah Arteri ... 15

2.3 Tekanan Arteri Rata-rata ... 15

2.4 Tekanan Sistolik ... 16

2.5 Tekanan Diastolik ... 16

2.6 Tekanan Nadi ... 16

2.7 Tekanan Darah Vena ... 16

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 17

3. Pengaruh Posisi terhadap Tekanan Darah ... 19

3.1 Posisi Berdiri ... 20

3.2 Pengaruh Gerak Tubuh ... 21

3.3 Posisi Duduk ... 22

4. Kontraksi Otot... 22

4.1 Fisiologi Otot Lumpuh ... 23


(7)

4.3 Aliran Darah Melalui Otot Sewaktu Kerja Fisik ... 25

4.4 Kecepatan Aliran Darah Melalui Otot ... 25

5. Hubungan Stroke terhadap Tekanan Darah ... 26

5. Pengukuran Tekanan Darah ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konseptual ... 30

2. Defenisi Operasional ... 30

3. Hipotesis ... 31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 32

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

2.1Populasi Penelitian ... 32

2.2Sampel Penelitian ... 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

5. Instrumen Penelitian ... 35

6. Alat dan Bahan ... 36

7. Pengumpulan Data ... 36

8. Analisa Data ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 48

2. Rekomendasi ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan ... 53

2. Kuesioner Data Demografi ... 54

3. Instrumen Penelitian Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah ... 55

4. Prosedur Mengukur Tekanan Darah ... 56

5. Izin penelitian ... 59


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik Demografi

responden ... 39 Tabel 2 Hasil pengukuran tekanan sistolik pada sisi tangan yang

normal dengan sisi tangan yang lumpuh ... 40 Tabel 3 Hasil pengukuran tekanan diastolik pada sisi tangan normal

dengan sisi tangan yang lumpuh ... 41 Tabel 4 Perbedaan tekanan darah ... 42


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

Judul : Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan

Nama : Fadli Hardiansyah Hrp NIM : 091121039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak. Adanya kerusakan pada pembuluh darah otak menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan-pergerakan otot. Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yang dimulai tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2010. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 19 responden. Responden penelitian ini semua jenis stroke dengan hemiplegia salah satu sisi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua sisi tangan responden. Data dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan (Diastolik : F= 0.071, t = 1.059, p = 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh. Peneliti menyarankan penting melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan, karena pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Sebab kedua sisi tangan mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun apabila terjadi perbedaan kedua sisi, disarankan yang digunakan pada sisi tangan yang normal.


(11)

Judul : Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan

Nama : Fadli Hardiansyah Hrp NIM : 091121039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak. Adanya kerusakan pada pembuluh darah otak menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan-pergerakan otot. Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yang dimulai tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2010. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 19 responden. Responden penelitian ini semua jenis stroke dengan hemiplegia salah satu sisi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua sisi tangan responden. Data dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan (Diastolik : F= 0.071, t = 1.059, p = 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh. Peneliti menyarankan penting melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan, karena pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Sebab kedua sisi tangan mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun apabila terjadi perbedaan kedua sisi, disarankan yang digunakan pada sisi tangan yang normal.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stress (Yastroki,2009).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (TIA = transient ischaemia attack) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu (Eureka, 2009).

Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di Inggris sekitar 250.000 orang. Di Indonesia, stroke menyerang 35,8 % pasien usia


(13)

lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Public Health Corner Stroke, 2009). Menkes mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang dipublikasikan pada Desember 2008. Prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1.000 penduduk. Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan (Kompas, 2009).

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri (Rhezvolution Corner, 2009). Stroke juga menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumabat), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau sensori). Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari tempat kejadian yaitu trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) dan hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan peredaran ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) (Brunner dan Suddarth, 2002). Aliran darah berhubungan erat dengan tekanan darah, karena aliran darah juga disebut curah jantung yang merupakan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam satuan waktu tertentu (Guyton dan Hall, 1997). Tekanan darah


(14)

menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan.

Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis, dan/atau perilaku. Gejala paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami(tanpa gangguan pendengaran), kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian di satu sisi. Hampir 80 % pasien mengalami penurunan parsial dan kekuatan lengan atau tungkai di salah satu sisi tubuh (kelumpuhan parsial dan paralisis). Kemudian disusul 30 % mengalami cacat sendi dan kontraktur dalam tahun pertama setelah stroke (Valery Feigin, 2004).

Seorang pasien stroke mungkin mengalami kelumpuhan tangan, kaki, dan muka, semuanya pada salah satu sisi. Kelumpuhan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis, dan secara total menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang abnormal (Guyton & Hall, 1997). Berkurangnya suplai darah pada pasien stroke salah satunya diakibatkan oleh arteriosklerosis. Dinding pembuluh akan kehilangan


(15)

tidak dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah (Potrer & Perry, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Sunarno (2007), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dengan lengan kiri pada penderita hipertensi RSUD DR. H. Abdul Moeloek Lampung. Kemudian dari hasil survey awal yang telah dilakukan pada tanggal 23 Maret 2010, data yang diperoleh dari ruangan RA 4, perawat tekadang melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh. Perawat di ruangan RA 4 mengatakan tekanan darah kedua tangan berbeda, dan sebagian perawat mengatakan tidak ada perbedaan. Dengan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui informasi tekanan darah pada pasien stroke, guna mengetahui “ Perbedaan tekanan Darah pada Sisi tangan yang lumpuh Dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan ”.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke?

3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pada sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke.


(16)

4. Manfaat penelitian 4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada perawat sebagai data dasar yang mendukung tindakan perawatan mobilitas fisik dengan melakukan intervensi ROM (Range of Motion) pasif dan aktif pada pasien stroke.

4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke, serta menjadi acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau stabilitasi tekanan darah pada pasien stroke yang hipertensi dan melakukan intervensi untuk mengatasi mobilitas pada pasien stroke. Hasil penelitian juga dapat di integrasikan dalam pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah, dan Keperawatan Gawat Darurat serta memberikan informasi bagi mahasiswa perawat dalam praktek belajar di lapangan.

4.2 Bagi Pasien Stroke

Hasil penelitan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan tekanan darah pada sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke maupun keluarganya, serta memberikan informasi tentang manfaat perlunya melakukan ROM aktif atau ROM pasif untuk mengatasi masalah mobilitas dan posisi yang baik pada fase rehabilitasi.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stroke

1.1 Defenisi Stroke

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Stroke atau cedera serebravaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal, atau global ,yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (TIA= transient ischaemia attack) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.

1.2 Penyebab Stroke

Stroke diakibatkan dari salah satu dari empat keja

1.2.1 Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh dari otak atau leher) Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulsi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, adalah penyebab paling umum dari stroke.


(18)

Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intra serebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

1.2.2 Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain)

Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat di asal emboli.Mungkin saja bahwa pemasangan katup jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini. Resiko stroke setelah pemasangan katup dapat dikurangi dengan terapi anti koagulan pascaoperasif. Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan kardoversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli serebral dan stroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral dan stroke.

1.2.3 Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.


(19)

1.2.4 Hemoragi serebral

Hemoragi dapat terjadi di luar dura meter (hemoragi ektradural atau epidural), di bawah dura meter (hemoragi subdural), di ruang subarakhonoid (hemoragi subarakhonoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi serebral adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meninges lainnya. Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.

Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama (interval jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak.

Hemoragi subarakhonid (hemoragi yang terjadi di ruang subarakhonoid) dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocorana aneurisme pada area siklus Willisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat terjadi tempat aneurisme.

1.3 Pembagian Stroke 1.3.1 Stroke Iskemik

Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak (iskhemik) hingga menimbulkan nekrosis, 87% kasus stroke disebabkan kerena adanya sumbatan yang berupa thrombus atau embolus. Trombus adalah


(20)

gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri besar lainnya. Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler (atrial fibrillation) yang merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak. Adanya penimbunan lemak pada pembuluh darah otak (aterosklerosis) akan meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik.

1.3.2Stroke Hemoragik

Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh di otak. Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi, yaitu; aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms adalah pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga pecah. Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak (Perawat Psikiatri, 2009).

1.4 Faktor Resiko

Yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau strok, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria. Sementara faktor resiko dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia, dan dislipidemia.


(21)

1.5 Manifestasi klinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusi yang tidak adekuat dan jumlah aliran darah koleteral (skunder atau aksesori).

Kehilangan motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volounter terhadap gerakan motorik.

Kehilangan komunikasi. Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia yang paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat di manifestasikan oleh hal berikut :

Disartia (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabakan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.

Difasia atau afasia (bicara detektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

Gangguan persepsi. Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.

Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik. Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas setelah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapangan perhatian


(22)

terbatas, kesulitan dalam pehaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

Disfungsi kandung kemih. Setelah sroke pasien mungkin inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampaun mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan kontrol motorik dan postural.

2. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah (Guyton, 1996). Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah dalam sejarah Fisiologi. Kadang-kadang tekanan juga


(23)

dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg). Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (mis. 120/80 mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh darah adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan yang dikerahkan adalah cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air raksa akan didorong setinggi 100 mm. (Guyton, 1997).

Perbedaan antara sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)

2.1 Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Pengetahuan perawat tentang variabel hemodinamik membantu dalam pengkajian perubahan tekanan darah.

2.1.1 Curah Jantung

Curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung) :

Curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup

Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vaskular perifer : Tekanan darah = curah jantung x tahanan vaskular perifer


(24)

Bila volume darah meningkat dalam spasium tertutup, seperti pembuluh darah, tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi, jika curah jantung meningkat, darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik. Curah jantung dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi lebih cepat daripada perubahan kontraktilitas otot atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah, mengakibatkan penurunan tekanan darah.

2.1.2 Tahanan Perifer

Sirkulasi darah melalui jalur arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena. Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk mengubah ukuran lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur aliran darah bagi kebutuhan jaringan lokal. Misalnya, apabila lebih banyak darah yang dibutuhkan oleh organ utama, arteri perifer berkontriksi, menurunkan suplai darah. Darah menjadi lebih banyak tersedia bagi organ utama karena perubahan tekanan di perifer. Normalnya, arteri dan arteriol tetap berkontriksi sebagian untuk mempertahankan aliran darah yang konstan. Tahanan pembuluh darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot vaskular dan diameter pembuluh darah. Semakin kecil lumen pembuluh, semakin besar tahanan vaskular terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan, tekanan arteri juga naik. Pada dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun, tekanan darah juga turun.


(25)

2.1.3 Volume Darah

Volume sirkulasi darah dalam sistem vaskular mempengaruhi tekanan darah. Pada kebanyakan orang dewasa volume sirkulasi darahnya adalah 5000 ml. Normalnya darah tetap konstan. Bagaimana pun juga, jika volume darah meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar. Misalnya, penginfusan yang cepat dan tidak terkontrol dari cairan intravena meningkatkan tekanan darah. Bila darah sirkulasi menurun, seperti pada kasus hemoragi atau dehidrasi, tekanan darah turun.

2.1.4 Viskositas

Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh darah melewati pembuluh yang kecil. Hematokrit atau persentase sel darah merah dalam darah, menentukan viskositas darah. Apabila hemaktorit meningkat, dan aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Jantung harus berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati sistem sirkulasi.

2.1.5 Elatisitas

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu, seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah.


(26)

Akibatnya, bila ventrikel kiri mengejeksi volume sekuncupnya, pembuluh tidak lagi memberi tekanan. Sedangkan, volume darah yang diberikan didorong melewati dinding arteri yang kaku dan tekanan sistemik yang meningkat. Kenaikan tekanan sitolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik sebagai akibat dari penurunan elastisitas arteri.

Setiap faktor hemodinamik secara signifikan mempengaruhi yang lainnya. Misalnya, jika elastisitas arteri turun tahanan vaskular perifer meningkat. Pengontrolan yang kompleks dari sistem kardiovaskular secara normal mencegah salah satu faktor secara permanen mengubah tekanan darah (Potrer & Perry, 2005).

2.2 Tekanan darah arteri

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan darah arteri memfasilitasi aliran darah seluruh tubuh untuk memastikan oksigenisasi yang adekuat pada jaringan dan organ vital. Tekanan ini tidak tetap, meningkat selama kontraksi ventrikel (sistole) dan menurunkan pada saat ventrikel rileks (diastole). Pada saat mengukur tekanan darah, mengkaji tingkat tekanan darah tertinggi maupun terendah penting untuk dilakukan, karena hal ini mencerminkan perbedaan respons fisiologi dari siklus jantung.

2.3 Tekanan arteri rata-rata

Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan yang mendorong darah yang melewati sistem sirkulasi. Antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Karena sistolik lebih pendek daripada diastolik


(27)

(Guyton & Hall, 1997).Tekanan darah arteri rata-rata ini dapat dihitung secara matematis atau elektronis dengan menggunakan rumus :

Tekanan arteri rata-rata = 1/3 tekanan sistolik + 2/3 tekanan diastolik 2.4 Tekanan sistolik

Tekanan sistolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah setelah sistolik ventrikuler, ketika arteri mengandung banyak darah, maka sesaat itu terjadi tekanan yang maksimal. Tekanan sistolik ditentukan oleh; jumlah darah yang diejeksikan ke dalam arteri (isi sekuncup), kekuatan kontraksi, dan distensibilitas dinding arteri. Peningkatan dua faktor pertama atau penurunan faktor ketiga akan meningkatkan tekanan sistolik dan begitu pula sebaliknya.

2.5 Tekanan diastolik

Tekanan diastolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah selama diastole ventrikuler, ketika arteri hanya berisi sedikit darah, tekanan pada dinding pembuluh darah juga berkurang. Tekanan diastolik dipengaruhi oleh tingkat tahanan perifer, tekanan sistolik, dan curah jantung. Tekanan diastolik menurun bila ketiga faktor tersebut menurun, terutama bila frekuensi jantung lebih lambat sehingga sisa darah arteri lebih sedikit.

2.6 Tekanan nadi

Tekanan nadi merupakan perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Untuk tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40.

2.7 Tekanan darah vena

Tekanan ini merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah vena, yang menggambarkan aliran darah vena ke jantung (terutama volume darah yang


(28)

bersirkulasi) dan fungsi jantung. Tekanan vena sentral mengukur tekanan di dalam atrium dan ditentukan oleh volume darah yang termasuk ke atrium kanan (aliran balik vena), tonus, fungsi ventrikel kanan, dan tekanan intratoraks.

Nilai tekanan darah arteri maternal normal adalah rentang normal untuk orang dewasa sehat 100/60-140/90 mmHg tetapi bervariasi tergantung usia dan variabel lainnya. WHO menetapkan hipertensi sebagai tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 95 mmHg atau lebih (Johnson & Wendy Taylor, 2005).

2.8 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

2.8.1 Volume darah. Bekurangnya volume darah yang bersirkularisasi, misalnya akibat perdarahan atau syok, dapat menyebabkan penurunan tekanan sistolik maupun diastolik.

2.8.2 Frekuensi jantung. Tekanan darah meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi jantung agar volume darah yang bersirkulasi tidak berubah.

2.8.3 Usia. Tekanan darah menigkat sejalan dengan peningkatan usia akibat penurunan elastisitas dinding arteri (Johnson & Wendy Taylor, 2005). Pada tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia. Selama remaja tekanan darah tetap bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh. Namun, kisaran normal pada anak yang berusai 19 tahun, 90 persen adalah 124-136/77-84 mmHg untuk anak laki-laki dan 124-127/63-74 mmHg untuk anak perempuan. Tekanan orang dewasa


(29)

cenderung meningkat seiring pertambahan usia. Pada lansia cenderung meningkat. Tekanan darah lansia normalnya adalah 140/90 mmHg (Potrer dan Perry, 2005).

2.8.4 Variasi diurnal. Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam hari. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

2.8.5 Berat badan. Orang dengan berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan lebih yang tinggi.

2.8.6 Jenis kelamin. Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah puberitas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

2.8.7 Alkohol. Asupan alkohol yang tinggi dan harus terus menerus berkaitan dengan tekanan darah yang tinggi, meskipun alkohol juga dapat menurunkan tekanan darah juga dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat efek hormone antidiuretik, yang menimbulkan vasodilatasi

2.8.8 Merokok. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, yang berlangsung selama 30-60 menit.


(30)

2.8.9 Makan. Tekanan darah meningkat selama 30-60 menit setelah ingesti makanan.

2.8.10 Stress, takut, nyeri, dan ansietas dapat mengakibatkan stimulasi sistem saraf simpatis , yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek simpatik meningkatkan tekanan darah (Potrer & Perry, 2005).

2.8.11 Latihan fisik. Latihan fisik meningkat tekanan, dengan pengaruh selama 30-60 menit.

2.8.12 Kandung kemih yang distensi, dapat meningkatkan tekanan darah yang berlangsung selama 30-60 menit.

2.8.13 Keturunan. Banyak orang yang mempunyai predisposisi keturunan untuk tekanan darah tinggi. Stillwell (1992) mengemukakan bahwa hal ini terdapat pada 50% orang yang bertekanan darah tinggi.

2.8.14 Penyakit. Proses penyakit apapun yang mempengaruhi isi sekuncup, diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan mempengaruhi tekanan darah.

2.8.15 Renin. Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.

3. Pengaruh Posisi terhadap Tekanan Darah

Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi fungsi


(31)

jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris (Guyton dan Hall, 1997).

Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.

3.1 Posisi Berdiri

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml volume darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun.


(32)

Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuhpun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 1997).

3.2 Pengaruh Gerak Tubuh

Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini berkisar 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton dan Hall, 1997).


(33)

Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vaskularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot (Guyton & Hall, 1997).

3.3 Posisi Duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyalsinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton & Hall, 1997).

4. Kontraksi Otot

Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka,dan 10 persen lainnya adalah otot polos dan otot jantung. Banyak prinsip yang sama mengenai kontraksi dapat diterapkan pada semua jenis otot yang berbeda ini.


(34)

Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan suatu daya kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2

4.1 Fisiologi Otot Lumpuh

dari satu daerah potongan melintang otot. Kekuatan yang mempertahankan otot kira-kira 40 persen lebih besar dari kekuatan kontaktilitas. Yaitu, bila satu otot sudah berkontraksi dan kemudian dikeluarkan gaya untuk mencoba meregangkan otot tersebut, seperti yang terjadi saat mendarat sesudah melakukan loncatan , keadaan ini akan membutuhkan gaya kira-kira 40 persen lagi daripada yang dapat dicapai oleh satu kontraksi pemendekan. Keadaan tersebut dapat mengarah pada robekan bagian dalam dari otot itu sendiri. Peregangan dari satu otot yang sudah berkontraksi maksimal derajat kesakitan otot yang paling tinggi. Daya kontraksi otot berbeda dengan kekuatan otot karena daya merupakan suatu pengukuran dari jumlah total kerja yang dilakukan oleh otot dalam satuan waktu.

Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan hubungan yang lengkap disepanjang semua motor pathway. Adanya kerusakan pada ujungnya menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan-pergerakan otot. Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga disebut paresis. Kehilangan hubungan yang komplit menghalangi adanya keinginan untuk bergerak lebih banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis.

Batas antara kelemahan dan paralisis tidak absolut. Keadaan yang menyebabkan kelemahan mungkin berkembang menjadi kelumpuhan. Pada tangan yang lain, kekuatan mungkin memperbaiki lumpuhnya anggota badan.


(35)

Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan dapat kembali untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan perubahan sifat otot. Lumpuh otot mungkin mebuat otot lemah, lembek dan tanpa kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan tanpa sifat yang normal ketika otot digerakkan.

4.1.1 Tipe paralisis antara lain :

1. Monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan.

2. Diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi

badan. Contohnya kedua lengan atau kedua sisi wajah.

3. Hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan.

4. Quadriplegia yaitu mengenai semua keempat anggota badan dan

batang tubuh.

5. Hemiparesis adalah paralisis salah satu sisi tubuh. 4.2 Penyebab kelumpuhan

Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah ; stroke, tumor, truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sklerosis (penyakit yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik (gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya). Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan mobil.


(36)

4.3 Aliran Darah Melaui Otot Sewaktu Kerja Fisik

Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang sangat menegangkan yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Hal ini memang benar karena pada beberapa kondisi, aliran darah yang melalui otot dapat meningkat lebih dari 20 kali lipat (kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan yang ada di setiap jaringan lain dalam tubuh) dan karena terdapat banyak sekali massa otot lurik di dalam tubuh. Hasil dari kedua faktor ini begitu besarnya sehingga jumlah seluruh aliran darah yang melalui otot pada seorang dewasa muda sehat dapat meningkatkan selama melakukan kerja fisik yang berat yakni dari nilai normal kurang dari 1 liter/menit sampai sebesar 20 liter/menit, jumlah ini sudah cukup tinggi untuk meningkatkan curah jantung sampai lima kali normal pada seseorang yang bukan atlit, dan pada seorang atlit yang terlatih baik naik sampai enam hingga tujuh kali normal.

4.4 Kecepatan Aliran Darah yang Melalui Otot

Selama istirahat, rata-rata aliran darah yang melalui otot lurik besarnya antara 3 sampai 4 ml/menit/100 gram otot. Selama kerja fisik yang hebat, kecepatan ini dapat meningkat 15 sampai 25 kali lipat, mencapai 50 sampai 80 ml/100 gram otot.

Penyebab berkurangnya aliran darah selama fase kontraksi otot pada waktu kerja fisik adalah akibat tertekannya pembuluh darah ke otot yang berkontraksi. Selama kontraksi tetanik yang kuat, yang menyebabkan penekanan yang menetap pada pembuluh darah, aliran darah dapat hampir berhenti.


(37)

Selama istirahat, beberapa kapiler otot mengandung sedikit atau tidak sama sekali aliran darah. Namun selama kerja fisik yang berat, semua kapiler terbuka. Terbukanya kapiler yang dormant ini juga mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh oksigen dan zat makanan lainnya untuk berdifusi dari kapiler ke serat-serat otot dan menyebabkan perluasan daerah permukaan yang harus dilalui oleh zat makanan dari darah sebesar dua sampai tiga kali lipat.

Kenaikan yang hebat pada aliran darah otot yang terjadi selama aktivitas otot lurik terutama disebabkan oleh pengaruh lokal yang bekerja secara langsung pada arteriol otot untuk menyebabkan vasodilatasi. Kenaikan otot pada aliran darah ini selama kontraksi otot mungkin disebabkan oleh bemacam-macam faktor yang semua bekerja pada saat bersamaan. Salah satu faktor yang paling penting adalah berkurangnya oksigen dalam jaringan otot. Jadi selama akitivitas otot, otot tersebut menggunakan oksigen dengan cepat, sehingga menurunkan konsentrasi oksigen di cairan jaringan. Hal ini selanjutnya menyebabkan vasodilatasi baik karena dinding pembuluh darah tidak dapat mempertahankan pada keadaan tidak adanya oksigen maupun karena kurangnya oksigen yang menyebabkan terlepasnya bahan vasodilator (Guyton & Hall, 1997).

5. Hubungan Stroke terhadap Tekanan Darah

Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa rata-rata sekitar 50 sampai 65 milimeter per 100 gram otak per menit. Untuk seluruh otak, terdapat 750 sampai 900 ml/ menit, atau 15 persen dari curah jantung total.


(38)

Aliran darah serebral sangat berkaitan dengan metabolisme jaringan serebral. Sedikitnya terdapat tiga faktor metabolik yang memberi pengaruh kuat terhadap pengaturan aliran darah serebral. Ketiga faktor tersebut adalah konsentrasi karbon dioksida , konsentrasi ion hidrogen, dan konsentrasi oksigen.

Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotis yang terjadi pada suatu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi. Atau pada sekitar seperempat penderita mengalami stroke, penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang membuat salah satu pembuluh darah pecah, sehingga terjadi perdarahan, yang mengkompersi jaringan otak setempat.

Efek neurologis dari otak stroke ditentukan area otak yang terpengaruh. Salah satu tipe stroke yang paling umum adalah terjadinya penghambatan pada salah satu arteri serebralis medialis yang menyuplai bagian tengah salah satu hemisfer otak. Selain itu, hilangnya fungsi area pengatur saraf motorik lainnya pada hemisfer kiri dapat menimbulkan paralisis spastik pada semua atau sebagian besar otot-otot dari sisi tubuh yang berlawanan.

Dengan cara yang hampir sama, penghambatan arteri serebralis posterior akan menyebabkan infark pada sudut oksipital hemisfer pada sisi yang sama dan hilangnya penglihatan di kedua mata dan separuh retina dari sisi yang sama dengan lesi stroke. Yang bersifat merusak, khususnya stroke yang melibatkan suplai darah ke otak belakang dan otak tengah, karena mereka dapat menghambat


(39)

hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis, dan secara total menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang abnormal.

5. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah arteri dapat diukur secara baik secara langsung (secara invasive) maupun tidak langsung. Sebelum mengkaji tekanan darah, perawat harus nyaman dalam menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer terdiri dari manometer tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang dapat menggembung dan balon tekanan yang memiliki katup pelepas untuk menggembungkan manset. Dua jenis sfigmomanometer adalah aneroid dan air raksa. Manometer aneroid memiliki kaca yang dibungkus meteran sirkular yang berisi jarum yang menunjukkan kalibrasi militer. Baja menunjukkan dalam lingkup meteran dan kolaps dalam repons terhadap variasi tekanan pada manset yang menggembung.

Manometer aneroid memiliki keuntungan ringan, portable dan rapi. Karena bagian baja dalam model aneroid adalah subjek terhadap perluasan suhu atau kontraksi, instrument aneroid kurang dapat diandalkan daripada jenis air raksa. Sebelum menggunakan jenis aneroid, perawat harus memastikan bahwa jarum penunjuk ada pada angka nol dan manometer dikalibrasi dengan benar. Sfigmomanometer aneroid memerlukan kalibrasi biomedikal dalam interval rutin untuk memverifikasi keakuratannya.

Manometer air raksa lebih akurat daripada manometer aneroid. Pengulangan kalibrasi tidak diperlukan. Manometer air raksa pada tabung tegak


(40)

lurus mengandung air raksa. Tekanan yang dihasilkan oleh penggembungan dengan mengompersi manset menggerakkan kolom air raksa ke atas melawan gaya gravitasi. Untuk memastikan bacaan yang akurat, kolom air raksa harus jatuh dengan bebas saat tekanan dilepaskan dan harus selalu pada angka nol bila manset dikempiskan. Manometer air raksa wall mounted atau mudah dibawa. Keakuratan pembacaan didapat dengan melihat pada meniskus air raksa sejajar mata. Hal ini merupakan titik di mana lengkungan atas kolom air raksa lurus dengan skala manometer. Melihat di atas di bawah air raksa menghasilkan bacaan yang terdistorsi. Kerugian manometer air raksa merupakan potensial terhadap pecahnya dan keluarnya air raksa. Air raksa merupakan ancaman kesehatan jika tidak berada dalam wadah yang sesuai. Manset kompersi yang terbuat dari vinil sekali pakai atau kain yang digunakan pada sfigmomanometer dalam berbagai ukuran. Ukuran yang dipilih sesuai dengan lingkar tangan yang diperiksa. Idealnya , lebar manset harus lebih besar 40 % dari lingkar tangan (atau 20 % lebih lebar daripada diameter) yang digunakan. Pada anak-anak, tepi manset yang paling bawah harus diatas fosa antekubial, memungkinkan ruangan untuk meletakkan bel atau diafragma stetoskop. Meletakkan manset secara tidak tepat mengakibatkan pengukuran tekanan darah tidak tepat.


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konsep penelitian ini berfokus untuk melihat perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke, yang digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke

2. Defenisi Operasional 2.1 Stroke

Stroke adalah suatu penyakit serebravaskular yang dialami oleh pasien secara tiba-tiba dan cepat, berupa defisit neurologis fokal, yang disebabkan berhentinya suplai darah ke otak. Salah satu gejala dan komplikasi stroke adalah kehilangan motorik. Kehilangan motorik dapat berupa penurunan parsial atau total

Pengukuran Tekanan pada Sisi Tangan yang

Lumpuh Pengukuran Tekanan

pada sisi tangan yang Normal


(42)

gerakan dan kekuatan lengan dan tungkai di salah satu satu sisi tubuh atau kelumpuhan parsial.

2.2 Tekanan Darah

Tekanan darah dalam penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri brachialis yang terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik dalam satuan mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer dan stetoskop pada sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh, kemudian hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk lembar observasi tekanan darah.

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002). Adapun hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan tekanan darah antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan normal.


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui tekanan darah pada sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan normal .

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang telah mengalami paralisis, hemiparesis, hemiplegia otot di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan rekaman medik rumah sakit Adam Malik terdapat 20 pasien stroke yang dirawat bulan Februari sampai dengan Maret 2010.

2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007). Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah populasi yang dimulai.


(44)

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua jenis stroke dengan hemiplegia, pasien yang dirawat di R-A4, bersedia menjadi sampel. Sedangkan, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien tidak paralisis, pasien yang dalam kondisi terminasi, dan pasien yang rawat jalan.

Adapun jumlah sampel yang akan diambil : n = N

1+ N (d2 = 20

)

1+ 20 (0,052 = 19 orang

)

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat Kepercayaan (d= 0,05)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di ruangan RA 4 Rumah Sakit Adam Malik Medan. Lokasi penelitian tersebut dipilih karena di rumah sakit ini terdapat angka insidensi tinggi penderita stroke. Rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas


(45)

Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara rumah sakit umum yang ada di Sumatera Utara.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan. Kemudian, memberikan surat permohonan untuk mendapatkan izin dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan persetujan, penelitian dapat melakukan intervensi mengukur tekanan darah pada pasien stroke, baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik.

Dalam pengumpulan data terdapat beberapa hal yang berkaitan denagn permasalahan etik yaitu meberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden menandatangani Informed Consent (surat perjanjian). Tetapi, apabila calon responden tidak bersedia, maka calon berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden baik itu resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai berikut:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila


(46)

subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, pada lembar pengumpulan data (kuesioner) tetapi lembar tersebut diberikan kode tertentu.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan), dengan jenis pengamatan sitematis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner yang terdiri dari data demografi, lembar observasi dan pengukuran pasien secara langsung.

5.1 Data demografi

Mencakup nomor responden, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan suku. Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

5.2 Lembar observasi Tekanan Darah

Hasil pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan disajikan pada lembar observasi yang dilakukan peneliti dengam menggunakan skala mmHg


(47)

dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah kedua sisi antara tangan yang lumpuh dan tangan yang tidak lumpuh. Bentuk lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran 3.

6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer), stetoskop, dan lembar observasi pengukuran tekanan darah.

7. Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui institusi pendididikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Kemudian, peneliti menetukan responden sesuai denag kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dan meminta kesediaan responden. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani Informed Consent (surat perjanjian).

8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti pada saat pengisian kuoesioner data demografi dan hasil


(48)

pengukuran tekanan darah antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi penderita stroke, tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal dalam bentuk tabel.

b. Statistik Inferensial

Statistik Inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan tangan yang normal .Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik T test Independent. Pengolahan data ini dilakukan dengan sistem komput erisasi.


(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dari pembahasan mengenai perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke di Ruangan RA 4 Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Juni sampai 22 Agustus 2009. Penelitian ini melibatkan 19 orang responden yang mengalami stroke dengan lumpuh salah satu sisi tangan. Dari hasil penelitian diperoleh ini memaparkan karakteristik demografi responden dan perbedaan tekanan darah antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal.

1.1Karesteristik Demografi Responden

Data deskriptif karakteristik responden mencakup, jenis kelamin, usia, pekerjaan,suku, dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (63%) jika dibandingkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (37%). Berdasarkan tingkat usia di dapati45-59 tahun yaitu sebanyak 11 orang (57,8 %). Berdasarkan pekerjaan di dapat bekerja sebagai pedagang sebanyak 8 orang (42,1 %). Karakteristik responden berdasarkan suku, sebagian besar adalah suku Batak sebanyak 6 orang (31,6 %), diikuti suku Jawa dan Mandailing masing-masing sebanyak 4 orang (21,1%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, sebagian besar tingkat


(50)

pendidikan responden adalah SD sebanyak 8 orang (42,1 %), diikuti pendidikan SMP sebanyak 6 orang (31,6 %), diikuti pendidikan SMA dan tidak tamat SD yang masing-masing 2 orang (10,5 %), dan terakhir pendidikan sarjana sebanyak 1 orang (5,3 %).

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan Demografi Responden

No Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%) 1 2 Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia

- 35-44 tahun - 45-59 tahun - 60-74 tahun - 75-90 tahun - > 90 tahun

12 7 2 orang 11 orang 4 orang 2 orang 0 63 37 10,5 57,8 21,1 10,5 - 3 Pekerjaan

- PNS - TNI - Pedagang - Petani

- Ibu Rumah Tangga

1 orang 0 8 orang 7 orang 3 orang 5,3 - 42,1 36,8 15,7 4 Suku

- Jawa - Batak - Minang - Mandailing - Aceh - Melayu 4 orang 6 orang 0 4 orang 3 orang 2 orang 21,1 31,6 - 21,1 15,7 10,5 5 Pendidikan

- Tidak tamat SD - SD - SMP - SMA - Sarjana 2 orang 8 orang 6 orang 2 orang 1 orang 10,5 42,1 31,6 10,5 5,3


(51)

1.2Hasil pengukuran tekanan darah sisi tangan lumpuh dengan sisi tangan normal

Responden diukur tekanan darahnya pada sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada arteri brachialis dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh ada yang meningkat, dan ada yang cenderung turun, bahkan ada pula yang stabil. Hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam lembar observasi.

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada responden sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh. Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan sistolik pada sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh

Lokasi

pengukuran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean SD

Tangan Normal 220 120 151.58 28.918

Tangan Lumpuh 220 110 141.05 29.419

Tabel 2 memperlihatkan bahwa tekanan sistolik tertinggi pada sisi tangan normal adalah 220 mmHg dan yang terendah adalah 120 mmHg, sehingga didapatkan rata-rata sistolik kanan sebesar 151,58 mmHg dengan standar deviasi sebesar 28,9618. Untuk tekanan sistolik sisi tangan lupuh, nilai tertingginya adalah 220 mmHg dan nilai terendahnya adalah 110 mmHg, sehingga didapatkan rata-rata tekanan sebesar 141,05 mmHg dengan standar deviasi sebesar 29,419.


(52)

Dengan demikian selisih dari rata-rata tekanan sistolik pada kedua lengan kanan dan kiri adalah sebesar 10,52632 mmHg.

Tabel 3. Hasil pengukuran tekanan diastolik pada sisi tangan normal dengan sisi tangan yang lumpuh

Lokasi

pengukuran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean SD

Tangan Normal 150 80 97.3684 19.10268

Tangan Lumpuh 150 70 90.53 20.676

Tabel 3 menunjukkan bahwa tekanan diastolik tertinggi pada sisi tangan normal adalah 150 mmHg dan yang terendah adalah 80 mmHg, sehingga didapatkan rata-rata tekanan diastolik kanan sebesar 97,3684 mmHg dengan standar deviasi 19,10268. Untuk tekanan diastolik pada sisi tangan lumpuh, nilai tertingginya adalah 150 mmHg dan nilai terendahnya adalah 70 mmHg, sehingga didapatkan rata-rata tekanan diastolik kiri sebesar 90,53 mmHg dengan standar deviasi sebesar 20,676. Oleh karena itu selisih dari rata-rata tekanan diastolik pada kedua lengan (kanan dan kiri) adalah sebesar 6,84211 mmHg.

1.3Perbedaan Tekanan darah sisi tangan lumpuh dengan sisi tangan normal Sebelum dilakukan uji parametrik dengan independen T-test, maka persyaratan yang harus dipenuhi pada uji parametrik yaitu sebaran data harus berdistribusi normal. Uji kenormalan distribusi yang dipakai adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Sebaran data berdistribusi normal dalam penelitian ini dapat dilihat pada kurva yang terdapat di dalam lampiran.


(53)

Uji statistik independent T-test digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh. Penelitian ini mengungkapkan bahwa tekanan darah berbeda antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856 mean difference = 10.52632 ). Sedangkan Diastolik pada kedua sisi tangan (Diastolik : F= 0.001, t = 1.059, p= 0.791 mean difference = 6.84211).

Tabel 4. Perbedaan tekanan darah

No Lokasi

Pengukuran Tekanan Darah

Mean

Diffrerence T Sig

1 Tangan Normal

Sistolik 10.52632 1.112 0.856 Diastolik 6.84211 1.059 0.791 2 Tangan

Lumpuh

Sistolik 10.52632 1.112 0.856 Diastolik 6.84211 1.059 0.791

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke.

2.1Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang banyak mengalami stroke adalah laki-laki yaitu sebanyak 63,2% dibandingkan wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Feigin (2007) mengatakan bahwa pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki resiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intraserebrum lebih tinggi sekitar 20% dari pada wanita.

Berdasarkan usia bahwa responden yang berusia 45-59 tahun yaitu sebanyak 11 orang (57,8 %). Hal ini juga diterangkan oleh dr Feigin bahwa resiko


(54)

terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai usia 50 tahun meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%. Setelah mencapai usia 50 tahun meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%.

2.2Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Banyak hal yang mempengaruhi tekanan darah. Salah satu yang mempengaruhi tekanan darah adalah jenis kelamin. Menurut pendapat Johnson dan Wendy Taylor (2005) setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada tekanan darah wanita. Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki pada pasien stroke dimulai diatas 150/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah Wanita dimulai diatas 140/80 mmHg.

Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor usia. Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia akibat penurunan elastisitas dinding arteri (Johnson & Wendy Taylor, 2005). Dari hasil penelitian, faktor usia tidak selalu dapat mempengaruhi tekanan darah, karena diakibatkan oleh faktor penyakit. Proses penyakit apapun akan mempengaruhi isi sekuncup, diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan mempengaruhi tekanan darah. Seperti pendapat Ganong, hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnya usia maka tekanan sistole semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya arterosklerosi.


(55)

2.3Perbedaan Tekanan Darah

Dari data pengukuran observasi tekanan darah pada penelitian ini didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik pada sisi tangan normal 140 (SD : 28.918) dan sistolik tangan yang lumpuh 130 (SD : 29.419). Sedangkan diastolik pada sisi tangan normal 110 (SD : 19.73509) dan diastolik tangan yang lumpuh 70 (SD :19.149). Berdasarkan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan ( Diastolik : F= 0.001, t = 1.059, p= 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran pada tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal.

Pada penelitian ini, selain uji Independen T-test juga digunakan uji beda rata-rata. Akan tetapi hasil uji ini tidak dijadikan landasan untuk mengetahui adanya perbedaan tekanan darah pada masing-masing individu. Hal ini dikarenakan boleh jadi terdapat perbedaan atau selisih yang besar/signifikan antara tekanan darah pada tangan normal dengan tangan lmpuh pada masing-masing responden akan tetapi setelah diuji hasilnya dinyatakan tidak ada perbedaan apabila rata-rata tekanan darah pada sisi tangan normal dari seluruh responden dan rata-rata tekanan darah pada sisi tangan lumpuh dari seluruh responden menunjukkan hasil yang hampir sama.

Hasil penelitian ini pernah diungkapkan oleh Constan (1991) dalam Nursalam dan Siti Pariani (2001), bahwa perbedaan tekanan sistolik antara kedua tangan kanan dan kiri sebesar 10 mmHg atau lebih terjadi pada 25% penderita,


(56)

sedangkan pada tekanan diastolik terjadi pada 15% penderita. Hasil serupa didapatkan pada penelitian lain yang dilakukan pada penderita Stroke dengan Hemiparese, bahwa dari 33 responden yang diteliti, ada 10 orang (30,3%) memiliki perbedaan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg atau lebih, sedangkan yang memiliki perbedaan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg atau lebih sebanyak 7 orang (21,2%) (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Ini berkaitan dengan pengaruh variasi tekanan darah. Variasi tekanan darah dapat ditemukan pada arteri yang berbeda. Variasi normal sering ditemukan pada kedua lengan, tetapi tidak boleh lebih dari 5-10 mmHg. Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi terjadinya gangguan vaskuler, dan bila perbedaan lebih besar dari 20 – 30 mmHg pada kedua belah lengan menunjukkan suatu kecurigaan terhadap adanya gangguan organis aliran darah pada daerah yang tekanan darahnya rendah (Potter & Perry, 2001). Tetapi, tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam hari. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

Adapun mengenai otot lumpuh yang terjadi pada pasien stroke, terjadi akibat kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem saraf perifer). Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada suatu atau lebih arteri ke otak. Plak biasnya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghambat bekuan untuk membentuk dan


(57)

menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi (Guyton & Hall, 1997).

Sedangkan adanya perbedaan tekanan darah yang sering terjadi disebabkan akibat pengaruh elastisitas pada pembuluh darah. Menurut Potter dan Perry (2001) normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu, seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah. Sedangkan tahanan pada stroke dapat disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak, yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis yang dipercepat oleh berbagai faktor risiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen pembuluh tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen (trombosis) (Yastroki, 2009). Peneliti berasumsi bahwa pada stroke, perubahan elastisitas pembuluh darah hanya terjadi di otak saja, bukan terjadi di seluruh tubuh ataupun pada otot. Menurut Potter dan Perry (2001) tekanan darah dapat berubah karena kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Tekanan darah juga dapat berubah


(58)

disebabkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik tangan normal maupun tangan lumpuh mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Hasil ini juga digunakan untuk membuktikan bahwa pengukuran tekanan darah pada salah satu tangan tidak bisa mewakili pengukuran pada kedua tangan karena kelainan pembuluh darah dapat terjadi dimana saja baik normal maupun lumpuh, sehingga pemeriksaan pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, sangatlah beralasan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah pada kedua tangan (sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh) khususnya untuk kasus-kasus baru yang menderita stroke.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden, didapatkan data demografi bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (63%). Berdasarkan tingkat usia di dapati45-59 tahun yaitu sebanyak 11 orang (57,8 %). Berdasarkan pekerjaan di dapat bekerja sebagai pedagang sebanyak 8 orang (42,1 %). %). Karakteristik responden berdasarkan suku, sebagian besar adalah suku Batak sebanyak 6 orang (31,6 %). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SD sebanyak 8 orang (42,1 %).

Berdasarkan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan ( Diastolik : F= 0.001, t = 1.059, p= 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran pada tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal.

2. Rekomendasi

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat bagi pendidikan, praktek, area penelitian dan penelitian keperawatan. Adapun rekomendasi yang peneliti buat adalah sebagai berikut :


(60)

2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian memperoleh bukti bahwa terdapat tidak perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke, sehingga hasil dapat memberikan informasi kepada perawat sebagai data dasar yang mendukung tindakan perawatan mobilitas fisik. Dan juga digunakan untuk membuktikan bahwa pengukuran tekanan darah pada salah satu tangan tidak bisa mewakili pengukuran pada kedua tangan karena kelainan pembuluh darah dapat terjadi dimana saja baik kanan maupun kiri, sehingga pemeriksaan pada salah satu lengan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat.

2.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diketahui tidak adanya perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke, yang hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi dalam pemberian Asuhan Keperawatan serta menjadi acuan memantau stabilitasi tekanan darah pada pasien stroke yang hipertensi dan melakukan intervensi untuk mengatasi mobilitas pada pasien stroke.

2.3 Bagi pasien Stroke

Dapat memberikan gambaran atau informasi tentang pengaruh perubahan tekanan darah pada pasien stroke dan memberikan informasi tentang perlunya melakukan mobilitas fisik dan memberikan posisi yang baik bagi pasien stroke.


(61)

2.4 Bagi Peneiliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapakan menggunakan sampel yang lebih besar dan menggunakan instrument yang lebih akurat agar lebih representatif. Peneliti juga merekomendasikan pada peneliti selanjutnya menggunakan metode penelitian yang berbeda yaitu Quasy-Experimen dengan memberikan ROM aktif pada pasien stroke.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Sunarno.(2007). Analisis Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah antara Lengan Kanan dengan Lengan Kiri pada Penderita

Hipertensi di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Volume 1,

Nomor 2. Lampung :Media Ners

Brunner dan Suddarth.(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed 8.Vol 3. Jakarta : EGC

Eureka.(2008).Stroke Pembunuh No.3 di Indonesia. Diambil dari website :

Feigin, Valery.(2004). Stroke. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC

G.Sheps, Sheldon, M.D.(2007). Mayo Clinic Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : PT Duta Prima

Johnson, Ruth dan Wendy Taylor.(2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Cetakan I.Jakarta : EGC

Kompas. (2009). Stroke Penyebab Kematian Tertinggi. Diambil dari website : http://www.kompas.com/stroke.penyebab.kematian.tertinggi.htm Mansjoer,Arif,dkk.(2003). Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3.Jilid 2.Cetakan IV.

Jakarta: Media Aesculapius

Notoatmodjo, Soekidjo .(2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed Revisi. Cetakan II. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam & Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto

Potrer, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4.Vol 1. Cetakan I. Jakarta : EGC

Rhezvolution Corner. (2009).Stroke Iskemik. Diambil dari website :


(63)

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Ed 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa dan Perawat. Ed 2. Jakarta Penerbit Buku kedokteran : EGC

Yatim, Faisal. (2000). Jantung Koroner Stroke Meninggal Mendadak Atasi Dengan Pola Hidup Sehat. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Yayasan Stroke Indonesia.(2009). Pengetahuan Sekilas Tentang Stroke. Diambil


(1)

(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama

: Fadli Hardiansyah Harahap

Tempat/tanggal lahir

: Padangsidimpuan, 29 Agustus 1988

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jl.Sudirman, No.203 A, Padangsidimpuan, Sumut

No. HP

: 085361191094

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.

Tahun 1993-1994

: TK Asih Padangsidimpuan

2.

Tahun 1994-2000

: SD N 16 Padangsidimpuan

3.

Tahun 2000-2003

: SMP Negeri 4 Padangsidimpuan

4.

Tahun 2003-2006

: SMA Negeri 2 Padangsidimpuan

5.

Tahun 2006-2009

: D-III Keperawatan USU


(3)

INSTRUMEN PENELITIAN

Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah

Pada Pasien Stroke

No

Sampel Penelitian

Tekanan Darah Sisi

Tangan Normal

Tekanan Darah Sisi

Tangan Lumpuh

Sistolik

Diastolik

Sistolik

Diastolik

1

Responden 1

140

90

110

70

2

Responden 2

150

90

160

100

3

Responden 3

130

70

130

70

4

Responden 4

220

150

220

140

5

Responden 5

130

100

140

110

6

Responden 6

180

120

160

100

7

Responden 7

120

80

130

90

8

Responden 8

130

80

110

70

9

Responden 9

140

90

110

80

10

Responden 10

140

90

120

70

11

Responden 11

150

80

130

80

12

Responden 12

140

90

110

70

13

Responden 13

200

130

190

120

14

Responden 14

130

90

120

80

15

Responden 15

150

90

140

80

16

Responden 16

160

100

150

90

17

Responden 17

130

90

130

90

18

Responden 18

140

90

150

100


(4)

Frequencies

Statistics

JK Usia Pekerjaan Suku Pendidikan

N Valid 19 19 19 19 19

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.37 2.32 3.58 3.11 2.58

Std. Deviation .496 .820 .961 1.761 1.017

Range 1 3 4 5 4

Minimum 1 1 1 1 1

Maximum 2 4 5 6 5

Frequency Table

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 12 63.2 63.2 63.2

Perempuan 7 36.8 36.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-44 2 10.5 10.5 10.5

45-59 11 57.9 57.9 68.4

60-74 4 21.1 21.1 89.5

74-90 2 10.5 10.5 100.0


(5)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 1 5.3 5.3 5.3

Pedagang 8 42.1 42.1 47.4

Petani 7 36.8 36.8 84.2

Ibu Rumah Tangga 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 4 21.1 21.1 21.1

Batak 6 31.6 31.6 52.6

Mandailing 4 21.1 21.1 73.7

Aceh 3 15.8 15.8 89.5

Melayu 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak tamat SD 2 10.5 10.5 10.5

SD 8 42.1 42.1 52.6

SMP 6 31.6 31.6 84.2

SMA 2 10.5 10.5 94.7

Sarjana 1 5.3 5.3 100.0


(6)

T-Test

Group Statistics

Tangan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Sistolik Normal 19 151.5789 28.91811 6.63427

Lumpuh 19 141.0526 29.41933 6.74926

Diastolik Normal 19 97.3684 19.10268 4.38245

Lumpuh 19 90.5263 20.67572 4.74334

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Sistolik Equal variances assumed .034 .856 1.112 36 .273 10.52632

Equal variances not assumed

1.112 35.989 .273 10.52632

Diastolik Equal variances assumed .071 .791 1.059 36 .296 6.84211

Equal variances not assumed

1.059 35.777 .296 6.84211

95% Confidence Interval of the Difference Std. Error

Difference Lower Upper

9.46393 9.46393

-8.66743 -8.66763

29.72006 29.72026 6.45795

6.45795

-6.25523 -6.25806

19.93944 19.94227