2.6 Pengantar Torsi
Torsi adalah puntir yang terjadi pada batang lurus apabila batang tersebut dibebani momen yang cenderung menghasilkan rotasi terhadap sumbu
longitudinal batang. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu jika seseorang memutar obeng, maka tangannya memberikan torsi ke obeng
.
Demikian pula halnya dengan komponen struktur suatu bangunan. Jika diperhatikan lebih seksama, sebenarnya balok-balok pada bangunan mengalami
torsi akibat beban-beban pada pelat. Demikian pula halnya dengan kolom. Namun torsi pada kolom kebanyakan diakibatkan oleh gaya-gaya yang arahnya horizontal
seperti gaya angin ataupun gempa. Berikut ini beberapa ilustrasi yang memperlihatkan adanya torsi yang terjadi pada balok dan kolom.
Torsi timbul karena adanya gaya-gaya yang membentuk kopel yang cenderung memuntir batang terhadap sumbu longitudinalnya. Seperti diketahui
dari statika, momen kopel merupakan hasil kali dari gaya dan jarak tegak lurus antara garis kerja gaya. Satuan untuk momen pada USCS adalah lb-ft dan lb-
in, sedangkan untuk satuan SI adalah N.m. Untuk mudahnya, momen kopel sering dinyatakan dengan vektor dalam
bentuk panah berkepala ganda. Panah ini berarah tegak lurus bidang yang mengandung kopel, sehingga dalam hal ini kedua panah sejajar dengan sumbu
batang. Arah momen ditunjukkan dengan kaidah tangan kanan untuk vector momen yaitu dengan menggunakan tangan kanan, empat jemari selain jempol
dilipat untuk menunjukkan momen sehingga jempol akan menunjuk ke arah vektor. Representasi momen yang lain adalah dengan menggunakan panah
lengkung yang mempunyai arah torsi
Gambar 2.3. Arah Kerja Torsi Sesuai Dengan Kaidah Tangan Kanan dan Panah Lengkung
Momen yang menghasilkan puntir pada suatu batang disebut momen punter atau momen torsi. Batang yang menyalurkan daya melalui rotasi disebut
poris atau as shaft.
2.6.1 Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja pada tiap satuan luas bahan. Untuk menjelaskan ini, maka akan ditinjau sebuah benda yang
dalam keadaan setimbang seperti terlihat pada Gambar.II.3. Akibat kerja gaya luar
P
1,
P
2,
P
3,
P
4,
P
5,
P
6, dan
P
7, maka akan terjadi gaya dalam di antara benda. Untuk mempelajari besar gaya ini pada titik sembarang
O
, maka benda diandaikan dibagi menjadi dua bagian
A
dan
B
oleh penampang
mm
yang melalui titik
O
.
Gambar 2.4. Benda Tampang Sembarang yang Dibebani oleh Gaya-Gaya Luar
Kemudian tinjaulah salah satu bagian ini, misalnya
A
. Bagian ini dapat dinyatakan dalam keadaan setimbang akibat gaya luar
P
1,
P
2,
P
3,
P
4,
P
5,
P
6,
P
7 dangaya dalam terbagi di sepanjang penampang
mm
yang merupakan kerja bahan. Oleh karena intensitas distribusi ini, tegangan dapat diperoleh dengan membagi
gaya tarik total
P
dengan luas potongan penampang
A
. Untuk memperoleh besar gaya yang bekerja pada luasan kecil
A
, misalnya dari potongan penampang
mm
pada titik
O
, dapat diamati bahwa gaya yang bekerjapada elemen luas ini diakibatkan oleh kerja bahan bagian
B
terhadap bahan bagian
A
yang dapat diubah menjadi sebuah resultante
P
. Apabila tekanan terus diberikan pada luas elemen
A
, harga batas
P A
akan menghasilkan besar tegangan yang bekerja pada potongan penampang
mm
pada titik
O
. arah batas resultante
P
adalah arah tegangan. Umumnya, arah tegangan ini miring terhadap luas
A
tempat gaya bekerja sehingga dapat diuraikan menjadi dua komponen tegangan yaitu
tegangan normal
yang tegak lurus terhadap luas dan
tegangan geser
yang bekerja pada bidang luas
A
. Tegangan normal dinotasikan dengan huruf
dan tegangan geser dengan huruf . Untuk menunjukkan arah bidang dimana tegangan tersebut bekerja,
digunakan subskrip terhadap huruf-huruf ini. Tegangan normal menggunakan sebuah
subskrip yang menunjukkan arah tegangan yang sejajar terbadap sumbu koordinat
tersebut, sedangkan tegangan geser menggunakan dua buah subskrip dimana huruf
pertama menunjukkan arah normal terhadap bidang yang ditinjau dan huruf kedua
menunjukkan arah komponen tegangan. Gambar 2.7.2
menunjukkan arah komponen-komponen tegangan yang bekerja pada suatu elemen kubus kecil
Gambar 2.5. Komponen-Komponen Tegangan yang Bekerja Pada Potongan Kubus Kecil
Untuk menjelaskan tegangan yang bekerja pada keenam sisi elemen ini diperlukan tiga simbol
x
,
y
,
z
untuk tegangan normal dan enam simbol
xy
,
yx
,
xz
,
zx
,
yz
,
zy
untuk tegangan geser. Dengan meninjau kesetimbangan elemen secara sederhana, maka jumlah simbol tegangan geser dapat dikurangi
menjadi tiga.
Gambar 2.6. Potongan Melintang Kubus yang Melalui Titik P
Apabila momen gaya yang bekerja pada elemen terhadap garis yang melalui titik tengah
C
dan sejajar sumbu
x
, maka hanya tegangan permukaan yang diperlihatkan pada Gambar 2.6.1.3 yang perlu ditinjau. Gaya benda, seperti berat
elemen, dapat diabaikan karena semakin kecil ukuran elemen, maka gaya benda yang bekerja padanya berkurang sebesar ukuran linier pangkat tiga. Sedangkan
gaya permukaan berkurang sebesar ukuran linier kuadrat. Oleh karena itu, untuk elemen yang sangat kecil, besar gaya benda sangat kecil jika dibandingkan dengan
gaya permukaan sehingga dapat dihilangkan ketika menghitung momen. Dengan cara yang sama, orde momen akibat ketidak-merataan
distribusigaya normal lebih tinggi dibandingkan dengan orde momen akibat gaya geser dan menjadi nol dalam limit. Juga gaya pada masing-masing sisi dapat
ditinjau sebagai luas sisi kali tegangan di tengah. Jika ukuran elemen kecil pada Gambar 2.6.1.3 adalah
dx, dy, dz
, maka momen gaya terhadap
P
, maka persamaan kesetimbangan elemen ini adalah :
dz dy
dx dz
dy dx
zx xz
2.1
Dua persamaan lain dapat diperoleh dengan cara yang sama sehingga didapatkan :
yx xy
xz zx
yz zy
2.2 Dengan demikian enam besaran
yz zy
xz zx
yx xy
z y
x ,
,
, ,
,
cukup untuk menjelaskan tegangan yang bekerja pada koordinat bidang melalui sebuah titik. Besaran-besaran ini disebut
komponen tegangan
pada suatu titik. Jika kubus pada Gambar 2.6.1.3 diberikan suatu komponen gaya per
satuan volume sebesar
X
,
Y
,
Z
pada masing-masing sumbu
x, y, dan z
maka
gambar komponen tegangan dalam 2.6.1.3 akan menjadi seperti pada 2.6.1.4 di bawah ini dan persamaan kesetimbangan akan dapat diperoleh dengan
menjumlahkan semua gaya pada elemen dalam arah
x
yaitu :
z y
x y
x zx
zx zx
z x
yx yx
yx z
y x
x x
X
z y
x y
x zy
zy zy
z y
xy xy
xy z
x y
y y
Y
z y
x z
x yz
yz yz
z y
xz xz
xz y
x z
z z
Z
Gambar 2.7. Komponen-Komponen Tegangan yang Bekerja Pada Potongan Kubus Kecil Dimana Gaya Luar Per Satuan Volume X, Y, Z Bekerja
Sesudah dibagi dengan
z y
x
, ,
dan seterusnya hingga batas penyusutan elemen hingga titik
x, y, z
maka akan didapatkan :
X
z zx
y yx
x x
Y
z zy
x xy
y y
2.3
Z
y yz
x xz
z z
Persamaan 2.3 ini harus dipenuhi di semua titik di seluruh volume benda. Tegangan berubah di seluruh volume benda, dan apabila sampai pada permukaan,
tegangan-tegangan ini harus sedemikian rupa sehingga setimbang dengan gaya luar yang bekerja pada permukaan benda.
2.6.2 Regangan
Regangan didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara perubahan dimensi suatu bahan dengan dimensi awalnya. Karena merupakan rasio antara dua
panjang, maka regangan ini merupakan besaran tak berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Dengan demikian, regangan dinyatakan hanya dengan
suatu bilangan, tidak bergantung pada sistem satuan apapun. Harga numerik dari regangan biasanya sangat kecil karena batang yang terbuat dari bahan struktural
hanya mengalami perubahan panjang yang kecil apabila dibebani.
L : regangan
: perpanjanganperpendekan
L
: panjang mula-mula
2.6.3 Hukum Hooke
Hubungan linier antara komponen tegangan dan komponen regangan umumnya dikenal sebagai
hukum Hooke
. Satuan perpanjangan elemen hingga batas proporsional diberikan oleh
E
x x
2.4 dimana
E
adalah
modulus elastisitas dalam tarik modulus of elasticity in tension
. Bahan yang digunakan di dalam struktur biasanya memiliki modulus yang sangat
besar dibandingkan dengan tegangan izin, dan besarnya perpanjangan sangat kecil. Perpanjangan elemen dalam arah
x
ini akan diikuti dengan pengecilan pada komponen melintang yaitu
E
x y
E
x z
2.5 dimana
adalah suatu konstanta yang disebut dengan
ratio Poisson
Poisson’s
Ratio
. Untuk sebagian besar bahan, ratio poisson dapat diambil sama dengan 0,25.
Untuk baja struktur biasanya diambil sama dengan 0,3. Apabila elemen di atas mengalami kerja tegangan normal
z y
x
, ,
secara serempak, terbagi rata di sepanjang sisinya, komponen resultante regangan dapatdiperoleh dari persamaan 2.4 dan 2.5 yaitu :
z y
x x
E 1
z x
y y
E 1
2.6
y x
z z
E 1
Pada persamaan 2.6, hubungan antara perpanjangan dan tegangan sepenuhnya didefinisikan oleh konstanta fisik yaitu
E
dan . Konstanta yang
sama dapat juga digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara regangan geser dan tegangan geser.
Hukum Hooke untuk tegangan geser dan regangan geser
Gambar 2.8. Tegangan Geser Murni pada Elemen Benda Tegangan geser yang bekerja pada benda adalah
yz,
Gambar 2.6.3.1
.
Apabila hanya pasangan
yz
yang bekerja maka benda belum setimbang, supaya benda menjadi setimbang maka harus pula bekerja pasangan tegangan geser
zy
yang sama besar dengan
yz
Gambar 2.6.3.2.a. Akibat bekerjanya tegangan geser
yz
dan
zy
maka benda akan mengalami deformasi seperti Gambar 2.6.3.2.b. Regangan geser yang terjadi pada benda adalah yang merupakan besaran yang
tidak berdimensi, besar regangan geser akan sebanding dengan gaya geser yang bekerja pada benda, sehingga:
G 2.7
dimana : konstanta
G
disebut
modulus elastisitas dalam geser modulus of elasticity in
shear
atau
modulus kekakuan modulus of rigidity
.
Nilai modulus geser juga dapat ditentukan melalui rumus:
1 2
E G
2.8
a
b Gambar 2.9 a. Tegangan Geser. b. Deformasi Geser
BAB III IDEALISASI STRUKTUR
3.1 Umum
Untuk menganalisis core wall selalu diidealisasikan menjadi boom-boom. Boom-boom tersebut diasumsikan sebagai bagian pemusatan daerah dinding.
Sehingga dinding antara boom-boom ini kemudian hanya mampu menahan tegangan geser saja. Selanjutnya nilai dari direct stress ditentukan oleh titik berat
dari tiap boom dan tebal dinding seperti juga tegangan geser di dalam dinding antara boom-boom ini diharapkan tetap konstan.
Tegangan geser di dalam bidang tampang dan tegak lurus pada garis pertengahan tampang diabaikan selagi tegangan geser searah garis pertengahan
dan hal ini dianggap konstan.
3.2 Idealisasi Panel Dinding Tipis di Pengaruhi Linearly Varying Direct Stress
Distribusi direct stress di dalam panel dinding tipis diasumsikan dapat berubah secara linier di sekitar tampang. Umpamakan Gambar 3.1.a adalah
sebagai panel tipis yang mempunyai tebal t, kedalaman b dan panjang L. Kemudian penel tipis ini bisa dibagi menjadi dua daerah boom yaitu B1 dan B2.
Masing-masing boom diperkirakan bekerja direct stress 1 dan 2 seperti yang ditunjukkan di dalam Gambar 3.1.b. Menurut ini dan untuk beban langsung yang
sama jadinya :
2 1
2 2
1 1
2 1 bt
B B
3.1