14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para
investor, kreditur, dan pemerintah. Perusahaan yang melakukan penawaran kepada publik atau go public wajib menyampaikan laporan perusahaan kepada
bapepam badan pengawas pasar modal. Keadaan pasar modal merupakan salah satu sarana yang ada untuk mendapatkan modal bagi perusahaan untuk
mendapatkan modal bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan,
dan tata kelola perusahaan good corporate governance yang semakin bagus, memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya.
Hal ini juga disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang semakin memikirkan kelestarian alam untuk kelangsungan hidup manusia dan terutama pada
kesejahteraan sosial yang kini telah mengubah konsep akuntansi, yaitu untuk lebih memperhatikan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan, perhatian ini terwujud
dalam bentuk pertangungjawaban sosial perusahaan kepada masyarakat yang didalam akuntansi dinamakan Social Responsibility Accounting SRA atau
akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Penerapan Corporate Social Responsibility CSR dalam perusahaan-
perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik
15 ataupun kepada pemegang saham, tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap
para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
CSR menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak – pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja.
CSR dapat menunjukkan semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas,
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pengembangan program – program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan,
pembangunan masyarakat, beasiswa dan sebagainya. Tabel 1.1
kriteria kepuasan masing – masing stakeholder Stakeholder
Kriteria kepuasan stakeholder Pemegang saham
Prestasi keuangan Karyawan
Kepuasan kerja, gaji, supervisi Konsumen
Kualitas, pelayanan, lokasi, harga Kreditor
Creditworthiness Komunitas
Kontribusi terhadap komunitas Pemasok
Transaksi yang memuaskan Pemerintah
Kepatuhan terhadap hukum
Pemikiran yang mendasari CSR yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban – kewajiban
ekonomis dan legal kepada pemegang saham atau stakeholder tapi juga kewajiban – kewajiban terhadap pihak – pihak lain, karena perusahaan tidak bisa
hidup, beroperasi, dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. Pengertian CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
16 memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan semakin mendapatkan perhatian oleh
kalangan dunia usaha sejak era reformasi bergulir, masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan pada tingkat
kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan CSR Daniri, 2007.
Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para
investor, kreditur dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengungkapan yang sifatnya wajib mandatory disclosure dan pengungkapan
yang sifatnya sukarela voluntary disclosure, pengungkapan wajib merupakan ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan yaitu institusi yang berisi
tentang hal – hal yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan menurut standar yang berlaku. Sedangkan pengungkapan yag bersifat sukarela ini tidak
disyaratkan oleh standar, tetapi dianjurkan dan akan memberi nilai tambah bagi perusahaan yang melaksanakannya.
Menurut Utama 2007 perkembangan CSR juga terkait dengan semakin parahnya lingkungan yang terjadi di indonesia maupun dunia, sejalan dengan
perkembangan tersebut, Undang – Undang No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya dibidang yang terkait
dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
17 lingkungan. Alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR
secara sukarela hanya untuk mentaati peraturan yang ada. Adapun dampak sosial yang ditimbulkan oleh masing – masing perusahaan
tidak selalu sama, mengingat banyak faktor yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya sekalipun perusahaan tersebut berada dalam satu jenis
usaha yang sama. Faktor – faktor yang membedakan perusahaan disebut juga dengan karakteristik perusahaan, yang diantaranya adalah ukuran perusahaan,
tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, tingkat leverage, kendala sosial yang dimiliki, umur perusahaan, profil perusahaan, kepemilikan manajemen, struktur
dewan komisaris, negara pemilik suatu perusahaan, negara tempat didirikannya perusahaan, dan sebagainya. Semakin kuat karakteristik yang dimiliki suatu
perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada publik.
Banyak penelitian yang menemukan terdapat hubungan positif antara CSR dengan kinerja keuangan, walaupun dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan
CSR tidak lagi dianggap sebagai cost melainkan sebagai investasi bagi perusahaan.
Sebagai contoh, PT. Gudang garam yang berada di Kediri, Jawa Timur dimana permasalahannya mengenai mogok kerja masal yang menuntut perbaikan
gaji dan kesejahteraan pekerja. PT. Freepot Indonesia yang berada di Papua yang beroperasi semenjak tahun 1969 yang konfliknya masih berkepanjangan hingga
saat ini yang berkaitan dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi. PT. Lapindo Brantas yang berada di Sidoarjo, Jawa
18 Timur yang konfliknya masih berkepanjangan yang diakibatkan karena kejadian
lumpur Lapindo tidak sebatas pada kerusakan sosial, namun juga kerusakan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan mengakibatkan banyak kerusakan seperti
hamparan sawah, tambak dan pekarangan berubah menjadi hamparan lumpur. PT. Kereta Api indonesia yang berada di Jakarta dimana permasalahannya mengenai
penolakan serikat pekerja yang menolak kembalinya dewan direksi lama, karena dianggap bertanggungjawab atas beberapa kasus kecelakaan kereta api yang
terjadi di indonesia. Rosmasita 2007 menyatakan bahwa kepemilikan manajemen, tingkat
leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas secara bersama – sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur. Secara parsial hanya variabel kepemilikan manajemen yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
Sitepu 2008 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan memiliki kemampuan
mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur. Secara parsial hanya variabel dewan komisaris dan
profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Sianturi 2009 menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, ukuran dewan komisaris, tipe kepemilikan perusahaan, secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
Secara parsial hanya variabel profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Sandra 2011 menyatakan bahwa ukuran
19 perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajemen,
leverage secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial hanya variabel dewan komisaris
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Berdasarkan penelitian – penelitian yang telah dilakukan diatas, terdapat
keanekaragaman hasil – hasil dari penelitian tersebut. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan pengujian kembali apakah karakteristik perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan sosial dengan mereplikasi penelitian dari sandra 2011 dan menambah variabel usia perusahaan dalam penelitian karna dianggap
memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai unit analisis
penelitian karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi besar dalam menimbulkan masalah – masalah sosial yang berkaitan dengan lingkungan,
energi, kesehatan dan keselamatan kerja, tenaga kerja, produk dan masyarakat. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis ingin
mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan, yang diantaranya adalah Kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
umur perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan sosial perusahaan. Maka dari itu penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Praktek
Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
20
B. Perumusan Masalah