Untuk produk pengolahan dari FAK , FA
1865
, FAG , FAT
, FAE , FAR
dapat dilihat pada lampiran tabel standart untuk harian yang di peroleh dari laboratorium
PT.Socimas.
2.5. Produk dan Kendali Mutu
2.5.1.Produk
Sesuai dengan hasil hidrolisis dari minyak inti sawit pada splitting 400 di PT.Socimas maka didapatlah asam lemak yaitu asam laurat sebagai komposisi yang
terbesar sekitar 46-48. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh berantai sedang yang tersusun dari 12 atom C. Asam laurat ini memiliki titik lebur 44°C dan titik didih
225°C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan.
2.5.2.Kendali Mutu
Untuk menganalisa asam laurat hasil hidrolisis minyak inti sawit, dilakukan kendali mutu antara lain bilangan asam dan bilangan penyabunan, bilangan iodin,
titik cair, asam lemak bebas. a. Bilangan asam
Keadaan setimbang pada hidrolisa asam laurat ditandai oleh bilangan asam AV asam lemak yang berada pada kisaran 269-275 mg KOHg sesuai dengan
kualitas minyak inti sawit. Penyimpangan terhadap parameter ini ini menandai menurunnya tingkat derajat hidrolisa dan harus di netralisir dengan mengencerkan
Universitas Sumatera Utara
kadar air gliserin dengan penambahan air secara proporsional. Keadaan yang tidak setimbang seperti jumlah pemakaian air yang terlalu besar atau suhu splitter melewati
suhu kisaranya, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya bilangan asam. Maka dilakukan analisa bilangan asam.
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas serta, dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan Asam =
� � � � 56,1 �
Dimana : A = Jumlah ml KOH untuk titrasi
N = Normalitas larutan KOH G = Bobot contoh gram
56,1 = Bobot molekul KOH Ketaren, 2005
b. Bilangan penyabunan Parameter yang penting dikontrol pada minyak inti sawit dan sangat perlu
dipertahankan adalah bilangan penyabunan,. Jika bilangan penyabunan menurun maka akan menurunkan bilangan asamnya. Sehingga asam laurat tidak dapat menyabunkan
lemak. Bilangan Penyabunan ialah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Apabila minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan
trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
Universitas Sumatera Utara
lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam , sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.
Campuran minyak atau lemak dengan larutan KOH didihkan pada pendingin alir-balik sampai terjadi penyabunan yang lengkap, kemudian larutan KOH yang
tersisa ditetapkan dengan jalan titrasi dengan HCl 0,5 N. Bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliekivalen larutan alkali beralkohol
yang dipergunakan, dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali tersebut, dibagi dengan berat minyak atau lemak dalam gram.
Bilangan Penyabunan =
�−� � 28,05 �
Dimana: A = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi blanko
B = Jumlah ml HCl 0,5 N untuk titrasi contoh G = Bobot contoh minyak gram
28,05 = Setengah dari bobot molekul Ketaren, 2005
c. Bilangan Iodin Bilangan iodin ialah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan
sejumlah contoh minyak atau lemak 0,1 sampai 0,5 gram dalam klorofrom atau karbon tetraklorida, kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah
didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol, kelebihan dari iod yang tidak bereaksi diukur dengan mentitrasi larutan campuran tadi dengan
natrium tiosulfat. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Universitas Sumatera Utara
Bilangan iodin =
�−�� � � 12,69 �
Dimana : B
= jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi blanko S
= jumlah ml Na
2
S
2
O
3
untuk titrasi contoh N
= normalitas larutan NA
2
S
2
O
3
G = bobot contoh gram
Paquot,1987 d. Ttitik Cair
Lemak atau minyak hewani dan nabati merupakan campuran dari gliserida dan komponen lainnya, sehingga tidak mempunyai titik cair yang tepat, tetapi mencair
diantara kisaran suhu tertentu. Asam lemak selalu menunjukkan kenaikan titik cair dengan semakin panjangnya rantai karbon. Asam lemak yang derajat
ketidakjenuhannya semakin tinggi, mempunyai titik cair yang semakin rendah. Asam lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada asam
lemak yang berstruktur cis. Sudarmadji, 1980
e. Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas merupakan fraksi yang tidak termasuk kedalam lemak yang
dapat mempengaruhi kualitas minyak. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hirolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan
pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2 dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni
tubuh. Kadar asam lemak bebas FFA =
� ��� � � ��� � �� � 100 � � 1000
Dimana V KOH
= volume dari KOH
Universitas Sumatera Utara
N KOH = normalita KOH
BM = berat molekul asam lemak
G = bobot contoh gram
Paquot, 1987 f.
Metode titrasi Dalam menganalisa bilangan asam dan bilangan penyabunan pada asam laurat
digunakan dengan metode titrasi asam-basa atau titrasi alkalimetri. Titrasi alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa. Alakalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antar ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dri basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna antara
bentuk terionisasinya dan tidak terionissinya. Sebgai contoh fenolftalein PP, mempunyai pKa 9,4 dengan perubahan warna antara pH 8,4-10,4. Struktur
fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH meninggkat yang mengakibatkan
terjadinya perubahan warna.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat