2.3.1 Airfoil
Airfoil atau aerofoil adalah suatu bentuk geometri yang apabila ditempatkan di suatu aliran fluida akan memproduksi gaya angkat lift lebih besar
dari gaya hambat drag. Pada airfoil terdapat bagian-bagian seperti berikut : a
Leading Edge adalah bagian yang paling depan dari sebuah airfoil. b
Trailing Edge adalah bagian yang paling belakang dari sebuah airfoil. c
Chamber line adalah garis yang membagi sama besar antara permukaan atas dan permukaan bawah dari airfoil mean chamber line.
d Chord line adalah garis lurus yang menghubungkan leading edge dengan
trailing edge. e
Chord c adalah jarak antara leading edge dengan trailling edge. f
Maksimum chamber adalah jarak maksimum antara mean chamber line dan chord line. Posisi maksimum chamber diukur dari leading edge dalam
bentuk persentase chord. g
Maksimum thickness adalah jarak maksimum antara permukaan atas dan permukaan bawah airfoil yang juga diukur tegak lurus terhadap chord line.
Gambar 2.11 Bagian-bagian airfoil
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa tipe airfoil : a.
Under Chamber Untuk pesawat yang lebih lambat slow flyer , atau yang memiliki
Reynolds Number rendah, lift tinggi pada kecepatan rendah dan hambatan juga tinggi .
Gambar 2.12 Airfoil under chamber
b. Flat-Bottom
Biasanya untuk trainer awal, memiliki lift coefficient daya angkat yang tinggi, pesawat lambat dan kemampuan manuver terbatas.
Gambar 2.13 Airfoil flat bottom
c. Semi-Simetris
Untuk trainer lanjutan, pesawat lebih cepat, dan pesawat mulai dapat melakukan basic manuver.
Gambar 2.14 Airfoil semi simetris
Universitas Sumatera Utara
d. Fully Simetris
Airfoil jenis ini biasanya digunakan pada pesawat akrobatik.
Gambar 2.15 Airfoil fully simetris
2.3.2 Sejarah Perkembangan Airfoil
Penelitian serius untuk mengembangkan airfoil mulai dilakukan sejak akhir abad 19. Meskipun saat itu telah diketahui bahwa plat datar pun dapat
membangkitkan gaya angkat pada sudut serang tertentu, namun ada kecenderungan pemikiran bahwa bentuk airfoil melengkung yang menyerupai
bentuk sayap burung dapat menghasilkan gaya angkat yang lebih efektif. Paten bentuk airfoil pertama tercatat atas nama Horatio F. Phillips pada
tahun 1884. Phillips adalah seorang kebangsaan Inggris yang yang pertama kali melakukan pengujian terowongan angin terhadap airfoil secara serius.
Pada waktu yang hampir bersamaan, Otto Lilienthal memiliki ide yang sama. Setelah melakukan pengukuran yang teliti terhadap bentuk sayap burung, ia
menguji bentuk airfoil dengan kelengkungan pada mesin pemutar dengan diameter 7 meter. Lilienthal percaya bahwa kunci sukses untuk melakukan
penerbangan adalah dengan menggunakan airfoil lengkung. Ia juga mengujinya dengan radius nose yang berbeda-beda.
Tahun 1902 Wright bersaudara melakukan pengujian airfoil mereka di terowongan angin, untuk mengembangkan bentuk yang efisien yang kemudian
memicu keberhasilan mereka pada penerbangan pertama 17 Desember 1903.
Universitas Sumatera Utara
Airfoil yang digunakan Wright bersaudara sangat mirip dengan desain dari Otto Lilienthal, yaitu tipis dan melengkung. Hal ini dimungkinkan karena pengetesan
airfoil pada masa awal dilakukan pada bilangan Reynold yang sangat rendah. Pemikiran salah bahwa airfoil yang efektif harus memiliki bentuk tipis dan
kelengkungan tinggi merupakan alasan pesawat udara yang pertama menggunakan sayap ganda.
Bentuk airfoil tipis dan kelengkungan tinggi kemudian semakin ditinggalkan dan menyusut jumlahnya secara bertahap dalam kurun waktu satu
dekade berikutnya. Airfoil dengan cakupan luas kemudian dikembangkan, yang umumnya
secara trial and error. Beberapa bentuk yang cukup sukses adalah Clark Y dan Gottingen 398 yang digunakan sebagai basis bentuk airfoil yang diuji oleh NACA
pada awal tahun 1920-an.
2.3.3 Airfoil NACA National Advisory Committee for Aeronautics