Simulasi Deformasi dan Tegangan Sayap Pesawat Tanpa Awak Berbahan Komposit Serat Rock Wool dan Polyester dengan Software Ansys 14.0

(1)

SIMULASI DEFORMASI DAN TEGANGAN SAYAP PESAWAT TANPA AWAK BERBAHAN KOMPOSIT SERAT ROCK WOOL DAN

POLYESTER DENGAN SOFTWARE ANSYS 14.0

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RAHMAD HIDAYAT 090401010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tiada daya dan kekuatan selain dari-Nya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang dipilih diambil dari mata kuliah Pengecoran logam, yaitu “SIMULASI DEFORMASI DAN TEGANGAN SAYAP PESAWAT TANPA AWAK BERBAHAN KOMPOSIT SERAT ROCK WOOL DAN POLYESTER

DENGAN SOFTWARE ANSYS 14.0”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, pengetahuan, dan lain-lain dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis telah berupaya dengan segala kemampuan pembahasan dan penyajian, baik dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari perkuliahan, menggunakan literatur, serta bimbingan dan arahan dari Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai Dosen Pembimbing.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Hasan Basri dan Ibunda Asmaniar, kakak-kakak tersayang (Suhermanto, Suherdi, Nora Delvi, dan Asrianto) atas doa, kasih sayang, pengorbanan, tanggung jawab yang selalu menyertai penulis, dan memberikan penulis semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang banyak memberi arahan, bimbingan, motivasi, nasehat, dan pelajaran yang sangat berharga selama proses penyelesaian Skripsi ini.

3. Bapak Dr.-Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri dan Ir.Syahril Gultom, MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik USU. Bapak Ir.Tugiman, MT selaku Koordinator Skripsi.


(3)

4. Seluruh Staf Pengajar DTM FT USU yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis hingga akhir studi selesai, dan seluruh pegawai administrasi DTM FT USU, juga kepada staf Fakultas Teknik.

5. Teman satu tim (Juliono Susanto, Fauzi Kharisma Putra, dan T. Muhammad Rinaldi Aulia) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bergabung dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

6. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin stambuk 2009, khususnya (Ramadhan Daulay, Tri Septian Marsah dan Harri Rusadi Dalimunte) yang banyak memberi motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Kakak-kakak dan keluarga besar penulis yang banyak memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah dan hingga tugas skripsi ini selesai.

8. Anggun Dini Pertiwi, Lala Maulida, dan Retno Galuh Alfia yang selalu memberi dorongan dan semangat selama proses pengerjaan skripsi ini selesai.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu yang didapat selama dibangku kuliah. Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan serta bahasa yang tidak tepat dalam skripsi ini sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan yang membacanya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juli 2014 Penulis,

Rahmad Hidayat NIM : 090401010

   


(4)

ABSTRAK

Komponen yang terdapat pada pesawat adalah sayap. Sayap sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah komponen pesawat terbang. Sayap juga terdiri dari beberapa jenis dan bentuk. Dalam kasus ini sayap yang disambungkan pada badan pesawatyang dijadikan pusat tumpuan untuk melihat terjadinya deformasi dan tegangan pada sayap pada saat keadaaan statis. Sayap sendiri mempunyai fungsi sebagai penghambat laju angin dan memberikan gesekan pada

sayap pesawat sehingga gaya laju angin pada pesawat terhambat. Sayap dimodel dengan menggunakan Solidwork dan disimulasi menggunakan software ANSYS 14.0

Workbench yang berbasis metode elemen hingga. Pada penelitian ini, didapat hasil tegangan yang lebih bagus dari hasil uji tarik sehingga sayap layak digunakan untuk terbang. Tegangan maksimum yang terjadi sebesar 14.248 MPa deformasi

maksimum yang terjadi sebesar 1.2287 mm.


(5)

ABSTRACT

One of the most important component in an aeroplane is wing. Wing has several

types and shapes. In this case, wing is connected at body’s plane which become

center of the plane to see the deformation and stress in wing at static condition. The

function of wing is to make disparity of pressure at top surface and bottom surface so

that the aeroplane can fly up. Wing is modeled with solidwork and simulated with

ANSYS v14.0 Software basically finite element method inside. At this research, the

emerge stress is better than tensile test result . base on this result, wing is reasonable

to used . Maximum stress is 14.248 MPa and maximum deformation is 1.2287 mm.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR NOTASI ... xi

BAB 1PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Batasan Masalah ... 4

Manfaat Penelitian ... 4


(7)

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Komposit ... 6

Klasifikasi Komposit ... 6

Kelebihan Bahan Komposit ... 7

Sayap ... 8

Jenis Sayap Pesawat Berdasarkan Penempatan Fulselage ... 11

Jenis Sayap Pesawat berdasarkan Jumlah Sayap ... 13

Jenis sayap pesawat terbang berdasarkan bentuk sayap ... 14

Struktur Sayap ... 15

Metode Elemen Hingga ... 16

Metode Hand Lay Up ... 17

Bilangan Reynolds (Reynolds Number) ... 19

Gaya Angkat dan Gaya Hambat ... 19

Azas Bernauli ... 21

Tegangan ... 23

Regangan ... 23

HukumNewton III ... 24

Hukum Newtom 1 ... 24

Hukum Newton 2 ... 25

Hukum Newton 3 ... 28

Aplikasi pada sayap pesawat ... 29


(8)

Karakteristik Airfoil ... 34

Bentuk-bentuk airfoil ... 36

2.1 Stabilitas Terbang ... 37

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN ... 41

Pendahuluan ... 41

Waktu dan Tempat ... 41

Proses Pembuatan ... 42

Desain dan Pemodelan sayap ... 42

Proses Pembuatan Mal ... 42

Proses Pembuatan Cetakan ... 43

Proses Hand Lay Up ... 43

Proses Finishing ... 44

3.2 Material yang Dipilih untuk Sayap ... 44

Analisa Simulasi Numerik ... 46

Tampilan Pembuka Ansys 14.0 ... 46

Mendefinisikan Sistem Analisa ... 47

Mendefinisikan Material Properties ... 48

Tampilan Gambar Sayap ... 48

Proses Meshing ... 49

Proses Static Structural ... 50

Proses Solution ... 51


(9)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

Analisa Kecepatan Pesawat ... 54

Analisa Gaya-Gaya yang Terjadi ... 55

Menghitung Nilai Trust ... 55

Menghitung Nilai Drag ... 58

Menghitung Nilai Lift ... 59

Menghitung Nilai Weight ... 60

Hasil Simulasi ... 61

Simulasi Hasil Distribusi Deformasi ... 61

Simulasi Hasil Equivalent Strain ... 62

Simulasi Hasil Equivalent Stress ... 63

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

Kesimpulan ... 64

Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... xii

LAMPIRAN ... xiv


(10)

Gambar 2.1 Klasifikasi Material Teknik ... 6

Gambar 2.2 Sayap Pesawat ... 9

Gambar 2.3 Bagian Bagian Sayap dan Fungsinya ... 10

Gambar 2.4 Jenis Pesawat Bersayap Parasol ... 12

Gambar 2.5 Jenis Pesawat Bersayap Tinggi (High Wing) ... 12

Gambar 2.6 Jenis Pesawat Bersayap Tengah (Mid Wing) ... 12

Gambar 2.7 Jenis Pesawat Bersayap Bawah (Low Wing) ... 13

Gambar 2.8 Jenis Pesawat Bersayap Tunggal ... 13

Gambar 2.9 Jenis Pesawat Bersayap Dua ... 13

Gambar 2.10 Jenis Pesawat Bersayap Tiga... 14

Gambar 2.11 Bentuk Bentuk sayap ... 15

Gambar 2.12 Struktur Sayap ... 15

Gambar 2.13 Metode Hand Lay Up ... 18

Gambar 2.14 Gaya yang bekerja pada pesawat ... 20

Gambar 2.15. Penampang Pesawat 1 ... 29

Gambar 2.16 Penampang Sayap 2 ... 30

Gambar 2.17 Kemiringan sayap pesawat ... 30

Gambar 2.18 Sudut Serang ... 31

Gambar 2.19 NACA 2412 Airfoil Geometry ... 33

Gambar 2.20 Proses Terbentuknya Gaya Angkat ... 35

Gambar 2.21 Bentuk-bentuk Airfoil ... 37

Gambar 2.22 Stabilitas Statik ... 39


(11)

Gambar 3.1 Desain dan pemodelan sayap menggunakan software solidwork ... 42

Gambar 3.2 Proses pembuatan cetakan sayap... 43

Gambar 3.3 Proses finishing ... 44

Gambar 3.4 Tampilan awal Ansys 14.0 workbench ... 46

Gambar 3.5 Tampilan sistem analisa ... 47

Gambar 3.6 Tampilan Engineering Data ... 47

Gambar 3.7 Tampilan material properties... 48

Gambar 3.8 Tampilan pembuatan sayap dari Solidwork ... 49

Gambar 3.9 Tampilan gambar sayap hasil meshing ... 50

Gambar 3.10Tampilan gambar sayap hasil fixed support ... 50

Gambar 3.11 Tampilan sayap yang dikenai beban ... 51

Gambar 3.13 Tampilan proses solution ... 52

Gambar 3.14 Diagram alir penelitian ... 53

Gambar 4.1 Simulasi Hasil Distribusi Deformasi ... 61

Gambar 4.2 Hasil Simulasi Hasil Eqivalentu Strain ... 62


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lokasi dan aktifitas penelitian ... 41

Tabel 3.2 Karakteristik material komposit rock wool dan polyester ... 45 Tabel 3.3Data khusus pesawat tanpa awak ... 45


(13)

DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan

A Luas penampang mm2

A0 = At Luas penampang sayap pesawat mm2

Cd Coefficient of drag Cl Coefficient of lift

D Gaya hambat Newton

E Modulus Young Gpa

F Gaya Newton

L Gaya angkat Newton

L0 Panjang mula-mula mm

ΔL Perpanjangan mm

m0 Massa flow rata-rata sebelum masuk per waktu kg/s

mt Massa flow rata-rata sebelum keluar per waktu kg/s

P1 Tekanan dari bawah pesawat Pa

P2 Tekanan dari atas pesawat Pa

T Gaya dorong Newton

V Kecepatan pesawat m/s

V0 Kecepatan udara yang masuk m/s

V1 Kecepatan udara dibawah pesawat m/s

V2 Kecepatan udara diatas pesawat m/s

Vt Kecepatan udara yang dihasilkan m/s

ν Poisson Ratio


(14)

σ Tegangan Mpa

ε Regangan


(15)

ABSTRAK

Komponen yang terdapat pada pesawat adalah sayap. Sayap sendiri merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah komponen pesawat terbang. Sayap juga terdiri dari beberapa jenis dan bentuk. Dalam kasus ini sayap yang disambungkan pada badan pesawatyang dijadikan pusat tumpuan untuk melihat terjadinya deformasi dan tegangan pada sayap pada saat keadaaan statis. Sayap sendiri mempunyai fungsi sebagai penghambat laju angin dan memberikan gesekan pada

sayap pesawat sehingga gaya laju angin pada pesawat terhambat. Sayap dimodel dengan menggunakan Solidwork dan disimulasi menggunakan software ANSYS 14.0

Workbench yang berbasis metode elemen hingga. Pada penelitian ini, didapat hasil tegangan yang lebih bagus dari hasil uji tarik sehingga sayap layak digunakan untuk terbang. Tegangan maksimum yang terjadi sebesar 14.248 MPa deformasi

maksimum yang terjadi sebesar 1.2287 mm.


(16)

ABSTRACT

One of the most important component in an aeroplane is wing. Wing has several

types and shapes. In this case, wing is connected at body’s plane which become

center of the plane to see the deformation and stress in wing at static condition. The

function of wing is to make disparity of pressure at top surface and bottom surface so

that the aeroplane can fly up. Wing is modeled with solidwork and simulated with

ANSYS v14.0 Software basically finite element method inside. At this research, the

emerge stress is better than tensile test result . base on this result, wing is reasonable

to used . Maximum stress is 14.248 MPa and maximum deformation is 1.2287 mm.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sayap pesawat adalah bagian utama pesawat terbang yang terpasang pada

fulselage dan berfungsi sebagai penghasil lift disamping sebagai penyimpan bahan bakar. Saat pesawat sedang terbang dalam kondisi cruise, maka pesawat harus mampu menghasilkan gaya angkat sebesar berat pesawat tesebut.

Seiring perkembangan zaman bahan sayap juga dibuat dari berbagai material

yang bersifat unggul diantaranya adalah komposit. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi memuculkan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang. Dunia

teknik merupakan salah satu bidang yang menunjukkan perkembangan yang sangat

pesat. Terobosan-terobosan baru senantiasa dilakukan dalam rangka mencapai suatu

hasil yang bermanfaat bagi manusia. Komposit merupakan salah satu jenis material

yang dibuat dengan penggabungan beberapa material berbeda menjadi satu material

baru.

Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu

mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum aerodinamika untuk

mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik

senjata maupun muatan lainnya . Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini


(18)

berbeda dengan pesawat tanpa awak karena rudal tidak bisa digunakan kembali dan

rudal adalah senjata itu sendiri.

Pesawat tanpa awak memliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakter yang

bervariasi. Sejarah pesawat tanpa awak adalah Drone, pesawat tanpa awak yang

digunakan sebagai sasaran tembak. Perkembangan kontrol otomatis membuat

pesawat sasaran tembak yang sederhana mampu berubah menjadi pesawat tanpa

awak yang kompleks dan rumit.

Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi pertama yaitu

dikontrol melalui pengendali jarak jauh dan variasi kedua adalah pesawat yang

terbang secara mandiri berdasarkan program yang dimasukan kedalam pesawat

sebelum terbang.

Penelitian ini dilakukan untuk mendesain pesawat tanpa awak dengan

menggunakan bahan komposit. Bahan komposit yang akan diteliti adalah campuran

rock wool dengan resin polyester 157. Melalui penelitian ini diharapkan didapatkan suatu bahan komposit yang ringan dan memiliki sifat mekanik (mechanical propesrties) yang baik.

Dengan adanya pengembangan UAV, maka pengembangan dari sisi material

ringan dan kuat untuk body dan sayap pesawat itu sendiri merupakan sebuah kajian

teoritis yang selayaknya mendapatkan perhatian dari para peneliti, sehingga

diharapkan Pesawat UAV generasi selanjutnya memiliki unjuk kerja yang lebih baik


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada material komposit (rock wool dan polyester 157) untuk aplikasi pesawat tanta awak (UAV). Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah meneliti

sifat mekanik dari bahan komposit terutama pada bagian sayap dengan dilakukan

simulasi software Ansys 14.0 Workbench.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah berupa hasil simulasi software

Ansys 14.0 Workbench dengan beban pada bagian sayap dengan data yang diperoleh dari hasil pengujian tarik terhadap resin polyester 157 dengan diperkuat serat rock wool sebagai bahan pembuat pesawat tanpa awak.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui respon

material berbahan komposit resin polyester 157 yang diperkuat serat rock wool yang diaplikasikan untuk pesawat tanpa awak terutama pada bagian sayap menggunakan simulasi Ansys 14.0 workbench.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui nilai distribusi deformasi pada sayap UAV material

komposit serat rock wool dan resin polyester 157 dengan menggunakan simulasi software Ansys 14.0 workbench.


(20)

2. Mengetahui tegangan maksimum yang diperoleh sayap material

komposit resin polyester 157 dengan diperkuat serat rock wool

dengan menggunakan simulasi software Ansys 14.0 workbench. 1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Membuat material komposit baru yaitu rock wool sebagai serat dan resin polyester 157 sebagai filter.

2. Di bidang akademik, penelitian ini digunakan sebagai referensi

tambahan untuk penelitian tentang komposit serat rock wool, dimana

rock wool biasanya hanya digunakan sebagai isolasi.

3. Di bidang industri, dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman

dalam pembuatan komposit yang terbuat dari serat alam sehingga

dapat mengurangi penggunaan material logam yang semakin lama

semakin tipis.

1.5. Batasan Masalah

Agar masalah tidak melebar dari pembahasan utama, maka permasalahan

hanya dibatasi pada kajian untuk mendapatkan campuran komposit (serat rock wool

dengan resin polyester 157) sebagai material yang digunakan dalam pembuatan pesawat tanpa awak (UAV)


(21)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari

5 bab. Dimana pada bab pertama memberikan gambaran menyeluruh mengenai tugas

akhir yang meliputi pembahasan tentang latar belakang, perumusan dan batasan

masalah, tujuan dan sistematika penulisan. Pada bab dua berisikan landasan teori dan

studi literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan serta metode pendekatan

yang digunakan untuk menganalisa persoalan. Pada bab tiga memuat prosedur

pembuatan sayap pesawat tanpa awak (UAV)dari material komposit dengan metode

hand lay up. Berisi juga spesifikasi dari alat dan bahan yang digunakan dan jumlah campuran yang digunakan dalam proses pembuatan serta berisi langkah-langkah

proses pembuatan yang digunakan dalam pengamatan. Pada bab keempat berisikan

tentang hasil dan pembahasan, berisi tentang hasil pengolahan data yang diperoleh

dari hasil uji tarik kemudian dilakukan simulasi software ansys 14.0 workbench. Pada bab kelima berisikan tentang kesimpulan dan saran, berisikan jawaban dari tujuan

dari penelitian dan selanjutnya daftar pustaka serta lampiran.


(22)

2.1. Komp Material T   Komposit phasa, dim kontinu me 2.1.1 Klas 1. Kompos matriks sebagai diperku 2. Kompos matriks, Logam konvensio posit Teknik sebag adalah mate mana salah sa engisolasi fa

ifikasi Kom sit serat (fibr

(bahan dasa bahan perek at dengan se sit Lapis (la

, yaitu lapis Po

onal

TIN

gai bahan str

Gambar 2.

erial multiph atu phasa pe fasa lainnya

mposit

ricus compo

ar) yang dip kat.sebagai erat dan ban

aminated com

an yang dip limer

BAB

NJAUAN P

ruktur diken .1 Klasifika hase. Namu enyusunya d yang dikena

osite) yaitu produk secar

contoh adal nyak diguna

mposite) ya perkuat oleh Struktur b

B 2

PUSTAKA

nal dalam em

asi Material

un kebanyak disebut deng

al dengan n

komposit ya ra fabrikasi, lah FRP (fib

akan. Yang s itu komposi h resin sebag

bahan Keramik Rekaya

A

mpat klasifi Teknik kan komposi gan nama m nama pengua

ang terdiri d , misalnya s

ber reinforc

sering diseb it yang terdi gai contoh p asa Teknolo

ikasi

it tersusun d matrik yang s

at.

dari serat da serat + resin

ceplastik) pl but fiber gla iri dari lapis plywood, Kompos ogi dari 2 secara an n astik ass. san dan sit


(23)

laminated glass yang sering digunakan sebagai bahan bangunan dan kelengkapannya.

3. Komposit partikel (particulate composite) yaitu komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat dengan semen yang kita jumpai sebagai beton.

2.1.2 Kelebihan Bahan Komposit Sifat-sifat mekanikal dan fisikal:

1. Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat komposit.

2. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional seperti keluli.

3. Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah berbanding dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting dalam konteks penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Implikasi kedua ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah dari logam.

Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas.Ini karena berhubungan dengan

penghematan bahan bakar.

4. Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan untuk menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap fatigue yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.

5. Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap kakisan yang lemah terutama produk yang kebutuhan sehari-hari. Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan menyebabkan biaya pembuatan yang tinggi. 6. Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya guna)

yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan matriks untuk menghasilkan komposit hibrid.


(24)

2.2Sayap

Sayap (pesawat) adalah airfoil yang disambungkan di masing-masing sisi fuselage

dan merupakan permukaan yang mengangkat pesawat di udara.Terdapat berbagai

macam rancangan sayap, ukuran dan bentuk yang digunakan oleh pabrik

pesawat.Setiap rancangan sayap memenuhi kebutuhan dari kinerja yang diharapkan

untuk rancangan pesawat tertentu.Sayap dapat dipasang di posisi atas, tengah atau

bawah dari fuselage.Rancangan ini disebut high-, mid- dan low-wing.Jumlah sayap juga berbeda-beda. Pesawat terbang dengan satu set sayap disebut monoplan

sedangkan pesawat terbang dengan dua set sayap disebut biplane.

Gambar 2.2 Sayap Pesawat

Banyak pesawat dengan sayap di atas (high-wing) mempunyai tiang penahan di luar atau disebut dengan wing-strut yang menyerap beban penerbangan dan pendaratan dari strut ke struktur fuselage. Karena biasanya wing-strut ini tersambung di tengah sayap, tipe struktur sayap ini disebut semi-cantilever. Beberapa high-wing dan sebagian besar low-wing mempunyai rancangan full-cantilever yang dirancang untuk menahan beban tanpa tambahan strut di luarnya. Struktur utama dari bagian sayap


(25)

adalah spar, rib dan stringer. Semua itu kemudian diperkuat oleh truss, I-beam,

tabung atau perangkat lain termasuk kulit pesawat. Rib menentukan bentuk dan ketebalan dari sayap (airfoil).Pada sebagian besar pesawat modern, tanki bahan bakar biasanya adalah bagian dari struktur sayap atau tangki yang fleksibel yang dipasang di dalam sayap.Pada pesawat-pesawat kecil wing umumnya hanya dilengkapi dengan

aileron, spoiler dan flap. Hal itu dinilai cukup karena beban kerja pilot dan mekanismenya pun tidak terlalu berat. Namun lain halnya dengan pesawat besar, tanpa adanya bidang-bidang kendali tambahan akan menjadikan pesawat

uncontrollable atau sulit sekali bahkan mungkin mustahil untuk dikendalikan. Bagian bagian yang terdapat pada sayap ada 10 bagian dengan fungsi seperti diprlihatkan pada gambar 2.3 sebagai berikut:

1. Winglet, merupakan bidang tambahan pada pesawat-pesawat tertentu untuk mengurangi terjadinya turbulensi pada wing tip.

2. Low-speed aileron, sebagai kemudi gerak bank dan roll dalam kondisi gerakan pesawat yang lambat atau dalam kondisi terbang dimana hanya

dibutuhkan sedikit bank.

3. High-speed aileron, aileron ini digunakan dalam kondisi dimana memerlukan respon gerak yang cepat dari aileron terhadap pergerakan

bank pesawat.

4. Flap track fairing, adalah batang/fairing yang dipasang untuk jalan atau

track dari flap agar ketika flap itu dikeluarkan maka akan mengikuti

tracknya.

5. Kruger flaps, yaitu flap yang tereletak pada leading edge, yang fungsinya sebagai penambah luas sayap dan memperbesar lift namun juga sekaligus memperbesar drag.

6. Slats, merupakan flap yang terletak di leading adge dengan fungsi yang sama.


(26)

7. T 8. T 9. S b 10.S m t Three slotte Three slotte Spoilers, fu biasanya pa Spoilers-air memperbes tertahan ole Gam 2.2.1 Jen Karena pesawa dibedak

ed inner flap

ed outer flap

ungsinya ia

ada saat sete

r brakes, y ar drag seh eh drag yang

mbar 2.3 Ba

nis Sayap P a letak sayap at terbang (f

kan menjad

p, flap yang

p, flap yang alah untuk

elah landing

yaitu spoile

hingga pesaw

g dihasilkan

agian Bagian

Pesawat Ber p yang berb

fuselage) ma di:

letaknya m

letaknya m

merusak l

untuk meng

er yang be wat seperti

n.

n Sayap dan

rdasarkan P eda-beda te aka pesawat

mendekati wi

mendekati wi lift, dalam gurangi lift.

erfungsi me

di rem kar

n Fungsinya

Penempata rhadap kedu t terbang da

ing root.

ing tip. artian dig

.

engurangi l

ena gerak p

a

an Fulselag udukan bada apat

gunakan

lift dan pesawat

e an


(27)

1. Pesawat terbang parasol adalah pesawat terbang yang sayapnya di

atas badan pesawat yang ditunjang dengan penyangga

sayap (wing-strut).

 

Gambar 2.4 Jenis Pesawat Bersayap Parasol

1. Pesawat terbang bersayap tinggi (high wing) adalah sayap yang di pasang langsung di bagian atas badan pesawat terbang.

Gambar 2.5 Jenis Pesawat Bersayap Tinggi (High Wing)

2. Pesawat terbang bersayap tengah (mid wing) adalah sayap yang pemasangannya di tengah-tengah badan pesawat terbang.


(28)

Gambar 2.6 Jenis Pesawat Bersayap Tengah (Mid Wing)

3. Pesawat terbang bersayap bawah (low wing) adalah sayap yang letak pemasangannya di bagian bawah badan pesawat.

Gambar 2.7 Jenis Pesawat Bersayap Bawah (Low Wing)

2.2.2 Jenis Sayap Pesawat berdasarkan Jumlah Sayap

Jenis sayap pesawat terbang berdasarkan jumlah sayap dibedakan menjadi :

1. Pesawat terbang bersayap tunggal (monoplane)


(29)

2. Pesawat terbang bersayap ganda (biplane)

Gambar 2.9 Jenis Pesawat Bersayap Dua

3. Pesawat terbang bersayap ganda tiga (triplane)

Gambar 2.10 Jenis Pesawat Bersayap tiga (Tripline)

2.2.3 Jenis sayap pesawat terbang berdasarkan bentuk sayap

Selain dari pada kedudukan sayap terhadap badan pesawat, maka pesawat terbang dapat juga ditinjau dari bentuk sayap.Bentuk sayap sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat aerodinamis dari pesawat terbang yang

bersangkutan, termasuk kemampuan (performance) pesawat terbang tersebut.

Bentuk-bentuk sayap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sayap lurus (straight wing/rectangular wing)

2. Sayap sapu ke belakang (swept back wing)

3. Sayap segi tiga (delta wing)


(30)

5. Sayap bentuk variable geometric

6. Sayap sapu ke depan (swept forward wing).

Gambar 2.11 Bentuk Bentuk sayap

2.2.4 Struktur Sayap

Struktur utama dari bagian sayap adalah spar, rib dan stringer. Semua itu

kemudian diperkuat oleh truss, I-beam, tabung atau perangkat lain termasuk kulit pesawat. Rib menentukan bentuk dan ketebalan dari sayap.


(31)

Pada sebagian besar pesawat modern, tanki bahan bakar biasanya adalah bagian dari struktur sayap atau tangki yang fleksibel yang dipasang di dalam sayap. Di sisi belakang atau trailing edge dari sayap, ada 2 tipe permukaan

pengendali (control surface) yang disebut aileron dan flap.Aileron (bidang kemudi) biasanya dimulaidari tengah-tengah sayap ke ujung sayap (wingtip) dan bekerja dengan gerakan yang berlawanan untuk menghasilkan pengaruh gaya aerodinamika pada sayap. Sedangkan flap dipasang pada bagian trailing edge dengan posisi yang simetris terhadap fuselage. Flap sama rata dengan permukaan sayap pada waktu pesawat terbang menjelajah. Pada waktu diturunkan

flap bergerak dengan arah yang sama ke bawah untuk menambah gaya angkat sayap di saat kinerja pesawat pada kecepatan rendah khususnya saat lepas landas atau mendarat.

2.3 Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga merupakan prosedur numerik yang digunakan untuk

mencari solusi dalam berbagai permasalahan keteknikan.Dalam masalah ini, metode

elemen membagi permasalahan (suatu sistem yang kompleks) tersebut menjadi

bagian-bagian kecil yang disebut elemen.Permasalahan keteknikan yang dapat

disimulasi antara lain adalah permasalahan tegangan, ragangan, perpindahan panas,

elektromagnetik, dan aliran fluida.

Secara umum permasalahan keteknikan menyangkut permasalahan matematika

dan fisika. Permasalahan matematis itu sendiri menyangkut persamaan diferensial

(differential equation) yang berhubungan dengan inisiasi dan kondisi batas.

Persamaan diferensial diperoleh dengan cara mengaplikasikan implementasi


(32)

Sifat-sifat alamiah dapat berupa sifat-sifat mekanis dan fisika seperti modulus

elastisitas, konduktifitas panas, dan viskositas yang tergantung pada variasi dan

karakteristik alamiahnya.Namun begitu, tidak semua permasalahan keteknikan dapat

diselesaikan secara ilmiah dengan tepat yang mungkin disebabkan oleh persamaan

diferensial dari kondisi alamiah yang bagitu kompleks maupun kesulitan dalam

penentuan inisiasi dan kondisi batas yang harus dipenuhi.Metode elemen hingga

menggunakan formulasi integral untuk membuat suatu system aljabar.Sebuah

pendekan dilakukan dengan fungsi-fungsi berkesinambungan (continue) yang diasumsikan untuk mempresentasikan solusi pada tiap elemen.Solusi yang lebih

lengkap dapat diperoleh dengan menggabungkan atau membangun solusi-solusi yang

sederhana.

2.4 Metode Hand Lay Up

Hand lay up atau contact molding adalah proses yang paling tua dan paling mudah untuk membentuk plastik yang diperkuat serat. Serat dan resin ditempatkan pada

cetakan dan udara yang terperangkap dihilangkan dengan alat penyapu atau roller. Lapisan-lapisan serat dan resin ditambahkan sebagai penambah untuk ketebalan. Jika

lapisan dengan kualitas tinggi yang diinginkan, gelcoat (resin dengan permukaan yang diberi pewarna) ditambahkan pada cetakan sebelum lay-up.Lay-up biasanya dilakukan pada temperature kamar, tetapi panas bisa digunakan untuk mempercepat

curing. Resin yang biasanya digunakan dalam handlay-up adalah polyesters dan


(33)

kemudahan dalam penanganannya. Sedangkan epoxies lebih mahal dan lebih sukar dalam perumusannya. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.13 sebagai berikut:

Gambar 2.13. Metode Hand Lay Up

Kelebihan penggunaan metoda ini adalah sebagai berikut:

1. Mudah dilakukan

2. Cocok di gunakan untuk komponen yang besar

3. Volumenya rendah

Proses hand lay-up biasanya dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Persiapan cetakan

Bagian-bagian cetakan dibuat dari cairan pelepas (releasefilm) dipoles dipermukaan cetakan.

2. Gel coating

Tahap ini meliputi pelapisan resin yang nantinya akan menjadi lapisan luar

laminate ketika telah terbentuk. Lapisan ini hanya dibutuhkan ketika diinginkan hasil akhir permukaan yang baik.


(34)

3. Hand lay-up

Serat dimasukkan. Resin dan hardener (sebagai pengeras) kemudian akan bercampur dan untuk memastiakan bahwa udara telah dihilangkan, digunakan

roller untuk menekan material agar rata dengan cetakan.

4. Finishing

Pada tahap ini komposit dapat sepenuhnya dikeraskan dan dapat dilakukan

proses machining.

2.5 Bilangan Reynolds (Reynolds Number)

Bilangan Reynold adalah bilangan yang tidak berdimensi yang merupakan hubungan antara massa jenis ( ρ ), viskositas dinamik ( µ ) dan kecepatan rata-rata (v) dari suatu fluida dalam sebuah pipa dengan diameter dalam (di). dengan rumus sebagai berikut:

. .

Bilangan Reynolds digunakan untuk menentukan tipe aliran, apakah aliran tersebut laminar atau turbulen, serta relatif diantaranya (transisi). Jika nilai dari bilangan Reynold, dibawah 2300, maka aliran tersebut adalah laminar dan jika nilai dari bilangan Reynold di atas 4000, maka aliran terResebut adalah turbulen. Sedangkan nilai diantara 2300 – 4000 menunjukkan aliran transisi.

2.6 Gaya Angkat dan Gaya Hambat

Gaya angkat (lift) dihasilkan oleh permukaan sayap yang dirancang agar tekanan udara di atas permukaan lebih kecil dari pada di bagian bawah.Suatu pernyataan

Vinci yang begitu visioner adalah metode separasi. Sekitar 1500 tahun yang lalu da Vinci telah mengemukakan bahwa untuk bisa terbang cukuplah dilakukan dengan


(35)

sayap tetap dan memberinya gaya dorong (drag). Hal ini didasari dari hasil pengamatannya dari teknik burung untuk terbang.

Menurutnya, sayap burung terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi

masing-masing. Bagian pangkal sayap burung yang relatif tetap (fixed) berfungsi

membangkitkan gaya angkat. Sedangkan bagian ujung sayap burung berfungsi untuk

mengepak dan membangkitkan gaya dorong. Separasi gaya menjadi gaya angkat dan

gaya dorong inilah yang sampai sekarang dipakai untuk menciptakan mesin terbang.

Seperti yang diperlihatkan gambar 2.13 yang menggambarkan 4 gaya yang bekerja

pada pesawat sebagai berikut:

Gambar 2.14. Gaya yang bekerja pada pesawat

Sumber : Federasi Aerosport Indonesia Aeromodelling

Rumus untuk menghitung lift dan drag sebagai berikut:


(36)

………(2.2)

Dimana:

L = Gaya Angkat (N/s)

D = Gaya Hambat (N/s)

C = Coefficient of lift

C = Coefficient of drag

= Densitas udara (kg/m³)

V = Kecepatan udara (m/s)

A = Luas penampang sayap (m²)

2.7 Azas Bernauli

Kecepatan udara besar menimbulkan tekananudara yang kecil, sehingga tekanan

udara dibawah sayap (v2) menjadi lebih besar dari sayappesawat bagian atas (v1).

Sehingga akan timbul gaya angkat (lift) yang menjadikan pesawat itu bias terbang. Hal ini menyebabkan tekanan udara dari atas sayap (P1) lebih kecil dari ada tekanan

di bawah sayap (P2) sehingga gaya dari bawah (F2) lebih besar dari pada gaya dari

atas (F1) maka timbullah gaya angkat pesawat.


(37)

Penerapan Hukum Bernoulli untuk mendesain pesawat terbang.Pesawat terbang

dirancang sedemikian rupa sehingga hambatan udaranya sekecilmungkin. Pesawat

pada saat terbang akan menghadapi beberapa hambatan, diantaranyahambatan udara,

hambatan karena massa badan pesawat itu sendiri, dan hambatan padasaat menabrak

awan. Setelah dilakukan perhitungan dan rancangan yang akurat danteliti, langkah

selanjutnya adalah pemilihan mesin penggerak pesawat yang mampumengangkat dan

mendorong badan pesawat.

Karena tekanan diatas lebih kecil daripada tekanan dibawah sayap, maka akan

timbul gaya dorong yang lebih besar dibawah sayap. Gaya angkat memenuhi

persamaan sebagai berikut:

F P. A

maka akan diperoleh: F ² ²

. ² . ²

sehingga , maka tekanan pada pesawat menjadi:

.

.

²

₂onstan

²

²

………(2.3)

Dimana:


(38)

P = Tekanan dari bawah pesawat (Pa)

P = Tekanan dari atas Pesawat (Pa)

v = Kecepatan udara di bawah pesawat (m/s)

v = Kecepatan udara diatas pesawat (m/s)

= Massa jenis udara (kg/m³)

A = Luas penampang (m²)

2.8 Tegangan

Apabila sebuah batang atau plat dibebani sebuah gaya maka akan terjadi gaya reaksi yang sama dengan yang arah berlawanan. Gaya tersebut akan diterima sama rata oleh setiap molekul pada bidang penampang batang tersebut. Jadi tegangan adalah suatu ukuran intensitas pembebanan yang dinyatakan oleh gaya dan dibagi oleh luas di tempat gaya tersebut bekerja. Tegangan ada bermacam-macam sesuai dengan pembebanan yang diberikan.

Komponen tegangan pada sudut yang tegak lurus pada bidang ditempat bekerjanya gaya disebut tegangan langsung. Pada pembebanan tarik akan terjadi tegangan tarik maka pada beban tekan akan terjadi tegangan tekan. Biasanya dinyatakan dalam bentuk persentasi atau tidak dengan persentasi.Besarnya tegangan menunjukkan apakah bahan tersebut mampu menahan perubahan bentuk sebelum patah. Makin besar tegangan suatu bahan maka bahan itu mudah dibentuk (Srinivasan,2006). Maka, rumus tegangan adalah:

σ

=

...(2.4) dimana:

F = gaya (Newton)


(39)

2 2.9 Rega Regangan bentuk.Bia persentasi. perubahan mudah dib ∈ dimana:

Lo = panja Δ L = perp

2.10 Hu 2.1 Hu gay kon     angan adalah suatu asanya dinya Besarnya re bentuk seb bentuk (Srin ... ang mula-mu panjangan (m ukum Newt 0.1 Hukum ukum ini me

ya yang bek

nstan. Dirum

1. Sebuah

gaya ya

2. Sebuah

kecuali

u bentuk tan atakan dalam egangan me elum patah. ivasan,2006 ... ula (mm) mm) on

m Newton 1 nyatakan ba

kerja pada be

muskan seca

h benda yan

ang tidak no

h benda yan

i ada resulta

npa dimensi m bentuk pe enunjukkan

. Makin bes 6). Maka, ru

...

1

ahwa jika re

enda) bernil

ara matemat

g sedang di

ol bekerja pa

g sedang be

an gaya yang

i untuk men ersentasi ata apakah baha ar regangan umus regang ... esultan gaya lai nol, mak

tis menjadi:

am akan tet

adanya.

ergerak, tida

g tidak nol b

nyatakan per au tidak den

an tersebut n suatu baha gan adalah:

...

a (jumlah ve ka kecepatan

tap diam kec

ak akan beru

bekerja pad

rubahan ngan

mampu men an maka bah

...(2.5

ektor dari se n benda terse

cuali ada res

ubah kecepa anya. nahan han itu 5) emua ebut sultan atannya


(40)

Hu sud me ber ber ber bah ber kon kal bah (pe Sam per 2.1 Hu den Kar var den Den per me ber mo ukum pertam dah pernah d mberikan p rpendapat ba rat seperti ba rada di langi hwa sebuah rgerak, dan u nstan diperlu lau tidak ben hwa gaya di ercepatan), t ma dengan h rcepatan, ma 0.2 Hukum ukum kedua ngan banyak rena hukum riabel massa ngan mengg

ngan F adal rcepatan ben

nghasilkan rkurang dari omentum. Pe

ma newton a dideskripsik enghargaan ahwa setiap atu akan ber it. Bintang-b

benda seda untuk satu b ukan sesuat nda tersebut iperlukan un tapi untuk m hukum perta aka benda b

m Newton 2 menyatakan knya peruba

mnya hanya b a (sebuah ko gunakan atur

lah total gay nda. Maka t

percepatan i suatu sistem erubahan m

adalah penje kan oleh Ga n pada Galil benda mem rada di atas bintang aka ang berada p benda berge tu dari luar b

t akan berhe ntuk mengub mempertahan ama Newton berada pada

2

n bahwa tot ahan momen

berlaku untu onstan) dapa

ran diferens

ya yang bek otal gaya ya

yang berban m akan men momentum in

elasan kemb

alileo.Dalam

eo untuk hu milik tempat tanah dan b n tetap bera pada kondisi erak pada ga benda terseb enti bergerak

bah kecepat nkan kecepa n Tanpa ga

kecepatan k

tal gaya pad ntum linierp

uk sistem de at dikeluark siasi. Maka:

kerja, m adal ang bekerja nding lurus. ngakibatkan ni bukanlah

bali dari huk m bukunya N

ukum ini.Ar t asal di alam benda ringan ada di surga

i alamiahny aris lurus de but yang ter k. Tetapi G tan benda te atan tidak di aya berarti ti

konstan.

da sebuah pa p terhadap w

engan mass kan dari oper

lah massa be pada suatu . Massa yan n perubahan akibat dari

kum inersia y Newton

ristoteles m semesta b n seperti asa . Ia mengira ya jika tidak engan kecep

rus mendoro alileo meny ersebut iperlukan ga idak ada artikel sama waktu : a konstan, rator diferen

enda, dan a benda ng bertamba dalam gaya. Untuk yang benda ap a atan ongnya, yadari aya. a nsial adalah ah atau k


(41)

me per terh per ini resu kon mo Hu kar me bek Imp Sis dan dap wak Intr huk Pad par New nghitung sis rsamaan yan hadap waktu rubahan bes juga secara ultan gaya y nstan. Setiap omentum tia ukum kedua rena dalam k

ndekati mom kerja pada su

puls adalah

tem dengan

n mengeluar

pat dihitung

ktu di hukum

roduction to

kum kedua N

da mekanika

rtikel-partik

wton dapat

stem dengan ng berbeda.

u tidak nol k aran.Contoh a tidak langs

yang bekerja p perubahan ap satuan wa ini perlu pe kecepatan sa

mentum seb uatu interva

suatu konse

n massa beru

rkan gas sisa

dengan han

m kedua.[14]

o Mechanics

Newton ber

a klasik, par

el dalam su

digunakan d

n massa yan Sesuai deng ketika terjad hnya adalah sung menyat a pada bend n gaya berba

aktu. erubahan jik

angat tinggi benarnya.Im al waktu Δt,

ep yang digu

ubah, sepert

a, tidak term

nya mengub

]

Alasannya

s karya Klep rlaku terhad

rtikel memil

atu sistem y

dengan men

ng bisa beru gan hukum di perubahan h gerak meli

takan kekek da nol, mom anding lurus

ka relativitas i hasil kali m mpulsJ munc

dan dirumu

unakan untu

ti roket yang

masduk dala

bah massa m

a, seperti yan

ppner dan K

ap

partikel-liki massa y

yang terdefin

njumlahkan

ubah-ubah, d pertama, tur n arah, wala ingkar berat kalan mome mentum bend

s dengan pe

s khusus dip massa denga cul ketika se uskan sebag

uk mengana

g bahan bak

am sistem te

menjadi sebu

ng tertulis d

Kolenkow, partikel sec yang konstan nisikan den semua part diperlukan runan mom aupun tidak turan. Hubun entum ketika da tersebut erubahan perhitungkan an kecepatan ebuah gayaF gai berikut:

alisis tumbuk

karnya digun

ertutup dan t uah fungsi d

dalam An

adalah bahw

cara mendas

nt. Dalam k

gan jelas, hu

ikel dalam s entum terjadi ngan a n, n tidak F kan. nakan tidak dari wa ar. kasus ukum sistem:


(42)

den dar Sis ber ked unt dan dar Den terh

(u d

did den bes me 2.1 Hu bes yan gay

nganFtotal ad

ri sistem, da

tem dengan rlubang bias dua Newton tuk menyele n menghitun ri sistem:

ngan u adal

hadap pusat

dm/dt) di se definisikan s

ngan beruba

sarnya F. M

njadi:

0.3 Hukum ukum Newto

sar yang sam

ng memberi

ya sebesar –

dalah total g

an apm adalah

n massa yang

sanya tidak d

n tidak dapat

esaikan soal

ng momentu

lah kecepata

t massa dari

ebelah kiri p

sebagai gaya

ahnya massa

Maka dengan

m Newton 3 on Ketigaad

ma, dengan a

gaya sebes

–F kepada be

gaya yang be

h percepatan

g berubah-u

dapat dihitu

t digunakan

l seperti itu d

um yang dib

an dari mass

obyek utam

persamaan, y

a (gaya yang

a, seperti do

n mengubah

3

alah gaya ak

arah terbalik

ar F pada be

enda A. F d

ekerja pada

n dari pusat

ubah seperti

ung seperti s

n langsung. P

dengan cara

bawa oleh m

sa yang mas

ma. Dalam b

yang juga di

g dikeluarka

orongan roke

definisi per

ksi dan reak

k, dan segar

enda B, mak

dan –F mem

sistem, M a t massa siste

roket atau e

sistem partik

Persamaan b

a menata ula

massa yang m

suk atau kel

beberapa ko

isebut doron

an oleh suat

et) dan dima

rcepatan, pe

ksi dari dua

ris. Artinya

ka benda B

iliki besar y

adalah total

em.

ember yang

kel, maka hu

baru diguna

ang hukum k

masuk atau k

uar relatif

nvensi, besa

ngan, tu benda ses

asukan dala

ersamaan tad

benda mem

jika ada ben

akan memb

yang sama n massa g ukum akan kedua keluar ar suai am di miliki nda A beri namun


(43)

ara F d Sec tida dua seb Sec yan me Den Fa,b Fb,a New mo mo No pad Mi kua 2.11 Ap ahnya berbed disebut seba cara sederha ak pernah h a ujung. Set buah ujung g

cara matema ng bisa ditul

mberikan g

ngan

b adalah gay a adalah gay

wton mengg omentum, na omentum ad

ether dari re da kasus yan salnya ketik antum.

plikasi Pada

da. Hukum

gai aksi dan

ananya, sebu anya pada s tiap ujung ga gaya adalah atis, hukum liskan sebag aya terhada ya-gaya yan ya-gaya yan gunakan huk amun denga dalah ide yan

elativitas Ga ng membuat ka medan ga

a Sayap Pes

ini juga terk

n –F adalah

uah gaya se sebuah bend aya ini sama cerminan d m ketiga ini b gai berikut. A ap satu sama

ng bekerja pa ng bekerja pa

kum ketiga an pengamat ng lebih men

alileo diban t hukum ket aya memilik

sawat

kenal sebaga

reaksinya. lalu bekerja da. Jadi untu a kecuali ar dari ujung la berupa persa Asumsikan a lain.

ada A oleh B ada B oleh A

untuk menu tan yang leb ndasar ditur ndingkan huk

tiga newton ki momentum

ai hukum ak

a pada sepas uk setiap gay rahnya yang ainnya. amaan vekto

benda A da

B, dan A.

urunkan huk bih dalam, k runkan mela kum ketiga, n seakan-aka m, dan dala

ksi-reaksi, d

sang benda, ya selalu me g berlawanan

or satu dime an benda B

kum kekeka kekekalan

alui teorema , dan tetap b an tidak berl am mekanika dengan dan emiliki n. Atau ensi, alan a berlaku laku. a


(44)

Udara akan Sebenarny pesawatlah dengan gam aliran udar mengalir le Karena kec rendah dib di bawah s angkat/lift.

Karena itu kecepatann penerbang

n mengalir m ya bukan uda

h yang maju mbar sayap ra di atas say

ebih cepat d cepatan uda bandingkan d

sayap yang l

, kecepatan nya turun m an disebut s

Gambar

melewati ba ara yang me u menembus yang diam. yap membu dibandingka ara yang leb

dengan teka lebih besar a

Gambar

pesawat ha maka lift nya

stall. Kecep

2.15. Penam

agian atas sa engalir mel s udara. Tap Dengan be utuhkan jarak an dengan al

ih cepat di a anan udara y akan menga

2.16 Penam

arus dijaga s akan berku atan minimu

mpang Pesaw

ayap dan ba ewati sayap pi kita akan entuk yang m

k yang lebih liran udara d atas sayap, m yang menga angkat sayap

mpang Pesaw

sesuai denga urang dan pe um ini diseb

wat 1

agian bawah p pesawat, ta

mengasums melengkung h panjang d di bawah sa maka tekana alir di bawah p pesawat d

wat 2

an rancanga esawat akan but Stall Spe

h sayap. api sayap sikan aliran g di atas, ma an membua ayap pesawa annya akan h sayap. Tek dan disebut g

nnya. Jika n jatuh, dalam

eed. Jika ini aka atnya at. lebih kanan gaya m ilmu


(45)

kecepatan dinamakan dipertahan tinggi. Pen kecepatan flight). Secara kas kecepatan (highspeed pesawat te CD (Coeffi

plotting un L/D bertam attack yang rasio lift/dr

pesawat be adalah min ada di L/D

drag dari g gambar 2.1

pesawat me n high speed nkan mulai d nerbang haru

(speed regim

sar jangkaua rendah (low

d).Lift dan d

rbang datar

ficient of Dr

ntuk rasio lif mbah ke ma

g lebih besa

rag (L/D ma eroperasi pa nimum. Ang

D max akan m gaya angkat 18 berikut in

elebihi ranca d stall. Terba dari terbang

us mengatur

m) jika pesa

Gambar 2.

an kecepatan

w-speed), me

drag yang te dan tidak b

rag) dapat di ft/drag (L/D ksimum kem ar seperti ter

ax) terjadi p ada penerban

gle of attack

mengurangi t yang diberi

ni:

angannya m ang straight

dengan kec r angle of at awat harus d

.17Kemiring

n ini dapat d enjelajah (c

ersedia pada berakseleras ihitung pada D) pada angl

mudian berk rlihat pada g pada angle o

ngan yang s

k apapun yan i rasio lift/dr

ikan pada p

maka juga ak

t dan level ( cepatan rend

ttack dan thr ditahan di k

gan sayap p

dikelompokk

ruising fligh

a bermacam-i, proporsi C a setiap ang le of attack t kurang pada gambar. Per

of attack dan stabil pada L ng lebih kec

rag dan kon esawat. Sep

kan terjadi s (lurus dan da dah sampai

rust dalam s etinggian te

pesawat

kan dalam 3

ht), dan kec -macam kec CL (Coeffic

gle of attack tertentu men a koefisien l rhatikan bah n koefisien L/D max, m cil atau lebih nsekwensiny perti diperlih stall yang atar) dapat dengan kece semua jangk ertentu (leve

3 daerah (re

epatan tingg cepatan pada

ient of Lift) tertentu. Ha nunjukkan b lift dan angl hwa maksim yang tertent maka total dr

h besar dari ya menamba hatkan pada epatan kauan el egim), gi a saat dan asil bahwa le of mum tu. Jika ag yang ah total a


(46)

2.12 Airf NACA airf untuk dapa bantuan pe besarnya g memiliki p penting be dihasilkan) hasil riset G diberbagai yang dilaku kelengkung pada bilang dirangkum melengkun hidung jari sebagai be

rfoil NACA

foil adalah s at memberik enyelesaian gaya angkat pengaruh be rupa CL, da ). Sampai se Gottingen.S i negara, nam kukan NACA

gan dan dist gan Reynol m oleh beber ng, posisi m i-jari. Suatu

rikut:

Gam

A (National A

salah satu b kan gaya an matematis s yang dihasi esar terhadap an kemudian ekitar Peran Selama perio

mun hasil ri A lebih siste

tribusi keteb d yang lebih rapa parame maksimum ke

u airfoil terd

mbar 2.18 Su

Advisory Co

entuk bodi a gkat tertentu sangat mem ilkan oleh su p karakterist n akan terka ng Dunia II, ode ini bany iset NACA l ematik deng balan atau th

h tinggi diba eter seperti:

etebalan, po diri dari sepe

udut Serang

Committee fo

aerodinamik u terhadap s mungkinkan

uatu bodyai

tik aerodina ait dengan lif

airfoil yang yak pengaju

lah yang pa gan membag

hickness ser anding yang ketebalan m osisi maksim erti yang dip

g

or Aeronau

ka sederhan suatu bodi la

untuk mem

irfoil. Geom amika denga

ift (gaya ang g banyak dig uan arifoil di aling terkem

gi pengaruh rta pengujia g lain. Hal in maksimum, m

mum bentuk perlihatkan p

tics)

na yang berg ainnya dan mprediksi ber

metri airfoil

an paramete gkat yang gunakan ada ilakukan muka. Penguj efek annya dilaku ni sering maksimum k melengkun

pada gam 2 guna dengan rapa er alah jian ukan bentuk ng, dan 2.19


(47)

1. Per 2. Per 3. Me dan sen 4. Lea ber 5. Tra 6. Cam yan 7. Ket baw 2.13 Ka Gaya angk airfoil terse dari airfoil rmukaan ata rmukaan baw ean camber

n bawah air

ndiri.

ading edge

rbentuk ling

ailing edge a mber adalah

ng diukur te

tebalan (thi

wah yang di

G

arakteristik kat pada airf

ebut. Koefis l. Cl yang di

as (Upper Su wah (Lower

line adalah rfoil yang

adalah titi

gkaran denga

adalah titik

h jarak ma

egak lurus te

ickness) ad iukur tegak

Gambar 2.19

k Airfoil

foilbergantu sien gaya an ihasilkan ole

urface)

rer Surface) h tempat ked

diukur tega

ik paling d

an jari-jari m

paling belak

aksimum an

erhadap gari

dalah jarak

lurus terhad

9 NACA 24

ung pada koe ngkat (Cl) di

eh suatu airf )

dudukan titi

ak lurus ter

epan pada

mendekati 0

kang pada m

ntara mean

is chord.

antara perm

dap garis ch

412 airfoil g

efisien gaya ipengaruhi o foil bervaria

ik-titik anta

rhadap mea

mean camb 0.02c mean cambe camber lin mukaan ata ord. geometry

a angkat yan oleh disain b asi secara lin

ara permuka

an camber l

ber line, bi

er line

ne dan garis

as dan perm

ng dihasilka bentuk cam near dengan

aan atas

line itu

iasanya s chord mukaan an oleh mber n sudut


(48)

serang (α) tertentu. Kemiringan garis ditandai dengan 0a yang disebut lift slope. Pada daerah ini aliran udara bergerak dengan mulus dan masih menempel pada hampir seluruh permukaan airfoil. Dengan bertambah besarnya α, aliran udara cenderung untuk separasi dari permukaan atas airfoil, membentuk ulakan besar dead airdi belakang airfoil. Pada aliran separasi ini, aliran urdara berputar dan sebagian aliran bergerak ke arah yang berlawanan dengan aliran freestream disebut juga reversed flow. Aliran yang berpisah merupakan efek dari viskositas. Konsekuensi dari perpisahan aliran pada α tinggi adalah pengurangan gaya angkat atau Cl dan bertambah besarnya gaya hambat akibat pressure drag, kondisi ini disebut kondisi

stall. Harga maksimum dari cl berada pada tepat sebelum kondisi stall yang dilambangkan dengan Clmax. Clmax merupakan aspek paling penting dari performa

airfoil, karena menentukan kecepatan stall pesawat udara khususnya saat fasa terbang kritis yaitu terbang tinggal landas dan mendarat. Seperti diperlihatkan pada gambar 2.20 berikut ini:

Berikut ini adalah proses terbentuknya gaya angkat:

1. Aliran udara mengalir melalui airfoil terpecah dua menjadi aliran di atas dan bawah permukaan airfoil.

2. Di trailing edge kedua aliran bersatu lagi. Namun karena perbedaan sudut arah datangnya kedua aliran tersebut, maka akan terbentuk suatu pusaran yang

disebut starting vortex, dengan arah putaran berlawanan arah putar jarum jam. 3. Karena momentum putar awal aliran adalah nol, maka menurut hokum

kekekalan momentum, harus timbul pusaran yang melawan arah putar starting vortex ini. Pusaran ini berputar searah putaran jarum jam mengelilingi airfoil

dan dinamakan bound vortex.

4. Starting vortexakan bergeser ke belakang karena gerak maju pesawat.

5. Akibat adanya bound vortex ini, aliran di atas permukaan akan mendapat tambahan kecepatan, dan aliran di bawah permukaan akan mendapat


(49)

6. Kar tim 2.1 Seb Ing atau ber Ko Ko sub tra dan ker Ber 2.2 rena terjadi

mbul gaya ya

Gam

3.1 Bentuk buah airfoil ggris) adalah u berlayar s rbentuk dipi mponen gay mponen sej bsonik mem

iling edge ta n bawah. Sp rja disebut h

rikut ini ada 21.

i perbedaan

ang arahnya

mbar 2.20 P

k-Bentuk A (dalam bah h bentuk say seperti yang

indahkan me ya ini tegak

ajar dengan miliki bentuk ajam, sering pesial fungsi hydrofoils. alah bentuk-n kecepatabentuk-n

a ke atas dan

Proses Terbe

Airfoil hasa Inggris

yap atau pis terlihat dal elalui cairan k lurus terhad

n arah gerak k karakterist g dengan ke i serupa yan

-bentuk airf

itulah, sesu

n disebut lift

entuknya Ga

Amerika) a au (dari bal am penamp n menghasil dap arah ge k disebut tari

tik dengan te elengkungan ng dirancang

foil seperti y

uai dengan

ft (gaya angk

aya Angkat

atau aerofoil

ing-baling, pang. Sebuah

lkan gaya ae rak disebut ik. Airfoil p erdepan bul n asimetris p

g dengan air

yang ditunju

hokum Be

kat).

l (di British rotor atau tu h badan airf

erodinamika angkat. enerbangan lat, diikuti d permukaan a

r sebagai flu

ukkan pada g ernoulli, bahasa urbin) foil a. n dengan atas uida gambar


(50)

2.14 Sta Kecenderu (equilibriu

abilitas Ter ungan (tende

um) setelah m

Gambar.

rbang ency) dari p mengalami

2.21 Bentu

pesawat untu gangguan. G

uk-Bentuk A

uk kembali k Gangguan in

Airfoil

ke keadaan ni dapat ber

seimbang rwujud geraakan


(51)

pesawat dari kontrol pilot dan yang berasal dari sifat alam seperti turbulen,efek gust,

dll.

Lintas terbang (flight path) dan attitudes (sikap ) ketika terbang dibatasi oleh karakter dari aerodinamis pesawat,sistem propulsi,dan kekuatan struktur. Batasan ini akan menunjukan maksimum perfom pesawat pada saat melakukan manuverbility. Untuk itu pesawat memiliki load factor tertentu untuk melakukan kontrolabel

(pengendalian).

Jika pesawat terbang level atau stabil sepanjang dari lintas terbang (flight path) maka pesawat tersebut dapat dikatakan terbang dengan keseimbangan statis (

static equilibrium). Namun ketika pesawat tersebut mendapatkan gangguan maka pesawat akan kembali pada keadaan seimbang yang disebut dengan stabilitas. Stabilas dibagi menjadi 2 dimana ketiganya memilik kondisi yang berbeda yaitu, stabilitas statis dan dinamis.

Stabilitas statik ini mengacu pada kecenderungan awal atau arah gerakan pesawat

terhadap respon awal ketika terganggu dari perubahan sudut serang (angle of attack), slip dan ketika pesawat melakukan gerakan bank. Seperti ditunjukkan pada gambar

2.22.


(52)

Stabilitas dinamikdidefinisikan sebagai kecenderungan awal untuk kembali ke

kondisi seimbang setelah pesawat mengalami gangguan.Gangguan ini dapat diamati

ketika pesawat melakukan perpindahan posisi terhadap waktu gerakan

pesawat.Seperti ditunjukkan pada gambar 2.22.

Gambar 2.23 Stabilitas Dinamik

Stabilitas pesawat terbang mempengaruhi dua kineja pesawat secara signifikan yaitu:

a. Manuverbility pesawat yang memungkinkan untuk bermanuver dengan mudah dan untuk menahan tekanan yang dikenakan oleh manuver. Hal ini di

pengaruhi oleh berat, inersia, ukuran pesawat dan lokasi kontrol penerbangan,

kekuatan struktural, dan propulsi.

b. Kontrolbility pesawat untuk merespon kontrol pilot, khususnya yang berkaitan dengan jalur penerbangan dan sikap. Ini adalah kualitas respon pesawat untuk

aplikasi kontrol pilot saat bermanuver pesawat, terlepas dari karakteristik

stabilitas.


(53)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan mengenai waktu dan tempat penelitian, proses

pembuatan, pemodelan spesimen, spesifikasi spesimen, metode pengujian dan

langkah awal permodelan simulasi.

3.2Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung selama ± 5 bulan yang dimulai dari September

2013 sampai Februari 2014. Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di

laboratorium Impact and fracture reseach center unit I yang sekarang namanya AGC di Departemen Teknik Mesin, Impact and fracture reseach center unit II di Program Megister dan Doktor Teknik Mesin, dan Laboratorium Fisika Universitas Sumatera

Utara.

Tabel 3.1. Lokasi dan aktifitas penelitian

No Kegiatan Lokasi

1

2

3

Pembuatan sayap pesawat tanpa awak

Membuat simulasi sayap pesawat tanpak awak dengan menggunakan software Ansys 14.0 Workbench

Pengerjaan laporan skripsi

Rumah industri bengkel di Jl. Irian Barat Percut Sei Tuan

Lab. Teknologi Mekanik TEknik Mesin FT USU


(54)

Medan, Lab. Teknologi Mekanik Teknik Mesin FT USU

3.3 Proses Pembuatan

Bahan utama pada hand lay up sayap pesawat tanpa awak adalah material komposit serat rock wool dan polyester 157 Metode yang digunakan adalah metode

hand lay up. Proses kerja pembuatan sayap pesawat tanpa awak. a. Desain dan pemodelan sayap pesawat tanpa awak

b. Proses pembuatan mal

c. Proses pembuatan cetakan

d. Proses hand lay up

e. Proses finishing

3.3.1 Desain dan pemodelan sayap pesawat tanpa awak

Desain dan pemodelan sayap pesawat tanpa awak pertama kali dibuat dengan

menggunkan software solidwork.


(55)

3.3.2 Proses Pembuatan Mal

Untuk pembuatan mal terlebih dahulu ditentukan bahan/material yang akan

digunakan. Bahan/material yang digunakan sebagai berikut :

a) Bambu

b) Triplek

c) Dempul

d) Gypsum

3.3.3 Proses Pembuatan Cetakan

Proses pembuatan cetakan pada sayap yaitu dengan Metode hand lay up

dengan bahan yang digunakan adalah fiber glass.

Gambar. 3.2 Proses pembuatan cetakan sayap

3.3.4 Proses hand lay up

Proses hand lay up dilakukan secara bertahap, dikarenakan serat yang digunakan sedikit lebih sulit untuk diratakan. Oleh karena itu, proses ini terlalu


(56)

beresiko kalau bahan yang digunakan terlalu banyak dicampur dan diaduk yang akan

menyebabkan campuran serat rock wool dan resin polyester 157 cepat mengering. Proses hand lay up ini membutuhkan waktu untuk mengeringkan ± 1 hari atau dalam waktu 24 jam, adapun alat yang digunakan pada proses hand lay up ini adalah :

a. Roller

b. Kuas

c. Wadah

d. Stopwatch

e. Pengaduk

3.3.5 Proses finishing

Proses ini dilakukan dengan membersihkan hasil hand lay up dari serat-serat komposit rock wool dan resin polyester 157 yang berlebih untuk mendapatkan hasil

yang diinginkan. Pada proses ini serat yang berlebih dibersihkan dengan

menggunakan gerinda tangan untuk meratakan bagian yang bergelombang. Setelah

itu dilakukan proses polishing untuk mendapatkan permukaan sayap yang diinginkan.


(57)

Gambar. 3.3 Proses finishing

3.4 Material Yang Dipilih Untuk Sayap

Model sayap pesawat tanpa awak kemudian dibentuk menjadi spesimen uji tarik

yang selanjutnya dilakukan proses simulasi dengan data-data yang diperoleh dari

hasil pengujian untuk mengetahui sifat tarik, sifat fisik, dan sifat elastis pada bahan

komposit serat rock wool dan resin polyester 157 . Dengan data karakteristik material berbahan komposit serat rock wool dan resin polyester 157 maka material properties

dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Karakteristik material komposit rock wool dan resin polyester 157

Sifat Jenis Sifat Nilai Satuan

Sifat Fisik Densitas 1461.14 Kg/m3

Sifat Tarik (Tensile) Ultimate Tensile Strength 31.17 MPa Sifat Tarik (Tensile) Tensile Yield Strength 20.45 MPa

Sifat Elastis Modulus Elastisitas 3133 MPa

Sifat Elastis Poisson Ratio 0,32


(58)

Table 3.2 Data khusus pesawat tanpa awak

No Spesifikasi Karakteristik

1 Airfoil NACA 2412

2 Jenis Wing Straight Wing

3 Panjang Span 2225 mm

4 Lebar chord 194 mm

5 Putaran propeller 3000 rpm

6 Diamter propeller 300 mm

7 Material Rock wool dan Resin polyester

8 Berat Sayap 4000 gr

3.5 Analisa Simulasi Numerik

Dalam simulasi ini software yang digunakan yaitu Ansys 14.0 workbench yang berbasis Metode Elemen Hingga (MEH). Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui

distribusi tegangan akibat beban statik.

Dalam permodelan gambar seperti material uji tekan statik aksial terlebih dahulu

dibuat bentuk geometri dan dimensi dan software yang digunakan adalah Solidwork. Simulasi komputer dilakukan untuk mengklarifikasi perilaku mekanik yang terjadi

akibat pengujian secara eksperimental.

3.5.1 Tampilan Pembuka Ansys 14.0


(59)

.

Gambar 3.4 Tampilan awal Ansys 14.0 workbench

Software program ini mampu melakukan analisa pembebanan statik aksial dan dinamis, analisa temperatur, deformasi, defleksi, tegangan pada truss, dan sebagainya. Pada gambar merupakan tampilan awal ANSYS 14.0 workbench.

3.5.2 Mendefinisikan Sistem Analisa

Untuk mendefinisikan sistem analisa, maka langkah prosesnya adalah: pilih


(60)

Gambar 3.5 Tampilan sistem analisa

Selanjutnya juga dipilih Engineering Data> ketikkan rock wool pada kolom “Click here for a new material”. Proses ini terlihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Tampilan Engineering Data

3.5.3 Mendefinisikan Material Properties

Langkah selanjutnya adalah menentukan sifat properties material seperti

komposit rock wool. Langkah mendefenisikan material properties adalah: physical properties> density> linear elastic> isotropic elasticity. Lalu masukan nilai modulus elastisitas, masa jenis dan poisson ratio ke dalam kotak dialog material. Nilai

material properties diambil dari tabel 3.1. Kemudian pilih return to project dan pilih satuan millimeter untuk pemodelan gambar. Proses ini terlihat pada gambar 3.7.


(61)

Gambar. 3.7 Tampilan material properties

3.5.4 Tampilan Gambar Sayap

Untuk simulasi, maka gambar yang akan dibuat terlebih dahulu melalui

software Solidwork. Kemudian disimpan dalam bentuk file ACIS. Software ini digunakan untuk pembuatan gambar, karena gambar yang dihasilkan akan lebih

akurat. Langkah untuk mengimport gambar dari Solidwork adalah: File> import

external geometry file> pilih lokasi file gambar tersebut> pilih open> pilih generate. Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.8.


(62)

Gambar. 3.8 Tampilan pembuatan sayap dari Solidwork

Setelah itu pilih close designmodeler untuk mengakhiri pemodelan gambar dan selanjutnya untuk memberikan pembebanan.


(63)

Ukuran mesh sangat mempengaruhi hasil dalam analisa ini. Adapun ukuran mesh yang didapat sebesar 1.2175 x 10-6 mm dan node yang didapat sebesar 2149.

Namun dalam skripsi ini tidak dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh ukuran

tersebut. Hal ini dikarenakan keterbatasan sistem komputer yang digunakan. Disini

proses menerapkan ukuran mesh sesuai kemampuan komputer yaitu dengan langkah sebagai berikut: pilih menu model> geometry> part 1> material> assignment> ganti

structural steel menjadi Rock wool> pilih mesh> generate mesh seperti diperlihatkan oleh gambar 3.9.


(64)

3.4.6 Proses Static Structural

Pada proses ini langkah perintahnya adalah dengan pilih menu static structural> insert> fixed support> pilih permukaan tumpuan yaitu pada empat lubang baut> pilih apply seperti ditunjukkan pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Tampilan gambar sayap hasil fixed support

Selanjutnya pilih static structural> insert> force> pilih vertex (pembebanan titik)> pilih bagian yang diberi beban> apply> masukkan besar beban> pilih

definition> pilih define by > ubah vector menjadi components> masukkan beban pada komponen sumbu –Y, Y, -X dan X . Proses ini diperlihatkan pada gambar 3.11.


(65)

Gambar 3.11 Tampilan sayap yang dikenai beban

3.3.7 Proses Solution

Pada proses solution langkahnya adalah pilih solution> insert> pilih

deformation> total. Pilih solution> insert> pilih stress> equivalent (von-Mises). Pilih

solution kemudian pilih solve untuk mendapatkan hasil. Pada gambar 3.12 memperlihatkan tampilan proses solution.


(66)

(67)

3.5 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir dari simulasi menggunakan Ansys 14.0 seperti pada gambar

                                   

Gambar 3.13 Diagram alir penelitian  Penelusuran literatur dan

penyusunan skripsi

Pembuatan gambar sayap di Solidwork

kemudian di import ke ansys 14.0 workbench

Mulai

Pemilihan material properties untuk

Simulasi komputer menggunakan

Ansys 14.0

Tidak

Ya

Plot hasil distribusi beban dan tegangan

Kesimpulan


(68)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Kecepatan Udara

Agar dapat menganalisa kecepatan Udara, maka terlebih dahulu

mengumpulkan data-data dari Badan Pusat Statistik maupun data spesifikasi motor penggerak. Berikut ini data-data yang sudah diketahui agar dapat membantu dalam perhitungan kecepatan udara tanpa awak sebagai berikut:

a. Suhu kota medan

- Min : 24.6º

- Max : 31.4º

- Kecepatan angin rata-rata : 2.8 m/s

b. Spesifikasi propeller

- Putaran (N) : 3000 rpm

- Diameter propeller : 0.3 m

- Sudut puntir : 38º

Kecepatan udara yang dihasilkan propeller dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N π d tan θV x

Dimana:

N = Putaran propeller (rpm) V = Kecepatan udara keluar (m/s)


(69)

d = Diamter Propeler (m) θ = Sudut propeler maka:

V x

. . tan °

V x

. .

V x .

V . → m/s

4.2 Analisa Gaya-Gaya yang Terjadi

Setelah diperoleh kecepatan pesawat, selanjutnya dihitung gaya-gaya yang terjadi pada pesawat selama berada diudara sebelum melakukan

landing.

4.2.1 Menghitung Nilai Trust (T)

Pesawat bisa terbang karena ada momentum dari dorongan horizontal dari baling-baling pesawat (propeller) atau dari mesin pesawat. Dorongan inilah yang dimaksud dengan trust. Secara teoritis trust dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ṁ → →

Dimana:

V = kecepatan udara yang masuk

Vt = kecepatan udara yang dihasilkan

ṁ = massa flow rata-rata sebelum masuk per waktu ṁt = massa flow rata-rata sebelum keluar per waktu


(70)

P = tekanan sebelum masuk

Pt = tekanan ketika keluar

A = At = luas penampang sayap pesawat

Dimana luas penampang sayap pesawat merupakan perkalian antara panjang span dengan lebar chord. Sesuai dengan design pada tabel 3.3 dengan nilai span sebesar 2225 mm dan nilai chord sebesar 194 mm. berikut ini perhitungan luas penampang sayap pesawat:

. .

. ²

Maka selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mencari massa flow persatuan waktu seperti dibawah ini:

ṁ = . V . A = (1.225 kg/m³) (2.8 m/s) (0.43165 m²) = 1.48056 kg/s ṁt = . Vt . A = (1.225 kg/m³) ( 37 m/s) (0.43165 m²) = 19.56454 kg/s

karena P ≠ Pt, maka rumus trust adalah sebagai berikut:

ṁ ṁ

∆ didapat dari hokum bernauli.

₂onstan 

²

. .


(71)

. → / ²

. .

. .

.

Maka besar gaya trust pada pesawat tanpa awak adalah sebesar 359.8711 N

4.2.2 Menghitung Nilai Drag (D)

Drag adalah gaya kebelakang yang menarik mundur dan disebabkan oleh gangguan aliran udara oleh sayap, badan pesawat, dan objek-objek lain. Drag kebalikan dari trust, dan bereaksi kebelakang dengan arah angin relatif. Gaya drag dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

. . ².

Dimana:

D = drag (N/s) Cd = coefisien drag

= massa jenis udara (kg/m³) V = kecepatan pesawat (m/s) A = luas penampang sayap (m²)

Dalam hal ini, jenis airfoil yang digunakan adalah NACA 2412 yang memiliki nilai angle of attack sebesar 12º untuk sudut maksimum dan 0º untuk sudut


(72)

minimum dengan nilai koefisiean drag masing masing sebesar 0.08272 dan 0.01437.untuk lebih jelasnya, perhitungan nilai drag maksimum dan minimum dapat dilihat sebagai berikut:

a. Untuk sudut serang 12º dengan nilai Cd = 0.08272

. . .

.

b. Untuk sudut serang 0º dengan nilai Cd = 0.01437

. . .

.

4.2.3 Menghitung Nilai Lift (L)

Gaya angkat adalah gaya yang dihasilkan oleh efek dinamis dari udara yang bereaksi disayap, dan bereaksi tegak lurus pada arah penerbangan melalui center of lift dari sayap. Besarnya gaya lift dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

. . ².

Dimana:

L = lift (N/s) Cl = coefficient lift

= massa jenis udara (kg/m³) V = kecepatan pesawat (m/s)


(73)

A = luas penampang sayap (m²)

Sama seperti perhitungan nilai drag, perhitungan pada airfoil NACA 2412 juga memerlukan nilai sudut serang maksimum dan minimum yaitu sebesar 12º dan 0º dengan nilai coefficient lift masing masing sebesar 1.005 dan 0.206. Untuk lebih jelasnya, perhitungan lift maksimum dan minimum dapat dilihat sebagai berikut:

a. Untuk sudut serang 12º dengan nilai Cl = 1.005

. . .

.

b. Untuk sudut serang 0º dengan nilai Cl = 0.206

. . .

.  

4.2.4 Menghitung Nilai Weight (W)

Gaya berat adalah gaya yang menarik pesawat kebawah karena gaya gravitasi. Gaya berat melawan gaya angkat dan bereaksi secara vertikal kebawah melalui center of gravity dari pesawat. Dalam hal ini masa pesawat tanpa awak adalah sebesar 15000 gr.

Berat = 15000 gr

= 15 kg

= 15 kg x 9.81 m/s² = 147.15 N Dari 4 gaya didapatlah data-data sebagai berikut: T = 359.8711 N

D = 29.94 N T > D L = 363.375 N L > W


(74)

W = 147.15 N

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai trust (T) lebih besar daripada nilai drag (D) dan nilai lift (L) lebih besar daripada nilai sayap pesawat sehingga dapat disimpulkan secara teori perancangan pesawat tanpa awak memenuhi syarat untuk dapat terbang.

4.3 Hasil Simulasi

4.3.1 Simulasi Hasil Distribusi Deformasi

Pada gambar 4.1 memperlihatkan hasil Total Deformation.

Gambar. 4.1 Simulasi Hasil Distribusi Deformasi

Distribusi perubahan bentuk yang terjadi ditandai dengan kontur warna pada gambar 4.1. Warna merah menunjukkan daerah konsentrasi deformasi dimana deformasi maksimum terjadi di daerah ini, dan pada titik ini pulalah yang paling berpotensi munculnya deformasi plastis pertama. Selanjutnya distribusi deformasi menjalar sesuai dengan warna sampai ke daerah yang paling aman yaitu daerah yang ditunjukkan dengan warna biru. Deformasi maksimum yang terjadi sebesar 1.2287 mm dari bentuk semula.

4.3.2 Simulasi Hasil EqivalentuStrain


(75)

Pada gambar 4.2 memperlihatkan hasil EqivalentuStrain.

Gambar 4.2 Hasil Simulasi Hasil Eqivalentu Strain

Regangan maksimum yang terjadi adalah sebesar 7.1846 x 10-5 dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 6.130 x 10-9. Hal ini ditandai dengan kontur warna merah yang mendapat konsentrasi tegangan. Selanjutnya distribusi tegangan menjalar sesuai dengan warna sampai ke daerah yang paling aman yaitu daerah yang

ditunjukkan dengan warna biru yang terlihat pada gambar 4.2.

4.3.3 Simulasi Hasil EquivalentStress

Pada gambar 4.3 memperlihatkan hasil Equivalent Stress.


(76)

Gambar 4.3 Hasil simulasi equivalent stress

Tegangan maksimum yang adalah sebesar 14.248 MPa dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 0,00097175 MPa. Hal ini ditandai dengan kontur warna merah yang mendapat konsentrasi tegangan. Selanjutnya distribusi tegangan menjalar sesuai dengan warna sampai ke daerah yang paling aman yaitu daerah yang ditunjukkan dengan warna biru yang terlihat pada gambar 4.3.


(77)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

1. Hasil penelitian dengan menggunakan simulasi numerik (software ANSYS) dapat diketahui bahwa sayap memiliki distribusi deformasi maksimum yang

jika ditinjau dari pemberian gaya, maka distribusi deformasi maksimum

adalah sebesar 1.2287 mm

2. Hasil penelitian dengan menggunakan simulasi numerik (software ANSYS) dapat diketahui bahwa sayap memiliki tegangan maksimum dan tegangan

minimum yang jika ditinjau dari pemberian gaya, maka tegangan maksimum

adalah sebesar 14.248 MPa dan tegangan minimum adalah sebesar

0,00097175 MPa.

1.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar dilakukan proses

produksi sayap dari hasil penelitian.

2. Hasil perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada sayap agar kiranya menjadi acuan


(78)

3. Untuk penelitian selanjutnya data-data khusus dapat diperluas untuk


(79)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, Jhon D, Jr. 2001 : Fundamental of aerodinamik, McGraw-Hill Book Company, Boston.

2. Djojodiharjo, Harijono, 1982 : Mekanika Fluida, Erlangga : Jakarta

3. Gere, M.J, & Timoshenko, P.S. 1987. Mekanika Bahan. Terjemahan oleh Hans J. Wospakri. Jakarta: Erlangga

4. http://gaero.org/forum/portal/php

5. Jiancoli. 1998 : FisikaDasar Jilid I edisi ke-5, Frencisehall. Inc

6. Munson, R, Bruce, Young, F, Donald, Okiisi, H, Theodore. 2005 : Mekanika Fluida. Jilid. 2 Edisi ke-4. Erlangga: Jakarta

7. Nash, William. 1998 : Strength of Material. Schaum’s Outlines.

8. Nugroho, Fadjar, 2008 http://ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/aerodinamika hukum-bernoulli. Diakses pada tanggal 11 Juni 2008.

9. Pringgo. 2009. Stabilitas Terbang. http://www.jipku.com/artistabilitasterbang. html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2014

10.Van Vlack, Lawrence H. Djaprie, Sriarti dan Array. 1989. Ilmu dan Teknologi Bahan. Erlangga: Jakarta


(80)

DAFTAR LAMPIRAN


(1)

Gambar 4.2 Hasil Simulasi Hasil Eqivalentu Strain

Regangan maksimum yang terjadi adalah sebesar 7.1846 x 10-5 dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 6.130 x 10-9. Hal ini ditandai dengan kontur warna merah yang mendapat konsentrasi tegangan. Selanjutnya distribusi tegangan menjalar sesuai dengan warna sampai ke daerah yang paling aman yaitu daerah yang

ditunjukkan dengan warna biru yang terlihat pada gambar 4.2.

4.3.3 Simulasi Hasil EquivalentStress


(2)

Gambar 4.3 Hasil simulasi equivalent stress

Tegangan maksimum yang adalah sebesar 14.248 MPa dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 0,00097175 MPa. Hal ini ditandai dengan kontur warna merah yang mendapat konsentrasi tegangan. Selanjutnya distribusi tegangan menjalar sesuai dengan warna sampai ke daerah yang paling aman yaitu daerah yang ditunjukkan dengan warna biru yang terlihat pada gambar 4.3.


(3)

1. Hasil penelitian dengan menggunakan simulasi numerik (software ANSYS) dapat diketahui bahwa sayap memiliki distribusi deformasi maksimum yang jika ditinjau dari pemberian gaya, maka distribusi deformasi maksimum adalah sebesar 1.2287 mm

2. Hasil penelitian dengan menggunakan simulasi numerik (software ANSYS) dapat diketahui bahwa sayap memiliki tegangan maksimum dan tegangan minimum yang jika ditinjau dari pemberian gaya, maka tegangan maksimum adalah sebesar 14.248 MPa dan tegangan minimum adalah sebesar 0,00097175 MPa.

1.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar dilakukan proses produksi sayap dari hasil penelitian.

2. Hasil perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada sayap agar kiranya menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.


(4)

3. Untuk penelitian selanjutnya data-data khusus dapat diperluas untuk mendapatkan hasil analisa yang lebih akurat.


(5)

2. Djojodiharjo, Harijono, 1982 : Mekanika Fluida, Erlangga : Jakarta

3. Gere, M.J, & Timoshenko, P.S. 1987. Mekanika Bahan. Terjemahan oleh Hans J. Wospakri. Jakarta: Erlangga

4. http://gaero.org/forum/portal/php

5. Jiancoli. 1998 : Fisika Dasar Jilid I edisi ke-5, Frencisehall. Inc

6. Munson, R, Bruce, Young, F, Donald, Okiisi, H, Theodore. 2005 : Mekanika Fluida. Jilid. 2 Edisi ke-4. Erlangga: Jakarta

7. Nash, William. 1998 : Strength of Material. Schaum’s Outlines.

8. Nugroho, Fadjar, 2008 http://ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/aerodinamika hukum-bernoulli. Diakses pada tanggal 11 Juni 2008.

9. Pringgo. 2009. Stabilitas Terbang. http://www.jipku.com/artistabilitasterbang. html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2014

10.Van Vlack, Lawrence H. Djaprie, Sriarti dan Array. 1989. Ilmu dan Teknologi Bahan. Erlangga: Jakarta


(6)

DAFTAR LAMPIRAN