Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat.

(1)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep Risiko

Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan oleh suatu ketidakpastian. Terlebih lagi bagi pebisnis yang melakukan usaha di bidang pertanian karena sektor pertanian seringkali dihadapkan pada masalah risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, para pebisnis biasanya akan menghindar dua hal tersebut. Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian merupakan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda.

Menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continuum dapat dilihat dari Gambar 2.

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

Risiko Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian Sumber : Debertin (1986)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara sisi yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Menurut Debertin (1987), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui. Perilaku


(2)

setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Antara Varian Income dan Expected Income Sumber : Debertin (1986)

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara varian return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikan menjadi tiga kategori sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) yaitu perilaku

individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko.

Kurva Risk Averse menunjukkan adanya kenaikan variance income yang

merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan income

yang diharapkan.

Expected Income

Income Variance Risk Averse

Income Variance Expected

Income

Risk Neutral

Income Variance Expected

Income


(3)

2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan

adanya kenaikan variance income yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak

akan diimbangi menaikkan income yang diharapkan. Artinya, jika varian

income semakin tinggi, maka expected income akan tetap.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover)

menunjukkan adanya kenaikan variance income akan diimbangi oleh pembuat

keputusan dengan kesediaanya menerima income yang diharapkan lebih

rendah. Risk Lover cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak

perlu dikhawatirkan.

Beberapa hal yang menjadi indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis adalah terdapat variasi, fluktuasi, atau volatilitas pada hasil yang diharapkan oleh pebisnis. Contoh-contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis antara lain adanya fluktuasi harga output, fluktuasi produksi, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Untuk dapat mengukur risiko, maka dilakukan pengukuran terhadap nilai penyimpangan.

Ukuran-ukuran untuk menghitung risiko antara lain variance, standard deviation, dan coefficient variation (Elton dan Gruber, 1995). Ketiga ukuran ini saling berkaitan satu sama lain. Ukuran acak yang digunakan sebagian besar adalah ukuran simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan. Semakin bervariasi hasil atau return maka risiko akan semakin besar. Coefficient variation merupakan hasil dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return) yang dapat menjadi ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha.

Risiko dalam kegiatan pertanian tergolong unik karena dalam aktivitasnya bergantung pada kondisi alam seperti iklim dan cuaca, dan lain-lain. Harwood et al (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian antara lain:

1. Risiko Produksi

Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya adalah faktor iklim dan cuaca, seperti curah hujan, temperatur udara, serangan hama dan penyakit, kesalahan sumber daya manusia, penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa


(4)

adanya penyesuaian sebelumnya yang menyebabkan gagal panen, rendahnya produktivitas, dan lain-lain.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko yang ditimbulkan oleh pasar antara lain kondisi pasar yang cenderung bersifat kompleks dan dinamis sedangkan proses pada kegiatan produksi pertanian relatif lama, persaingan, inflasi yang dapat menyebabkan daya beli masyarakat serta permintaan rendah, dan lain-lain. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga faktor produksi yang berfluktuasi, ketidakpastian harga output, dan lain sebagainya.

3. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian dan dapat menghambat kemajuan bisnis. Contohnya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input dan kebijakan tarif ekspor.

4. Risiko Finansial

Risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko yang timbul antara lain adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, putaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate). 1.2. Teori Portofolio

Para pebisnis seringkali melakukan diversifikasi pada investasi dalam bisnis yang dijalankan dengan mengkombinasikan berbagai usahanya. Dengan kata lain, para pebisnis tersebut membentuk portofolio. Pilihan pada portofolio ini merupakan strategi pebisnis dalam rangka penyebaran risiko. Menurut Weston dan Copeland (1992), teori portofolio merupakan teori modern mengenai pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian, tujuannya adalah untuk memilih kombinasi yang optimal dari usaha-usaha yang dimiliki (portofolio efisien), dalam arti memberikan hasil tertinggi yang mungkin diharapkan bagi setiap tingkat risiko, atau tingkat risiko terendah yang mungkin bagi setiap hasil yang diharapkan.


(5)

Menganalisis risiko merupakan tindakan yang penting dalam menjalankan suatu bisnis. Langkah dalam menganalisis risiko adalah menentukan dampak portofolio pada tingkat risiko keseluruhan usaha. Jika pebisnis memiliki banyak investasi lain, maka risiko portofolio merupakan ukuran risiko yang relevan dari dampak portofolio terhadap tingkat risiko keseluruhan investasi. Risiko dalam melakukan investasi selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari usaha yang dijalankan, risiko portofolio yang digunakan diukur dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Oleh karena itu, dilakukan analisis kombinasi aset dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua aset yang mungkin berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

p= XA A + XB B Dimana :

XA = Fraction portofolio pada aset pertama XB = Fraction portofolio pada aset kedua

A = Expected return pada aset pertama B = Expected return pada aset kedua

Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah : XA + XB = 1

Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

σp2 = k2 σi2 + (1-k)2 σj2 + 2 k (1-k) σij dimana :

σp2 = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j σij = Covariance antara investasi aset i dan j

k = Fraction portofolio pada investasi aset i (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j

Jika σij = ρij σi σi dimana ρij merupakan koefisien korelasi antara investasi aset i dan j maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagai berikut :


(6)

σp2 = k2 σi2 + (1-k)2 σj2 + 2 ρij k (1-k) σi σj

Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Jika investasi digunakan untuk tiga aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009):

σ

p2

= w

i2

σ

i2

+ w

j2

σ

j2

+ w

k2

σ

k2

+ 2 w

i

w

j

ρ

ij

σ

i

σ

j

+ 2 w

i

w

k

ρ

ik

σ

i

σ

k

+ 2 w

j

w

k

ρ

jk

σ

j

σ

k

Jika investasi digunakan untuk empat aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009):

σ

p 2

= w

i 2

σ

i 2

+ w

j 2

σ

j 2

+ w

k 2

σ

k 2

+ w

l 2

σ

l 2

+ 2 w

i

w

j

ρ

ij

σ

i

σ

j

+ 2 w

i

w

k

ρ

ik

σ

i

σ

k

+ 2 w

i

w

l

ρ

il

σ

i

σ

l

+ 2 w

j

w

k

ρ

jk

σ

j

σ

k

+ 2 w

j

w

l

ρ

jl

σ

j

σ

l

+ 2 w

k

w

l

ρ

kl

σ

k

σ

l

dimana:

w

i

,w

j

, w

k

, w

l = bobot masing-masing komoditi dalam portofolio

σ

i2

, σ

j2

, σ

k2

, σ

l2 = variances masing-masing komoditi

σ

i

, σ

j

, σ

k

, σ

l = standart deviation masing-masing komoditi

ρ

ij

, ρ

ik

, ρ

il

, ρ

jk

, ρ

jl

, ρ

kl = korelasi pengembalian setiap pasang komoditi

Para pemodal melakukan diversifikasi investasi karena mereka ingin mengurangi risiko yang mereka tanggung. Sementara tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing usaha yang membentuk portofolio tersebut, standar deviasi portofolio lebih kecil dari rata-rata tertimbang sejauh koefisien korelasi antar usaha yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu. Semakin rendah koefisien korelasi, semakin efektif penurunan standar deviasi.


(7)

3.3 Konsep Manajemen Risiko

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

Menurut Lam (2007), manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai pengelolaan keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.

Menurut Hanafi (2009), manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.


(8)

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.

3. Pengelolaan risiko

Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghndaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

Menurut Fahmi (2010), suatu usaha yang menerapkan manajemen risiko akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain:

1. Pengambil keputusan menjadi lebih berhati-hati dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan sehingga risiko dan perngaruh terjadinya kerugian dapat dihindari.

2. Mampu memberi arah bagi suatu usaha dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. 3. Memungkinkan bagi usaha yang menerapkan manajemen risiko

memperoleh kerugian minimum dan dapat membangun mekanisme yang berkelanjutan.

Petani dapat melakukan beberapa strategi untuk menangani risiko yang dihadapi serta meminimalisir kerugian usahataninya. Menurut Harwood et al (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :


(9)

1. Diversifikasi usaha (enterprise diversification)

Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi.

2. Integrasi vertikal (vertical integration)

Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi vertical yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input (atau output) sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya.

3. Kontrak produksi (production contract)

Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani.

4. Kontrak pemasaran (marketing contract)

Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan. Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya.

5. Perlindungan nilai (hedging)

Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen keuangan.

6. Asuransi (insurance)

Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang


(10)

dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.

3.4. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Masada Organik Indonesia telah membudidayakan sekitar 30 jenis sayuran organik antara lain brokoli, kangkung, daun bawang, seledri, bunga kol, kacang merah, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caisin, selada keriting, jagung manis, lobak, timun lokal, wortel, dan lain-lain. Komoditi unggulan pada perusahaan ini antara lain wortel, bayam hijau, caisin dan brokoli. Komoditi tersebut merupakan produk unggulan perusahaan karena permintaan terhadap sayuran tersebut lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya.

Budidaya sayuran organik yang dilakukan PT Masada Organik Indonesia terjadi fluktuasi dalam segi produktivitas sayuran organik. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Masada Organik Indonesia dalam menjalankan usahanya memiliki risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu serta serangan hama dan penyakit pada tanaman. Risiko produksi ini juga berdampak pada adanya ketidakpastian terhadap perolehan pendapatan bagi perusahaan.

Perusahaan melakukan diversifikasi dengan tujuan untuk meminimalkan risiko produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolio agar dapat membuktikan bahwa tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan benar dapat meminimalkan risiko produksi atau tidak. Penelitian ini akan mengkaji tentang analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi diatas dan portofolio pada kombinasi dua, tiga dan empat komoditi. Perolehan hasil dari penelitian ini adalah membuktikan secara ilmiah bahwa diversikasi yang dilakukan perusahaan dapat meminimalkan risiko. Selain itu, analisis dilanjutkan pada upaya untuk mengatasi risiko dengan alternatif strategi penanganan risiko dan manajemen risiko yang perlu dilakukan.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah mengkaji faktor risiko produksi yang selanjutnya dilakukan analisis risiko produksi untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi, dilakukan analisis terhadap alternatif


(11)

strategi untuk menangani risiko tersebut. Langkah-langkah penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Langkah-langkah Operasional Penelitian PT Masada Organik Indonesia

Diversifikasi

Fluktuasi Produktivitas

Sumber Risiko Produksi Cuaca

Hama dan Penyakit Kabut

Kesuburan Tanah

Tingkat Risiko Spesialisasi

Alternatif Strategi Penanganan dan Manajemen Risiko


(12)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan PT Masada Organik Indonesia merupakan perusahaan agribisnis memproduksi sayuran organik dengan skala usaha yang relatif besar dilihat dari omzet sekitar 100 juta setiap bulannya.

Selain itu, luas lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya sayuran organik di PT MOI lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya. PT MOI memiliki luas lahan sekitar 3 hektar, sedangkan Permata Hati Organic Farm memiliki luas lahan 1,5 hektar dan The Pinewood Organic Farm memiliki luas lahan 2 hektar. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2011 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

4.2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data yang diperoleh dari perusahaan antara lain data produksi sayuran organik, data biaya produksi sayuran organik, profil perusahaan, harga produk, dan data-data lainnya yang mendukung penelitian ini. Selain itu, data-data sekunder diperoleh dari Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik dan literatur atau informasi lainnya yang terkait dengan topik dan objek penelitian.

4.3. Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, proses produksi, dan pengelolaan risiko yang diterapkan perusahaan.


(13)

Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang terdiri dari analisis pendapatan, analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis pendapatan diperoleh dari penerimaan perusahaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan selama periode tanam berlangsung.

4.3.1. Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha sayuran organik. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan:

Keterangan : f = Frekuensi kejadian

T = Periode waktu proses produksi

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

10

E (Rj) = ∑ Pij . Rij i=1

Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang lebih tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut

10 ∑ Rij i=1

10

E (Rij) =


(14)

Dimana : E (Ri) = Expected return Ri = Return (Produktivitas) n = Jumlah kejadian = 10 i = Kejadian (1,2,3..., 10)

j = Usaha Sayuran Organik (1 = Bayam Hijau, 2 = Brokoli, 3 = Caisin, 4 = Wortel)

Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut:

a. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

10

σi2= ∑ Pij (Rij - Ři) 2 i=1

Dimana : = Variance dari return

Pi = Peluang dari suatu kejadian Ri = Return (Produktivitas) Ři = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah.

b. Standard deviation

Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :

σi = √ σi2 Dimana : = Variance


(15)

c. Coefficient variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :

CV = σi / Ři Dimana : CV = Coefficient variation

= Standard deviation Ři = Expected return

Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. 4.3.2. Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio

Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dalam melakukan pola tanam secara tumpangsari. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga dan empat komoditi.

Fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut:

W2(i) = Luas lahan (i)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j)


(16)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j)

Keterangan: W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j

i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut:

W3(i) = Luas lahan (i)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) W3(j) = Luas lahan (j)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) W3(k) = Luas lahan (k)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k)

Keterangan: W3(i) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi j W3(k) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi k

i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel k = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi

W4 (i) = Luas lahan (i)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) W4(j) = Luas lahan (j)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) W4(k) = Luas lahan (k)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) W4(l) = Luas lahan (l)

Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) Keterangan: W4(i) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi i

W4(j) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi j W4(k) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi j W4(l) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi l

i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel k = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel l = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Setelah fraction portofolio atau bobot pada tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi


(17)

komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut:

E(Rp)2 = [E(Ri) x W2(i)] + [E(Rj) x W2(j)]

Keterangan: E(Rp)2 = Expected Return Portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected Return komoditi i

E(Rj) = Expected Return komoditi j

W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j

Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut:

E(Rp)3 = [E(Ri) x W3(i)] + [E(Rj) x W3(j)] + [E(Rk) x W3(k)] Keterangan: E(Rp)3 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi

E(Ri) = Expected Return komoditi i E(Rj) = Expected Return komoditi j E(Rk) = Expected Return komoditi k

W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi j W3(k) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi k W3(l) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi l

Cara menghitung expected return portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut:

E(R)4 = [E(Ri) x W3(i)] + [E(Rj) x W3(j)] + [E(Rk) x W3(k)] + [E(Rl) x W3(l)] Keterangan: E(Rp)4 = Expected Return Portofolio kombinasi empat komoditi

E(Ri) = Expected Return komoditi i E(Rj) = Expected Return komoditi j E(Rk) = Expected Return komoditi k E(Rl) = Expected Return komoditi l

W4(i) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi i W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi j W4(k) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k W4(l) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi l

Selanjutnya, setelah expected return portofolio tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan variance portofolionya dengan memasukkan bobot portofolio kedalam rumus. Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi dua komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

σ

p 2

= W2(i)

2

σ

i 2

+ W2(j)

2

σ

j 2

+ 2 W2(i) W2(j)

ρ

ij

σ

i

σ

j

Dimana: W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j σi = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel


(18)

σj = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j

Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi tiga komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009):

σ

p2

= W2(i)

2

σ

i2

+ W2(j)

2

σ

j2

+ W2(k)

2

σ

k2

+ 2 W2(i) W2(j)

ρ

ij

σ

i

σ

j

+ 2 W2(i)

W2(k)

ρ

ik

σ

i

σ

k

+ 2 W2(j) W2(k)

ρ

jk

σ

j

σ

k

Dimana: W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi j W3(k) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi k σi = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel

σj = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel σk = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j ρik = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k ρjk = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan k

Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi empat komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009):

σ

p 2

= W2(i)

2

σ

i 2

+W2(j)

2

σ

j 2

+W2(k)

2

σ

k 2

+W2(l)

2

σ

l 2

+ 2 W2(i) W2(j)

ρ

ij

σ

i

σ

j

+

2 W2(i) W2(k)

ρ

ik

σ

i

σ

k

+ 2 W2(i) W2(l)

ρ

il

σ

i

σ

l

+ 2 W2(j) W2(k)

ρ

jk

σ

j

σ

k

+ 2 W

2(j) W2(l)

ρ

jl

σ

j

σ

l

+ 2 W

2(k) W2(l)

ρ

kl

σ

k

σ

l

Dimana: W4(i) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi i W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi j

W4(k) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k W4(l) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k σi = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel

σj = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel σk = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel σl = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j ρik = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k ρjk = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan k ρkl = Nilai koefisien korelasi diantara aset k dan l

Tahap selanjutnya sama dengan perhitungan risiko pada kegiatan spesialisasi, yaitu dengan mencari nilai standard deviation dari hasil pengakaran variance portofolio dan mencari nilai coefficient variation dengan cara membagi nilai standard deviation dengan expected return portofolio masing-masing kombinasi komoditi.


(19)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Perusahaan

PT Masada Organik Indonesia merupakan suatu unit usaha yang bergerak di bidang agribisnis tanaman sayuran organik yang dimiliki oleh Bapak Leo Lopulisa. Awalnya, beliau memiliki lahan seluas hampir 10 hektar yang berlokasi di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pak Leo membangun beberapa vila yang dinamakan Retreat Masada Centre didalam lahan tersebut. Di lokasi tersebut masih terdapat lahan yang masih belum diberdayakan sekitar tiga hingga empat hektar. Pak Leo yang memiliki ketertarikan dengan pertanian khususnya pertanian organik, berinisiatif menggarap lahan tersebut untuk membudidayakan tanaman sayuran organik dan terbentuklah usaha ini yang didirikan pada tahun 2004.

Pada awal berdirinya usaha ini, Pak Leo bekerjasama dengan Ir. Wardah Tafif Alkatiri dan suaminya Mochammad Tafif Djoenaidi selaku pendiri dari PT Amani Mastra. Pertimbangan Pak Leo untuk melakukan kerjasama ini karena perusahaan tersebut telah memiliki brand dan jaringan pasar yang sudah luas meliputi retail-retail besar seperti Carrefour, Giant, dan lain-lain. Kerjasama tersebut diharapkan dapat membantu usaha yang baru didirikan ini terutama dalam hal pemasaran. Setelah beberapa tahun kemudian, kerjasama dengan PT Amani Mastra ini berakhir sehingga pada tahun 2008 terjadi transisi antara kedua usaha tersebut. Pada tahun 2008, Pak Leo Lopulisa memutuskan untuk membuat usaha agribisnis sayuran organik sendiri dan tepat pada tanggal 13 November 2008 terbentuklah PT Masada Organik Indonesia.

PT Masada Organik Indonesia merupakan salah satu produsen sayuran organik yang memiliki lahan sendiri serta memiliki sumber mata air yang berasal dari gunung untuk membudidayakan sayurannya, sehingga sayuran dari perusahaan tersebut memiliki kualitas yang bagus dan terjamin serta bebas dari bahan kimia seperti pestisida dan bahan pengawet lainnya. Kantor pusat PT Masada Organik Indonesia terletak di kompleks perumahan Cipinang Mas, Cawang, Jakarta sedangkan lokasi kebun berada di kawasan Puncak yaitu Jl. Ciburial kampung Cisuren RT 04/RW 04, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi kantor pusat di Cawang yaitu


(20)

karena lokasinya berdekatan dengan rumah pemilik perusahaan sehingga beliau mudah dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan usahanya. Pemilik juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha di kebun setiap minggu untuk memantau kelancaran jalannya produksi dan operasional di kebun.

Lokasi kebun PT Masada Organik Indonesia tersebut berada pada ketinggian antara 850-1200 meter dpl dan beriklim tropis cenderung basah dengan suhu maximum/minimum 23oC/ 17oC serta curah hujan rata-rata 200-390 ml per bulan (Data statistik Cisarua, 2011). Alasan pemilihan lokasi ini karena faktor alam yang sangat mendukung untuk kegiatan budidaya sayuran organik yakni struktur tanahnya yang gembur dan berdekatan dengan sumber mata air pegunungan, sehingga memudahkan untuk melakukan penyiraman terhadap tanaman. Luas kebun perusahaan yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik adalah 3 hektar yang terdiri dari 4 plot lahan penanaman sayuran, 1 plot lahan percobaan tanaman, 2 bangunan sederhana untuk pembenihan dan beberapa bangunan seperti kantor, rumah singgah, dan penginapan untuk tamu.

PT Masada Organik Indonesia didirikan bukan hanya bertujuan sebagai profit oriented akan tetapi perusahaan juga memiliki sisi sosial terhadap masyarakat dan ekologi disekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip perusahaan yaitu “Enterprise for Environmental and Social Benefit”. Adapun visi yang dimiliki PT Masada Organik Indonesia yaitu organic way sebagai cara untuk mengelola usaha yang benilai manfaat (value) bagi lingkungan, customer, stakeholder (crew) dan owner serta mampu menjadikan Masada Organik sebagai produk organik yang bisa diterima di seluruh dunia.

Untuk dapat mewujudkan visi yang telah dirancang tersebut, PT Masada Organik Indonesia juga membuat misi-misi perusahaan. Adapun misi yang dimiliki perusahaan tersebut antara lain:

1. PT Masada Organik Indonesia sebagai perusahaan mampu memberikan nilai bagi lingkungan yaitu dengan cara budidaya yang menjamin kelangsungan kelestarian alam, nilai bagi customer akan jaminan mutu produk, serta memberikan nilai bagi stakeholder dan owner akan kehidupan sekarang dan harapan hidup di hari esok.


(21)

2. PT Masada Organik Indonesia sebagai research centre dengan prinsip kebersamaan dan berbagi ilmu yang mampu memfasilitasi pihak-pihak yang concern terhadap pertanian khususnya pertanian organik untuk bersama-sama menemukan cara pemecahan masalah yang dihadapi dunia pertanian.

3. PT Masada Organik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia mampu menyumbangkan pengetahuan pengelolaan pertanian kebijakan pertanian di Indonesia.

Dilihat dari sejarah berdirinya perusahaan serta visi dan misi yang ada di PT Masada Organik Indonesia, dapat diketahui bahwa Pak Leo termasuk kedalam golongan Risk Taker / Risk Lover. Hal ini dikarenakan Pak Leo berani mengambil risiko untuk mendirikan usahanya sendiri dan memilih tidak bergabung lagi dengan PT Amani Mastra yang merupakan perusahaan dengan jaringan pasar yang luas dan telah memiliki brand. Selain itu, Pak Leo juga mengutamakan kepuasan konsumen dengan benar-benar berusaha menghasilkan sayuran dengan cara organik. Selain itu, Pak Leo merasa mempunyai tanggung jawab moral kepada masyarakat sekitar, dilihat dari tujuan usaha ini yaitu social benefit yang tidak hanya mengutamakan aspek bisnis namun juga memperhatikan aspek sosial. 5.2 Manajemen dan Struktur Organisasi Perusahaan

Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggung jawab dengan pekerjanya. Perusahaan pun dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan.

Segala aktivitas yang akan dijalankan, terlebih dahulu disusun suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk menjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar sistem organisasi PT Masada Organik Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.


(22)

Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Sumber: PT Masada Organik Indonesia, 2011

Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat diketahui bahwa pemegang kekuasaan tertinggi yaitu pemiliki lahan yang sekaligus sebagai CEO. Pemilik membawahi tiap bagian yang lebih spesifik lagi yaitu bagian operasional (produksi), bagian keuangan dan bagian marketing yang masing-masing memilki tugas dan tanggung jawab sendiri. Komisaris hanya bertanggung jawab kepada pemilik atau sebagai penasehat, akan tetapi komisaris tidak memilki tanggung jawab dan kewajiban dengan bagian lainnya.

Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT Masada Organik Indonesia ini masih menggunakan sistem manajemen kekeluargaan, perusahaan tersebut akan berupaya menggunakan sistem manajemen top and down dan demokrasi. Hal ini dimaksudkan agar tiap bagian dalam sistem manajemen memiliki tanggung jawab dan saling menghargai satu sama lainnya. Sistem kekeluargaan dirasakan kurang efektif dalam menjalankan usaha ini, hal ini dikarenakan sistem kekeluargaan terkadang terdapat toleransi yang tidak sewajarnya serta rentan terhadap sikap

Man. Pemasaran CEO ( Pemilik )

Komisaris

Direktur

Man. Operasional Man. Keuangan

Divisi kebun Divisi Packing

Divisi Distribusi Penagihan

Tukar Faktur

Ordering


(23)

ketidakadilan. Masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan sesuai dengan deskripsi pekerjaan.

5.3.Deskripsi Sumberdaya Perusahaan

Sumberdaya yang dimiliki PT Masada Organik Indonesia meliputi sumberdaya keuangan (modal) dan sumberdaya fisik. Sumberdaya keuangan merupakan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk mengelola segala hal yang terkait dengan keuangan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya fisik meliputi lahan, peralatan, dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan.

Aspek sumberdaya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya agar tujuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan dapat diraih. PT Masada Organik Indonesia memiliki total tenaga kerja berjumlah tiga puluh orang yang terdiri dari enam orang bagian karyawan kantor, empat belas orang buruh tani PT Masada Organik Indonesia, lima orang karyawan packing, dan lima orang karyawan distributor (bagian pemasaran).

Karyawan atau tenaga kerja yang ada di PT Masada Organik Indonesia terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Status karyawan di perusahaan juga beragam yakni mulai dari tenaga kerja tetap serta tenaga kerja harian. Data tenaga kerja yang ada di PT Masada Organik Indonesia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010

Jenis kelamin Tenaga Kerja (orang) Persentase (%)

Laki-laki 20 66,7

Perempuan 10 33,3

Jumlah 30 100


(24)

Berdasarkan Tabel 5, dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja dalam memproduksi sayuran organik di PT Masada Organik Indonesia didominasi oleh tenaga kerja laki-laki yang memiliki proporsi 66,7 persen dari jumlah tenaga kerja. Tenaga kerja perempuan yang ada di perusahaan hanya memiliki proporsi 33,3 persen dari jumlah tenaga kerja.

Setiap tenaga kerja tersebut memiliki tingkat pendidikan yang beragam mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar adalah SD dan SMP yaitu sebanyak 40 persen dari jumlah tenaga kerja. Tingkat pendidikan tenaga kerja yang paling sedikit adalah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu 3,3 persen dari jumlah tenaga kerja. Data mengenai tingkat pendidikan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia

Tahun 2010

Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja (orang) Persentase (%)

SD 12 40,0

SMP 12 40,0

SMA 5 16,7

Perguruan Tinggi 1 3,3

Jumlah 30 100

Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

Berdasarkan Tabel 6, tenaga kerja di PT Masada Organik Indonesia umumnya telah mengikuti pendidikan formal. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh tenaga kerja di PT Masada Organik Indonesia minimal dapat membaca dan menghitung. Kondisi tersebut cukup menguntungkan bagi perusahaan karena dasar pendidikan yang telah dimiliki oleh tenaga kerja tersebut akan memudahkan mereka dalam menyerap teknologi dan informasi yang diberikan berkaitan dengan usaha budidaya sayuran organik.

Umur tenaga kerja yang bekerja di PT Masada Organik Indonesia bervariasi dan digolongkan kedalam empat golongan. Adapun jumlah tenaga kerja berdasarkan masing-masing golongan umur dapat dilihat Tabel 6.


(25)

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2010

Golongan Umur (tahun) Tenaga Kerja (orang) Persentase (%)

21-30 7 23,3

31-40 17 56,7

41-50 4 13.3

51-60 2 6,7

Jumlah 30 100

Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

Struktur umur penduduk terdiri dari anak-anak (non-produktif) pada umur 0-14 tahun, usia subur/dewasa (produktif) pada umur 15-60 tahun dan penduduk usia tua pada umur 61 tahun keatas (BPS Jawa Barat, 2000). Berdasarkan batasan usia tersebut, maka Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar umur tenaga kerja di perusahaan PT Masada Organik Indonesia terdapat pada umur yang produktif.

PT Masada Organik Indonesia memiliki manajer kebun yang memiliki tanggung jawab terhadap operasional kebun secara keseluruhan, mulai dari perencanaan produksi sayuran, pendataan berbagai laporan tentang operasional kebun, pengendalian biaya produksi, pengiriman produk, melakukan pemfakturan, serta pemantauan perkembangan dan pemeliharaan kebun. Selain itu, manajer juga melakukan jalinan kerjasama dengan berbagai mitra perusahaan serta konsumen. Salah satu kemitraan yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan pihak pemasok sayuran organik, karena perusahaan masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen yang tinggi dengan produksi sayuran organik yang dihasilkan oleh perusahaan.

Manajer kebun membawahi bagian produksi yang terdiri dari tiga bagian antara lain persemaian, budidaya, dan pasca panen. Penanggungjawab persemaian bertanggungjawab dalam menyediakan dan menyiapkan benih/bibit tanaman yang berkualitas, melakukan perencanaan dan pendataan jumlah benih yang akan ditanam setiap plot, memastikan persediaan benih dan bibit tanaman. Selain itu, tanggung jawab bagian persemaian lainnya adalah melakukan pendataan absensi harian dan membagi gaji mingguan.


(26)

Penanggungjawab bagian budidaya bertugas melakukan pengawasan di lapangan, melakukan pengendalian hama dan penyakit secara organik, mengoptimalkan penggunaan pupuk secara organik untuk menghasilkan produksi yang optimal serta memastikan ketersediaan pupuk di kebun, melakukan pendataan dan pemantauan pola tanam disetiap plot, melakukan perbaikan dan pemeliharaan instalasi air pertanian dan menginventaris serta mengamankan alat-alat pertanian secara berkala. Selain itu, bagian budidaya juga melakukan pencatatan produksi atau panen disetiap plot dan mendata prediksi panen setiap minggu. Bagian pasca panen bertanggung jawab dalam membersihkan dan menyortir hasil panen, memisah-misahkan hasil panen sesuai grade yang ditentukan, dan yang terakhir melakukan pengemasan pada sayuran.

Sistem perekrutan tenaga kerja yang dilakukan yakni tidak mengutamakan pendidikan utamanya pada buruh tani PT Masada Organik Indonesia, akan tetapi yang paling diutamakan ialah keahlian serta pengalaman mereka tekait usaha budidaya sayuran organik. Jam kerja yang ditetapkan untuk tenaga kerjanya antara lain untuk petani mulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB dengan hari kerja mulai dari hari Minggu hingga Jumat, sedangkan Sabtu libur. Untuk tenaga kerja bagian pasca panen, kerja dimulai dari pukul 04.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, hari kerja mulai hari Senin hingga Sabtu, sedangkan hari Minggu libur. Adapun waktu istirahat yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pukul 09.00 WIB - 09.30 WIB dan pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB.

Kegiatan budidaya dilakukan di kebun seluas tiga hektar yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut plot. Masing-masing plot memiliki satu orang penanggungjawab. Plot yang dibuat memiliki luas lahan yang berbeda-beda. Setiap plot dibagi menjadi bedengan-bedengan yang disebut bed. Jumlah bedengan yang terdapat di kebun kurang lebih 1600 bed. Luas satu buah bed adalah kurang lebih 10 m2.

Pemberian upah kepada tenaga kerja buruh seperti buruh tani PT Masada Organik Indonesia dan bagian packing dilakukan setiap hari Jumat, sedangkan untuk karyawan tetap diberikan perbulan setiap awal bulan. Besarnya gaji dan upah terhadap tenaga kerja tergantung pada prestasi dan jenis pekerjaan dari masing-masing tenaga kerja. Prestasi tersebut dapat dinilai dari absensi, tanggung


(27)

jawab serta hasil yang diperoleh dari produksi lahan mereka (plot) masing-masing petani.

Pembagian tenaga kerja antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan tidaklah berbeda. Jam kerja untuk tenaga kerja laki-laki dan perempuan adalah jam kerja delapan jam perharinya. Mereka menerima upah sebesar Rp 17.600 per hari. Upah tersebut dibayarkan setiap satu minggu sekali, yaitu pada hari sabtu. Jam kerja tambahan (lembur) juga diberlakukan di PT Masada Organik Indonesia, upah lembur yang diberikan kepada tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.000 per jam. 5.4. Permodalan dan Fasilitas Produksi Perusahaan

Sumberdaya keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikelola secara baik dan benar agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan visi dan misi PT Masada Organik Indonesia. Sumberdaya keuangan yang dimiliki perusahaan tersebut dialokasikan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing bagian dalam perusahaan, sehingga kegiatan mulai dari proses produksi sampai ke pemasaran dapat berjalan baik.

Modal PT Masada Organik Indonesia untuk menjalankan aktivitas perusahaan berasal dari modal sendiri (Owner) tanpa dibantu oleh modal pinjaman dari bank maupun lembaga keuangan lainnya. Untuk seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan dimiliki oleh Pak Leo. Permodalan yang dimiliki perusahaan berupa lahan seluas sepuluh hektar, bangunan gedung dan vila di dalam lahan, peralatan maupun kendaraan yang ada saat ini dipergunakan untuk keberlanjutan usaha atau operasional perusahaan. Seluruh peralatan yang berada di PT Masada Organik Indonesia dimiliki oleh Bapak Leo sepenuhnya. Bapak Leo juga menggunakan modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam pengadaan peralatan dan perlengkapan

Peralatan yang dimiliki oleh PT Masada Organik Indonesia digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan produksi antara lain kegiatan pembenihan, persemaian, pemanenan, dan pasca panen. Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembenihan antara lain timbangan benih, tampah, dan kotak penjemur benih. Kegiatan persemaian juga tidak memerlukan banyak peralatan. Peralatan yang diperlukan antara lain kotak nampan, polybag, dan meja semai.


(28)

Peralatan yang diperlukan untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan cukup banyak antara lain cangkul, arit, golok, springkle, embrat, oret, semprotan, semprotan kecil, selang, dan plastik ultra violet. Selain itu, peralatan yang diperlukan untuk kegiatan panen dan pasca panen juga banyak antara lain mesin wrapping, mesin sealer, pisau, timbangan, timbangan digital, mobil pick up, container, plastik, styrofoam, polynet, dan gunting.

5.5. Proses Produksi Sayuran Organik Perusahaan

PT Masada Organik Indonesia merupakan salah satu produsen sayuran organik yang memiliki lahan sendiri seluas tiga hektar lahan garap serta berada pada letak geografis dan wilayah yang cocok untuk tempat kegiatan usaha sayuran organik. Selain itu, perusahaan memiliki sumber mata air yang berasal dari Gunung Salak untuk membudidayakan sayurannya. Beberapa faktor pendukung tersebut membuat sayuran yang diproduksi oleh PT Masada Organik Indonesia memiliki kualitas yang bagus dan terjamin serta bebas dari bahan kimia seperti pestisida dan bahan pengawet lainnya.

Perusahaan dalam kegiatan usahataninya melakukan budidaya berbagai jenis tanaman sayuran organik antara lain sayuran daun-daunan, sayuran buah, sayuran umbi-umbian, sayuran kacang-kacangan, dan sayuran bunga. Perusahaan memiliki beberapa jenis komoditi sekitar 30 jenis sayuran organik yaitu, brokoli, bunga kol, kacang merah, daun bawang, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caisin, selada keriting, jagung manis, zukini, lobak, kangkung, timun lokal, wortel, dan lain-lain. Produk sayuran yang menjadi unggulan perusahaan antara lain bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel karena tingginya permintaan konsumen terhadap komoditi tersebut.

PT Masada Organik Indonesia memperoleh bahan baku untuk memproduksi sayuran organik berupa benih sayuran dari toko Sari Tani di Cipanas. Selain itu, pengadaan benih untuk kebutuhan produksi sayuran organik di PT Masada Organik Indonesia ada juga yang berasal dari produksi perusahaan sendiri. Benih yang diproduksi sendiri oleh PT Masada Organik Indonesia umumnya memiliki kualitas yang lebih baik dari pada pembelian di toko, karena mereka benar-benar selektif terhadap tanaman yang cocok untuk dibuat sebagai benih, hal tersebut tentu saja dapat mengefisiensikan biaya untuk pembelian benih. Namun untuk


(29)

beberapa jenis tanaman yang ada belum semuanya mampu dibenihkan sendiri oleh petani Masada Organik, hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara cuaca terhadap tanaman yang akan dijadikan benih.

Tanaman yang umumnya dapat dibenihkan sendiri oleh perusahaan merupakan varietas lokal diantaranya, wortel, caisin, kacang merah, bayam hijau, jagung manis, selada. Benih yang dibeli dari toko yaitu, bayam merah, bit, tomat, zukini, lobak, brokoli, timun lokal, timun kyuri, kangkung dan pakchoy, benih tersebut diperoleh dari toko Sari tani yang berada di daerah Cipanas.

Input lain yang digunakan dalam kegiatan budidaya sayuran organik adalah berupa peralatan pertanian dan peralatan pengemasan. Peralatan pertanian berupa cangkul, parang dan lainnya perusahaan dapat membelinya di toko-toko pertanian yang biasa, dalam artian tidak mengkhususkan tempatnya. Untuk mesin pengemasan dan barang-barang lain, PT Masada Organik Indonesia membeli di tempat khusus, yaitu pasar glodok yang berada di daerah Jakarta.

Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan merupakan barang inventaris yang memiliki umur ekonomis dan dapat digunakan lebih dari satu tahun. Selain peralatan inventaris perusahaan juga memerlukan input berupa peralatan pengemasan yang berupa input peralatan secara kontinyu seperti plastik untuk wrapping, plastik sayur dan sebagainya. Untuk memperoleh peralatan tersebut biasanya perusahaan membelinya di pasar atau tempat penjualan sarana pertanian lain yang berada di daerah Bogor.

PT Masada Organik Indonesia dalam menerapkan teknik budidaya pada masing-masing tanaman sayuran yang diusahakan berbeda-beda, tergantung dari jenis tanaman itu sendiri, namun untuk tanaman semusim hal tersebut relatif sama. Pengolahan tanah lebih ditekankan pada pemilihan jarak tanam yang tepat sebab jarak tanam menentukan jumlah populasi, kebutuhan benih dan jumlah pupuk serta mempengaruhi tingkat efisiensi penyerapan cahaya dan kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara.

Proses produksi yang terjadi pada PT Masada Organik Indonesia menggunakan metode pertanian organik, dimana dalam proses tersebut tidak digunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Akan tetapi, proses produksi untuk sayuran organik ini tidak jauh berbeda dengan sistem pertanian


(30)

konvensional. Alur proses produksi sayuran organik pada PT Masada Organik Indonesia secara singkat dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alur Proses Produksi pada PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Sumber: PT Masada Organik Indonesia, 2011

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada proses awal yang dilakukan oleh PT Masada Organik Indonesia dalam proses budidayanya ialah melakukan persiapan benih dan pembibitan. Benih untuk sayuran diperoleh dari toko pertanian di daerah Cipanas, namun sebagian berasal dari petani Masada sendiri. Benih sayuran yang diperoleh tidak semuanya bisa ditanam langsung ke lahan, akan tetapi sebagiannya harus dilakukan proses persemaian terlebih dahulu.

Persemaian benih dilakukan sendiri oleh petani PT Masada. Persemaian benih umumnya memerlukan waktu kurang lebih selama satu minggu, setelah seminggu benih tersebut akan dipindahkan ke dalam polybag (dokumentasi kegiatan persemaian benih dapat dilihat pada Lampiran 11). Hal yang terpenting dilakukan selama proses persemaian benih hingga menjadi bibit ialah penyiraman dan pengendalian hama.

PT Masada Organik Indonesia memiliki beberapa tanaman yang perlu dilakukan proses persemaian terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat ditanam di kebun. Proses persemaian ini ditujukan untuk mempersiapkan bibit yang akan

Persiapan benih dan pembibitan

Persiapan lahan

Penanaman

Pemeliharaan

Pemanenan


(31)

ditanam dilahan, karena terdapat beberapa jenis tanaman sayuran yang tidak dapat ditanam secara langsung sebelum dilakukan penyemaian. Hal tersebut diharapkan tanaman dapat tumbuh secara optimal dan mampu beradaptasi di lingkungan kebun (outdoor). Pada umumnya, benih disemai selama 2-3 minggu pada polybag atau daun pisang, dengan media tanam berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1. Setelah 2-3 minggu bibit tanaman dapat mulai ditanam di lahan, seperti jagung manis, brokoli, timun lokal, timun curry, zukini, tomat, dan terong.

Tahap selanjutnya adalah tahap persiapan lahan. Tahap ini bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah kembali, agar menjadi tanah lebih halus serta berstruktur gembur. Lahan juga harus dibersihkan dari semak berlukar, rumput-rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman lain. Proses pembersihan lahan ini dilakukan oleh para tenaga kerja harian secara manual.

Setelah tahap persiapan lahan, tahap pengolahan tanah pun dimulai. Pengolahan tanah merupakan proses penggemburan tanah, agar tanah bagian dalam dapat terangkat ke permukaan atas dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar. Penggemburan tanah ini bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Proses pengolahan tanah dilakukan dengan menggali tanah hingga kedalaman kurang lebih 30-40 cm. Penggalian tanah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap dan memperbaiki tata udara (aerasi) tanah.

Tanah tersebut dicampur dengan berbagai macam tanaman dan kotoran ternak untuk meningkatkan kandungan bahan-bahan organik. Pencampuran ini bertujuan untuk membantu memperbaiki keadaan fisik tanah, menyediakan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, dan untuk perkembangan organisme tanah. Pengolahan tanah pada perusahaan Masada Organik ini menggunakan peralatan yang cukup sederhana yaitu menggunakan cangkul, hal ini dikarenakan tanah tersebut sudah memiliki tekstur yang gembur. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang atau pupuk kompos. Langkah selanjutnya adalah membuat bedengan-bedengan.


(32)

Bedengan merupakan tempat penanaman, sedangkan parit atau selokan merupakan saluran pengairan (irigasi) dan pengeluaran air dari lahan penanaman (drainase). Bedengan dan parit akan mempermudahkan pelaksanaan kegiatan pemupukan, pengairan, pembuangan air yang berlebih, pemberantasan hama dan penyakit. Bedengan pada perusahaan PT Masada Organik Indonesia ini umumnya memiliki lebar 1 m, dengan tinggi bedengan 20-30 cm dan panjang rata-rata setiap bedengan 8-10 m (dokumentasi bedengan dapat dilihat Lampiran 11). Setelah dibuat bedengan, tanah didiamkan selama beberapa hari. Berikut ini adalah gambar lahan yang dipersiapkan untuk ditanami sayuran organik yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Keragaan Ukuran Bedengan Sayuran Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010

Persiapan lahan yang telah selesai selanjutnya dilakukan penanaman sayuran (dokumentasi persiapan lahan dapat dilihat pada Lampiran 11). Proses penanaman tersebut harus diketahui terlebih dahulu tentang jarak tanam. Jarak tanam sayuran satu dengan yang lainnya berbeda-beda disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Tanaman jenis sayuran berdaun jarak tanamnya adalah 20 cm, jenis sayuran umbi-umbian jarak tanamnya 40 cm dan jenis sayuran bunga jarak tanamnya 50 cm. Selain itu, dalam proses penanaman dilakukan pengaturan setiap bedengan yang akan ditanami. Pengaturan tersebut dilakukan agar produksi sayuran pada perusahaan dapat dipanen secara kontinyu setiap harinya.

8-10m

35 cm 1m


(33)

Salah satu pengaturan yang dilakukan dalam proses penanaman adalah rotasi tanaman. Rotasi tanaman diperlukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman sayuran organik. Oleh karena itu, setelah pemanenan, bedengan dipersiapkan untuk ditanami kembali dengan syarat bukan jenis tanaman yang sama dengan jenis tanaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang telah diambil oleh tanaman sayuran sebelumnya. Setelah menanam sayuran sejenis daun-daunan, biasanya bedengan tersebut akan ditanami oleh wortel. Hal ini dikarenakan sisa pupuk yang digunakan pada sayuran sejenis daun-daunan masih ada dan cukup untuk tanaman wortel. Selain itu, bedengan tersebut juga dapat ditanami tanaman kacang-kacangan agar dapat mengembalikan unsur hara yang ada pada tanah.

Proses penanaman atau penaburan benih ke bedengan pada perusahaan Masada Organik Indonesia, ada yang dapat ditanam langsung di bedengan dan ada juga benih yang melalui proses persemaian terlebih dahulu sebelum ditanam. Jenis-jenis benih sayuran yang harus melalui proses persemaian antara lain tomat, brokoli, timun lokal, zukini, bit, dan lain-lain Sedangkan benih sayuran yang dapat langsung ditanam di bedengan antara lain jagung manis, caisin, bayam hijau, bayam merah dan lain lain.

Penanaman sayuran organik umumnya dilakukan pada waktu pagi hari yaitu sekitar pukul 07.30 WIB - 09.00 WIB agar bibit atau benih sayuran yang ditanam bisa mendapatkan penyinaran matahari yang baik. Penanaman dilakukan oleh para petani pada tiap plot dengan diawasi secara khusus oleh kepala blok dan secara umum oleh supervisor kebun. Lahan efektif yang dipergunakan adalah tiga hektar sudah termasuk area untuk jalan lintasan, tempat untuk pengomposan pupuk, tempat untuk persemaian, dan lain-lain.

Pengaturan lainnya yang dilakukan dalam proses penanaman adalah penentuan jumlah bedengan. Total jumlah bedengan kurang lebih ada 1600 bed setiap bulannya. Penanaman dilakukan pada plot-plot yang memiliki lokasi yang berbeda-beda dan berjumlah sebanyak lima plot. Luasan lahan untuk bayam hijau sekitar 600 m2, brokoli 4200 m2, caisin 600 m2, dan wortel 2100 m2 dengan menggunakan pendekatan total jumlah bedengan yang dipergunakan untuk


(34)

tanaman tersebut dikali dengan luas tiap bedengan. Berikut ini adalah lokasi dan jumlah bedengan yang ada pada masing-masing plot:

a. Plot I memiliki jumlah bedengan 450 bed. b. Plot II memiliki jumlah bedengan 380 bed. c. Plot III memiliki jumlah bedengan 250 bed. d. Plot IV memiliki jumlah bedengan 250 bed. e. Plot V memiliki jumlah bedengan 300 bed.

Tahap selanjutnya setelah penanaman adalah tahap pemeliharaan yang relatif sama untuk setiap tanaman sayuran. Pemeliharaan tanaman sayuran pada PT Masada Organik Indonesia meliputi penyiraman, pemupukan, dan pembumbunan. Selain itu, pengairan juga merupakan kegiatan yang penting dilakukan karena semua tanaman memerlukan air. Pada PT Masada Organik Indonesia, mereka menggunakan sumber air dari mata air yang berasal dari gunung untuk pengairan dan penyiraman. Penyiraman pada tanaman dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Pemupukan merupakan penambahan unsur hara yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pupuk adalah hara tanaman yang ada dalam tanah, atmosfir dan pada kotoran hewan secara alami. Namun hara yang ada tidak selalu tersedia dalam bentuk yang siap digunakan tanaman dan jumlahnya pun tidak mencukupi, oleh karena itu perlu ditambahkan dengan penggunaan pupuk untuk membantu pertumbuhan tanaman yang optimum. PT Masada Organik Indonesia menggunakan pupuk organik dalam setiap kegiatan budidayanya, yaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, ranting-ranting, dan kompos.

Pupuk yang digunakan oleh PT Masada Organik Indonesia untuk proses produksi sayuran organik diantaranya ialah pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing) dan pupuk cair (yang berasal dari air seni kelinci). PT Masada Organik Indonesia membeli pupuk tersebut dari peternakan ayam di daerah Cipanas dan sebuah pesantren di Cianjur. Kotoran ayam yang dibeli oleh PT Masada Organik Indonesia untuk pupuk kandang masih dalam keadaan segar,


(35)

sehingga pupuk kandang tersebut harus didiamkan terlebih dahulu selama beberapa minggu agar pupuk tersebut lebih bagus dan lebih mudah diserap oleh tanaman. Pembelian pupuk kandang dilakukan setiap satu bulan sekali dengan rata-rata pembelian sebanyak 500 karung atau setara dengan 3-4 ton, sedangkan untuk air seni kelinci setiap tiga bulan sekali yaitu sebanyak 450 liter.

Hama adalah permasalahan yang biasa dihadapi dalam melakukan kegiatan pertanian. Untuk menganggulangi masalah tersebut dalam pertanian organik, tidak dilakukan pembunuhan hama yang menyerang secara besar-besaran. Hal ini dikarenakan dalam bididaya pertanian organik selalu membuat pencegahan terlebih dahulu agar tidak terjadi penyerangan hama dan penyakit pada tanaman. Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan menanam tanaman penangkal hama disekeliling tanaman. Apabila tanaman penangkal hama tersebut sudah tidak bisa menangkal lagi, maka langkah selanjutnya adalah mengusir hama dengan langsung menggunakan pestisida nabati.

Pestisida nabati dapat diperoleh dari tumbuhan atau dari binatang dan sejumlah mineral yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman. Beberapa tanaman penangkal hama yang dapat digunakan antara lain, tanaman kisutra atau kipait, daun pucuk babi, daun kemangi, daun suren, bawang putih, kemiri, tomat, sereh, biji sirsak, jagung, dan lain-lain.

Selanjutnya, bila tanaman sudah mencapai umurnya dan tumbuh dengan baik, artinya tanaman tersebut sudah siap untuk dipanen. Cara panen untuk setiap jenis tanaman yang diusahakan berbeda-beda. Begitu pula dengan umur panen dari masing-masing tanaman, seperti contoh caisin dengan selada walaupun sama-sama sayuran daun (leave) tetapi umur panen mereka berbeda-beda. Untuk tanaman buah seperti tomat dipilih dengan tingkat kematangan yang cukup, yaitu buah yang berwarna kemerahan dan ukuran buah sesuai dengan yang diiinginkan. Berbeda dengan tanaman umbi-umbian, umbi tersebut baru dapat di panen setelah umbi tersebut terlihat menonjol di permukaan tanah dan ukuran sesuai dengan yang diinginkan. Namun, khusus untuk tanaman timun-timunan yang dipilih untuk di panen, yaitu dilihat dari ukurannya. Apabila telah dinilai sesuai dengan standar ukuran maka buah tersebut sudah dapat di panen.


(36)

Tahap terakhir adalah pascapanen yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan dilakukan. Tujuan penanganan pascapanen diantaranya sebagai berikut:

a. Agar sayuran yang telah dipanen tetap baik mutunya atau tetap segar seperti ketika di petik

b. Agar sayuran menjadi lebih menarik (warna, rasa atau aroma) c. Agar sayuran dapat memenuhi standar perdagangan

d. Agar mutu sayuran selalu terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi konsumen industri yang memerlukannya

e. Agar hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu bisa digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin.

Hal yang dapat dilakukan agar semua tujuan tersebut tercapai ialah pembersihan, sortasi, pengemasan, pengangkutan dan pengolahan hasil. Namun, di PT Masada Organik Indonesia tidak melakukan pengelolaan dalam proses pasca panen, karena mereka menjual sayuran dalam bentuk segar. Pembersihan merupakan salah satu tindakan penting sebelum sayuran diproses lebih lanjut. Pembersihan bertujuan untuk membuang kotoran dan bagian sayuran yang tidak penting serta menyingkirkan komoditi lain yang terbawa. Setelah pembersihan, kegiatan selanjutnya adalah sortasi.

Sortasi merupakan proses pemisahan dan penggolongan berdasarkan kualitas dan keseragaman (dokumentasi kegiatan sortasi dapat dilihat pada Lampiran 11). Kegiatan sortasi yang dilakukan adalah kegiatan memilih dan membuang bagian-bagian sayuran yang telah rusak. Proses kegiatan sortasi ini umumnya berlangsung dua kali yaitu sortasi yang dilakukan oleh petani setelah melakukan panen di lahan dan sortasi yang dilakukan oleh bagian packing setelah sayuran diterima dari petani. Dasar sortasi dapat dilakukan dengan salah satu atau prinsip pemilahan berikut:

a. Ukuran berat. b. Bentuk.

c. Sifat permukaan. d. Warna.


(37)

Proses sortasi sayuran dilakukan dengan pemilahan atau pengupasan dedaunan yang terlihat menguning maupun tua dan mengalami kerusakan, sedangkan untuk sayuran umbi-umbian disesuaikan dengan ukuran permintaan pelanggan dan untuk tomat dipilih yang tidak busuk dan lebam. Hal ini dilakukan perusahaan agar hasil produksi yang dipasarkan benar-benar memiliki kualitas yang baik. Setelah itu, tahap berikutnya adalah grading.

Grading merupakan suatu kegiatan melakukan pengelompokan terhadap produk berdasarkan ukurannya. Penentuan grade ini disesuaikan berdasarkan keinginan dan permintaan dari pelanggan tetap. Masing-masing jenis sayuran memiliki proses grading yang berbeda-beda. Proses grading ini cukup terlihat pada sayuran sejenis wortel, jagung manis, timun, zukini, dan brokoli. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengemasan.

Pengemasan (packing) merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk pangan (dokumentasi kegiatan pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 11). Selain itu pengemasan juga merupakan penunjang bagi transportasi, distribusi dan merupakan bagian dari usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran. Packing dilakukan berdasarkan berat sayuran dalam satu kemasan, biasanya proses packing disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Kemasan yang digunakan untuk proses packing pada perusahaan Masada Organik Indonesia menggunakan plastik, styrofoam dan polynet. Penggunaan kemasan tersebut dibedakan berdasarkan dengan permintaan pelanggan. Kemasan yang digunakan terbagi atas :

a. Kemasan plastik transparan untuk tanaman daun-daunan, seperti bayam, kangkung, selada keriting, daun bawang, pakchoy, tomat, wortel, dll.

b. Kemasan plastik wrap untuk buah-buahan, seperti terung, timun-timunan, labu siam, paprika, brokoli, kol, bunga kol, sawi putih, dll.

c. Kemasan styrofoam untuk buah yang berukuran kecil, seperti jagung acar, kacang merah, buncis, dll.


(38)

5.6. Pola Tanam Usahatani

Perusahaan dalam membudidayakan sayuran organik melakukan pengaturan terhadap lahan dengan sistem pola tanam. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat berproduksi dalam periode waktu tertentu, dengan kualitas dan kuantitas sayur organik yang diinginkan. Pengaturan pola tanam dilakukan berdasarkan pertimbangan dari kontinyuitas produk. Kemampuan perusahaan untuk menjaga kontinyuitas dalam kegiatan produksi merupakan nilai tambah bagi perusahaan.

Penanaman sayuran organik pada perusahaan ini dapat dilakukan dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari. Monokultur adalah sistem penanaman satu komoditi saja. Sedangkan pola tanam tumpangsari adalah sistem penanaman minimal dua komoditi. Pola tanam tumpangsari bertujuan agar penggunaan tiap bedengan lahan lebih efektif, untuk memutuskan siklus hama dan menghindari terjadinya kompetensi hara.

Perusahaan melakukan penanaman sayuran bayam hijau dan caisin setiap bulan. Hal tersebut dikarenakan bayam hijau dan caisin memiliki masa tanam yang kurang lebih satu bulan. Brokoli dan wortel memiliki masa tanam tiga bulan. Sama halnya dengan bayam hijau dan caisin, penanaman wortel juga dilakukan setiap bulan karena jumlah permintaan wortel yang tinggi. Berbeda dengan wortel, brokoli penanamannya dilakukan per periode masa tanam. Walaupun permintaan brokoli juga tinggi, namun perusahaan belum mampu memenuhinya sendiri dan sebagian besar mengandalkan produksi dari pemasok untuk memenuhi permintaan konsumen.

Pola tanam secara tumpangsari yang dilakukan perusahaan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya jenis sayuran bunga ditumpangsarikan dengan sayuran berdaun, sayuran umbi-umbian ditumpangsarikan dengan sayuran berdaun, dan tanaman sayuran berakar serabut ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran berakar tunggal. Selain itu, pola tanam sayuran organik yang dilakukan ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu tanaman sayuran yang berumur panjang (satu musim/tiga bulan) ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran berumur pendek (tiga minggu/ satu bulan).


(1)

Lampiran 9. Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010.

Peluang Produktivitas (Kg/m

2 )

Bayam Hijau Brokoli Caisin Wortel

0,1 0,391 0,006 0,153 0,218

0,1 0,282 0,045 0,216 0,215

0,1 0,262 0,016 0,125 0,197

0,1 0,261 0,021 0,229 0,141

0,1 0,259 0,026 0,333 0,086

0,1 0,165 0,030 0,091 0,160

0,1 0,098 0,047 0,110 0,198

0,1 0,143 0,024 0,218 0,255

0,1 0,164 0,009 0,260 0,180

0,1 0,095 0,013 0,289 0,192

Return 2,120 0,235 2,025 1,842

Ex.Return 0,212021 0,023452 0,202458 0,184238

Varian 0,008021 0,000175 0,005829 0,001965

St.Deviation 0,0896 0,0132 0,0763 0,0443


(2)

Lampiran 10. Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Portofolio di PT MOI Tahun 2010.

Komoditas Expected PRODUKTIVITAS PENDAPATAN

Return

Variance St Deviation

Coeff Var

Expected Return

Variance St Deviation Coeff Var

Bayam Hijau 0,212 0,008021 0,0896 0,422 1858062,6 8,76648E+11 936294,8416 0,504

Brokoli 0,023 0,000175 0,0132 0,564 116019,5 1,77209E+12 1331196,916 11,474

Caisin 0,202 0,005829 0,0763 0,377 1700092 6,37052E+11 798155,3134 0,470

Wortel 0,184 0,001965 0,0443 0,241 2730372 8,92263E+11 944596,5682 0,346

Bayam - Brokoli 0,047 0,000518 0,023 0,488 333775 1.643.098.804.545,480 1.281.834,156 3,840 Bayam - Caisin 0,207 0,006881 0,083 0,401 1779077 546.614.952.915,386 739.334,128 0,416 Bayam - Wortel 0,190 0,002946 0,054 0,285 2538464 888.815.628.054,475 942.770,188 0,371 Brokoli - Caisin 0,045 0,000445 0,021 0,465 314029 1.599.128.977.655,240 1.264.566,715 4,027 Brokoli - Wortel 0,076 0,000551 0,023 0,308 978756 1.448.698.218.235,070 1.203.618,801 1,229 Caysin - Wortel 0,188 0,002637 0,051 0,273 2503710 832.436.337.700,162 912.379,492 0,364 Bayam - Brokoli - Caisin 0,063 0,003263 0,057 0,299 481892 1.510.743.622.711,120 1.229.123,111 2,551 Bayam - Brokoli - Wortel 0,088 0,001914 0,044 0,444 1057109 1.391.634.579.778,210 1.179.675,625 1,116 Bayam - Caisin - Wortel 0,192 0,003493 0,059 0,410 2387905 840.417.419.205,504 916.742,832 0,384 Brokoli - Caisin - Wortel 0,087 0,003119 0,056 0,360 1042891 1.362.456.378.097,810 1.167.243,067 1,119 Bayam - Brokoli - Caisin - Wortel 0,098 0,000928 0,030 0,313 1114127 1.319.542.301.482,710 1.148.713,324 1,031


(3)

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

a. Logo PT MOI b. Persemaian Benih

c. Bayam Organik d. Wortel Organik


(4)

g. Bedengan di PT MOI h. Pengolahan Lahan

i. Proses Sortasi j. Proses Wrapping


(5)

RINGKASAN

PUTRI ANNISA CHER. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Indonesia memiliki peluang dalam mengembangkan pertanian organik Beberapa tahun terakhir ini, perhatian masyarakat terhadap pertanian organik semakin meningkat. Salah satu komoditi prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia adalah sayur-sayuran. Sayuran organik dalam budidayanya harus diberi perawatan dan perlindungan yang intensif dari serangan hama, penyakit, dan lain-lain. Untuk menanggulangi hal tersebut, sayuran organik sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Salah satu daerah di Indonesia yang membudidayakan sayuran organik adalah Jawa Barat karena iklim, cuaca dan kondisi tanah di daerah ini mendukung usahatani sayuran organik. PT Masada Organik Indonesia (PT MOI) merupakan salah satu perusahaan agribisnis di Jawa Barat yang bergerak dibidang sayuran organik. PT MOI mengalami fluktuasi dalam produktivitas sayuran organik yang mengindikasikan adanya risiko produksi dalam menjalankan usahanya. Perusahaan melakukan diversifikasi dengan tujuan untuk meminimalkan risiko produksi.

Penelitian dilaksanakan di PT MOI. Waktu penelitian dilakukan selama bulan April hingga Mei 2010. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data produksi perusahaan dan literatur lain yang relevan terhadap penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan benar dapat meminimalkan risiko produksi atau tidak. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi dalam usaha ini, perusahaan perlu mencari alternatif strategi dalam penanganan risiko agar dapat meminimalkan risiko produksi tersebut. Pengolahan data komputer menggunakan Microsoft Excel.

PT MOI melakukan budidaya di kebun seluas tiga hektar yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut plot. Setiap plot dibagi menjadi bedengan-bedengan yang berjumlah kurang lebih 1600 bed. Perusahaan membudidayakan sekitar 30 jenis sayuran organik, diantaranya yaitu, brokoli, bunga kol, kacang merah, daun bawang, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caesin, selada keriting, jagung manis, zukini, lobak, kangkung, timun curry, timun lokal, wortel, dan lain lain. Produk sayuran yang menjadi unggulan perusahaan antara lain bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel karena tingginya permintaan konsumen terhadap komoditi tersebut. Berdasarkan data dari perusahaan, produktivitas empat komoditi sayuran organik pada perusahaan selama 10 periode mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi sayuran organik.

Perhitungan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih dahulu dihitung peluang dan nilai pengembalian harapan (expected return). Sayuran organik yang telah dianalisis risiko produksinya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada


(6)

masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio.

Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Menurut manajer kebun, kondisi cuaca kini tidak mudah diprediksi dan perusahaan saat itu juga masih sering mengalami kegagalan dalam kegiatan pembibitan brokoli. Hal tersebut berdampak pada produksi yang tidak mencapai target dan produktivitas tanaman brokoli yang tidak sesuai harapan.

Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli.

Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Dari hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi.

PT Masada Organik Indonesia sebaiknya melakukan manajemen risiko dan strategi penanganannya agar risiko produksi sayuran organik dapat diminimalisir. Salah satu strategi yang telah dilakukan perusahaan yaitu diversifikasi usaha dapat terus dikembangkan. Selain itu, manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau pengontrolan.