Pengujian Pertumbuhan Tiga Genotipe Pepaya Hibrida (Carica papaya L.).

i

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE
PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)

VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA
A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

EXAMINATION THE GROWTH OF THREE GENOTYPES OF
HYBRID PAPAYA
(Carica papaya L.)
Vicky Octarina Chairunnissa1, Ketty Suketi2, dan Rahmi Yunianti2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
1


Abstract
The research aims to examine the growth and character of three genotypes
of hybrid IPB 9 x IPB 1, IPB 9 x IPB 3, and IPB 3 x IPB 9 genotypes in vegetative
phase. This research was conducted at The Experimental Field Station PKBT
IPB, Tajur Bogor from March to September 2011. The experiment use a
randomized complete block design with six genotypes of papaya treatment. The
repetition was done six times, with each unit of the experiment are five
representative plants.
The observation of plant growth per week was perfomed on plant height and
leaf number. The observation of petiole colour, trunk diameter, petiole length, leaf
length, leaf width, times of the first flowers appear, and the height position of the
first flower was done once at the end of the observation that was in the week when
the first flower appear.
The results showed that IPB 9 x IPB 1 genotype has higher average in leaf
number and trunk diameter and shorter average in height position of the first
flower appear than another genotypes hybrid of papaya. Genotype of IPB 9 x IPB
3 has shorter average in plant high and smaller size in leaf which not different
with IPB 9 x IPB 1. The hybrid genotypes of papaya which tested have a short
score of heterosis and heterobeltiosis generally. Based on the estimation value of

heterosis, genotype of IPB 9 x IPB 1 can be an alternative in obtaining hybrid
because it has more superior character than two other hybrids, that of them is
have higher in leaf number, bigger in trunk diameter and strong trunk, and
shorter in height position of the first flower than parents genotypes.
Keywords : genotype, hybrid, papaya

ii

RINGKASAN
VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA. Pengujian Pertumbuhan Tiga
Genotipe Pepaya Hibrida (Carica papaya L.). (Dibimbing oleh KETTY
SUKETI dan RAHMI YUNIANTI).
Penelitian bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan keragaan serta
mempelajari karakter tiga genotipe pepaya hibrida IPB 9 x IPB 1, IPB 9 x IPB 3,
dan IPB 3 x IPB 9 pada fase vegetatif. Percobaan dilaksanakan di Kebun
Percobaan IPB Tajur Bogor pada bulan Maret sampai September 2011. Percobaan
menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan
perlakuan enam genotipe pepaya. Ulangan dilakukan sebanyak enam kali, setiap
satuan percobaan lima tanaman yang representatif.
Pengamatan pertumbuhan tanaman setiap minggu dilakukan pada tinggi

tanaman dan jumlah daun. Pengamatan warna petiol, diameter batang, panjang
petiol, panjang dan lebar daun, waktu berbunga pertama serta tinggi kedudukan
bunga pertama dilakukan sekali di akhir pengamatan yaitu pada minggu saat
bunga pertama muncul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada genotipe hibrida, genotipe
IPB 9 x IPB 1 memiliki rata-rata jumlah daun dan diameter batang lebih tinggi
serta tinggi kedudukan bunga pertama lebih rendah dibandingkan genotipe hibrida
lain. Genotipe IPB 9 x IPB 3 memiliki tinggi tanaman lebih rendah dan tidak
berbeda dengan genotipe IPB 9 x IPB 1 serta ukuran daun lebih kecil.
Genotipe-genotipe hibrida yang diuji secara umum memiliki nilai heterosis dan
heterobeltiosis yang rendah. Hasil pendugaan nilai heterosis dan heterobeltiosis
menunjukkan bahwa genotipe IPB 9 x IPB 1 dapat dijadikan alternatif dalam
memperoleh hibrida karena memiliki lebih banyak karakter unggul pada fase
vegetatif dibandingkan dengan dua genotipe hibrida lain, diantaranya mempunyai
jumlah daun yang lebih banyak, diameter batang yang cukup besar dan batang
yang kokoh, serta tinggi kedudukan bunga pertama yang lebih rendah dari
genotipe tetuanya.

iii


PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE
PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA
A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iv

Judul :

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE

PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)

Nama :

VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA

NIM

A24070121

:

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si.
NIP. 19610913 198601 2 001


Dr. Rahmi Yunianti, SP. M.Si.
NIP. 19720617 199702 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.
NIP 1961 1101 198703 1 003

Tanggal lulus :

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Oktober 1989 sebagai anak ke
dua dari pasangan Bapak H. Komarudin Soleh dan Ibu Hj. Julvini Wizartika.
Penulis memasuki pendidikan formal pertama di TK Bina Insani Bogor dan
melanjutkan ke SDN Pengadilan 3 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2004
penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Bogor. Tahun 2007 penulis lulus

dari SMA Negeri 5 Bogor. Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima menjadi
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan Mayor
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, dan Minor Pengembangan Usaha
Agribisnis.
Tahun 2008 penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Music
Agriculture Expression (MAX). Tahun 2009 penulis menjadi panitia Masa
Perkenalan Fakultas Pertanian “Saung Tani 2009” dan panitia Masa Perkenalan
Departemen AGH “Semai 45”. Penulis juga menjadi panitia sekaligus peserta
Seminar Nasional PERHORTI 2011 dan menjadi salah satu penyaji terbaik.

vi

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengujian Pertumbuhan Tiga Genotipe Pepaya Hibrida (Carica papaya L.)”.
Skripsi ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan motivasi selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi ini terutama kepada :
1. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si., Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S. (Almh), dan
Dr. Rahmi Yunianti, SP. M.Si. sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan selama penelitian dan proses pembuatan skripsi.
2. Maryati Sari, SP. M.Si. sebagai dosen penguji atas kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi.
3. Ir. Megayani S. Rahayu, M.S. sebagai pembimbing akademik atas arahan dan
bimbingan selama perkuliahan.
4. Keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan kepercayaan.
5. Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Pak Awang, dan Pak Ade yang telah
memberikan fasilitas dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
6. Kak Tia, Kak Arya, Kak Arif, Andra, serta semua anggota Lab. Pemuliaan
Tanaman yang telah memberikan bantuan dan masukan.
7. Namira, Nandya, Ira, Lia, Anik, Benny, Mita dan seluruh sahabat atas
dukungan dan kebersamaannya selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan nama satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang memerlukan.


Bogor, Januari 2012
Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

viii


PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang .................................................................................
Tujuan..............................................................................................
Hipotesis ..........................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
Taksonomi dan Botani Pepaya .........................................................
Syarat Tumbuh.................................................................................
Varietas Pepaya................................................................................
Pemuliaan Tanaman Pepaya .............................................................
Pelepasan Varietas ...........................................................................
Heterosis ..........................................................................................

3
3

6
6
7
9
10

BAHAN DAN METODE ........................................................................
Waktu dan Tempat ...........................................................................
Bahan dan Alat.................................................................................
Metode Penelitian ............................................................................
Analisis Data....................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................................

12
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
Deskripsi Kualitatif ..........................................................................
Deskripsi Kuantitatif ........................................................................
Peubah Vegetatif ..............................................................................
Peubah Generatif..............................................................................
Korelasi antar Karakter Tanaman .....................................................
Nilai Heterosis .................................................................................

17
17
20
20
26
28
30

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran................................................................................................

35
35
35

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

36

LAMPIRAN ............................................................................................

40

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Deskripsi Karakter Warna Petiol pada Fase Vegetatif...................

17

2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam untuk Semua Karakter
Kuantitatif pada Minggu Saat Berbunga Pertama..........................

20

3. Rata-rata Tinggi Tanaman Genotipe Pepaya yang Diuji................

21

4. Rata-rata Jumlah Daun Genotipe Pepaya yang Diuji.....................

23

5. Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Genotipe Pepaya
saat Berbunga Pertama .................................................................

25

6. Panjang Petiol, Panjang Daun, dan Lebar Daun Genotipe
Pepaya saat Berbunga Pertama .....................................................

26

7. Waktu Berbunga Pertama dan Tinggi Kedudukan Bunga
Pertama ........................................................................................

27

8. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah
Pengamatan..................................................................................

29

9. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter
Tinggi Tanaman Pepaya saat Berbunga Pertama...........................

30

10. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter
Jumlah Daun Pepaya saat Berbunga Pertama................................

31

11. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter
Diameter Batang Pepaya saat Berbunga Pertama ..........................

32

12. Pendugaan Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis untuk Karakter
Tinggi Kedudukan Bunga Pertama ...............................................

33

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Perbandingan Warna Petiol Genotipe IPB 9 x IPB 1 dengan
Kedua Tetuanya ...........................................................................

18

2. Perbandingan Warna Petiol Genotipe IPB 9 x IPB 3 dengan
Kedua Tetuanya ...........................................................................

18

3. Perbandingan Warna Petiol Genotipe IPB 3 x IPB 9 dengan
Kedua Tetuanya ...........................................................................

19

4. Keragaan Daun Genotipe Pepaya yang Memiliki Daun
Bendera .......................................................................................

19

5. Peningkatan Tinggi Tanaman Enam Genotipe Pepaya ..................

22

6. Peningkatan Jumlah Daun Enam Genotipe Pepaya .......................

23

7. Serangan Hama dan Penyakit .......................................................

24

8. Rata-rata Persentase Ekspresi Seks Pepaya ...................................

28

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Deskripsi Buah Pepaya IPB 1 (Arum) ..........................................

41

2. Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 (Carisya)........................................

41

3. Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 (Callina) ........................................

42

4. Data Iklim Selama Penelitian........................................................

42

5. Sidik Ragam Karakter Tinggi Tanaman Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

42

6. Sidik Ragam Karakter Jumlah Daun Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

43

7. Sidik Ragam Karakter Diameter Batang Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

43

8. Sidik Ragam Karakter Panjang Petiol Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

43

9. Sidik Ragam Karakter Panjang Daun Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

43

10. Sidik Ragam Karakter Lebar Daun Enam Genotipe pada
Minggu Saat Berbunga Pertama ...................................................

44

11. Sidik Ragam Karakter Tinggi Kedudukan Bunga Pertama
Enam Genotipe pada Minggu Saat Berbunga Pertama ..................

44

12. Sidik Ragam Karakter Waktu Berbunga Pertama Enam
Genotipe pada Minggu Saat Berbunga Pertama ............................

44

13. Keragaan Tiga Genotipe Tetua Umur 14 MST..............................

45

14. Keragaan Tiga Genotipe Hibrida Umur 14 MST...........................

46

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya merupakan tanaman buah-buahan tropika beriklim basah yang
tengah dikembangkan sebagai salah satu buah unggulan di Indonesia. Buah
pepaya tergolong buah yang populer dan digemari masyarakat Indonesia karena
daging buahnya yang jingga kemerahan dengan rasanya yang manis serta kaya
akan nutrisi dan vitamin. Produksi buah pepaya Indonesia cenderung mengalami
peningkatan. Produksi pepaya di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar
621 524 ton, pada tahun 2008 meningkat menjadi 653 276 ton, dan pada tahun
2009 sebesar 772 884 ton (BPS, 2010). Upaya pemenuhan kebutuhan pepaya di
dalam negeri masih mengalami beberapa kendala, diantaranya ukuran buah yang
belum sesuai dengan selera pasar, rendahnya tingkat produktivitas, terbatasnya
kultivar unggul yang cepat berbuah, rasa buah yang kurang manis, serta
kemampuan adaptasi tanaman yang rendah terhadap cekaman lingkungan
walaupun produksinya mengalami peningkatan (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Peningkatan selera konsumen terhadap buah pepaya membuat pepaya tipe
kecil mulai digemari karena konsumen tidak perlu repot untuk mengupasnya
(Sujiprihati dan Suketi, 2009). Varietas pepaya yang banyak diusahakan di
Indonesia adalah tipe pepaya dengan buah besar karena konsumen cenderung
memilih buah yang besar dan berasal dari bunga hermafrodit atau yang bentuknya
elongata (Suketi et al., 2010). Usaha peningkatan kuantitas dan kualitas pepaya
dapat dilakukan dengan perbaikan lingkungan tumbuh dan perbaikan tanaman itu
sendiri (Indriyani, 2007). Salah satu upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang
ada adalah melalui kegiatan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan kultivar yang
lebih baik dari kultivar sebelumnya sehingga diharapkan dalam jangka panjang
dapat meningkatkan kemampuan daya saing pepaya Indonesia dalam agribisnis
buah-buahan. Tipe tanaman pepaya unggul yang diinginkan antara lain memiliki
karakter pohon yang rendah, masa pembungaan cepat, produktivitas tinggi, dan
tahan terhadap hama dan penyakit (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB telah menghasilkan berbagai
varietas pepaya, beberapa diantaranya yaitu pepaya Arum (IPB 1), pepaya Carisya

2
(IPB 3), pepaya Callina (IPB 9), serta genotipe pepaya hibrida hasil persilangan
antar genotipe yang sudah ada. Genotipe-genotipe tetua seperti IPB 1, IPB 3, dan
IPB 9 memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Genotipe IPB 1 walaupun
memiliki keunggulan pada sosok buahnya yang kecil dan diameter batang yang
cukup besar, tetapi genotipe ini masih memiliki karakter pohon yang tinggi dan
waktu berbunga yang lebih lama. Genotipe IPB 3 walaupun memiliki keunggulan
pada kadar gulanya yang cukup tinggi, bentuk buah yang kecil dan berdaging
tebal, tetapi genotipe ini masih mempunyai karakter pohon yang cukup tinggi.
Genotipe IPB 9 walaupun memiliki keunggulan pada karakter tanamannya yang
rendah dan produktivitasnya tinggi, tetapi ukuran diameter batangnya masih lebih
kecil dari genotipe IPB 1 dan genotipe IPB 3.
Persilangan antar genotipe tetua dilakukan agar sifat-sifat yang dimiliki
oleh masing-masing genotipe dapat saling melengkapi dan diharapkan dapat
menghasilkan tanaman pepaya yang unggul. Pengujian pertumbuhan dan keragaan
terhadap genotipe-genotipe pepaya hibrida ini perlu dilakukan untuk mengetahui
potensi dari masing-masing genotipe. Sujiprihati (2005) menyatakan bahwa
pengujian awal dilakukan untuk melihat keragaan masing-masing genotipe.
Seiring dengan pengujian tersebut, dilakukan seleksi genotipe yang mempunyai
keragaan sesuai ideotipe yang diinginkan konsumen.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pertumbuhan dan keragaan serta
mempelajari karakter tiga genotipe pepaya hibrida IPB 9 x IPB 1, IPB 9 x IPB 3,
dan IPB 3 x IPB 9 serta genotipe tetua IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 pada fase
vegetatif.

Hipotesis
1. Terdapat perbedaan karakter pertumbuhan antara genotipe pepaya hibrida
dengan genotipe tetua.
2. Terdapat genotipe pepaya hibrida yang memiliki tingkat pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan dengan genotipe lainnya.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Botani Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis yang
dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan Spanyol
pada abad ke-16. Tanaman ini menyebar dengan cepat ke India, Oseania, Afrika,
dan ke seluruh daerah tropik dan subtropik (Villegas, 1992). Pepaya termasuk
dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla,
Jacaranta, dan Cyclimorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli
Amerika tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari
Afrika. Genus Carica memiliki 24 spesies, salah satu diantaranya adalah pepaya.
Tanaman dari genus Carica banyak diusahakan petani karena buahnya enak
dimakan (Kalie, 1999).
Spesies Carica papaya L. merupakan hasil persilangan alami antara
Carica peltata Hook dan Carica peltata Arn. Pepaya merupakan tanaman
perennial dengan perawakan tanaman terna yang umumnya tidak bercabang,
berbatang lunak, bergetah putih, berongga, dan memiliki raut daun yang jelas
(Villegas, 1992).
Pepaya memiliki satu batang tegak yang tingginya dapat mencapai 9 m.
Batang pepaya merupakan batang semi kayu dan berongga. Kulit batangnya halus
dan berwarna keabu-abuan dengan bekas daun yang menonjol. Getah tipis yang
menyerupai cairan susu akan merembes dari lukanya apabila batang pepaya
terluka (Nakasone dan Paull, 1999).
Daun pepaya tersusun secara spiral melingkar pada batang dan
berkelompok di dekat ujung batang (Villegas, 1992). Helaian daunnya
berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, ada yang menjari dan tidak menjari serta
tidak berbulu. Tangkai daun dapat mencapai panjang 1 m, berongga dan berwarna
kehijauan, merah jambu kekuningan dan keunguan (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Bunga pepaya termasuk bunga majemuk yang tersusun pada sebuah tangkai
atau poros bunga. Tanaman pepaya memiliki tiga jenis bunga, yaitu bunga jantan,
bunga betina, dan bunga hermafrodit. Bunga jantan adalah bunga yang hanya

4
memiliki benang sari saja, sedangkan bunga betina hanya memiliki putik saja
(Kalie, 1999).
Bunga jantan tersusun atas malai dengan panjang 25-100 cm, menggantung,
dan tidak bertangkai. Kelopak daunnya berbentuk cawan, berukuran kecil,
bergerigi lima dengan daun mahkota berbentuk terompet yang panjangnya 2.5 cm,
memiliki lima cuping yang memencar berwarna kuning cerah dengan sepuluh utas
benang sari yang tersusun dalam dua lapisan yang bergantian dengan cuping daun
mahkota (Villegas, 1992).
Bunga betina memiliki panjang 3.5-5 cm dengan kelopak daun berbentuk
cawan yang panjangnya 3-4 mm dan berwarna hijau-kuning. Mahkotanya
tersusun atas lima daun mahkota yang hampir memisah. Daun mahkotanya
melilit, berdaging dan berwarna kuning. Bakal buahnya bulat telur sampai lonjong
dengan panjang 2-3 cm dan memiliki rongga tengah yang berisi bakal biji yang
sangat banyak. Bunga betina memiliki lima putik berbentuk kipas, tidak
bertangkai, dan bercelah lima (Villegas, 1992).
Bunga hermafrodit terdiri dari dua macam yaitu tipe elongata dan
pentandria. Untuk tipe elongata bunganya berkelompok, bertangkai pendek,
memiliki daun mahkota yang sebagian menyatu. Bunga hermafrodit memiliki
sepuluh utas benang sari yang tersusun dalam dua seri dan bakal buah yang
memanjang. Bunga pada tipe pentandria menyerupai bunga betina dengan lima
benang sari. Buah yang berasal dari bunga hermafrodit bentuknya seperti buah
pear, bulat panjang dan beralur. Bunga hermafrodit pentandria apabila menjadi
buah akan berbentuk bulat telur, sedangkan pada bunga hermafrodit elongata
apabila menjadi buah akan berbentuk bulat panjang (Villegas, 1992).
Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009), bunga pertama muncul pada saat
tanaman berumur sekitar 3-4 bulan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
tanaman pepaya adalah tanaman betina, hermafrodit, atau jantan, adalah sebagai
berikut :
1. Jika bunga pertama merupakan bunga betina menunjukkan tanaman tersebut
adalah tanaman betina.
2. Jika bunga pertama yang muncul pada ketiak daun adalah bunga jantan yang
diikuti dengan bunga hermafrodit menunjukkan tanaman tersebut hermafrodit.

5
3. Jika bunga yang muncul berbentuk rangkaian yang memanjang menunjukkan
tanaman tersebut adalah tanaman jantan.
Sunarjono (1986) menyatakan bahwa biji buah pepaya sempurna yang
diserbuki oleh tepung sari pepaya sempurna atau menyerbuk sendiri akan
menghasilkan perbandingan 2:1 antara biji hermafrodit dan biji betina dalam satu
buah. Biji yang berasal dari buah pepaya jantan akan mampu menghasilkan
pepaya hermafrodit tergantung sumber tepung sari yang menyerbukinya. Hasil
penelitian Suketi et al. (2006) menunjukkan bahwa ekspresi seks tanaman pepaya
yang ditunjukkan oleh hasil persentase tanaman hermafrodit dan betina tidak
dipengaruhi oleh genotipe, pupuk organik, dan interaksi antara keduanya.
Buah pepaya termasuk buah buni dengan daging buah yang tebal dan
memiliki rongga buah di bagian tengahnya. Buah pepaya umumnya berkulit tipis,
halus, serta berwarna kekuning-kuningan atau jingga ketika matang. Daging buah
yang berwarna kekuningan sampai dengan warna jingga merah memiliki rasa
yang manis dengan aroma yang lembut dan sedap (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Buah pepaya yang matang mengandung 86.6 g air, 0.5 g protein, 12.1 g
karbohidrat, 34 mg kalsium, 450 mg vitamin A, dan 74 mg vitamin C per 100 g
bagian yang dapat dimakan. Getah pepaya mengandung enzim proteolitik yang
disebut papain dan telah digunakan dalam industri makanan, minuman, serta
farmasi (Villegas, 1992).
Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan cara sambung,
cangkok, atau dengan biji. Perbanyakan dengan biji (generatif) menjadi alternatif
termudah untuk mengembangbiakkan tanaman pepaya dibandingkan dengan cara
sambung dan cangkok (Kalie, 1999). Perbanyakan pepaya umumnya dilakukan
secara generatif karena pelaksanaannya lebih mudah walaupun memiliki
kekurangan antara lain terjadinya segregasi yang memungkinkan terjadinya
perbedaan sifat yang diwariskan ke generasi berikutnya (Suketi et al., 2010).
Perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan generatif atau penyemaian dengan
biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam
jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran
yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh.

6
Syarat Tumbuh
Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
pada ketinggian 700 m dpl, tetapi pertumbuhan yang optimal bisa diperoleh pada
ketinggian 200-500 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh di segala tipe tanah. Tanah
yang subur, remah, drainase baik, dan pH tanah sekitar netral (6-7) merupakan
kondisi tanah yang cocok untuk pepaya. Kondisi pH tanah dibawah 5.0 akan
menyebabkan pertumbuhan bibit pepaya terhambat. Tanaman pepaya termasuk
tanaman yang sensitif terhadap kekurangan dan kelebihan air. Kelebihan air akibat
genangan dapat menyebabkan akar menjadi busuk dan mudah terserang penyakit
akar sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Tanaman pepaya cocok ditanam
pada daerah dengan curah hujan 1 000-2 000 mm/tahun dengan bulan kering
(curah hujan < 60 mm) 3-4 bulan (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Menurut Nakasone dan Paul (1999) apabila tanaman pepaya mendapat
naungan, tanaman menjadi lebih pendek, luas daun lebih kecil, kerapatan stomata
lebih rendah, terjadi peningkatan ruas dan panjang tangkai daun serta kadar
klorofil. Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan bahwa tanaman pepaya dapat
tumbuh optimal pada daerah iklim tropis dengan sinar matahari penuh tanpa
naungan. Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman pepaya
berkisar (22-26)ºC.

Varietas Pepaya
Menurut Sunarjono (1986) banyak sekali varietas pepaya yang tersebar dan
dibudidayakan oleh petani karena terjadi melalui persilangan alamiah. Varietas
budidaya yang terkenal ialah varietas Solo; varietas Betty; varietas Hortus Gold;
varietas Improsed Petersen; varietas Kapoho dan Sunrise (galur dari varietas
Solo), varietas Wainamalo (persilangan Betty x Solo); serta varietas Cibinong,
Jingga, Paris, dan lain-lain yang banyak ditanam di Indonesia. Menurut Flowerber
(2000) pepaya Solo adalah dwarf yang komersial, tetapi kebanyakan varietas lokal
dipilih dari biji dan sangat bervariasi. Varietas tersebut tumbuh dari buah-buahan
yang banyak disukai konsumen.

7
Varietas pepaya lebih banyak dikenal dari bentuk, ukuran, warna, rasa, dan
tekstur buahnya, sehingga dikenal buah pepaya yang berukuran besar atau kecil,
berbentuk bulat atau lonjong, daging buah berwarna merah atau kuning, keras atau
lunak berair, rasanya manis atau kurang manis, dan kulit buah licin menarik atau
kasar tebal. Bobot buah pepaya berkisar antara 0.5-9 kg. Hasil penelitian
Suketi et al. (2010) menunjukkan genotipe pepaya yang diamati pada umumnya
memiliki kualitas yang sama, tetapi pada parameter tertentu beberapa genotipe
pepaya lebih baik dari genotipe pepaya lainnya. Genotipe IPB 1 dan genotipe
IPB 3 termasuk buah tipe kecil dengan bobot buah 500-615 g. Genotipe IPB 3
memiliki panjang buah lebih besar dan diameter buah lebih kecil dari genotipe
IPB 1 sehingga bentuk buahnya terlihat lebih lonjong. Genotipe IPB 9 termasuk
buah tipe sedang dengan bobot buah 974.2-1 355.0 g. Genotipe IPB 9 relatif
mempunyai diameter buah dan bobot biji lebih kecil sehingga rongga buah lebih
kecil serta mempunyai tebal daging buah lebih besar dari genotipe IPB 1 dan
IPB 9. Genotipe IPB 9 memiliki nilai kekerasan daging buah pada bagian tengah
lebih baik dari genotipe IPB 1.

Pemuliaan Tanaman Pepaya
Kenaikan hasil merupakan tujuan utama bagi pemuliaan tanaman yang
terkadang dilakukan dengan menyediakan varietas yang lebih produktif, bukan
karena adanya perbaikan seperti ketahanan terhadap penyakit tetapi sebagai hasil
dari sistem fisiologi yang lebih efisien (Allard, 1992). Keberhasilan program
pemuliaan sangat ditentukan oleh variabilitas genetik, tetapi variabilitas dalam
spesies sering habis terkuras sehingga variabilitas baru harus ditemukan yang
dapat diambil dari spesies lain dan dapat menjadi sumber gen baru bagi perbaikan
tanaman budidaya (Budiyanti et al., 2005). Keberadaan kebun plasma nutfah
cukup penting untuk menunjang perakitan varietas unggul. Plasma nutfah
merupakan kumpulan berbagai varietas, galur, atau klon yang berasal dari
berbagai lokasi dengan kondisi agroklimat yang beragam yang dapat diperoleh
dari populasi yang dibudidayakan (ex situ) maupun yang tumbuh liar di hutan
(in situ) (Ihsan dan Wahyudi, 2010). Sifat dan keragaman yang rendah dapat
ditingkatkan dengan memanfaatkan spesies liar. Pengayaan ini perlu dilakukan

8
bagi spesies-spesies liar yang mempunyai sifat spesifik, khususnya ciri produktif,
efisien penggunaan input, kualitas buah tinggi, sebagaimana halnya varietas yang
ideal (Budiyanti et al., 2005).
Ihsan dan Wahyudi (2010) menyatakan bahwa ada beberapa jenis buah
pepaya liar yang memiliki buah yang rasanya tawar bahkan pahit, namun
mempunyai keunggulan lain seperti rajin berbuah dan tahan terhadap hama dan
penyakit. Jenis pepaya seperti ini diperlukan sebagai bahan tanaman induk untuk
disilangkan dengan varietas-varietas yang rasanya manis, enak, dan buahnya
menarik, sehingga pengumpulan informasi terhadap potensi buah pepaya perlu
dilakukan untuk perakitan varietas unggul baru, dimulai dari eksplorasi, koleksi,
karakterisasi, dan pemilihan jenis unggul.
Tujuan umum dari pemuliaan pepaya adalah untuk mendapatkan kultivar
yang lebih baik dari kultivar yang sudah ada. Menurut Sunarjono (1986),
persilangan pada pepaya mudah dilakukan namun seleksinya memerlukan waktu
lama karena sifatnya yang selalu heterozigot. Sujiprihati (2005) menyatakan
bahwa langkah awal dalam kegiatan pemuliaan tanaman adalah dengan
mengumpulkan berbagai genotipe pepaya sehingga tersedia keragaman genetik.
Kegiatan karakterisasi tanaman perlu dilakukan untuk mempelajari penampakan
vegetatif, generatif, dan daya hasil sehingga tanaman-tanaman dengan sifat yang
diinginkan dapat diseleksi. Sujiprihati dan Suketi (2009) menyatakan tipe tanaman
pepaya unggul yang diinginkan antara lain memiliki karakter pohon yang rendah
(dwarf atau kerdil), masa pembungaannya cepat (genjah), produktivitasnya tinggi,
dan tahan terhadap hama penyakit. Menurut Hafsah et al. (2007) karakter lain dari
ideotipe pepaya yang diinginkan dari program pemuliaan adalah kulit buah halus
tanpa cacat, baik itu karena gangguan fisiologis maupun serangan patogen pada
buah.
Genotipe IPB 1, IPB 3, dan IPB 9 saat ini mempunyai sifat buah yang
diinginkan oleh konsumen tetapi masih memiliki kekurangan masing-masing.
Studi kedekatan hubungan antar genotipe-genotipe yang sudah ada perlu
dilakukan untuk mempelajari tentang karakteristik masing-masing genotipe
dengan lebih baik agar dapat merakit varietas pepaya yang mendekati ideotipe
yang diinginkan (Suketi et al., 2010).

9
Pelepasan Varietas
Kegiatan pemuliaan tanaman memiliki beberapa tahapan untuk mencapai
sasaran tujuan pemuliaan tanaman yaitu menghasilkan varietas unggul
diantaranya koleksi dan identifikasi keragaman dalam plasma nutfah, seleksi,
rekombinasi, seleksi setelah rekombinasi, pembentukan galur-galur atau genotipe
harapan, pengujian, dan yang terakhir adalah pelepasan varietas. Berdasarkan
Undang-Undang No. 12 tahun 1992, pelepasan sebuah varietas hortikultura baik
sayuran, buah, atau bunga merupakan syarat mutlak bagi varietas unggul hasil
pemuliaan maupun introduksi yang akan diperjualkan di wilayah Indonesia.
Syarat-syarat pelepasan varietas unggul hortikultura meliputi beberapa poin
penting diantaranya silsilah dan cara mendapatkan varietas tersebut, unggul
terhadap varietas pembanding, tersedia deskripsi lengkap dan jelas serta tersedia
contoh varietas yang diusulkan. Tanaman pepaya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah genotipe pepaya hibrida IPB 9 x IPB 1, IPB 9 x IPB 3,
IPB 3 x IPB 9; serta genotipe IPB 1 (Arum), IPB 3 (Carisya), IPB 9 (Calina) yang
dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Penelitian ini
merupakan tahapan pengujian untuk menilai apakah suatu genotipe hibrida
mempunyai penampilan yang baik di berbagai lingkungan produksi. Pengujian
merupakan syarat bagi pelepasan suatu varietas.
Genotipe IPB 1 (Arum) merupakan salah satu varietas pepaya unggul yang
sudah terdaftar dalam pendaftaran varietas No. 29/PVHP/2007. Genotipe IPB 1
memiliki beberapa keunggulan diantaranya lebih praktis karena bentuk buah kecil
dan tekstur daging buah lembut sehingga cukup dikonsumsi untuk satu orang
dengan menggunakan sendok, bentuk buah lonjong dan seragam, rasa daging
buah sangat manis dan beraroma harum, serta warna daging buah kemerahan atau
jingga (Wibowo et al., 2010). Genotipe IPB 1 termasuk buah tipe kecil dengan
bobot buah 500-615 g. Genotipe IPB 1 memiliki bobot buah, bobot kulit, bobot
daging buah, bobot biji yang tidak berbeda dengan IPB 3 dan diameter buah lebih
besar dari IPB 3 (Suketi et al., 2010). Deskripsi buah pepaya genotipe IPB 1 dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Genotipe IPB 3 (Carisya) merupakan salah satu varietas pepaya unggul
yang sudah terdaftar dalam SK Pelepasan No. 2 107/Kpts/SR.120/5/2010.

10
Genotipe IPB 3 memiliki beberapa keunggulan diantaranya praktis karena bentuk
buah kecil sehingga cukup dikonsumsi untuk satu orang dengan menggunakan
sendok, rasa daging buahnya sangat manis, daging buah agak kenyal dan
berwarna merah, tidak ada bau burung sehingga disukai oleh konsumen, serta
daya simpan pada suhu kamar mencapai tujuh hari (Wibowo et al., 2010).
Genotipe IPB 3 termasuk buah tipe kecil dengan bobot buah 500-615 g. Genotipe
IPB 3 memiliki panjang buah lebih besar dari IPB 1 sehingga bentuk buahnya
terlihat lebih lonjong (Suketi et al., 2010). Deskripsi buah pepaya genotipe IPB 3
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Genotipe IPB 9 (Callina) merupakan salah satu varietas pepaya unggul yang
sudah terdaftar dalam SK Pelepasan No. 2 108/Kpts/SR.120/5/2010. Genotipe
IPB 9 memiliki beberapa keunggulan diantaranya bentuk buah silindris seperti
peluru, warna kulit buah hijau dan mulus, rasa buah manis, warna daging buah
jingga, daging buah tebal dan renyah, daya simpan lama (lebih dari satu minggu),
umur tanaman genjah serta perawakan tanaman rendah (Wibowo et al., 2010).
Genotipe IPB 9 termasuk buah tipe sedang dengan bobot buah 974.2-1 355.0 g.
Genotipe IPB 9 relatif mempunyai diameter buah dan bobot biji lebih kecil
sehingga rongga buah lebih kecil serta mempunyai tebal daging buah lebih besar
dari genotipe IPB 1 dan IPB 3. Genotipe IPB 9 memiliki nilai kekerasan daging
buah pada bagian tengah lebih baik dari IPB 1 (Suketi et al., 2010). Deskripsi
buah pepaya genotipe IPB 9 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Heterosis
Chaudhari (1971) mendefinisikan heterosis sebagai peningkatan vigor dan
pertumbuhan, hasil atau fungsi dari suatu hibrida yang melebihi tetuanya dan
merupakan hasil dari persilangan genetik suatu individu yang berbeda.
Poespodarsono (1988) mengartikan heterosis sebagai keunggulan hibrida atau
hasil persilangan (F1) yang melebihi nilai atau kisaran dua tetuanya. Sifat unggul
ini digunakan untuk memperoleh keuntungan komersial dari tanaman yang
diusahakan petani. Heterosis berarti rangsangan perkembangan yang disebabkan
oleh bersatunya gamet yang berbeda, sedangkan keunggulan hibrida merupakan

11
manifestasi dari heterosis. Penyebab heterosis dikelompokkan atas tiga dasar teori,
yaitu dasar genetik, fisiologi dan kimia.
Welsh (1991) menyatakan bahwa heterosis adalah perbaikan karakter F1
dibanding dengan karakter induk terbaiknya (heterobeltiosis). Nilai heterosis
dikatakan negatif apabila sifat F1 lebih buruk daripada sifat antara kedua induknya
atau sifatnya lebih buruk daripada induk yang terjelek. Menurut Crowder (2006)
heterosis adalah peningkatan yang terlihat apabila dua galur inbred atau varietas
disilangkan dengan cara menghitung perbedaan F1 dari mid parent atau dari nilai
tetua yang superior (heterobeltiosis).
Banga (1998) menyatakan sejak heterosis diakui, beberapa upaya telah
dibuat untuk menjelaskan hilangnya vigor selfing akibat restorasi atau ekspresi
yang berlebih setelah penyilangan genetik pada beragam genotipe. Tiga hipotesis
utama telah diusulkan diantaranya hipotesis dominan, hipotesis overdominance,
dan hipotesis epistasis. Crowder (2006) menyatakan dalam teori dominansi diduga
peran

dan

interaksi

pertumbuhan

dominan

atau

faktor-faktor

fitness

(multiple genes) menyebabkan pengaruh heterosis, sedangkan dalam teori
overdominance, heterosis disebabkan oleh adanya respon dan interaksi dari
keadaan heterozigot. Poespodarsono (1988) menyatakan interaksi antara alel
berbeda lokus memberi nilai lebih karena hasil penambahan dan perkalian dari
gen dominan pendukung keunggulan sifat terkait dengan peristiwa epistasis.
Nilai keragaan hibrida atau heterosis hasil persilangan kemungkinan
berada diantara nilai rata-rata kedua tetua, mendekati nilai salah satu tetua
(dominan parsial), dan sama atau lebih daripada nilai tertinggi salah satu tetuanya
(dominan atau overdominance) (Alnopri, 2005). Klasifikasi derajat dominansi
diantaranya tidak ada dominansi (h=0), dominansi sempurna (h=+1 atau h=-1),
dominansi positif tidak sempurna (0