C. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun
materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak-haknya bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan
konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen.
1. Hak-hak dan Kewajiban Konsumen
Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen, yaitu : 1 hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety, 2 hak untuk mendapatkan
informasi the right to be informed, 3 hak untuk memilih the right to choose, 4 hak untuk di dengar the right to be heard.
Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International
Organization of Consumers Union IOCU menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapat ganti kerugian, dan
hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Namun tidak semua organisasi konsumen menerima pembahasan hak-hak tersebut. Mereka bebas
untuk menerima semua atau sebagian. YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia misalnya, memutuskan untuk menambahkan satu hak lagi sebagai
pelengkap empat dasar hak konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sehingga keseluruhannya dikenal sebagai panca konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Ada delapan 8 hak yang secara eksplisit dituangkan dalam Pasal 4 UUPK No 8 Tahun 1999 , sementara satu hak terakhir dirumuskan secara terbuka.
Disamping hak-hak dalam Pasal 4 UUPK No 8 Tahun 1999, juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, khususnya
dalam Pasal 7 yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan anatomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat
sebagai hak konsumen. Akhirnya, jika semua hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali secara
sistematis mulai dari yang diasumsikan paling mendasar akan diperoleh, urutan sebagai berikut :
1. Hak Konsumen Mendapatkan Keamanan
Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh
membahayakan jika dikonsumsikan sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani maupun rohani. Hak untuk memperoleh keamanan ini
penting ditempatkan pada kedudukan utama, karena selama berabad-abad berkembang suatu falsafah berpikir bahwa konsumen terutama pembeli
adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha. 2.
Hak untuk Mendapat Informasi yang Benar Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai
informasi yang benar. Informasi yang diperlukan agar konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa.
Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada
Universitas Sumatera Utara
konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau mencamtumkan dalam kemasan produk barang.
Hak untuk mendapatkan informasi menurut Prof. Hans W. Micklitz, Oktober 1998 membedakan konsumen berdasarkan hak ini. Ia menyatakan,
sebelum kita melangkah detail dalam perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada persamaan persepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapat
perlindungan. Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan dua tipe konsumen, yaitu konsumen yang terinformasi well informed dan konsumen yang tidak
teeinformasi. Ciri-ciri tipe pertama, antara lain 1 memiliki tingkat pendidikan tertentu, 2 mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat
berperan dalam ekonomi pasar, dan 3 lancar berkomunikasi. Dengan memiliki tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggung jawab dan relatif tidak
memerlukan perlindungan. Tipe konsumen kedua memiliki cirri-ciri, antara lain 1 kurang berpendidikan, 2 termasuk kategori kelas menengah ke bawah, dan
3 tidak lancar berkomunikasi. Konsumen jenis ini perlu dilindungi, dan khususnya menjadi tanggung jawab negara untuk memberi perlindungan.
Selain ciri-ciri konsumen yang tidak terinformasikan, karena hal-hal khususnya dapat juga dimasukkan kelompok anak-anak, orang tua, dan orang
asing yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat sebagai jenis konsumen yang wajib dilindungi oleh negara. Informasi ini harus diberikan secara
sama bagi semua konsumen tidak diskriminatif.
Universitas Sumatera Utara
3. Hak untuk Didengar
Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi adalah hak untuk didengar. Ini disebabkan informasi yang diberikan pihak yang
berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk itu konsumen berhak mengajukan permintaan informasi
lebih lanjut. 4.
Hak untuk Memilih Dalam mengkonsumsikan suatu produk, konsumen berhak menentukan
pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi bebas untuk memilih erat kaitannya dengan situasi pasar.
Jika terdapat monopoli perusahaan yang tidak berorientasi pada kepentingan konsumen, akhirnya konsumen pasti didikte untuk mengkonsumsi
barang atau jasa itu tanpa dapat berbuat lain. Dalam keadaan seperti itu, pelaku usaha dapat secara sepihak mempermainkan mutu barang dan harga jual.
Monopoli juga dapat timbul akibat perjanjian-perjanjian antara pelaku usaha yang bersifat membatasi hak konsumen untuk memilih.
26
5. Hak untuk Mendapat Produk Barang dan atau Jasa Sesuai dengan Nilai
Tukar yang Diberikan Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan harga
yang tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas barang danjasa yang dikonsumsikan harus sesuai dengan nilai uang yang dibayar sebagai
penggantinya. Namun, dalam ketidakbebasan pasar, pelaku usaha dapat
26
Sutan Remi Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi Para Pihak dalam Peejanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, Institut Bankir Indonesia, 1993 hal 33-37
Universitas Sumatera Utara
saja mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari ketiadaan pilihan. Konsumen diharapkan pada kondisi take it
or leave it. 6.
Hak untuk Mendapatkan Ganti Kerugian Jika konsumen merasakan kuantitas dan kualitas barang danjasa yang
dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, ia berhak mendapat ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti
kerugian itu tentu saja harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak.
7. Hak untuk Mendapatkan Penyelesaian Hukum
Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi dari pada hak pelaku usaha produsen penyalur produk untuk membuat
klausula eksonerasi secara sepihak. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapatkan tanggapan yang layak dari pihak-
pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak menadapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokasi. Dengan kata lain,
konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak-pihak yang dipandang merugikan, karena mengkonsumsi produk itu.
Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum ini sebenarnya meliputi juga hak untuk mendapatkan ganti kerugian, tetapi kedua hak tersebut tidak berarti
identik. Untuk memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak selalu harus menempuh upaya hukum terlebih dahulu. Sebaliknya, setiap upaya hukum pada
hakikatnya berisikan tuntutan memperoleh ganti kerugian oleh salah satu pihak.
Universitas Sumatera Utara
8. Hak untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat
Hak konsumen atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai
organisasi konsumen di dunia. Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas, dan setiap makhluk hidup adalah konsumen atas
lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan hidup dalam arti fisik dan non fisik.
Desakan permukaan hak konsumen atas lingkungan hidup yang baik dan sehat semakin mengemuka akhir-akhir ini. Karena hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat merupakan bahian dari hak-hak subjektif subjective rights sebagai bentuk yang paling luas dari perlindungan
seseorang.
27
9. Hak untuk Dilindungi dari Akibat Negatif Persaingan Curang Persaingan curang atau dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
disebut dengan “persaingan usaha tidak sehat” dapat terjadi jika seorang pengusaha berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk
memajukan usahanya atau memperluas penjualan atau pemasarannya, dengan menggunakan alat atau sarana yang bertentangan dengan itikad
baik dan kejujuran dalam pergaulan perekonomian. Hak konsumen untuk dihindari dari akibat negatif persaingan curang dapat
dikatakan sebagai upaya preventive yang harus dilakukan, khususnya oleh pemerintah, guna mencegah muculnya akibat-akibat langsung yang merugikan
27
Shidarta, op.cit hal 24-25
Universitas Sumatera Utara
konsumen. Itulah sebabnya, gerakan kosumen sudah selayaknya menaruh perhatian terhadap keberadaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan hak lain, seperti yang ada saat ini yaitu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
28
10. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan Konsumen
Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang baru. Oleh sebab itu, wajar bila masih banyak konsumen yang belum
menyadari hak-haknya. Kesadaran akan hak tidak dapat dipungkiri sejalan dengan kesadaran hukum. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum
masyarakat, semakin tinggi penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati
jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melalui media masa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat.
Dalam banyak hal, pelaku usaha terikat untuk memperhatikan hak konsumen untuk mendapatkan “pendidikan konsumen” ini. Pengertian pendidikan
konsumen ini tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Pada prinsipnya, makin kompleks teknologi yang diterapkan dalam menghasilkan
suatu produk menuntut pula makin banyak informasi yang lebih komprehensif dengan tidak semata-mata menonjolkan unsur komersialisasi, sebenarnya ssudah
merupakan bagian dari pendidikan konsumen.
29
28
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, “Aspek Yuridis dan Cara Penanggulangan Persaingan Curang”makalah, yogya 6-7 Oktober 1992 hal 1
29
Shidarta, op.cit. hal 27
Universitas Sumatera Utara
Di pihak lain, konsumen juga dibebani dengan kewajiban atau tanggungjawab terhadap pihak penjual atau pelaku usaha, dimana kewajiban
konsumen meliputi sebagai berikut: 1.
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa.
3. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut. 4.
Membayar upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha