Analisis Verifikatif Kuantitatif HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nilai konstanta sebesar 0,107 menunjukan nilai prediksi rata-rata kepuasan kerja karyawan apabila lingkungan kerja dan insentif sama dengan nol.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum hasil analisis regressi diuji dan dianalisa lebih lanjut, ada beberapa asumsi yang harus diuji guna mengetahui apakah kesimpulan dari regressi tersebut tidak biasa, diantaranya adalah uji normlitas, uji multikolinieritas untuk regressi linear berganda, dan uji heteroskedastisitas. Pada penelitian ketiga asumsi yang disebutkan diatas tersebut harus diuji karena variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini lebih dari satu. 1 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan signifikansi koefisien regressi, apabila model regressi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regressi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi dan berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.30 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Pada tabel 4.30 dapat dilihat nilai probabilitas signifikansi yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,951. Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5 0.05, maka disimpulkan bahwa model regressi berdistribusi normal. Secara visual gambar grafik normalitas dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut One -Sam ple Kolm ogorov-Sm irnov Te st 81 .0000000 .34582439 .058 .040 -.058 .518 .951 N Mean Std. Dev iation Normal Parameters a,b A bs olute Positive Negative Mos t Ex treme Dif f erences Kolmogorov-Smirnov Z A sy mp. Sig. 2-tailed Unstandardiz ed Residual Test dis tribution is Normal. a. Calc ulated f rom data. b. Gambar 4.5 Grafik normalitas Grafik diatas mempertegas bahwa model regressi yang diperoleh berdisitribusi normal, dimana titik-titik nilai residual masing-masing perusahaan menyebar disekitar garis diagonal. Karena model regresi berdistribusi normal maka pengujian dapat dilanjutkan. 2 Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen atau tidak digunakan uji korelasi rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut dari residualerror. Apabila koefisien korelasi dari variabel bebas ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5, mengindikasikan adanya Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expect ed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kepuasan heteroskedastisitas. Pada tabel 4.12 berikut dapat dilihat nilai signifikansi koefisien korelasi variabel bebas dengan nilai absolut residual error. Tabel 4.31 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil olahan seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.31 diatas memberikan suatu indikasi bahwa residual error yang muncul dari persamaan regresi mempunyai varians yang sama tidak terjadi heteroskedastisitas, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas dengan nilai absolut error 0,360 dan 0,706 masih lebih besar dari 0,05. 3 Pengujian Asumsi Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi pada pengujian parsial koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors VIF sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel bebas. Cor relations .103 .360 81 .043 .706 81 Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed N Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed N Lingkungan Insentif Spearmans rho absolut_error Tabel 4.32 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.32 diatas menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, karena nilai VIF dari kedua variabel bebas masih lebih kecil dari 10 dan dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara kedua variabel bebas.

3. Analisis Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan masing- masing variabel independen lingkungan kerja dan insentif dengan kepuasan kerja karyawan. Melalui korelasi parsial akan dicari pengaruh masing-masing variabel independen terhadap kepuasan kerja karyawan ketika variabel independen lainnya konstan.

4.4.1 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Dugaan sementara lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, karena itu peneliti menetapkan hipotesis penelitian untuk pengujian dua pihak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: Ho 2 . = 0: Lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Ha 2 . 0: Lingkungan kerja berpengaruh terhadap total kepuasan kerja Coe fficients a .818 1.222 .818 1.222 Lingkungan Insentif Model 1 Toleranc e V IF Collinearity Statis tics Dependent V ariable: Kepuasan a. karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Untuk menguji hipotesis diatas terlebih dahulu dicari nilai t hitung variabel lingkungan kerja, dari keluaran software SPSS seperti terlihat pada tabel 4.19 diperoleh nilai t hitung sebesar 5,187. Karena nilai t hitung 5,187 lebih besar dari t tabel 1,991 maka pada tingkat kekeliruan 5 Ho 2 ditolak dan Ha 2 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95 dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Secara visual daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 4.6 Daerah penerimaan dan penolakan Ho pada uji pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan Berdasarkan gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 5,187 berada pada daerah penolakan Ho, yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho t 0,975;78 = 1,991 - t 0,975;78 = - 1,991 t hitung = 5,187 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Koefisien korelasi antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan ketika insentif tidak berubah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.33 Koefisien Korelasi Parsial Lingkungan kerja Dengan Kepuasan kerja karyawan Hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan ketika insentif tidak berubah adalah sebesar 0,506 dengan arah positif. Artinya hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja karyawan termasuk cukup kuat ketika insentif tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika lingkungan kerja semakin baik, sementara insentif tidak berubah maka akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Kemudian besar pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung ketika insentif tidak berubah adalah 0,506 2 100 = 25,6. Cor relations 1.000 .506 . .000 78 .506 1.000 .000 . 78 Correlation Signif icance 2-tailed df Correlation Signif icance 2-tailed df Kepuas an Lingkungan Control Variables Insentif Kepuas an Lingkungan

4.4.2 Pengaruh Insentif Terhadap Kepuasan Kerja

Dugaan sementara insentif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, karena itu peneliti menetapkan hipotesis penelitian untuk pengujian dua pihak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: Ho 3 . 2 = 0: Insentif tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Ha 3 . 2 0: Insentif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Dari keluaran software SPSS seperti terlihat pada tabel 4.19 diperoleh nilai t hitung variabel insentif sebesar 6,160. Karena nilai t hitung 6,160 lebih besar dari t tabel 1,991 maka pada tingkat kekeliruan 5 Ho 3 ditolak dan Ha 3 diterima, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95 dapat disimpulkan bahwa insentif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Secara visual daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh insentif terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 4.7 Daerah penerimaan dan penolakan Ho pada uji pengaruh insentif Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho t 0,975;78 = 1,991 - t 0,975;78 = - 1,991 t hitung = 6,160 Berdasarkan gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 6,160 berada pada daerah penolakan Ho, yang menunjukkan bahwa insentif secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Koefisien korelasi antara insentif dengan kepuasan kerja karyawan ketika lingkungan kerja tidak berubah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.34 Koefisien Korelasi Parsial Insentif Dengan Kepuasan kerja karyawan Hubungan antara insentif dengan kepuasan kerja karyawan ketika lingkungan kerja tidak berubah adalah sebesar 0,572 dengan arah positif. Artinya hubungan antara insentif dengan kepuasan kerja karyawan cukup kuat ketika lingkungan kerja tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika insentif semakin besar, sementara lingkungan kerja tidak berubah maka kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung akan meningkat. Kemudian besar pengaruh insentif terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung ketika lingkungan kerja tidak berubah adalah 0,572 2 100 = 32,7. Berdasarkan hasil perhitungan besar pengaruhkontribusi masing-masing variabel bebas terhadap kepuasan kerja karyawan dapat diketahui bahwa diantara Cor relations 1.000 .572 . .000 78 .572 1.000 .000 . 78 Correlation Signif icance 2-tailed df Correlation Signif icance 2-tailed df Kepuas an Insentif Control Variables Lingkungan Kepuas an Insentif kedua variabel bebas, insentif memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan kerja karyawan dibanding lingkungan kerja.

4.4.3 Pengaruh Lingkungan Kerja dan Insentif Terhadap Kepuasan Kerja

Pengujian secara bersama-sama bertujuan untuk membuktikan apakah lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho 1 : Semua i = 0 i = 1,2 Lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Ha 1 : Ada i 0 i = 1,2 Lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik uji-F yang diperoleh melalui tabel anova seperti yang tertera pada tabel 4.35 di bawah ini: Tabel 4.35 Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi secara Bersama-sama Berdasarkan tabel anova di atas dapat dilihat nilai F hitung hasil pengolahan data sebesar 56,295 dan nilai ini menjadi statistik uji yang akan dibandingkan ANOV A b 13.810 2 6.905 56.295 .000 a 9.568 78 .123 23.378 80 Regression Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Predictors: Constant, Insentif , Lingkungan a. Dependent Variable: Kepuas an b. dengan nilai F dari tabel. Dari tabel F pada = 0.05 dan derajat bebas 2:78 diperoleh nilai F tabel sebesar 3,114. Karena F hitung 56,295 lebih besar dari F tabel 3,114 maka pada tingkat kekeliruan 5 =0.05 Ho 1 ditolak dan Ha 1 diterima. Artinya dengan tingkat kepercayaan 95 dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Secara visual daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh pengaruh lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Bersama-sama Berdasarkan gambar 4.8 diatas dapat dilihat F hitung sebesar 56,295 berada pada daerah penolakan Ho, yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel independen lingkungan Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho F 0,052;78 = 3,114 F hitung = 56,295 kerja dan insentif secara berasama-sana dengan variabel kepuasan kerja dihitunga koefisien korelasi berganda. Koefisien korelasi lingkungan kerja dan insentif secara simultan dengan kepusan kerja dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.36 Koefisien Determinasi Nilai R 0,769 pada tabel 4.36 menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel bebas lingkungan kerja dan insentif secara simultan dengan kepuasan kerja karyawan. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa secara simultan kedua variabel bebas lingkungan kerja dan insentif memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Sementara nilai R-Square sebesar 0,591 atau 59,1 persen, menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari lingkungan kerja dan insentif secara simultan mampu menerangkan perubahan yang terjadi pada kepuasan kerja karyawan sebesar 59,1 persen. Artinya secara bersama-sama variabel bebas lingkungan kerja dan insentif memberikan kontribusipengaruh sebesar 59,1 terhadap perubahan kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Sisanya pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati adalah sebesar 40,9, yaitu merupakan pengaruh faktor lain diluar kedua variabel bebas yang Model Sum m ary b .769 a .591 .580 .35023 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: Constant, Insentif , Lingkungan a. Dependent Variable: Kepuasan b. diteliti seperti disiplin kerja, motivasi kerja, kompetensi pegawai, komitmen dan lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyanto STIE – AUB Surakarta, 2009 dalam jurnal dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, Pengembangan Karir, Komunikasi dan Insentif terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri I Cawas Kabupaten Klaten yaitu bahwa variabel kepemimpinan, lingkungan kerja, komunikasi dan insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh lingkungan kerja dan insentif terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Lingkungan kerja pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung secara umum berada dalam kategori kurang, diantaranya yaitu Ruangan dan Suhu. Adapun indikator lingkungan kerja yaitu, Suara, Ruangan, Suhu, Jam Kerja, Waktu Istirahat, Kebosanan. Namun masih ada indikator yang berada dalam kategori baik yaitu Suara, Jam kerja, Waktu istirahat dan kebosanan. 2. Insentif pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Adapun indikator insentif yaitu, Kinerja, Lama Kerja, Senioritas, Kebutuhan, Keadilan dan Kelayakan, Evaluasi Kerja. Namun masih ada beberapa indikator yang masih kurang yaitu senioritas dan dalam hal kebutuhan. 3. Kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung secara umum berada dalam kategori tinggi. Adapun indikator dari kepuasan kerja yaitu, Pekerjaan itu sendiri, Pengawasan, Rekan kerja, Promosi, Upah, Kondisi kerja. Namun masih ada beberapa indikator yang masih kurang diantaranya Rekan kerja, Promosi, Upah, Kondisi Kerja. 4. Lingkungan kerja dan insentif secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 59,1 terhadap kepuasan kerja karyawan, sisanya dipengaruhi faktor lain diluar variabel bebas, seperti disiplin kerja, motivasi kerja, kompetensi pegawai, komitmen dan lainnya sebesar 40,9.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran- saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan dapat dipertimbangkan sebagai masukan bagi PT. Pos Indonesia Persero Bandung. Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan kerja pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung secara umum dalam kategori kurang dengan indikator ruangan dan suhu. mengenai ruang kerja, perusahaan harus menata kembali ruangan yang ada saat ini, dengan begitu karyawan akan merasa nyaman dengan ruangan yang ditempatinya. Mengenai suhu diruangan kerja karyawan, perusahaan harus menambah ventilasi udara atau menempatkan AC air conditioner di tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak lagi merokok diruangan kerja. Dengan demikian perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat membantu kelancaran proses kerja karyawan yang akan berdampak pada hasil kerja para karyawan itu sendiri. 2. Insentif pada PT. Pos Indonesia Persero Bandung secara umum sudah dalam kategori baik, namun masih ada satu indikator yang masih perlu diperbaiki oleh perusahaan, yakni mengenai hal kebutuhan, Untuk itu perusahaan diharapkan dapat memperbaiki dan lebih memperhatikan khususnya dalam hal kebutuhan karyawannya seperti tunjangan dan bonus harus diperhatikan. Dengan demikian diharapkan karyawan dapat memberikan hasil yang maksimal bagi kemajuan perusahaan bila kebutuhannya dipenuhi.