BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengadilan Pajak
2.1.1 Eksistensi Pengadilan Pajak di Indonesia Dalam  sebuah  negara  hukum,  lembaga  peradilan  menjadi  sangat  penting
karena  dalam  sejarah,  selalu  ada  pihak-pihak  baik  penyelenggaraan  negara pemerintahan  maupun  rakyat  yang  melanggar  ketentuan  hukum.
6
Pendapat  yang senada diungkapkan oleh Sjachran Basah, bahwa peradilan merupakan salah satu
unsur  penting  dari  negara  hukum  yang  menunjuk  kepada  proses  untuk memberikan keadilan dalam rangka menegakkan hukum.
7
Pajak  merupakan  peralihan  kekayaan  dari  rakyat  kepada  pemerintah  yang tidak  ada  imbalannya  yang  secara  langsung dapat  ditunjuk.  Peralihan  kekayaan
demikian  itu  dalam  kata  sehari-hari  hanya  dapat  berupa  penggarongan, perampokan, pencopetan dengan paksa, atau pemberian hadiah dengan sukarela
dan ikhlas tanpa paksaan.
8
Falsafah pajak yang dianut oleh Inggris sama dengan di  Indonesia  yaitu  “No  Taxation  Without  Representation”  dan  juga  di  Amerika
“Taxation Without Representation is Roberry”. Hubungan  hukum  antara
Negara  dengan Wajib
Pajak  ini  dapat menimbulkan  permasalahan atau  dikatakan  sebagai  sengketa  pajak. Lembaga
yang  menyelesaikan  sengketa  pajak  salah  satunya  adalah  Pengadilan  Pajak. Pengadilan  pajak  sebagaimana  yang  diatur  dalam  UU Pengadilan  Pajak,
merupakan badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan apabila terjadi sengketa pajak
dengan fiskus atau pemungut pajak.
9
Hal ini memberikan  gambaran bahwa tugas
6
Galang  Asmara.  2006. Peradilan  Pajak  dan  Lembaga Penyanderaan  Gijzeling  Dalam Hukum Pajak di Insonesia. Yogyakarta: LaksBang Pressindo, hal: 1.
7
Ibid., hal: 3.
8
Soemitro, Rochmat. 1998. Asas dan Dasar Perpajakan 1. Bandung: PT. Refika Aditama, hal: 8.
9
Dewi  Kania  Sugiharti.  2005. Perkembangan Peradilan  Pajak  di  Indonesia. Bandung: Refika Aditama, hal: 72.
7
dari Pengadilan Pajak  adalah  memberikan  perlindungan  hukum  kepada  pihak- pihak yang bersengketa dalam sidang pengadilan pajak.
Menurut  Istiani,  Pengadilan  Pajak  didirikan  dengan  suatu  asumsi  bahwa upaya  peningkatan  penerimaan  pajak  pusat,  pajak  daerah,  bea  masuk  dan  cukai,
dalam  prakteknya,  terkadang  dilakukan  tanpa  adanya  peningkatan  keadilan terhadap  para  Wajib  Pajak  itu  sendiri.
10
Karenanya,  masyarakat  dalam  hal  ini Wajib  Pajak  seringkali  merasakan  bahwa  peningkatan  kewajiban  perpajakanbea
tidak  memenuhi  asas  keadilan,  sehingga  menimbulkan  berbagai  sengketa perpajakan  sehingga  dirasakan  adanya  suatu  kebutuhan  untuk  mendirikan  suatu
badan peradilan khusus untuk menanganinya. Selanjutnya  menurut  Galang  Asmara,  kebutuhan  adanya  suatu  lembaga
Peradilan Pajak didasarkan pada dua hal sebagai berikut :
11
1. Lembaga Peradilan Pajak dan Konsep Negara Hukum Keberadaan  lembaga  peradilan  pajak  bila  dikaitkan  dengan
konsep  Negara  Hukum  adalah  untuk  menegakkan  konsep  Negara Hukum  itu  sendiri  yang  menghendaki  adanya  penegakkan  hukum
oleh  lembaga  peradilan.  Hukum  yang  ditegakkan  disini  adalah hukum dalam bidang perpajakan yang terkait dengan penegakan hak
dan  kewajiban  negara  dan  rakyat  dalam  rangka  pemungutan  pajak oleh negara terhadap rakyatnya atau penduduk negara.
Pembangunan  merupakan  upaya  sadar  yang  dilakukan  untuk merubah suatu kondisi dari suatu tingkat yang dianggap kurang baik
ke kondisi baru pada tingkat kualitas yang dianggap baik atau paling baik.
12
Pembangunan  yang  dilaksanakan  tentu  saja  pembangunan yang  memiliki  pijakan  hukum  yang  jelas,  bisa  dipertanggung-
jawabkan, terarah serta proporsional. 2. Perlindungan Pajak dan Perlindungan Hukum Bagi Rakyat
Lembaga  Peradilan  Pajak  sebagai  salah  satu  lembaga perlindungan  hukum  terutama  berfungsi  di  dalam  memberikan
perlindungan  terhadap  Wajib  Pajak  dan  penanggung  pajak  dari tindakan  pemerintah  di  dalam  memungut  pajak  terhadap  rakyat.
Lembaga  peradilan  pajak  disini  berperan  di  dalam  menyelesaikan sengketa pajak, yaitu sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara  Wajib  Pajak  dan penanggung  pajak  dengan  pejabat  yang
10
Nisa Istiani. Menelaah Keberadaan Pengadilan Pajak. Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia.
http:www.pemantauanperadilan.comdetil diakses  Minggu, 25  Oktober  2015 pukul
12.00 WIB.
11
Galang Asmara, Op.Cit., hal: 8-12.
12
Niniek  Suparni. 1992. Pelestarian,  Pengelolaan  dan  Penegakan  Hukum  Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika, hal: 36.
8
berwenang.  Munculnya  Pengadilan  Pajak tidak  terlepas  suatu proses legal reform pembaharuan hukum dalam hukum perpajakan
yang  sebelum  dirasakan  tidak  memberikan  rasa  keadilan  bagi masyarakat sebagai Wajib Pajak.
2.1.2. Peninjauan Kembali dalam Peradilan Pajak Menurut  Rochmat  Soemitro,  peradilan  merupakan  suatu  kekuasaan  dalam
arti functie  yang  berdiri  sendiri  berdampingan  dengan  kekuasaan  lainnya.
13
Sedangkan  Sjachran  Basah  berpendapat  bahwa  peradilan  adalah  segala  sesuatu yang  bertalian  dengan  tugas  memutus perkara  dengan  menerapkan  hukum,
menentukan  hukum  “in concreto” dalam  mempertahankan  dan  menjamin ditaatinya hukum materill, dengan menggunakan cara prosedural yang diterapkan
hukum formal.
14
Rochmat  Soemitro,  merumuskan  peradilan  pajak  sebagai  suatu  proses dalam hukum pajak yang bermaksud memberikan keadilan dalam sengketa pajak,
baik  kepada  wajib  pajak  maupun  kepada  pemungut  pajak  pemerintah,  sesuai dengan  ketentuan  undang-undang  hukum  positif.  Proses  itu  merupakan
rangkaian  perbuatan  yang  harus  dilakukan  oleh  wajib  pajak  atau  oleh  pemungut pajak  di  hadapaan  suatu  instansi  administrasi  atau  pengadilan  yang  berwenang
mengambil  keputusan  untuk  mengakhiri  sengketa.  Sejalan  dengan  rumusan tersebut,  peradilan  pajak  mencakup  hal  yang  luas,  meliputi  baik  peradilan  untuk
penyelesaian  perkara  tindak  pidana  fiscal  maupun  yang  mengenai  sengketa administrasi  pajak  yakni  sengketa  yang  timbul  karena  tidak  adanya  kecocokan
tentang  jumlah  utang  pajak  yang  harus  dibayar,  yang  terjadi  antara  wajib  pajak dengan fiskus.
15
Peninjauan kembali  dalam  perkara  di  bidang  perpajakan  ialah  upaya hukum  luar  biasa  yang  merupakan  sarana  untuk  memeperbaiki  putusan  hakim
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde.
13
Rochmat  Soemitro. 1976. Masalah  Peradilam  Administrasi Dalam  Hukum  Pajak  di Indonesia. Bandung-Jakarta: Eresco, hal: 4.
14
Sjachran  Basah.  1989. Eksistensi  dan  Tolak  Ukur  Badan  Peradilan  Administrasi  di Indonesia. Bandung: Alumni, hal: 23.
15
Dewi  Kania  Sugiharti. 2005. Perkembangan  Peradilan  Pajak  di  Indonesia, Bandung: Refika Aditama, hal: 4-5.
9
Pengajuan  peninjauan  kembali  tidak  menghalangi  pelaksanaaneksekusi  putusan pengadilan  pajak  dan  dapat  dilakukan,  baik  sebelum  maupun  sesudah  eksekusi
selama  jangka  waktu  pengajuan  masih  terpenuhi.
16
Adanya  kesempatan  untuk mengajukan  upaya  hukum  luar  biasa  berupa  Peninjauan  Kembali  kepada
Mahkamah  Agung  ini  memecahkan  masalah  berupa  keluhan  para  pemohon bandinggugatan pencari keadilan maupun terbandingtergugat.
Pelaksanaan Peninjauan Kembali sesuai dengan Pasal 90 Undang-Undang Pengadilan  Pajak  menyatakan  bahwa  hukum  acara  yang  berlaku  pada
pemeriksaan Peninjauan  Kembali adalah  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004. Dengan demikian, jelas  bahwa seluruh pengaturan Peninjauan Kembali di dalam
Undang-Undang Mahkamah Agung berlaku seluruhnya kecuali  yang telah diatur secara tersendiri dalam Undang-Undang Pengadilan Pajak.
Upaya  hukum  berupa  permohanan  Peninjauan  kembali  merupakan  upaya hukum  luar  biasa,  di  mana  untuk  dapat  mengajukan  permohonan  tersebut  telah
dibatasi  apa  yang  menjadi  alasannya.  Undang-Undang  tentang  Pengadilan  Pajak juga  mengatur  hal ini,  di  mana  permohonan  peninjauan  kembali  hanya  dapat
diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
17
a. Apabila  putusan  Pengadilan  Pajak  didasarkan  pada  suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah
perkaranya  diputus  atau  didasarkan  pada  bukti-bukti  yang kemudian oleh Hakim Pidana dinyatakan palsu;
b. Apabila  terdapat  bukti  tertulis  baru  yang  penting  dan  bersifat menentukan,  yang  apabila  diketahui  pada  tahap  persidangan  di
Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda; c. Apabila  telah  dikabulkan  suatu  hal  yang  tidak  dituntut  atau  lebih
daripada  yang dituntut, kecuali  yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat 1 huruf b dan huruf c Undang-Undang Pengadilan Pajak;
d. Apabila  mengenai  suatu  bagian  dari  tuntutan  belum  diputus  tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya; atau
e. Apabila  terdapat  suatu  putusan  yang  nyata-nyata  tidak  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berbeda.
16
Jamal  Wiwoho  dan  Lulik  Djatikumoro. 2004. Dasar-Dasar  Penyelesaian  Sengketa Pajak. Bandung: Citra Aditya Bakti, hal: 121.
17
Lihat  dan  baca  Pasal  91  Undang-Undang  Nomo  14  Tahun  2002  tentang  Pengadilan Pajak.
10
Berdasarkan  kelima  alasan-alasan pengajuan  permohonan  peninjauan kembali  maka,  fokus  penulisan dalam  karya  tulis  ini membahas mengenai  Pasal
91 huruf c UU Pengadilan Pajak.
2.2. Keadilan Substantif