Parameter evaluasi kinerja kondensor

UNIVERSITAS JAMBI Gambar 4.5.3 Kondensor berpendingin campuran udara dan air 4.5.6 Prinsip Kerja Kondensor Uap refrigeran yang keluar dari generator akan memasuki kondensor. Uap yang bersuhu tinggi ini sebelum masuk ke evaporator terlebih dahulu didinginkan di kondensor. Panas uap dari refrigeran secara konveksi akan mengalir ke pipa kondensor. Panas akan mengalir ke sirip-sirip kondensor sehingga panas tersebut dibuang ke udara bebas melalui sirip dengan cara konveksi alamiah. Sehingga untuk memperluas daya konveksi maka luas sirip dirancang semaksimal mungkin. Suhu uap refrigeran didalam kondensor ini akan turun tetapi tekanannya tetap tidak berubah. Bila penurunan suhu gas mencapai titik pengembunannya maka akan terjadi proses pengembunan kondensasi, dalam hal ini terjadi perubahan wujud gas menjadi liquid yang tekanan dan suhunya masih cukup tinggi. Proses pendinginan dikondensasikan tersebut menghasilkan refrigeran berbentuk cairan liquid. Proses kondensasi yang terjadi selama proses percobaan tidak stabil karena menggunakan pendingin udara yang kecepatan udaranya tidak konstan. Jika semakin tinggi kecepatan udara maka pembuangan panas ke udara semakin efektif.

4.5.7 Parameter evaluasi kinerja kondensor

Evaluasi kinerja kondensor dapat ditentukan oleh beberapa parameter berikut: 1. Laju perpindahan panas UNIVERSITAS JAMBI Laju perpindahan panas dapat di evaluasi dengan menggunakan persamaan Namun pada kasus ini, tidak terjadi perubahan fase hanya perubahan nilai temperature sehinnga persamaan yang digunakan menjadi 2. LMTD Log Mean Temperature Difference Beda temperature rata-rata logaritmik dievaluasi dengan menggunakan persamaan : 3. Fouling Factor Fouling factor ialah angka yang menunjukkan hambatan akibat kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir di dalam Heat Exchanger. Fouling factor dapat mempengaruhi proses perpindahan panas, karena dapat menghambat pergerakan di dalamnya akibat deposit. Apabila nilai fouling factor hasil perhitungan lebih besar dari nilai fouling factor design maka perpindahan panas yang terjadi di dalam alat tidak memenuhi kebutuhan prosesnya dan harus segera dibersihkan. Nilai fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor design sehingga Heat Exchanger dapat mentransfer panas lebih maksimum untuk kebutuhan prosesnya. Perhitungan fouling factor berguna untuk mengetahui apakah terdapat kotoran di dalam alat dan kapan harus dilakukan pencucian. Fouling factor ditentukan berdasarkan harga koefisien perpindahan panas menyeluruh untuk kondisi bersih maupun kotor pada alat penukar panas yang digunakan. Nilai fouling factor dihitung dengan persamaan : UNIVERSITAS JAMBI Ud Uc Ud Uc Rd .   Keterangan : Rd = Fouling factor Uc = koefisien perpindahan panas bersih Ud = koefisien perpindahan panas kotor Kerak atau scale merupakan bentuk fouling. Fouling adalah proses terbentuknya deposit material pada permukaan peralatan, Fouling yang terjadi pada Heat Exchanger dapat menurunkan kinerja Heat Exchanger karena pada umumnya fouling memiliki konduktivitas yang lebih rendah dibanding material aslinya sehingga dapat menurunkn harga U koefisien perpindahan panas. Beberapa penyebab terjadinya Fouling adalah : a. Adanya pengotor berat hard deposit yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke keras b. Adanya pengotor berpori porous deposit yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras. 4. Pressure drop Pressure drops pada suatu Heat Exchanger dapat disebabkan oleh dua hal yaitu karena adanya friksi yang disebabkan aliran dan oleh pembelokan aliran. Laju aliran yang tinggi dapat menyebabkan luas perpindahan panas yang dibutuhkan kecil, tetapi pressure drops menjadi tinggi. Pressure drops yang tinggi tentu tidak diharapkan karena mengakibatkan erose dan perlunya penambahan fitting atau piping. Pressure drops pada tube side dipengaruhi oleh jumlah pass-nya. Jumlah pass harus cukup sehingga laju alir dalam tube cukup tinggi sehingga dapat mencegah terjadinya aliran transisi. Namun, selain faktor-faktor diatas, terdapat pula faktor non teknis yang dapat menurunkan kinerja kondensor, yaitu : 1 Umur alat UNIVERSITAS JAMBI 2 Pemeliharaan Faktor-faktor tersebut harus selalu diperhatikan agar penurunan kinerja cooler dapat dicegah. Semakin tua umur dari kondensor tersebut, maka efisiensi dari kondensor tersebut cenderung mengalami penurunan. Jadi kemungkinan, kondensor tersebut harus mengalami pergantian material-material atau suku cadang yang dirasa sudah tidak layak.

4.6 Perhitungan A. Data Operasi