UNIVERSITAS JAMBI
maupun kegagalan operasional yang dapat menyebabkan berhentinya unit operasi. Disamping itu proses pertukaran panas penting dalam konversi energi, keperluan
proses, persyaratan keamanan, serta ketercapaian produk. Maka kondensor dituntut untuk mampu memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang
maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap suatu unit operasi. Kondensor
E-5-5678910 berjenis shell and tube dengan pendingin yang
digunakan adalah air sungai. Masalah yang terjadi pada kondensor E-5-5678910 adalah tidak tersedia alat ukur
seperti flowmeter dan pressure indicator. Kondensor E-5-
5678910 didesain memiliki effisiensi minimal sebesar 63- 65.
4.2 Permasalahan
Dari uraian singkat di atas maka permasalahan yang dapat di ambil untuk studi evaluasi ini adalah:
1. Bagaimana kinerja kondensor E-5-567810 di Butane-
Butylene Distiller Unit ? 2. Bagaimana effisiensi kondensor E-5-567810 di
Butane-Butylene Distiller Unit ?
4.3 Tujuan
Tujuan dari pengerjaan tugas khusus ini adalah: 1. Mengetahui kinerja kondensor E-5-567810 di
Butane- Butylene Distiller Unit
2. Mengetahui nilai effisiensi secara aktual pada kondensor E-5-567810 di
Butane-Butylene Distiller Unit
4.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan tugas khusus pada laporan kerja praktek ini dibatasi pada evaluasi effisiensi berdasarkan
keadaaan aktual kolom debutanizer di Butane-Butylene Distiller
Unit dengan melakukan perhitungan sacara manual.
4.5 Tinjauan Pustaka 4.5.1 Uraian Proses BBDIST.
UNIVERSITAS JAMBI
1. Absorber Column 1-1
Feed yang berupa Gas dan cairan terdiri dari campuran methane, ethane, propane, propylene, buthane butylene, dan
Tops Light Naphtha masuk ke kolom absorber 1-1. Feed Gas masuk pada
tray nomor 16 sedangkan feed liquid masuk pada tray nomor 14. absorber column merupakan
buble cap tray column dengan jumlah tray 48 buah, tingi 31,55 m dan diameter
2 m. Pada puncak kolom absorber di pompakan Lean Oil
kerosine yang berfungsi untuk menyerap absorb komponen- komponen C
3
dan yang lebih berat. Top produk kolom absorber disebut drying gas, terdiri dari
gas methane, ethane, dan sedikit propane propylene dialirkan ke
liquid trap 6-3 dan selanjutnya sebagai produk refinery fuel gas, sedangkan
bottom produk berupa lean oil dan C
3
sebagian dikembalikan ke kolom sebagai reboiling melalui reboiler 7-12
dan sisanya dialirkan ke kolom depropanizer sebagai feed melalui
accumulator 9-1. Agar propane dapat seminimal mungkin terdapat dalam
dry gas 15wt maka : 1.
Suhu top absorber max. 45
o
C 2.
Tekanan kolom 20-21 kgcm
2
3. Ratio lean oil: intake gas = 1,8 : 2,0
Untuk mengatur temperatur top kolom, maka kolom Absorber dilengkapi dengan 3 tiga buah
intercooler, yaitu satu buah
intercooler untuk mendinginkan fat oil lean oil yg sudah menyerap
propane dari tray nomor 46 dan kembali ke tray nomor 45 dan dua buah
intercooler untuk mendinginkan fat oil dari
tray nomor 31 dan kembali ke tray nomor 30. 2.
Depropanizer Column 1-2. Kolom ini berdiameter 2,1 meter, tinggi 30,5 meter, dan 48
tray. Feed dari bottom kolom absorber dipompakan dengan pompa 4-45 masuk ke kolom
depropanizer pada tray nomor 18.
UNIVERSITAS JAMBI
Untuk flexibilitas operasi dan variasi komposisi feed maka feed
dapat masuk ke plate no 14, 22, 31, dan 32.
Top produk kolom depropanizer didinginkan melalui condenser 5- 1234 dan masuk
accu tank 8-11. Gas keluar dari top accu tank 8-11 sebagai produk
refinery fuel gas, sedangkan bottom accu 8- 11 dipompakan dengan pompa P-1112 sebagian sebagai
reflux dan sisanya sebagai produk
propane. Agar propane propylene dapat dipisahkan dengan baik yaitu mengandung isobuthane
kurang dari 1,0wt, maka suhu top column dijaga agar tidak melebihi dari 43
o
C. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur reflux ke top column. Dengan adanaya reflux tersebut maka suhu
bottom depropanizer column akan turun sehingga propane propylene masih terbawa dalam bottom produk. Maka untuk
menguapkan
propane propylene yang terbawa didalam bottom product diperlukan pemanasan melalui reboiler. Bottom produk
kolom depropanizer sebagian dikembalikan ke kolom sebagai
reboiling melalui reboiler 7-34 dan sisanya dialirkan ke kolom debuthanizer 1-2 sebagai feed. untuk bottom temperature
diatur 160-170, tekanan 17 kgcm
2
. 3.
Debuthanizer Column 1-3. Kolom ini berfungsi untuk memisahkan
buthane butylene yang terdapat dalam
feed, kolom ini berdiameter 2,4 meter, tinggi 28 meter, dan 44
tray bubble cap tray. Feed dari bottom kolom
depropanizer dipompakan dengan P 7-56 masuk ke kolom debuthanizer pada tray nomor 22, tapi untuk flexibilitas operasi
feed dapat masuk ke salah satu tray nomor 6, 10, 14, atau 23. Top produk kolom debuthanizer didinginkan melalui kondenser 5-
5678910 dan masuk
accu tank 8-12. Gas keluar dari top accu tank 8-12 sebagai produk refinery fuel gas, sedangkan bottom
accu 8-12 dipompakan dengan pompa P-910 sebagian sebagai reflux dan sisanya sebagai produk fresh BB, dan dikirim ke BB
treater.
Bottom produk kolom debuthanizer
sebagian
UNIVERSITAS JAMBI
dikembalikan ke kolom sebagai reboiling melalui Reboiler 7-56 dan sisanya dialirkan ke kolom Stripper 1-4 sebagai
feed. 4.
Stripper Column 1-4.
Feed dari bottom kolom debuthanizer masuk ke kolom stripper 1-4
pada tray nomor 23. Untuk flexilibilitas operasi, feed juga dapat
dimasukan ke tray nomor 27 dan 31. Kolom ini berukuran 1,8
meter dan tinggi 26 meter, merupakan kolom dengan bubble cap
tray, jumlah tray 40 buah. Top produk kolom stripper didinginkan melalui
condenser 5-1112 dan selanjutnya masuk accu tank 8- 13.
Bottom accu tank 8-13 dipompakan dengan pompa P-78 sebagian sebagai
reflux dan sisanya sebagai produk stabilized crack top. Bottom produk kolom stripper sebagian dikembalikan
ke kolom sebagai reboiling melalui reboiler 7-7 dan sisanya
dialirkan ke surge tank lean oil 9-2.
Dengan pompa P-34 setelah melewati
cooler 4-6 dan 4-45
lean oil
disirkulasikan kembali ke kolom absorbsi. Untuk memanaskan
reboiler 7-12, 7-34, 7-56, dan 7-7 digunakan sirkulasi
heating oil HCT melalui
heating oil surge tank
9- 3 dan dapur. Agar pemisahan baik maka temperature to 80
o
C dan bottom 165
o
C.
4.5.2 Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor adalah alat yang memungkinkan terjadinya perpindahan panas diantara dua fluida yang memiliki
temperatur yang berbeda tanpa mencampurkan kedua fluida tersebut. Alat penukar kalor biasanya digunakan secara praktis
didalam aplikasi yang luas, seperti dalam kasus pemanasan dan sistem pengkondisian udara, proses-proses kimia dan proses
pembangkitan tenaga. Alat penukar kalor berbeda dengan ruangan pencampuran yakni alat penukar kalor tidak
memperbolehkan kedua fluida bercampur. Sebagai contoh, pada radiator mobil, panas dipindahkan dari air panas yang mengalir
melalui pipa yang terdapat pada radiator yang ditambahkan plat pada jarak yang kecil dengan melewatkan udara diantaranya.
UNIVERSITAS JAMBI
Perpindahan panas pada alat penukar kalor biasanya terdiri dari konveksi di setiap fluida dan konduksi pada dinding yang
memisahkan kedua fluida. Pada saat menganalisa alat penukar kalor, sangat diperlukan untuk menggunakan koefisien
perpindahan panas menyeluruh U yang memungkinkan untuk
menghitung seluruh efek dari perpindahan panas. Laju perpindahan panas diantara kedua fluida terletak pada alat
penukar kalor yang bergantung pada perbedaan temperatur pada suatu titik, yang bervariasi sepanjang alat penukar kalor.
Pada saat menganalisis alat penukar kalor, biasanya bekerja dengan menggunakan
logarithmic mean temperature difference LMTD, yang sebanding dengan perbedaan temperatur rata-rata
diantara kedua fluida sepanjang alat penukar kalor. Ketika dua
temperatur tidak diketahui kita dapat menganalisisnya dengan metode keefektifitasan-NTU.
4.5.3 Jenis Alat Penukar Kalor
Secara umum, alat penukar kalor dapat dibagi berdasarkan fungsinya yakni :
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk
mendinginkan fluida sampai pada temperatur yang rendah. Temperatur fluida hasil pendinginan didalam
chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan
yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk
mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai
biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas latent kepada pendingin, misalnya pada
pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan
UNIVERSITAS JAMBI
dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk
mendinginkan cairan atau gas dengan mempergunakan air
sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka
pendingin cooler mempergunakan media pendingin berupa
udara dengan bantuan fan kipas.
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk
penguapan cairan menjadi uap. Dimana pada alat ini
menjadi proses evaporasi penguapan suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas
latent dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant
cair. e.
Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali
reboil serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering digunakan
adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri.
4.5.4 Definisi Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk terjadinya kondensasi refrigeran uap dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan
tinggi. Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna untuk membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran dari uap
menjadi cair. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kondensor adalah :
1. Perbedaan suhu antara refrigeran dengan udara luar
2. Aliran udara pendinginnya secara konveksi natural atau
aliran paksa oleh fan
3. Luas muka perpindahan panasnya meliputi diameter pipa kondensor, panjang pipa kondensor dan karakteristik pipa
kondensor
UNIVERSITAS JAMBI
4. Sifat dan karakteristik refrigeran di dalam sistem Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang sedang
didinginkan, agar dapat melepas keluar kepada zat yang mendinginkannya. Tekanan refrigeran yang meninggalkan
kondensor harus cukup tinggi untuk mengatasi gesekan pada pipa dan tahanan dari alat ekspasi, sebaliknya jika tekanan di
dalam kondensor sangat rendah dapat menyebabkan refrigeran tidak mampu mengalir melalui alat ekspansi.
4.5.5 Klasifikasi Ekspansi Kondensor
Menurut zat yang mendinginkannya, kondensor dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Kondensor berpendingin udara
Air Cooled Condenser Air Cooled Condenser
adalah kondensor yang menggunakan udara sebagai cooling mediumnya, biasanya
digunakan pada sistem berskala rendah dan sedang dengan kapasitas hingga 20 ton refrigerasi.
Air Cooled Condenser merupakan peralatan AC
Air Conditioner standard untuk keperluan rumah tinggal residental atau digunakan di suatu
lokasi di mana pengadaan air bersih susah diperoleh atau mahal. Untuk melayani kebutuhan kapasitas yang lebih besar biasanya
digunakan multiple air colled condenser.
Udara sebagai pendingin kondensor dapat mengalir secara alamiah atau dialiri paksa oleh
fan. Kulkas pada umumnya menggunakan kondensor berpendingin udara secara alamiah
konveksi natural yang umum disebut sebagai kondensor statis. Fan dapat meniupkan udara kearah kondensor dalam jumlah
yang lebih besar, sehingga dapat memperbesar kapasitas
pelepasan panas oleh kondensor. Refrigeran dari kompresor pada suhu dan tekanan tinggi
dialirkan ke bagian paling atas kondensor. Di dalam kondensor, refrigeran melepas kalor embunnya sehingga mengembun,
wujudnya berubah dari uap menjadi cair. Refrigeran dengan
UNIVERSITAS JAMBI
tekanan tinggi ini dialirkan dari bagian bawah kondensor ke saringan dan alat ekspansi. Pelepasan panas ini dapat dirasakan
yaitu muka kondensor menjadi hangat.
Gambar 4.1 Kondensor berpendingin udara
2. Kondensor berpendingin air
Water Cooled Condenser Kondensor jenis ini digunakan pada system yang berskala
besar untuk keperluan komersil di lokasi yang mudah memperoleh air bersih. Kondensor jenis ini menjadi pilihan yang
ekonomis bila terdapat suplai air bersih mudah dan murah. Pada umumnya kondensor seperti ini berbentuk tabung
yang di dalamnya berisi pipa tubes tempat mengalirnya air
pendingin. Uap refrigeran berada di luar pipa tetapi di dalam tabung
shell. Kondensor seperti ini disebut shell and tube water cooledcondenser. Air yang menjadi panas, akibat kalor yang
dilepas oleh refrigeran yang mengembun, kemudian air yang
telah menjadi panas ini didinginkan di dalam alat yang disebut menara pendingin
cooling tower. Setelah keluar dari cooling tower, air menjadi dingin kembali dan disalurkan dengan pompa
kembali ke kondensor. Dengan cara inilah pendingin
disirkulasikan. Kondensor jenis ini biasanya digunakan pada sistem berkapasitas besar.
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 4.5.2 Kondensor berpendingin air
3. Kondensor berpendingin campuran udara dan air
Kondensor jenis ini merupakan kombinasi dari kondensor berpendingin udara dan kondensor berpendingin air. Koil
kondensor ini diletakkan berdekatan dengan media pendinginnya yang berupa udara tekan dan air yang disemprotkan melalui
suatu lubang nozzle. Kondensor jenis ini disebut juga
evaporative condenser. Kondensornya sendiri berbentuk seperti kondensor dengan
pendingin air, namun diletakkan di dalam menara pendingin. Percikan air dari atas menara akan membasahi muka kondensor
jadi kalor dari refrigeran yang mengembun diterima oleh air dan kemudian diberi pada aliran udara yang mengalir dari bagian
bawah ke bagian atas menara. Sebagai akibatnya air yang telah menjadi panas tersebut diatas, didinginkan oleh aliran udara,
sehingga pada saat air mencapai bagian bawah menara, air ini sudah menjadi dingin kembali. Selanjutnya air dingin ini
dipompakan ke bagian atas menara demikian seterusnya. Dalam Negara yang bemusim empat, pada musim dingin sering kali
tidak dibutuhkan percikan air dari atas menara, karena udara sudah cukup dingin dan mampu secara langsung menerima
beban kondensor. Dalam keadaan seperti ini, dikatakan bahwa evaporative condenser dioperasikan secara kering. Dengan cara
ini maka
evaporative condenser dioperasikan secara kering. Maka
evaporative condenser ini akan berfungsi seperti kondensor berpendingin udara.
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 4.5.3 Kondensor berpendingin campuran udara dan air 4.5.6 Prinsip Kerja Kondensor
Uap refrigeran yang keluar dari generator akan memasuki kondensor. Uap yang bersuhu tinggi ini sebelum masuk ke
evaporator terlebih dahulu didinginkan di kondensor. Panas uap dari refrigeran secara konveksi akan mengalir ke pipa kondensor.
Panas akan mengalir ke sirip-sirip kondensor sehingga panas tersebut dibuang ke udara bebas melalui sirip dengan cara
konveksi alamiah. Sehingga untuk memperluas daya konveksi maka luas sirip
dirancang semaksimal mungkin. Suhu uap refrigeran didalam kondensor ini akan turun tetapi tekanannya tetap tidak berubah.
Bila penurunan suhu gas mencapai titik pengembunannya maka akan terjadi proses pengembunan kondensasi, dalam hal ini
terjadi perubahan wujud gas menjadi liquid yang tekanan dan
suhunya masih cukup tinggi. Proses pendinginan dikondensasikan tersebut menghasilkan refrigeran berbentuk
cairan liquid. Proses kondensasi yang terjadi selama proses
percobaan tidak stabil karena menggunakan pendingin udara yang kecepatan udaranya tidak konstan. Jika semakin tinggi
kecepatan udara maka pembuangan panas ke udara semakin efektif.
4.5.7 Parameter evaluasi kinerja kondensor
Evaluasi kinerja kondensor dapat ditentukan oleh beberapa parameter berikut:
1. Laju perpindahan panas
UNIVERSITAS JAMBI
Laju perpindahan panas dapat di evaluasi dengan menggunakan persamaan
Namun pada kasus ini, tidak terjadi perubahan fase hanya perubahan nilai temperature sehinnga persamaan yang
digunakan menjadi
2. LMTD Log Mean Temperature Difference Beda temperature rata-rata logaritmik dievaluasi dengan
menggunakan persamaan :
3. Fouling Factor
Fouling factor ialah angka yang menunjukkan hambatan akibat kotoran
yang terbawa oleh fluida yang mengalir di dalam Heat
Exchanger. Fouling factor dapat mempengaruhi proses perpindahan panas, karena dapat menghambat pergerakan di
dalamnya akibat deposit. Apabila nilai fouling factor hasil
perhitungan lebih besar dari nilai fouling factor design maka
perpindahan panas yang terjadi di dalam alat tidak memenuhi kebutuhan prosesnya dan harus segera dibersihkan. Nilai
fouling factor dijaga agar tidak melebihi nilai fouling factor design
sehingga Heat Exchanger dapat mentransfer panas lebih
maksimum untuk kebutuhan prosesnya. Perhitungan fouling
factor berguna untuk mengetahui apakah terdapat kotoran di dalam alat dan kapan harus dilakukan pencucian.
Fouling factor ditentukan berdasarkan harga koefisien perpindahan panas
menyeluruh untuk kondisi bersih maupun kotor pada alat penukar panas yang digunakan.
Nilai fouling factor dihitung dengan persamaan :
UNIVERSITAS JAMBI
Ud Uc
Ud Uc
Rd .
Keterangan : Rd
= Fouling factor
Uc = koefisien perpindahan panas bersih
Ud = koefisien perpindahan panas kotor
Kerak atau scale merupakan bentuk fouling. Fouling adalah
proses terbentuknya deposit material pada permukaan peralatan,
Fouling yang terjadi pada Heat Exchanger dapat menurunkan kinerja
Heat Exchanger karena pada umumnya fouling memiliki konduktivitas yang lebih rendah dibanding
material aslinya sehingga dapat menurunkn harga U koefisien
perpindahan panas. Beberapa penyebab terjadinya Fouling
adalah : a.
Adanya pengotor berat hard deposit yaitu kerak keras
yang berasal dari hasil korosi atau coke keras
b. Adanya pengotor berpori
porous deposit yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras.
4. Pressure drop Pressure drops pada suatu Heat Exchanger dapat
disebabkan oleh dua hal yaitu karena adanya friksi yang disebabkan aliran dan oleh pembelokan aliran. Laju aliran yang
tinggi dapat menyebabkan luas perpindahan panas yang dibutuhkan kecil, tetapi
pressure drops menjadi tinggi. Pressure drops yang tinggi tentu tidak diharapkan karena mengakibatkan
erose dan perlunya penambahan fitting atau piping. Pressure drops pada tube side dipengaruhi oleh jumlah pass-nya. Jumlah
pass harus cukup sehingga laju alir dalam tube cukup tinggi sehingga dapat mencegah terjadinya aliran transisi.
Namun, selain faktor-faktor diatas, terdapat pula faktor non teknis yang dapat menurunkan kinerja kondensor, yaitu :
1 Umur alat
UNIVERSITAS JAMBI
2 Pemeliharaan Faktor-faktor tersebut harus selalu diperhatikan agar
penurunan kinerja cooler dapat dicegah. Semakin tua umur dari kondensor tersebut, maka efisiensi dari kondensor tersebut
cenderung mengalami penurunan. Jadi kemungkinan, kondensor tersebut harus mengalami pergantian material-material atau
suku cadang yang dirasa sudah tidak layak.
4.6 Perhitungan A. Data Operasi
Tabel 6. Rata-Rata Data Aktual Kondensor 5-
5678910
No
Condensor Temperatur
Panas Dingin
Inlet Outlet
Inlet Outlet
1
5-5 35.15
34.85 29.1
30.75
2
5-6 39.2
35.25 30.2
31.7
3
5-7 51.25
40.00 31.15
33.5
4
5-8 37.95
30.6 29.1
30.65
5
5-9 stop
stop stop
stop
6
5-10 51.55
39.35 30.4
33.95
B. Data Desain Kondensor
Tabel .9
Data Desain Kondensor
Keterangan Mm
In Ft
UNIVERSITAS JAMBI
Tube ID
0.628 0.025
0.002 OD
20 0.078
0.065 Le
5000 196.500
16.404 Pitch Triangular
23 0,90551
0,0754 6
Nt 756 Buah
Shell ID
850 33.405
2.788 L
4635 182.155
15.206
1. Menghitung Nilai °API pada Shell
API =
- 131,5 API
= - 131,5
= 17.857 `
1. Menghitung Neraca Panas Bagian
Shell Diketahui :
T
1
=
51.25
°C =
124.250 °F T
2
=
34.85
°C =
94.730 °F Ws
= 200 TD
= 18666.667 lbh T
1
– T
2
= °F
SG =
0.56 . API
= 17.857
Penyelesaian: Tav
= c
= 0.41 Btulb.°F
Diperoleh dari fig. 5 Kern
Q =
= 18666.667 lbh 0.41 Btulb
= 225926.404
2. Menghitung Neraca Panas Bagian
Tube Diketahui :
UNIVERSITAS JAMBI
t
1
=
29.1
= 84.38 t
2
=
33.5
= 92.3 Wt
=172.727 TD = 16121.187
t
2
– t
1
=7.92 SG
=0.9747 Perhitungan
: t
av
= =
= 88.34°F c
=1.00 Btulb.°F Diperoleh
dari fig 2 Kern maka :
Q =
= 16121.187 lbh 7.92
= 127679.801
3. Menentukan Nilai
Log Mean Temperature Difference LMTD dan ΔT
LMTD =
=
= 19.163
R =
= = 3.727
S =
UNIVERSITAS JAMBI
= 0.268 Berdasarkan Desain Kondensor Horizontal menunjukkan
Kondensor memiiki 2 Pass, maka didapatkan faktor koreksi Ft
= 2 ∆T
= LMTD x F = 19.163 x 1
= 19.163 ℉
4. Menentukan Temperatur Kaloric
Diketahui : T
1
-T
2
= 29.520 API = 17.857 °F
K
c
= 0.610
Diperoleh dari Fig. 17 Kern
F
c
= 0.380
Diperoleh dari Fig. 17 Kern
Tc
Shell
= T
2
+ Fc T
1
-T
2
= 94.730 + 0.380 29.520 = 105.948
tc
Tube
= t
2
+Fc t
2
-t
1
= 92.3 7.92
= 95.310
5. Menghitung Luas Area Aliran
a. Luas Area Pada Shell