Laporan Pemantauan Komnas Perempuan: Prinsip-prinsip Wawancara

62  Menjaga kerahasiaan identitas korban yang sudah bersedia memberikan kesaksian dan berbagi cerita melalui wawancara, kecuali jika korban sendiri menyatakan siap menampilkan jati dirinya;  Menjaga keamanan dokumen yang dipercayakan kepada Komnas Perempuan oleh organisasi organisasi pendamping korban. Dan, dalam proses pengolahan dan analisa data, Komnas Perempuan melakukan verifikasi dengan cara-cara sebagai berikut: Mencek ulang dan mencek silang setiap informasi dan data yang diperoleh dari kesaksian korban maupun dari hasil penelitian organisasi-organisasi pendamping korban ke sumber-sumber utama. Sebagian besar kesaksian korban dan wawancara dengan korban direkam dengan peralatan audio dan audio-visual. Selain itu, terdapat pula transkripsi verbatim hasil wawancara, catatan penelitian lapangan, dan esai tentang profil para korban;  Mengunjungi kelompok-kelompok korban yang sudah memercayakan kesaksian dan kisah mereka dalam bentuk wawancara kepada organisasi-organisasi pendamping maupun ke Komnas Perempuan;  Memastikan bahwa tidak ada pengaburan antara opini dan fakta dalam pemilihan data dan informasi yang dipergunakan untuk penyusunan tabulasi kekerasan dan laporan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Hasil pengolahan dan analisa data di tahap awal berupa tabulasi tindak-tindak kekerasan yang dialami dan disaksikan masing-masing korban berdasarkan kesaksian mereka. Tabulasi ini berguna untuk melihat bentuk dan pola kekerasan yang secara khusus menimpa perempuan di berbagai lokasi dalam satu kurun waktu tertentu. Namun, Komnas Perempuan tidak berniat sekedar memaparkan fakta-fakta kekerasan dan mereduksi pengalaman korban menjadi deretan angka dan statistik. Kami juga berusaha memahami faktor-faktor yang ikut mendorong terjadinya kekerasan dan dampak dari peristiwa kekerasan terhadap kehidupan korban dan keluarganya sampai hari ini. Dengan kata lain, kami mencoba menempatkan pengalaman kekerasan dan diskriminasi dalam konteks sosio-historis yang jelas agar pengalaman setiap korban tidak dipahami semata-mata sebagai kasus-kasus individual yang terpisah-pisah, melainkan sebagai bagian dari sebuah peristiwa kekerasan massal di masa lalu. Dengan memahami konteks sosio-historis itu pula, lebih mudah bagi kami untuk menentukan apakah tindak kekerasan tertentu merupakan pelanggaran hak-hak asasi manusia, atau pelanggaran pidana biasa berdasarkan instrumen-instrumen hukum nasional dan internasional yang berlaku dan diakui di Indonesia. [...]

3. Dahana: Pengungkapan Kebenaran

Seluruh rangkaian ini lazimnya, dan mestinya memang demikian, menempati prioritas utama bagi kelompokorganisasi hak asasi manusia. Karena, peran terpenting dari semua kelompokorganisasi Pengantar Beberapa istilah seperti investigasipenyelidikan, pemantauan kerap digunakan untuk maksud yang sama atau serupa dengan pencarian fakta. Istilah-istilah itu lazim dipakai bergantian. Namun pada dasarnya semuanya merupakan aktivitas pemerolehan fakta. Tepatnya, pemerolehan fakta peristiwa pelanggaran hak asasi manusia. Sementara, pemerolehan fakta hanya merupakan salah satu bagian saja dari rangkaian pekerjaan yang lebih luas. Sebagaimana digambarkan dalam bagan di bawah ini, pemerolehan data mestinya dilanjutkan dengan dua aktivitas berikutnya; yakni: pengolahan dan pengkerangkaan framing dan pemanfaatan datainformasi pelanggaran hak asasi manusia. 63 hak asasi manusia, selemah-lemahnya iman, adalah memantau, memotret, menggambarkan, dan memberikan tanggapan atau komentar terhadap situasi umum hak asasi manusia di negaranya. Dengan menempatkan kerja pencarian fakta pada seluruh rangkaian kegiatan tersebut; bagian tulisan berikut akan menggambarkan beberapa landasan dan berbagai aspek yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam pencarianpemerolehan faktadatainformasi pelanggaran hak asasi manusia, dan kerja advokasi serta kampanye secara umum. Bagan Umum: Pengungkapan Kebenaran Prasyarat OrganisasionalKelembagaan. Banyak ulasan tentang kerja pencarian fakta terutama menitikberatkan perhatian pada prasyarat yang melekat pada orang, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, dan prasyarat lainnya. Seorang investigator pelanggaran HAM misalnya disyaratkan sehat wal’afiat, bersedia bekerja keras, pintar, panjang akal dan tahan banting Haluan dan Prasyarat Haluan nilai dan haluan konsepsional. Pemandu utama dari kerja pembelaan hak asasi manusia, termasuk pengungkapan pelanggaran HAM, sudah barang tentu adalah nilai-nilai HAM itu sendiri. Pastilah sangat keliru apabila organisasi dan program hak asasi manusia, misalnya, menerapkan skema kerja paksa, mempekerjakan budak belian dan anak-anak di bawah umur, atau membatasi hak orang untuk beribadah. Pemandu berikutnya adalah haluan konsepsional seperti HAM, pelanggaran HAM, kewajiban negara, penyelesaian yang damai dan adil, dan konsep turunan lain yang relevan. Jika ingin mengungkap dugaan adanya peristiwa genosida, maka semua yang terlibat perlu memahami makna dari genosida. Mereka yang ingin menyelidiki kondisi di lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan, dan instalasi penahanan lainnya, dapat menengok dokumen relevan dan belajar tentang hak tersangka dan terpidana. Konsep genosida dan hak tersangka tidak boleh diinterpretasikan terlalu luas, terlalu sempit, atau dipakai secara serampangan. Ada cukup banyak instrumen internasional dan nasional, beserta dokumen tambahan lainnya, yang dapat digunakan sebagai haluan untuk bekerja. Untuk memahami berbagai haluan konsepsional tersebut, tidak ada jalan pintas, tidak ada cara lain kecuali dengan belajar. Pemerolehan Fakta, Data, Informasi. Pengorganisasian Data, pengkerangkaan framing. Pemanfaatan DataInformasi pengungkapan, kampanye perdamaian, dst