8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan kepada yang dianggap suci ataupun kudus dan bersifat supranatural yang dapat memberikan perlindungan, kekuatan, ketentraman
jiwa dan raga dan tentunya didalam masyarakat banyak ditemukan aliran agama. Fungsi agama sendiri adalah untuk menjembatani ketegangan-ketegangan yang terjadi didalam
masyarakat serta menumbuhkan solidaritas sosial dan menjaga kelangsungan sistem masyarakat yang menjagai dari bentuk-bentuk ancaman dari para pelaku penyimpangan atau
para pemberontak ataupun juga dari bencana-bencana alam. Agama dengan demikian merupakan suatu sumber bagi keteraturan sosial dan moral yang mengikat para anggota
kelompok masyarakat pada suatu proyek sosial bersama, seperangkat sasaran sosial dan kaidah bersama Northcott, Michael 2007 : 260.
Secara sosiologis, pengertian agama tidak terfokus kepada ajaran atau dogma semata, tetapi juga berbicara mengenai masyarakat sebagai pelaksana dan pengembang nilai-nilai
agama. Agama adalah suatu bentuk konstruksi sosial. Karl Marx, seperti halnya durkheim juga menganggap agama sebagai produk sosial dan sebagai suatu anasir tatanan sosial
didalam masyarakat-masyarakat pra-modern Northcott, Michael 2007 : 260. Bryan Wilson, melalui pendekatan fungsionalis membagi dua fungsi utama agama,
yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes dari agama yaitu menawarkan keselamatan kepada kaum pria maupun wanita, dan khususnya keselamatan akan jatidiri
pribadi atau sang jiwa di luar kematian biologis Northcott, Michael 2007 : 260. Perilaku dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mendapat keselamatan diantaranya bentuk-bentuk
praktek pemujaan atau puji-pujian, doa maupun juga meditasi yang memungkinkan si umat
Universitas Sumatera Utara
9
berkomune dengan Tuhan atau para dewa, maupun juga modus-modus tindakan etis untuk menyelaraskan kehidupan si umat atau komunitas untuk takdir keselamatan mereka.
Pada akhir dasawarsa abad ke-20, ternyata agama-agama kembali mengambil peran dalam kehidupan manusia. Kebangkitan agama tersebut bukan hanya terjadi pada agama
tertentu, melainkan hampir dialami seluruh agama di dunia. Atau dengan kata lain kebangkitan agama adalah sebuah fenomena global. Fenomena kebangkitan agama ini bukan
berarti kembalinya kejayaan agama-agama “klasik” dan “tradisional” seperti yang pernah terjadi pada masa pra-modern. Kebangkitan agama yang sebenarnya mengacu pada
religiositas atau kesadaran keagamaan manusia Naisbitt Jhon 2000. Religiositas baru ini relatif mengambil bentuk yang non-tradisional sebagai akibat perlawanan terhadap
kecenderungan, institusionalisme dan formalisme yang menjadi ciri kebanyakan agama- agama mapan. Agama mapan terlalu banyak kompromi dengan modernisasi dan sekularisasi
hingga didominasi peraturan, hirarki, dan birokrasi yang berrsifat memudarnya spritualisme dan vitalitas agama.
Salah satu bentuk kekuatan dan kekuasaan agama di dunia adalah lembaga gereja. Gereja merupakan agen agama yang paling konkrit disunia, sebuah lembaga yang memiliki
norma, nilai dan seperangkat peraturan-peraturan yang mengatur hidup jemaat secara khusus. Gereja adalah wujud nyata dari keberadaan Tuhan dalam agama kristen
repository.usu.ac.id...Social Sciences and Politics SP-Sociology. Troeltsch menyimpulkan bahwa lembaga gereja adalah lembaga yang dianugerahi kemuliaan dan
keselamatan sebagai karya penebusan. Ia mampu menerima massa dan menyesuaikan dirinya dengan dunia O’Dea, 1996:131.
Bila kita memperhatikan perkembangan agama-agama dunia secara lebih teliti dan komperehensif, kita akan menemukan bahwa, meskipun gereja-gereja konvensional
Universitas Sumatera Utara
10
tradisional mengalami kesulitan untuk survive, ternyata muncul gereja-gereja dengan corak baru, yang lebih bebas dari tradisi. Kemuncululan gereja-gereja dengan corak baru ini
berbarengan dengan berkembangnya fenomena multidimensional yang dikenal dengan nama post modernism Koolj Van,2007:11
Aliran kekristenan ini menggugat monopoli institusi-institusi mapan yang lama gereja-gereja mainstream dengan kredo-kredo dan aturan-aturan birokratisnya tidak
merisaukan kemajemukan dan mendasarkan keanggotaanya pada keputusan dan komitmen sukarela oleh pribadi yang bersangkutan. Koolj Van, 2007:13
David Martin seorang sosiolog mengamati bahwa, ciri fundamentalisme kristen adalah penekanan yang berlebihan terhadap kesempurnaan dan kewibawaan alkitab biblical
innerancy, sedangkan aliran kekristenan ini menekankan karunia-karunia roh, dan karenanya mereka cukup bebas untuk bersikap fleksibel tergantung kehendak roh, kreatif dan inovatif
. Hal ini memang dapat diamati dari gaya ibadah, musik-musik yang dimainkan sampai pada hal pemberitaan dimana kotbah mereka cenderung mengandung aspek retorika, kotbah-
kotbah yang segar mudah ditangkap , memberi inspirasi, menguatkan iman dan lahirnya gerekan teologi pembebasan.
Perkembangan pesat kekristenan corak ini bergantung pada beberapa ciri yang menjadi kekuatannya kekristenan yaitu penekanan pada komitmen pribadi, bersifat fleksibel
dan inovatif yang memberikan mereka alternatif bagi mereka yang tidak puas terhadap sikap gereja-gereja konservatif yang cenderung terlalu bergantung pada kewibawaan tradisi dan
birokrasi, peka terhadap tantangan zaman globalisasi, mengutamakan efesiensi dan informasi melalui iklan, spanduk, selebaran dan website, dan yang terakhir kurang terikatnya gereja-
gereja corak ini pada tradisi yang memungkinkan mereka untuk membuka berbagai bidang
Universitas Sumatera Utara
11
pelayanan dan jabatan yang tidak terdapat dalam gereja-gereja konvnsional atau tradisional misalnya pendeta, pendeta muda part-time, evangelis, prophetees, dll.
Dikalangan masyarakat yang beragama kristen khususnya penganut agama kristen protestan, muncul fenomena baru yaitu penrpindahan penganut gereja aliran konvensional
atau tradisional ke gereja aliran kharismatik. Fenomena ini lahir didukung karena adanya kebangkitan agama-agama yang merupakan isu menarik pada menjelang milenium akhir
kedua. Gereja karismatik sering dianggap sebagai gereja kontemporer yang memiliki tata ibadah dengan menonjolkan lagu-lagu pujian yang dinyanyikan dengan diiringi alat musik
yang lengkap, yaitu piano, keyboard, drumm, bass, gitar listrik dan terkadang alat musik lainnya. Anggota yang hadir bernyanyi sambil bertepuk tangan riang, berdoa dengan
merentangkan tangan, sharing berbagi, berbahas roh, bersenandung dalam bahasa roh dan tindakan-tindakan lainnya yang spontan mereka lakukan. Gambaran ini tidak dilakukan
dalam gereja konvensional atau tradisonal yang memiliki tata cara ibadah setiap anggotanya bernyanyi hanya menggunakan alat musik pianoorgan saja, dengan tidak disertai tepuk
tangan biasanya agak sedikit kaku, tidak terdapatnya penyembahan dalam bentuk senandung yang spontan keluar dari hati para anggota, bersifat monoton, dan tidak ada bahasa roh.
Kristen karimatik ada dan berpengaruh di dalam kehidupan beragama khusunya dikalangan kristen. Dari akar-akar kelahirannya di Eropa dan Amerika, gerakan karismatik
telah sampai di berbagai tempat lain, termasuk Indonesia. Keberhasilan kristen karismatik itu tampak ditentukan oleh penerapan manajemen, pelayanan dan perekrutan yang efektif dan
kemasan isi pemberitaan atau ajaran dan praktek beriman yang ditawarkan . Penggunaan metode sel group, penggunaan berbagai media modern dan kotbah-kotbah yang menghibur,
memberikan jaminan kekuatan dan karena itu menjadi sangat menerik bagi beberapa orang.
Universitas Sumatera Utara
12
Pada umumnya gereja berorientasi pada pertumbuhan jumlah jemaat pada gilirannya menimbulkan sikap saling berebut jemaat pun besar sehingga setiap gereja berlomba-lomba
memerikan layanan terbaik untuk menarik pengikut baru. Adapun strategi yang dilakukan diantaranya seperti menyiapkan fasilitas untuk kegiatan ibadah lebih baik, nyaman dan
memberi bayaran kepada para pelayan dengan honor yang tinggai. Strategi yang diekspresikan ini acapkali sikap yang mendiskreditkan gereja lain dan menganggap diri
mereka palin benar. Adapun salah satu sumber ketegangan hubungan anatara gereja bercorak tradisional
dan karismatik adalah fenomena perpindahan anggota gereja konvensional ke gereja karismatik. Fenomena perpindahan anggota jemaat ke gereja lain sebenarnya suatu fenomena
yang wajar karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Keberatan yang muncul atas fenomena ini adalah lebih didasarkan pada metode yang dipakai oleh gereja karismatik untuk
menarik banyak anggota jemaat, upaya tersebut biasa dilakukan dengan cara perkunjungan, penginjilan, maupun propoganda konsep “lahir baru”.
Sementara itu pada masyarakat yang menganut gereja konvensional bersikap menolak akan model ibadah tersebut. Kalangan konvensional menilai aliran ini sesat dan menyebut
karismatik sebagai bidah. Kelompok aliran gereja konvensional mempertahankan diri dengan melarang, baik pimpinan maupun anggota gereja untuk bersentuhan dengan aliran ini.
Bererapa sinode gereja konvensional menegeluarkan kebijakan dalam tata gerejanya untuk mengambil sikap berhati-hati terhadap aliran tersebut.
Sebaliknya pihak karismatik memposisikan diri mereka adalah kelompok yang benar dan menganggap masyarakat luas bersifat duniawi, jahat, penuh permusuhan dan tersesat
tanpa harapan. Salah satu kritik tajam dari aliran karismatik adalah pengaruh adat yang masih kuat di dalam tata cara gereja maupun kehidupan anggotanya. Kelompok ini memberikan
Universitas Sumatera Utara
13
label kepada anggota gereja konvensional yakni aliran yang hidup dengan dua etika ganda seperti etika kristen dan etika adat. Gereja aliran karismatik menilai bahwa gereja
konvensional tidak menggali lebih dalam pertumbuhan iman anggota gereja dan belum diupayakan secara maksimal oleh gereja sehingga dengan pola pembinaan yang kurang
terarah, seseorang kurang mengalami perkembangan rohani yang jelas. Kenyataan yang ada dimsyarakat saat ini adalah gerakan aliran karismatik telah
semakin berkembang demikian pesat seperti munculnya, GPDI Gereja Pentakosta di Indonesia, GKII Gereja Kemenangan Iman Indonesia, GKKI Gereja Kristen Kudus
Indonesia, GBISuccesfull Bethany Families, Gereja Baithany, Gereja Sidang Rohul Kudus, Gereja Sidang Jemaat Allah, GKB Gereja Kristen Baithany dan perkembangan gereja aliran
karismatik ini tidak hnaya mendirikan suatu bangunan di satu wilayah, melainkan memiliki cabang atau mendirikan gerejanya dimana-mana. Gerakan karismatik tersebut menarik
banyak hati orang. Praktik doa kesembuhan ilahi dengan beragam manifestasinya seakan menegaskan bahwa gerakan ini menjadi jawaban bagi kekristenan masa kini
http:www.sarapanpagi.orgbuku-terbaru-gerakan-karismatik-denny-t-s-vt6098.html. Pengikut aliran ini didominasi oleh anggota gereja yang sudah ada atau terdaftar di
gereja-gereja konvensional seperti HKBP Huria Kristen Batak Protestan, GBKP Gereja Batak Karo Protestan, GKI Gereja Kristen Indonesia, GKPS Gereja Kristen Protestan
Simalungun, GBKP Gereja Punguan Kristen Batak dan lain-lain yang masih dalam naungan PGI Persekutuan Gereja Indonesia. Pengikut aliran ini biasanya adalah anak muda
yang memiliki sifat yang ekspresif, enerjik, kreatif, dan penuh semangat sehingga mereka lebih tertarik pada gereja karismatik dibandingkan gereja konvensional yang monoton.
Fenomena ini semakin menarik adalah para pengikut gereja konvensional dikenal sebagai masyarakat yang selalu mewariskan tradisi lama dan cenderung memaksa untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
14
mengikuti gereja aliran ini. Kenyataan juga dapat dilihat adanya anggota ini bersikap ganda , disatu sisi sulit melupakan ikatan dengan gereja tradisional tetapi tetap pergi beribadah ke
gereja karismatik. Sikap berbeda terjadi di kalangan anak muda yang cenderung memilih untuk menjadi
anggota gereja aliran karismatik. Banyak anak muda lebih memilih untuk beribadah di gereja karismatik karena pengaruh media yang memang memusatkan diri pada dunia kaum muda
dan budaya modern. Aliran karismatik lebih mudah menerima budaya kaum muda. Human Capital Theory meramalkan bahwa pergantian keagamaan pindah agama akan cenderung
terjadi seperti orang yang sedang mencari pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan konteksnya Koolj Van 2007 : 175. Pergantian keagamaan sendiri dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu kepelbagaian pilihan, penguasaan pasar, persaingan dan peraturan. Ke-empat hal ini memberikan pengaruh yang berbeda dalam konteksnya masing-masing Koolj Van 2007 :
175. Gereja beraliran karismatik biasa berlaku sebagai kompensasi bagi orang-orang yang merasa tidak puas dengan gereja konvensional.
Dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti Gereja Karismatik GKB Gereja Kristen Baithany Hotel Pardede yang berada di jalan Mangonsidi, alasannya karena gereja
ini adalah salah satu gereja yang berkembang atau bertumbuh yang dapat dilihat dari jumlah jemaatnya yang sangat banyak. Dalam gereja ini terdapat tiga cabang yaitu GKB di jalan
Setia Budi, GKB Hotel Pardede yang terletak dijalan Mangonsidi. Setiap cabang Gereja memiliki 3 tiga gelombang untuk menjalankan ibadahnya setiap minggu yaitu yang pertama
divisi Youth untuk kalangan mahasiswa dan pelajar, kedua divisi profesi orang-orang yang sudah bekerja dan yang ketiga divisi keluarga yaitu bagi orang yang sudah menikah atau
berkeluarga. Menurut data yang ada, bahwa gereja ini memiliki jemaat tetap atau yang terdaftar sebanyak 1.500 orang dan hampir 70 dari jumalh anggotanya adalah anak muda.
Universitas Sumatera Utara
15
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik apakah fenomena perpindahan jemaat dari gereja yang beraliran konservatif atau tradisional kepada gereja karismatik merupakan
simbol perlawanan? Hal inila yang membuat penulis tertarik untuk meneliti dengan
mengangkat judul “Fenomena Perpindahan Jemaat Gereja Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Gereja Konvensioanl”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas dalam penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah apakah fenomena perpindahan jemaat dari
gereja konvensional beralih pada gereja karismatik merupakan simbol perlawanan pada bentuk dari gereja konvensional?.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas yang menyebabkan tujuan penelitian ini tidak tercapai dan pembahasan menjadi ambigu dan tidak original, maka penulis membuat batasan
masalah yaitu: 1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah fenomena perpindahan jemaat merupakan simbol
pelawanan terhadap gereja konvensional. 1.4.2
Manfaat Penelitian
Setiap penelitian mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu yang
menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
16
1. Bagi penulis, peneletian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam
membuat karya tulis dan melatih menulis untuk membiasakan dir untuk membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat
menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti. 2.
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu sosial. 3.
Memberikan rujukan bagi Deparemen Sosiologi FISIP USU mengenai studi tentang fenomena perpindahan jemaat sebagai simbol perlawanan
terhadap gereja konvensional.
1.5 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak dapat menimbulkan
kesalahphaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka dibuat batasan-batasan makna arti konsep yang dipakai, yaitu :
1. Gereja
Gereja adalah suatu organisasi orang-orang yang menganut agama protestan dan katolik. Gereja juga dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat umat agama
protestan dan katolik melakukan ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan. 2.
Karismatik Istilah karismatik sendiri berasal dari kata karisma yang berarti karunia istimewa
yang diberikan roh kudus. Karunia ini sangat bersifat pribadi, tetapi dimaksudkan agar diterima dan diperuntukkan bagi kepentingan umat beriman.
3. Gereja Karismatik
Gereja Karismatik adalah suatu gereja yang menganut aliran karismatik, dimana didalam gereja tersebut para jemaat dan pemimpin sangat dihimbau dan diberi
Universitas Sumatera Utara
17
dorongan untuk mengejar atau mendapatkan suatu karunia dari Roh Kudus, sehingga para jemaat dan para pemimpin yang diberikan atau mendapatkan
karunia atau karisma tersebut mampu menyembuhkan jasmani maupn rohani seseorang dan berbahasa roh.
4. Agama
Agama merupakn sistem tata peribadatan manusia kepada yang dianggapnya sebagai yang dianggapnya sebagai maha kuasa, dimana terdapat sistem norma
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, dimana terdapat banyak hal-hal yang harus dihadapi manusia dan
memerlukan perlindungan. 5.
Jemaat Jemaat adalah orang-orang yang melakukan ibadah dalam gereja atau pengikut
suatu aliran gereja. 6.
Bahasa Roh Bahasa Roh adalah salah satu karunia Roh Kudus yang memuji Alllah di dalam
doa dengan bahasa yang baru yang biasanya tidak dapat dipahami orang yang memakainya 1 kor 12 dan 14.
Universitas Sumatera Utara
1 FENOMENA
PERPINDAHAN JEMAAT SEBAGAI SIMBOL PERLAWANAN TERHADAP GEREJA KONVENSIONAL
Studi Kasus : Gereja Kristen Baithani : jl. Mangonsidi Hotel Pardede
D I
S U
S U
N Oleh
: Marlina
S. Malau 070901022
Sosiologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara
2
ABSTRAKS
Penelitian ini berjudul Fenomena Perpindahan Jemaat Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Gereja Konvensional studi kasus pada Gereja Kristen Baitany Hotel Pardede
Medan.Sejak awal perkembangannya, agama Nasrani banyak mengalami gejolak perubahan. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari tata cara dalam beribadah, yaitu dari yang bersifat
tradisi atau liturgis, kini ada yang bersifat karismatis dan bebas. Peneliti tertarik melakukan penelitian mengangkat kasus ini karena ada beberapa faktor yang mendorong beberapa orang
mengikuti atau menjadi anggota jemaat gereja beraliran karismatik. Gambaran tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk memaparkan secara rinci faktor-faktor yang fenomena
perpindahan Jemaat Sebagai Simbol Perlawanan terhadap Gereja yang bercorak tradisional. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tehnik
pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dan informan dalam penelitian
ini adalah 9 orang yang menjadi anggota tetap gereja karismatik. Adalah Gerakan karismatik memberikan penghargaan terhadap agama sebagai sesuatu adikodrati suci dan berkuasa
melakukan sesuatu di luar kemampuan manusia. Gerakan ini menyadarkan gereja-gereja mapan yang cenderung menjadi kaku dalam hal ajaran, ibadah dan organisasi dan lebih
mementingkan rasio akal budi dari pada emosi manusia Gerakan karismatik lebih peka terhadap tantangan zaman globalisasi yang lebih
mengutamakann efesinesi dan informasi. Hal ini memudahan orang untuk mengetahui apa yang ditawarkan oleh gerakan karismatik melalui iklan, spanduk, selebaran, website, dll.
Orang juga mudah terlibat di dalamnya baik di dalam hal keanggotaan maupun kepemimipinan dengan cara yang tidak terbeli-belit dalam waktu yang relatif singkat
Gerakan ini memang dapat menjawab kebutuhan manusia di dunia modern dan sekuler yaitu kebutuhan akan penghargaan sebagai manusiaperson
Universitas Sumatera Utara
3
KATA PENGANTAR Dengan segala kerenkdahan hati, peneliti memanjatkan segala puji dan syukur kepada
Tuhan yang saya, Yesus Kristus, Allah Bapa yang hidup, abadi dan kekal. Semua yang terjadi pada peneliti saat ini tidak pernah akan terjadi kalau tidak karena anugerah dan kebaikanNya.
Dialah yang memberikan segala rahmat, berkat dan kesehatan yang senantiasa serta semangat yang meneguhkan peneliti selalu di dalam kehidupan peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul “Fenomena Perrpindahan Jemaat Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Gereja Konvensional Studi Pada : Gereja
Kristen Baitany Hotel Pardede di Kota Medan” sesuai dengan waktu yang di inginkan
oleh peneliti. Dalam kesempatan yang baik dan sangat berharga ini, peneliti ingin menyampaikan
rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini, yakni :
1. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosian.l dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara, Medan. 2.
Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Hormat sya dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ria Manurung,
Msi selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus merangkap Dosen Penguji Skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta memberikan
bimbingan berupa ide-ide, saran, nasihat, petunjuk dan kritik yang sifatnya membangun kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
4.
Universitas Sumatera Utara
4
5. Peneliti juga menghantarkan terimakasih kepada seluruh Staf Pengajar Dosen
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan Serta pegawai administrasi di departemen Sosiologi, Kak Fenni, dan di
Bagian Pendidikan, Kak Nur Betty yang telah membantu peneliti dalam segala urusan administrasi.
6. Terimakasih kepada orangtuaku Bapak dan Mama yang telah banyak mendukung baik
secara materi maupun doa dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepeda orangtuaku yang saya sayangi dan sangat saya banggakan,
yang selalu memberikan kasih sayang dan dorongan semangat serta doa dan juga perhatian yang luar biuasa kepada anak tercinta.
7. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada para informan, yakni Bapak Hezron Purba.
Kak sondang Tampubolon, Bang Marlon Marpaung, Kak Helen Nainggolan, Bang Shony Laia, Fitri Purba yang telah meluangkan waktu untuk bersedia diwawancarai
oleh peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tanpa kalian, skripsi ini tidak akan ada hasilnya.
8. Kepada teman—teman stambuk 2007 : Dini Sayahputri, Irna Purba, Helen Siagian,
Ngadino, Ridwan dn yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di dalam lembaran ini.
9. Akhirnya, rasa terimakasih peneliti ucapkan kepada seluruh pihak yang terkait yang
telah membantu peneliti di dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu di dalam lembaran ini.
Akhir kata, peneliti dengan penuh kesadaran serta segala keterbatasan dan kemampuan yang peneliti miliki, menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan sumbangsih dari para pembaca berupa ide- ide, saran, dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
Universitas Sumatera Utara
5
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dandapat menjadi khazanah keputusan yang bermutu.
Universitas Sumatera Utara
6
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI………………………………………………….....
i KATA PENGANTAR…………………………………………...
ii DAFTAR ISI…………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………….. 12 1.3 Pembatasan Masalah………………………………………… 13
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………… 13 1.5 Defenisi Konsep……………………………………………… 14
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………. 15 2.1 Agama Sebagai Institusi Sosial…………………………………. 15
2.2 Agama dan Sistem Sosial………………………………………. 18 2.3 Gerakan Karismatik……………………………………………. 23
2.4 Agama dan Budaya…………………………………………….. 24 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………. 25
3.1 Pendekatan Penelitian…………………………………………... 25 3.2 Lokasi Penelitian………………………………………………… 25
3.3 Jenis dan Sumber Data………………………………………….. 25 3.4 Instrumen Penelitian……………………………………………. 26
3.5 Metode dan Teknik Penyedian Data…………………………. 27 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data…………………………….. 28
Universitas Sumatera Utara
7
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA……. 29 4.1 Profil Gereja……………………………………………………. 29
4.1.2 Sejarah Singkat Berdirinya Gereja Kristen Baitany……….. 29 4.2
Profil Informan………………………………………………. 32 4.3
Sikap Penolakan Terhadap Gereja Konvensional…………. 39 4.3.1 Penolakan Terhadap Kekakuan Acara Gereja Konvensional. 40
4.4 Daya Tarik Pada Gereja Karismatik ……………………….. 45 4.5 Penolakan Terhadap Kepatuhan Pendeta Sentris……………. 50
BAB V KESIMPULAN……………………………………………….. 52 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 54
Universitas Sumatera Utara
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah