Tren Busana Jemaat Kristen Dalam Kebaktian di Gereja GKPI Padang Bulan Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andarini, Diah. 2012. Busana Sebagai Identitas. Surakarta : Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Terj. Idi Subandy Ibrahim dan Yosal Iriantara. Yogyakarta: Jalasutra.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada Cipta

Bustanuddin, Agus. 2003. Sosiologi Agama. Padang : Andalas University Press Dauhan, Arnold Bernhard. 2013. Gereja Dan Permasalahan Remaja. Salatiga :

Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana

Chaney, David. 2011. Lifestyles : Sebuah Pengantar Komprehensif. Terj. Nuraeni. Yogyakarta : Jalasutra.

Handayani, Ifa. 2015. Etika Berbusana Dalam Pergaulan Mahasiswa. Gorontalo : Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : penerbit

Ghalia Indonesia

Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Lestari, Devy Juwita. 2011. Pola Interaksi Antar Jemaat. Medan : Departemen Sosiologi, FISIP USU

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2. Jakarta: Rajawali Press

Jusuf, Herman. 2001. Pakaian Sebagai Penanda. Jurusan Seni Rupa dan Desain, STISI TELKOM

Narwoko, Dwi. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group


(2)

Poloma M Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Rahmat, Sugihartati. 2010. Gaya hidup dan kapitalisme. Jakarta : Graha Ilmu Risnawati, Naniek. 2014. Busana Mencerminkan Kepribadian. Semarang : Jurnal

STIE Semarang

Ritzer, George & Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern. Edisi Keenam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Simanungkalit, Hotma. 2014. Sejarah GKPI Padang Bulan. Medan : GKPI Padang Bulan

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press Suyadi, Markus. 2010. Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Orang


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang besifat kualitatif. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.

Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam.

Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi, juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik.

Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti.Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya


(4)

adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu).

Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Metode penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan fakta-fakta terkait fenomena beragamnya tren busana di Gereja di kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti yaitu Gereja GKPI Padang Bulan Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena sangat cocok dengan permasalahan karena fenomena ini sudah mulai sering terlihat dan lokasi cukup dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga akan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan informasi dan melakukan penelitian dengan efektif.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian langsung ke lapangan. Data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara.

1. Observasi adalah metode pengumpulan data dan informasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Pengamatan dan pencatatan dilakukan secara


(5)

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau fenomena.

2. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonfirmasikan makna dalam suatu topik tertentu. Dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan setiap dari fenomena yang terjadi yang tidak mungkin di temukan melalui observasi. Peneliti memilih sendiri para informan yang akan diwawancarai yang diyakini dapat memberikan informasi yang tepat dan cukup bagi peneliti.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan diperoleh melalui media perantara yang telah ada dan dikumpulkan oleh pihak lain yang tentunya berkaitan dengan masalah penelitian ini. Data sekunder merupakan pendukung data primer. Jenis data dan tujuan penelitian harus sesuai, oleh karena itu peneliti harus selektif dalam memilih data sekunder. Data sekunder biasanya diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yang diperoleh melalui buku ilmiah, tulisan ilmiah , artikel, jurnal, tesis, situs internet, dan sumber – sumber lainnya yang sesuai dengan masalah penelitian.

b. Dokumentasi, yang bisa diperoleh melalui dokumen-dokumen tertentu baik berupa tulisan, gambar, maupun foto yang akan menjadi informasi tambahan untuk penelitian ini.


(6)

3.4 Unit Analisis dan Informan 3.4.1 Unit Analisis

Unit analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus / komponen yang diteliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah, dan waktu sesuai dengan fokus permasalahannya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah jemaat di GKPI Padang Bulan.

3.4.2 Informan

Informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian.Informan juga dapat diartikan sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang kondisi latar belakang penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan Kunci, yaitu jemaat - jemaat Gereja dilokasi yang telah ditentukan. Jumlah informan harus seimbang antara laki –laki dan perempuan agar seimbang dalam hal gender.

2. Informan pendukung, yaitu pihak Gereja baik itu pegawai maupun pendeta di Gereja GKPI Padang Bulan.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada. Dalam analisis kualitatif, peneliti sangat dituntun oleh informasi yang diberikan informan. Karena itu, peneliti tidak boleh memulai dengan idenya sendiri dan mencocokkan dengan apa


(7)

yang dikatakan informan, melainkan sebaliknya dimana kita menerima informasi dulu dari informan.

Berikut berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain : 1. Menghubungkan data dengan pengalaman peneliti

2. Mengaitkan data dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait

3. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan mengenai penelitian Selain itu, kerahasiaan akan hal tertentu harus dijaga bila diperlukan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun, analisis data dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti menafsirkan dan menganalisis data dilapangan berupa informasi yang didapat dari hasil observasi dan wawancara. Hal ini penting dilakukan oleh peneliti agar hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan permasalahan penelitian dan memiliki ciri kualitatif.


(8)

3.6Jadwal Kegiatan Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 2 ACC judul

penelitian  3 Penyusunan

Proposal   

4 Seminar

DesainPenelitian  5 Revisi proposal

penelitian 

6 Penelitian

lapangan   

7 Pengumpulan dan

Interprestasi data  

8 Bimbingan

9 Penulisan laporan

akhir   

10 Sidang Meja

Hijau 

3.7Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penyelesaian penelitian, peneliti mendapatkan beberapa kendala dan hambatan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. yang mana kendala tersebut dapat datang dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal nya adalah, peneliti sendiri yang mana adalah seorang laki-laki terkadang


(9)

cukup sulit untuk memberi pertanyaan kepada perempuan mengenai busana seksi karena ada juga jemaat yang sensitif dan menolak diwawancarai. Bahkan seluruh informan kecuali pihak gereja menolak di foto untuk keperluan dokumentasi.

Faktor eksternalnya yaitu ada beberapa jemaat yang tidak terbuka dan terkesan acuh sehingga informan penelitian dipilah – pilah lagi agar sebaik mungkin. Faktor eksternal lainnya adalah berhubungan dengan persetujuan waktu untuk melakukan wawancara yang terkadang berubah-ubah di setiap informan nya. Oleh karena itu, peneliti berusaha membuat suasana sesantai mungkin dengan tambahan candaan agar informan semakin tertarik dan terbuka ketika diwawancarai. Ada juga beberapa jemaat yang ditemani oleh temannya agar informan merasa nyaman dan santai ketika melakukan wawancara, walaupun teman dari informan sama sekali tidak ikut memberi pendapat karena nantinya bisa mempengaruhi proses wawancara dan poin – poin inti wawancara bisa didapatkan peneliti.


(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Gereja GKPI Padang Bulan Medan terletak di Jl. Jamin Ginting, Komplek GKPI Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kecamatan Medan Baru berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang di sebelah selatan, Kecamatan Medan Petisah di sebelah utara, Kecamatan Medan Sunggal di sebelah barat, dan Kecamatan Medan Polonia di sebelah timur.

Wilayah di sekitar Gereja GKPI Padang Bulan Medan cukup ramai karena banyaknya sekolah dan universitas di daerah tersebut. Banyaknya pelajar dan mahasiswa di Padang Bulan juga menjadi alasan banyaknya tempat hiburan dan kuliner di sekitar Padang Bulan. Banyaknya tempat hiburan juga menjadi alasan jemaat usia muda memilih GKPI Padang Bulan karena beberapa jemaat mencari hiburan ataupun makan di beberapa tempat di sekitaran Gereja GKPI Padang Bulan sebelum maupun setelah melakukan ibadah. Oleh karena itu, sebagian besar jemaat di gereja GKPI Padang Bulan merupakan pelajar dan mahasiswa usia muda yang bertempat tinggal di sekitar Padang Bulan maupun diluar daerah Padang Bulan. Bahkan Pemuda – Pemudi GKPI sejak tahun 1970 merupakan mahasiswa yang berdomisili di sekitar Padang Bulan Medan.

Pihak Gereja GKPI juga sangat mengikuti perkembangan jaman dan sangat menerima modernisasi dari lingkungan sekitar, termasuk perkembangan berbusana. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya jemaat usia muda yang biasanya sangat mengikuti arus modernisasi. Menurut ibu Alida, sebagian besar jemaat adalah suku Batak Toba karena mahasiswa maupun pelajar di sekitaran Padang


(11)

Bulan adalah bersuku Batak Toba. Sisanya adalah jemaat sekitar dan pelajar yang bersuku Karo, Nias, Jawa dan Tionghoa.

Gereja sangat terbuka menerima segala bentuk masukan dari jemaat dan warga sekitar. Menurut Ibu Alida Siburian, dari sekitar 2000 orang jemaat di setiap jadwal kebaktian yang ada di GKPI Padang Bulan, setengahnya merupakan mahasiswa dan pelajar disekitaran Gereja GKPI Padang Bulan. Jika dijumlahkan secara keseluruhan dari 4 jadwal kebaktian, jemaat berjumlah sekitar kurang lebih 8000 orang. Bahkan ada juga beberapa jemaat dari daerah lain yang cukup jauh melakukan ibadah secara rutin di Gereja GKPI Padang Bulan.

Jemaat di GKPI tidak pernah sepi dari dulu karena memang memiliki area yang cukup luas dan cukup terkenal karena kenyamanannya. Sarana yang cukup lengkap dan modern, pelayanan pihak gereja yang ramah dan terbuka membuat semakin ramainya jemaat yang memilih melakukan ibadah di Gereja GKPI Padang Bulan ini. Terlebih di kalangan pelajar dan mahasiswa, Gereja GKPI Padang Bulan menjadi tempat ibadah yang paling diminati khususnya bagi jemaat di sekitar Padang Bulan. Kepopuleran Gereja GKPI Padang Bulan juga semakin pesat karena banyaknya akun sosial media maupun jemaat secara langsung yang merekomendasikan tempat ibadah Gereja GKPI Padang Bulan ini.

Lokasi GKPI juga cukup strategis karena dekat dengan jalan raya. Kemudahan akses transportasi juga menjadi alasan bagi jemaat-jemaat bertempat tinggal cukup jauh lebih memilih gereja GKPI Padang Bulan dibanding gereja lain yang cukup jauh dari jalan raya. Hampir semua angkutan umum melewati jalan Jamin Ginting ini dan tentunya ini mempengaruhi pilihan jemaat dalam


(12)

memilih tempat ibadah. Kemudahan akses jalan, angkutan umum dan sarana parkir yang cukup luas dan banyak juga menjadi pertimbangan jemaat dalam memilih GKPI Padang Bulan sebagai tempat beribadah. Banyaknya jemaat yang beribadah di GKPI Padang Bulan sering menyebabkan macet di sekitaran Padang Bulan, tetapi para jemaat tetap saja memilih GKPI Padang Bulan dibandingkan dengan Gereja lainnya.

Selain beberapa faktor yang sebelumnya disebutkan, ada juga faktor yang sering dipilih menjadi alasan jemaat melakukan ibadah di GKPI Padang Bulan yaitu lokasinya yang dekat dengan PAJUS (Pajak USU). Lokasi GKPI Padang Bulan yang cukup dekat dengan Pajak USU (PAJUS) memiliki daya tarik tersendiri karena jemaat bisa langsung berbelanja, makan, ataupun sekedar cuci mata setelah melakukan ibadah di gereja. Peneliti juga sering melihat beberapa jemaat langsung berbelanja, cuci mata dan juga makan / minum cemilan di sekitaran Pajus setelah melakukan ibadah. Jemaat bisa bersantai sejenak di sekitaran Pajus sebelum pulang sambil menunggu lalu lintas tidak terlalu macet.

Selain GKPI, ada beberapa tempat ibadah di sekitar Padang Bulan antara lain Mesjid Al Hasanah bagi kaum Muslim, HKBP Padang Bulan, dan GBKP Padang Bulan yang lokasinya sangat dekat dengan GKPI Padang Bulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan, jemaat lebih memilih GKPI Padang Bulan karena jemaat yang memang cukup ramai dan luas. Gereja GKPI Padang Bulan yang ramai dirasa menyenangkan dan berbeda jika dibandingkan dengan tempat ibadah lainnya yang dirasa cukup kecil dan sepi. Informan merasa nyaman ketika tempat ibadah cukup luas dan ramai karena


(13)

jemaat dapat berkenalan dengan banyak jemaat-jemaat lainnya dan dapat menamnah relasi bagi sesama jemaat. Bahkan ada juga beberapa jemaat yang berjumpa dengan teman lamanya di GKPI Padang Bulan. Semua ini tentu tidak lepas dari kepopuleran gereja GKPI Padang Bulan bagi jemaat usia muda.

Sebenarnya lokasi GKPI Padang Bulan sangat dekat dengan tempat ibadah lainnya, namun ada alasan kuat juga menjadi pertimbangan jemaat dalam memilih lokasi ibadah, yaitu banyaknya jemaat usia muda. Menurut beberapa informan, jemaat juga memiliki tujuan lainnya selain melakukan ibadah, yaitu mencari jodoh. Hal ini memang diakui oleh beberapa informan dan pihak gereja sendiri. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Alida, ada beberapa jemaat yang memang awalnya berkenalan di Gereja GKPI dan pada akhirnya mereka menjadi pasangan dan menikah di Gereja GKPI Padang Bulan. Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Gereja GKPI Padang Bulan. Tidak jarang banyak jemaat usia muda yang beralamat cukup jauh dari wilayah Padang Bulan memilih melakukan ibadah di GKPI Padang Bulan dibandingkan Gereja lainnya karena bisa saja jemaat menemukan pasangan yang cocok di GKPI Padang Bulan ini.

Beberapa faktor seperti banyaknya jemaat usia muda dan mencari pasangan tersebut membuat jemaat semakin total dalam memilih busana. Jemaat usia muda kebanyakan lebih memilih busana yang trendi dan modern mengikuti perkembangan fashion. Jemaat yang juga hendak mencari pasangan tentu sangat berusaha untuk berpenampilan sebaik mungkin dengan busana yang dapat membuatnya menarik. Berbagai mode busana modern seperti busana korea, busana kasual dan busana artis-artis juga ditiru oleh beberapa jemaat sesuai


(14)

dengan seleranya agar menarik perhatian jemaat lainnya. Beberapa informan merasa bangga jika diperhatikan dan dipandang tampan ataupun cantik oleh jemaat lainnya. Hal ini lah yang ingin diketahui peneliti untuk lebih mendalami jemaat mengenai tren busana.

4.1.1 Sejarah Singkat GKPI

Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) berdiri pada tanggal 30 Agustus 1964 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Gereja ini adalah salah satu anggota resmi Pusat pembaharuan di tubuh gereja pembaharuan itu dibentuklah "dewan patotahon" atau

Namun kesepakatan masih belum dapat dicapai sehingga perbedaan pendapat atau perselisihan antara lain berkaitan dengan hubungan Gereja memuncak dalam Rapat atau Sinode Khusus yang dilangsungkan di Sumatera Utara tanggal

Sebagian peserta jemaat HKBP mendirikan gereja baru pada tanggal seorang dosen dan Ketua (rektor) Universitas HKBP Nommensen sebagai pimpina


(15)

HKBP Nommensen, sebagai Sekretaris Jenderal. Mereka memimpin GKPI hingga tahun 1988.

Jemaat-jemaat GKPI tersebar di sejumlah daerah di seluruh Indonesia. Dalam struktur organisasi, GKPI dipimpin oleh seorang Bishop sebagai pimpinan tertinggi dan dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen) sebagai wakilnya. Kedua pimpinan itu membawahi kepala-kepala Biro (Biro IIII), Majelis Pusat dan pendeta-pendeta yang berkedudukan di jemaat.

Dalam menjalankan tugasnya, Pimpinan Pusat bertanggung jawab sepenuhnya kepada Majelis Pusat, yang terdiri dari kalangan pendeta dan warga jemaat biasa. Struktur ini mutlak berlaku dan diperbaharui dalam sinode Am XI 1993 di Medan, Sumatera Utara. Berikut adalah visi, misi, dan motivasi GKPI: 1. Visi GKPI :

GKPI sebagai tubuh Kristus, yang memiliki kerohanian berkualitas, dan berperan memberitakan Kabar Baik bagi pembaruan gereja dan masyarakat di Indonesia.

2. Misi GKPI :

GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan lebih sungguh-sungguh tri-tugas gereja (Apostolat, Pastorat, dan Diakonat) yang menunjukkan bahwa Tuhan itu baik bagi semua orang, sebagai jawaban dan jalan keluar terhadap berbagai masalah mendasar yang dihadapi umat kristiani pada khususnya dan seluruh bangsa dan masyarakat di Indonesia pada umumnya dewasa ini.


(16)

3. Motivasi GKPI :

GKPI sebagai tubuh Kristus termotivasi dari kerinduan secara berkesinambungan membarui dan meningkatkan diri melayani Allah di tengah masyarakat yang majemuk. Di dalam dan melalui seluruh program dan pelaksanaan tugas panggilannya, GKPI terus menerus didorong untuk semakin memahami, menghayati dan melaksanakan kehendak Allah sesuai dengan Firman-Nya maupun melalui berbagai kenyataan konkret di tengah dunia pada masa kini.

Berikut daftar nama pemimpin / Bishop dan Sekjen GKPI :

Tabel 4.1 Daftar Pemimpin GKPI (Bishop dan Sekjen)

Tahun Periode Bioshop Sekjen

1964-1988

1988-1993 Pdt Pdt

1993-1998 Pdt Pdt

1998-2000 Pdt Pdt

2000-2005 Pdt Pdt

2005-2010 Pdt Pdt

2010-2015 Pdt Pdt

2015-2020 Pdt. Oloan Pasaribu, M.Th Pdt. Ro Sininta Hutabarat, M.Th

4.1.2 Sejarah Singkat GKPI Padang Bulan

Jemaat GKPI Padang Bulan awalnya merupakan jemaat HKBP Padang Bulan yang memisahkan diri karena ketidakharmonisan terhadap pelaksanaan peraturan dan juga kurangnya pelayanan yang didapatkan dari Gereja. Penatua dan jemaat yang merasa tidak nyaman akhirnya mengambil inisiatif putus hubungan dengan Kantor Pusat HKBP. Beberapa jemaat tidak setuju dengan keputusan ini terbentuklah dua kelompok jemaat. Ketidakharmonisan ini berujung


(17)

pada keluarnya ultimatum dari Pdt. Binoni Napitupulu (Pdt. Resort HKBP Sudirman) agar para penatua mengambil sikap sesuai. Pada akhirnya 18 orang penatua menyatakan diri keluar dari HKBP pada tanggal 27 September 1964. Pada minggu ketiga September 1964, didirikanlah tempat kebaktian darurat di Pasar VI Padang Bulan di belakang rumah St. H. Tumanggor pada tanggal 28 September 1964 serta pernyataan berdirinya GKPI Padang Bulan.

Adapun para Penatua yang menyatakan diri mendirikan gereja GKPI Padang Bulan adalah :

Tabel 4.2 Daftar nama Penatua Pendiri GKPI Padang Bulan

No Nama No Nama

1. St. H. Tumanggor 10. St. T Sihotang

2. St. Prof. A. Panggabean, MA 11. St. Drs. MAR. Pandiangan 3. St. T. Simanungkalit 12. St. S. Sitompul

4. St. M. Hasibuan 13. St. S. Sipahutar 5. St. W. Purba 14. St. L. Sipahutar 6. St. I. Purba 15. St. BR. Munthe 7. St. SCY Bancin 16. St. P. Pane 8. St. L Hasugian 17. St. B. Simarmata 9. St. E Sinaga 18. CST. D. Panggabean

Berdasarkan Surat Keputusan Kantor Pusat GKPI tertanggal 31 Januari 1965 Nomor : 235/II/I-65, terhitung tanggal 28 September 1964 adalah hari berdirinya GKPI Padang Bulan. Selama dua tahun kebaktian di belakang rumah St. H. Tumanggor, peserta kebaktian semakin ramai dan kondisi tempat kebaktian sudah kurang memadai. Akhirnya para penatua sepakat membeli tanah dan membangun Gereja pada tahun 1970 dan juga turut membangun SMP GKPI dan SMA GKPI Padang Bulan pada tahun 1971. Pada akhirnya proses pembangunan gereja selesai dibangun permanen pada tahun 1976 di lokasi GKPI Padang Bulan yang sekarang.


(18)

Berikut jadwal Kebaktian yang diadakan GKPI Padang Bulan, Medan beserta rata-rata jumlah jemaat yang hadir:

- Kebaktian Pagi berbahasa Indonesia pukul 08.00 WIB yang rata-rata diikuti peserta kebaktian kurang lebih 2.000 s/d 2.500 orang.

- Kebaktian Siang berbahasa Indonesia pukul 10.30 WIB yang rata-rata diikuti peserta kebaktian kurang lebih 1.000 s/d 1.500 orang.

- Kebaktian Sore berbahasa Indonesia pukul 16.30 WIB yang rata-rata diikuti peserta kebaktian kurang lebih 1.000 s/d 1.500 orang.

- Kebaktian Malam berbahasa Indonesia pukul 19.00 WIB yang rata-rata diikuti peserta kebaktian kurang lebih 2.000 s/d 2.500 orang.

Berikut daftar nama Pendeta yang pernah menjabat di GKPI Pamen hingga sekarang

Tabel 4.3 Daftar Pendeta GKPI Padang Bulan Medan No Tahun Periode Nama Pendeta

1. 1966-1974

2. 1974-1976 Pdt. HH. Hutabarat, STh 3. 1976-1979 Pdt. BP. Siregar, MTh 4. 1979-1985 Pdt. O. Siahaan, STh 5. 1985-1988 Pdt. VP. Sihombing 6. 1988-1994 Pdt. SP. Hutagalung, STh 7. 1994-2002 Pdt. SH. Siregar. STh 8. 2002-2008 Pdt. S. Tarigan 9. 2008-2011 Pdt. Jones L. Tobing 10. 2011-2013 Pdt. M. Simamora, STh 11. 2013-2016 Pdt. R. Samosir

12. 2016-sekarang Pdt. Lofti Leader Sihotang


(19)

( Badan Pengurus Harian Jemaat )

( Pengawas Harta Benda / Keuangan )

( Penasehat dan Penatua )

( Ketua – Ketua Seksi )

Pendeta Resort

Guru Jemaat Bendahara Jemaat

Wakil Bendahara Jemaat Sekretaris Jemaat Wakil Sekretaris Jemaat Ketua Seksi Pekabaran Pengawas Harta Benda 2 Pengawas

Harta Benda 1 Ketua Seksi

Musik / Koor Ketua Seksi

Pembinaan

Ketua Seksi Diakoni

Penasehat 1 Penasehat 2

Penatua Ketua Seksi Sekolah Ketua Seksi Remaja Ketua Seksi Pemuda - Ketua Seksi Perempuan Ketua Seksi Pengembangan Ketua Seksi Sarana dan Ketua Seksi Pria Ketua Seksi Lansia Ketua Seksi Pendidikan Ketua Seksi Kesehatan


(20)

4.2 Karakteristik Informan

Busana merupakan kebutuhan biologis (biological needs) dan kebutuhan kebudayaan (culture needs), bahkan saat ini sudah berkembang menjadi kebutuhan gaya hidup (life style needs). Busana tidak hanya menjadi alat untuk melindungi tubuh dari pengaruh udara sekitarnya, tetapi merupakan sarana untuk mengekspresikan diri bagi pemakainya. Perkembangan busana yang makin pesat, dan siklus mode berputar silih berganti mempengaruhi masyarakat, mode busana yang diterima oleh masyarakat akan menjadi trend busana, sedangkan mode yang tidak diterima akan diabaikan begitu saja.

Tren berbusana memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang tata cara dan membeli busana yang tepat untuk dipakai pada suatu kesempatan. Tentu ada banyak pertimbangan seseorang memilih cara berbusana, terkhususnya saat beribadah ke Gereja. Berbusana sesungguhnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan biologis untuk melindungi tubuh dari cuaca, akan tetapi sangat berkaitan erat dengan adat istiadat maupun pandangan hidup masyarakat yang bersangkutan. Secara implisit, fungsi busana bagi manusia semakin berkembang dan kompleks sejalan dengan makin meningkatnya peradaban manusia.

Setiap tahunnya trend busana selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan karena kebanyakan orang tidak ingin memakai pakaian yang modelnya sama setiap tahunnya. Perubahan trend busana saat beribadah di Gereja pun kini telah mengalami perkembangan fashion yang pesat. Hal ini terungkap saat peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada informan, dan tidak


(21)

jarang diantara mereka yang menyatakan terjadi perubahan gaya berbusana jemaat Gereja.

Tabel 4.4 Informan Penelitian

No Nama Jenis Kelamin

Umur (Tahun)

Pekerjaan

1. Mita Nainggolan Perempuan 22 Mahasiswa

2. Dirwan Laki-laki 22 Mahasiswa

3. Erniwati Perempuan 21 Mahasiswa

4. Denny Siahaan Laki-laki 27 Wirausaha 5. Fitri Simamora Perempuan 26 Karyawan 6. Hendra Panjatian Laki-laki 26 Wirausaha

7. Ibu Pakpahan Perempuan 47 PNS

8. Bapak Sitorus Laki-laki 54 Pedagang

9. Yohanna Perempuan 26 Pegawai Adm.

Gereja

10. Alida Siburian Perempuan 34 Pegawai Adm. Gereja

11. Pdt. Lofti Leader Sihotang

Laki-laki 44 Pendeta GKPI Padang Bulan

Informan pada penelitian ini adalah 11 orang jemaat GKPI Pamen baik laki-laki maupun perempuan yang telah mencakup golongan muda, golongan tua, dan pengurus Gereja. Berikut adalah keterangan nama, jenis kelamin, umur, dan pekerjaan infroman penelitian

Informan 1 :

Mita Nainggolan, 22 tahun, Mahasiswa

Mita telah menjadi jemaat di gereja tersebut sejak ia masih berstatus mahasiswa, yaitu sekitar 3 tahun. Informan termasuk orang yang sangat mengikuti perkembangan fashion melalui acara-acara fashion di televisi dan terlebih melalui sosial media instagram dan internet. Informan juga termasuk orang yang sangat menerapkan tren fashion modern tersebut di kehidupan sehari-hari. Informan lebih


(22)

memilih mengenakan busana yang simpel seperti kaus, celana pendek, dan juga sepatu sneaker di kehidupan sehari-hari.

Informan sangat tertarik dengan perkembangan busana di era modern sekarang ini. Informan sangat rajin melihat acara fashion dan mengecek akun instagram yang berkaitan dengan fashion. Menurut informan, ada kepuasan tersendiri ketika melakukan beberapa kombinasi pakaian yang enak dipandang. Ketika melakukan kebaktian di gereja, informan juga lebih memilih memakai gaun ataupun mengkombinasikan kemeja dengan rok. Informan beralasan bahwa koleksi gaunnya nya akan lebih berguna ketika dipakai di segala acara termasuk ketika beribadah. Informan juga merasa lebih nyaman memakai gaun karena lebih terkesan formal dibanding busana lainnya. Ketika menggunakan rok yang cukup pendek, informan juga selalu memakai celana pendek untuk menutupi bagian tubuhnya agar tidak terlalu dipermasalahkan oleh orang lain.

Informan menyatakan bahwa cukup banyak mengumpulkan gaun dan pakaian modern yang cenderung lebih ke busana korea. Busana korea memang kerap dipandang busana minim oleh beberapa orang, namun informan menyatakan bahwa busana korea enak dipandang dan cukup nyaman ketika digunakan. Mita juga mengatakan bahwa tidak seharusnya orang lain mempermasalahkan gaya busana seseorang. Beberapa orang menyukai busana formal sementara informan lebih menyukai busana informal. Informan sendiri merasa lebih cocok memakai kaus dari pada kemeja. Informan beralasan bahwa busana tersebut kurang nyaman dikenakan ketika melakukan berbagai hal, selain itu informan juga tidak terlalu memiliki banyak kemeja. Walaupun begitu,


(23)

informan tetap berusaha berpenampilan formal dengan memakai gaun maupun kemeja dan rok untuk menghormati jemaat lain.

Jenis-jenis pakaian yang seksi dan terbuka untuk laki-laki menurut informan adalah pakaian dan celana yang ketat, juga kaus berkerah rendah yang memperlihatkan bagian dada. Sementara jenis pakaian seksi untuk perempuan adalah pakaian dan celana ketat, kaus tanpa lengan (tank top), dan rok mini diatas lutut. Walaupun informan cukup sering mengenakan busana minim seperti tank top ataupun rok diatas lutut, informan merasa hal ini tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Informan berpendapat bahwa busana merupakan hal yang tidak terlalu penting ketika melakukan ibadah. Menurutnya jemaat bebas mengenakan pakaian apa saja ketika mengikuti kebaktian, termasuk pakaian yang tergolong seksi dan terbuka. Menurutnya yang paling penting adalah tujuan ibadah dari jemaat tersebut.

Informan juga merasa tidak pernah ditegur maupun diperingatkan terkait tren busana yang digunakan. Informan juga tidak terlalu perduli dengan perkataan orang lain jika ada yang keberatan jika dia mengenakan kaus ke gereja ataupun jika orang lain mengenakan pakaian terbuka ke gereja. Informan juga menyatakan bahwa tidak terlalu memperhatikan perubahan gaya berbusana jemaat di GKPI Pamen dimana jemaat yang sekarang. Namun jika dibandingkan dengan gereja lain termasuk gereja di tempat asalnya, jemaat di GKPI Padang Bulan lebih bebas dan beragam dalam berbusana. Menurut informan hal ini termasuk wajar karena perkembangan zaman itu sendiri.


(24)

Informan berpendapat tiap individu baik itu laki-laki dan perempuan pasti ingin diperhatikan dan dipandang tampan ataupun cantik. Jadi tiap individu berusaha untuk tampil sebaik mungkin dengan busana yang bagus di segala aktivitasnya termasuk ketika melakukan ibadah. Jemaat sekarang lebih bebas dalam berbusana dimana beberapa jemaat laki-laki mengenakan kaus berkerah, kaus oblong, celana jeans dan jemaat wanita yang turut mengenakan celana jeans dan berbagai busana lainnya. Informan berpendapat bahwa busana jemaat tidak mempengaruhi aktivitas gereja sama sekali.

Informan cukup keberatan jika nantinya ada larangan terkait busana tertentu ketika melakukan ibadah. Menurut informan larangan tersebut sangat mengekang kebebasan jemaat. Informan juga menyatakan bahwa larangan akan busana tertentu sangat memberatkan beberapa jemaat nantinya karena jemaat memiliki selera busananya masing-masing. Informan yang cukup banyak memiliki busana korea yang sering dikategorikan seksi tentu akan dirugikan karena nantinya koleksinya akan jarang dipakai. Menurut informan, aturan maupun larangan akan kebebasan berbusana tersebut terkesan menghakimi seseorang dari penampilannya. Larangan tersebut bisa menjadi masalah dan malah terkesan mengusir jemaat yang sudah terbiasa mengenakan busana tertentu. Informan berpendapat bahwa sesama jemaat harus menghargai kebebasan tiap individu, termasuk dalam berbusana.


(25)

Informan 2 :

Dirwan, 22 tahun, Mahasiswa

Dirwan merupakan seorang jemaat gereja di GKPI Padang Bulan Medan. Informan telah menjadi jemaat di gereja tersebut ketika berstatus sebagai Mahasiswa, yaitu sekitar 3 tahun. Menurut informan busana bisa menentukan identitas diri seseorang baik itu profesi maupun kepribadian seseorang. Informan juga turut mengikuti perkembangan fashion melalui media televisi, majalah, dan internet. Informan tidak terlalu menerapkan tren fashion yang terlalu glamour dan mahal yang banyak digunakan pemuda sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti kaos berkerah dan celana jeans yang lebih praktis dan menurut informan sesuai dengan statusnya sebagai Mahasiswa.

Informan menyatakan bahwa busana yang cocok untuk jemaat laki-laki ketika melakukan ibadah adalah baju yang berkerah, seperti kaus berkerah ataupun kemeja dengan celana formal ataupun jeans. Untuk jemaat perempuan informan berpendapat bahwa pakaian yang cocok digunakan ketika melakukan ibadah adalah gaun ataupun kemeja dengan kombinasi rok maupun celana yang sopan dan cukup tertutup. Dirwan beralasan bahwa busana yang disarankan olehnya termasuk nyaman, sopan, rapi dan cukup praktis ketika dipakai. Walaupun begitu, informan tidak melarang jika ada jemaat yang mengenakan kaus ketika melakukan ibadah karena yang terpenting adalah niat jemaat itu sendiri. Informan juga menyatakan bahwa busana termasuk hal yang cukup penting ketika melakukan ibadah.


(26)

Busana laki-laki yang disarankan untuk tidak dipakai menurut informan adalah celana pendek dan pakaian ketat yang mencolok. Informan cukup risih ketika melihat ada jemaat mengenakan pakaian ketat yang mencolok. Busana wanita yang tidak cocok digunakan ketika melakukan ibadah menurut informan adalah rok pendek, baju tanpa lengan, dan pakaian lain yang mengundang perhatian orang. Menurut informan, terjadi beberapa perubahan gaya berbusana jemaat yang dulu hingga sekarang dimana jemaat dulu biasanya memakai pakaian forman bagi pria dan memakai gaun bagi wanita. Gaya berbusana jemaat sekarang sangat beragam karena perkembangan busana itu sendiri.

Walaupun informan berpendapat bahwa busana termasuk hal yang cukup penting dalam melakukan ibadah, tetap saja perubahan busana itu tidak akan mengganggu aktivitas gereja. Karena menurut informan bahwa jemaat ke gereja memang benar-benar untuk melakukan ibadah dan menurutnya masalah-masalah lain termasuk perubahan busana jangan terlalu dipermasalahkan. Informan juga tidak setuju jika ada gereja yang membuat larangan terkait busana tertentu karena hal tersebut akan membatasi jemaat dalam melakukan ibadah. Menurut informan jemaat sudah tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Informan 3

Erniwati, 21 tahun, Mahasiswa

Erniwati telah menjadi jemaat GKPI sejak ia mulai berstatus mahasiswa, yaitu sekitar 2 tahun. Informan termasuk orang yang mengikuti perkembangan fashion smelalui sosial media instagram dan internet. Informan juga termasuk orang yang menerapkan tren fashion modern di kehidupan sehari-hari, dengan alasan agar tetap terlihat sama dengan lain orang yang mengikuti tren busana.


(27)

Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti blus/kaus, celana panjang, dan sepatu flat di kehidupan sehari-hari.

Informan menanggapi perubahan dan perkembangan busana di era modern sekarang ini dengan santai dan sesekali juga mengikuti trend busana baru yang ada. Informan tidak begitu antusias dengan acara fashion dan hanya sekedar melihat-lihat akun instagram yang berkaitan dengan fashion. Ketika melakukan kebaktian di gereja, informan juga lebih memilih mengkombinasikan kemeja dengan celana panjang ataupun dengan rok dan kadang-kadang memakai gaun yang simpel. Informan beralasan bahwa Informan merasa lebih nyaman memakai kombinasi rok dan kemeja karena lebih terkesan formal namun simple dan tidak mencolok. Informan tidak suka mengenakan busana yang minim terkhususnya saat beribadah di Gereja.

Informan menyatakan bahwa tidak begitu memperhatikan perubahan trend busana yang terjadi di GKPI Pamen, informan menanggapi santai dan biasa-biasa saja dengan perubahan busana jemaat terkhususnya anak muda yang lebih terbuka. Meskipun demikian informan berpendapat bahwa tidak seharusnya jemaat terkhususnya perempuan mengenakan busana minim saat beribadah. Informan menyatakan bahwa pemilihan busana merupakan kebebasan jemaat, tetapi tetap harus menyesuaikan tempat untuk mengenakannya. Informan berpendapat Gereja bukanlah tempat yang cocok untuk mengenakan busana modern yang cenderung minim atau terbuka.

Jenis-jenis pakaian yang seksi dan terbuka untuk laki-laki menurut informan adalah pakaian dan celana yang ketat, juga kaus berkerah rendah yang


(28)

memperlihatkan bagian dada. Sementara jenis pakaian seksi untuk perempuan adalah pakaian dan celana ketat, kaus tanpa lengan (tank top), dan rok mini diatas lutut. Informan beberapa kali melihat jemaat mengenakan busana minim seperti yang telah dikatakan informan, khususnya ketika informan mengikuti ibadah malam.

Informan belum pernah menegur kepada orang lain yang menurut informan mengenakan busana yang terbuka karena informan tidak ingin ikut campur dalam pemilihan gaya busana jemaat lainnya. Informan juga menilai bahwa gaya berbusana jemaat di GKPI Padang Bulan lebih bebas dan beragam dalam berbusana dibandingkan dengan gereja lain di Padang Bulan. Informan berpendapat bahwa hal ini dikarenakan banyaknya jemaat usia muda dan tentunya perkembangan fashion yang sangat diminati jemaat muda.

Informan berpendapat bahwa busana jemaat sekarang ini sedikit mempengaruhi aktivitas gereja. Informan juga menyatakan bahwa beberapa jemaat yang beribadah memperlihatkan koleksi busana terbaru mereka seperti ajang fashion show. Oleh karena itu informan setuju jika nantinya ada larangan terkait busana tertentu ketika melakukan ibadah karena menurut informan larangan tersebut sangat membantu jemaat untuk tertib dalam berpakaian di Gereja.

Informan 4

Denny Siahaan, 27 tahun, Pedagang / Wirausaha

Denny merupakan seorang jemaat gereja di GKPI Pamen Medan. Informan telah menjadi jemaat di gereja tersebut sejak ia masih berstatus mahasiswa, yaitu sekitar 8 tahun. Informan termasuk orang yang sangat mengikuti


(29)

perkembangan fashion melalui media televisi dan terlebih melalui sosial media instagram dan internet. Informan juga termasuk orang yang sangat menerapkan tren fashion modern tersebut di kehidupan sehari-hari. Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti kaus, celana jeans, dan juga sepatu sneaker merk tertentu yang merupakan aksesoris yang dikoleksi dan merupakan aksesoris favoritnya.

Informan sangat tertarik busana pakaian distro dan sepatu sneaker dengan label Adidas. Menurut informan, desain busana distro baik itu kaus, celana, jaket sangat nyaman dipakai dan enak dipandang tentunya. Ketika melakukan kebaktian di gereja, informan juga lebih memilih memakai kaus dan celana jeans dari pada kemeja. Informan beralasan bahwa koleksi kaus nya akan lebih berguna ketika dipakai di segala acara dan merasa lebih nyaman memakai kaus karena cuaca di Kota Medan yang panas. Informan biasanya mengenakan kaus berkerah maupun kaus oblong, celana jeans, dan sepatu sneaker dengan label Adidas yang dikoleksi informan di segala aktivitasnya.

Menurut informan, tiap individu pasti memiliki pandangan tersendiri tentang busana yang cocok untuknya. Beberapa orang menyukai busana formal sementara informan lebih menyukai busana informal. Informan sendiri merasa lebih cocok memakai kaus dari pada kemeja. Informan sangat jarang memakai kemeja ketika beribadah. Informan beralasan bahwa busana tersebut kurang nyaman dikenakan ketika melakukan berbagai hal, selain itu informan juga tidak terlalu memiliki banyak kemeja. Informan memakai kemeja hanya pada saat acara


(30)

yang sangat resmi dan ataupun ketika melakukan ibadah dengan teman-temannya yang sering menggunakan batik.

Jenis-jenis pakaian yang seksi dan terbuka untuk laki-laki menurut informan adalah pakaian dan celana yang ketat, juga kaus berkerah rendah. Sementara jenis pakaian seksi untuk perempuan adalah pakaian dan celana ketat, kaus tanpa lengan (tank top), dan rok mini diatas lutut. Informan juga berpendapat bahwa busana merupakan hal yang tidak terlalu penting ketika melakukan ibadah. Menurut informan, jemaat bebas mengenakan pakaian apa saja ketika mengikuti kebaktian, termasuk pakaian yang tergolong seksi dan terbuka. Menurutnya yang terpenting adalah tujuan ibadah dari jemaat tersebut.

Informan juga merasa tidak pernah ditegur maupun diperingatkan terkait tren busana yang digunakan. Informan juga tidak terlalu perduli dengan perkataan orang lain jika ada yang keberatan jika dia mengenakan kaus ke gereja ataupun jika orang lain mengenakan pakaian terbuka ke gereja. Informan juga menyatakan bahwa terjadi perubahan gaya berbusana jemaat di GKPI Pamen dimana jemaat yang sekarang lebih bebas dalam berbusana. Menurut informan hal ini termasuk wajar karena perkembangan zaman itu sendiri.

Informan berpendapat tiap individu pasti ingin diperhatikan dan dipandang tampan ataupun cantik. Jadi tiap individu berusaha untuk tampil sebaik mungkin dengan busana yang bagus di segala aktivitasnya termasuk ketika melakukan ibadah. Tren busana jemaat gereja yang dulu cukup berbeda. Walaupun memang sejak dulu tidak ada aturan terkait busana di gereja tersebut, namun jemaat dulu merasa segan dan terbiasa mengenakan pakaian berupa


(31)

kemeja dan celana formal untuk laki-laki, dan gaun untuk wanita. Jemaat sekarang lebih bebas dalam berbusana dimana beberapa jemaat laki-laki mengenakan kaus berkerah, kaus oblong, celana jeans dan jemaat wanita yang turut mengenakan celana jeans dan berbagai busana lainnya.

Informan berpendapat bahwa busana jemaat tidak mempengaruhi aktivitas gereja sama sekali. Informan sangat keberatan jika nantinya ada larangan terkait busana tertentu ketika melakukan ibadah. Menurut informan larangan tersebut sangat mengekang kebebasan jemaat. Informan juga menyatakan bahwa larangan akan busana tertentu sangat memberatkan beberapa jemaat nantinya karena jemaat memiliki selera busananya masing-masing.

Informan yang hanya memiliki sedikit busana formal tentunya merasa dirugikan karena lebih banyak memiliki busana informal. Informan juga menyatakan bahwa adik dari informan sangat menggemari busana-busana seksi dan busana korea. Biasanya, gaun-gaun dan pakaian tersebut dipakai ketika ada acara ataupun pesta tertentu yang tentunya sangat jarang. Karena koleksi gaun nya cukup banyak, maka gaun-gaun yang menurut beberapa orang seksi tersebut turut dipakai ketika melakukan ibadah. Menurut informan, jemaat sudah dewasa dan tahu apa busana yang terbaik untuknya.

Informan 5 :

Fitri Simamora, 26 tahun, Karyawan

Fitri telah menjadi jemaat di gereja tersebut sejak ia mulai berstatus mahasiswa, yaitu sekitar 6 tahun. Informan termasuk orang yang tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion dan hanya sekedar melihat sekilas beragam jenis busana / fashion melalui sosial media instagram. Informan menyatakan bahwa


(32)

teman disekitarnya sebagian besar sangat mengikuti perkembangan fashion. Informan juga tidak terlalu menerapkan tren fashion modern di kehidupan sehari-hari. Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti blus/kaus, celana panjang, dan sepatu flat di kehidupan sehari-hari. Informan menanggapi perubahan dan perkembangan busana di era modern sekarang ini dengan santai dan biasa saja.

Ketika melakukan kebaktian di gereja, informan juga lebih memilih mengkombinasikan kemeja dengan celana panjang ataupun memakai gaun yang simpel. Informan beralasan bahwa informan merasa lebih nyaman memakai kombinasi celana panjang dengan kemeja karena lebih terkesan rapi dan tidak mencolok. Informan tidak suka mengenakan busana yang minim terkhususnya saat beribadah di Gereja.

Informan melihat bahwa perubahan tren busana juga terjadi di GKPI Padang Bulan. Informan menyatakan bahwa cukup sering melihat beberapa jemaat mengenakan aksesoris berlebihan dan busana seksi yang menurut informan tidak cocok digunakan ketika melakukan ibadah. Kondisi ini menurut informan cukup berbeda ketika informan masih kuliah, karena jemaat sebelumnya berbusana cukup sopan dan tertutup. Informan juga menyatakan bahwa tidak seharusnya jemaat terkhususnya perempuan yang mengenakan busana minim saat beribadah karena busana minim tersebut malah akan menimbulkan masalah bagi si pemakai dan orang lain. Informan menyatakan bahwa busana yang harusnya dikenakan adalah busana yang lebih sopan seperti gaun yang panjangnya dibawah lutut perempuan dan tidak mengenakan kaus dan celana pendek.


(33)

Jenis-jenis pakaian yang seksi dan terbuka untuk laki-laki menurut informan adalah pakaian dan celana yang ketat, juga kaus berkerah rendah yang memperlihatkan bagian dada. Sementara jenis pakaian seksi untuk perempuan adalah pakaian dan celana ketat, kaus tanpa lengan (tank top), dan rok mini diatas lutut. Informan berpendapat bahwa busana merupakan hal penting ketika melakukan ibadah. Menurut pandangan informan meskipun banyak orang yang sangat mengikuti perkembangan fashion saat ini tidak seharusnya membuat jemaat memilih pakaian untuk beribadah di Gereja dengan bebas. Busana yang digunakan untuk beribadah memang seharusnya sopan.

Meskipun demikian, informan belum pernah menegur kepada orang lain yang informan pandang mengenakan pakaian yang terbuka, informan hanya menggelengkan kepala menandakan tidak setuju dengan pakaian yang dikenakan jemaat lainnya. Informan menilai bahwa gaya berbusana jemaat di GKPI Padang Bulan lebih bebas dan beragam dalam berbusana, menurut informan hal ini dikarenakan perkembangan zaman terkhususnya dalam hal fashion.

Informan berpendapat bahwa perkembangan busana jemaat sekarang ini mempengaruhi aktivitas gereja, karena menurut informan saat ibadah tidak lagi hikmad karena banyak diantara jemaat yang berbisik membahas busana jemaat lainnya. Oleh karena itu informan sangat setuju jika nantinya ada larangan terkait busana tertentu ketika melakukan ibadah karena larangan tersebut sangat membantu jemaat untuk berpakaian lebih rapi, tertutup dan lebih sopan di Gereja.


(34)

Informan 6 :

Hendra Panjaitan, 26 tahun, Wirausaha

Informan telah menjadi jemaat di gereja GKPI Padang Bulan sejak ia masih berstatus mahasiswa, yaitu sekitar 7 tahun. Informan termasuk orang yang mengikuti perkembangan fashion melalui media televisi, majalah, dan internet. Informan juga terkadang menerapkan tren fashion tersebut di kehidupan sehari-hari. Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti kaus, celana jeans, dan juga topi yang merupakan aksesoris yang dikoleksi dan merupakan aksesoris favoritnya.

Ketika melakukan kebaktian di gereja, informan juga lebih memilih memakai kaus dan celana jeans dari pada kemeja. Informan beralasan bahwa merasa lebih nyaman memakai kaus karena cuaca di Kota Medan yang panas. Informan biasanya mengenakan kaus berkerah maupun kaus oblong, celana jeans, dan sepatu sneaker. Informan juga terkadang memakai kemeja lengan pendek ketika beribadah. Informan beralasan bahwa busana tersebut sangat mudah dan nyaman dikenakan ketika melakukan berbagai hal, termasuk mengikuti kebaktian di gereja.

Jenis-jenis pakaian yang seksi dan terbuka untuk laki-laki menurut informan adalah pakaian dan celana yang ketat, juga kaus berkerah rendah. Sementara jenis pakaian seksi untuk perempuan adalah pakaian dan celana ketat, kaus tanpa lengan (tank top), dan rok mini diatas lutut. Informan juga berpendapat bahwa busana merupakan hal yang tidak terlalu penting ketika melakukan ibadah. Menurutnya jemaat bebas mengenakan pakaian apa saja ketika mengikuti kebaktian, termasuk pakaian yang tergolong seksi. Informan juga tidak terlalu


(35)

perduli dengan perkataan orang lain jika ada yang keberatan jika dia mengenakan kaus ke gereja ataupun jika orang lain mengenakan pakaian terbuka ke gereja. Menurutnya yang terpenting adalah iman dan hati dari jemaat tersebut

Informan juga menyatakan bahwa terjadi perubahan gaya berbusana jemaat di GKPI Pamen dimana jemaat yang sekarang lebih bebas dalam berbusana. Walaupun memang sejak dulu tidak ada aturan terkait busana di gereja tersebut, namun jemaat dulu merasa segan dan terbiasa mengenakan pakaian berupa kemeja dan celana formal untuk laki-laki, dan gaun untuk wanita. Jemaat sekarang lebih bebas dalam berbusana dimana beberapa jemaat laki-laki mengenakan kaus berkerah, kaus oblong, celana jeans dan jemaat wanita yang turut mengenakan celana jeans dan berbagai busana lainnya. Informan berpendapat bahwa busana jemaat tidak mempengaruhi aktivitas gereja sama sekali. Informan juga keberatan jika nantinya ada larangan terkait busana tertentu ketika melakukan ibadah.

Informan 7 :

Ibu Pakpahan, 47 tahun, PNS

Ibu Pakpahan merupakan salah satu jemaat di gereja GKPI Padang Bulan Medan. Informan tidak terlalu mengingat sejak kapan menjadi jemaat di gereja GKPI Padang Bulan. Informan cukup mengikuti perkembangan fashion melalui media televisi, koran dan majalah. Informan juga sedikit menerapkan perkembangan fashion tersebut dalam kebiasaannya berbusana baik itu dalam bekerja, beribadah, dan di kehidupan sehari-hari.

Informan menyatakan bahwa jemaat bebas mengenakan busana apa saja ketika melakukan ibadah tetapi harus sopan dan rapi. Informan beralasan bahwa


(36)

jemaat harus lebih formal dalam berbusana ketika melakukan ibadah. Busana yang seksi untuk perempuan menurut informan adalah busana ketat dan busana yang terbuka seperti baju tanpa lengan. Informan juga cukup risih melihat beberapa jemaat wanita yang mulai sering mengenakan rok pendek ketika melakukan ibadah. Rok yang dikenakan wanita baiknya tidak diatas lutut apalagi jika rok tersebut cukup ketat dan pendek yang sekarang dikenakan beberapa jemaat wanita.

Ibu Pakpahan juga menyatakan bahwa beberapa jemaat wanita dewasa yang merupakan ibu-ibu turut mengenakan kebaya yang terkadang cukup terbuka dan transparan. Informan tidak terlalu mempermasalahkan jika jemaat wanita mengenakan kebaya, tapi informan menyarankan agar kebaya yang dikenakan tidak terlalu transparan dan ukuran ataupun porsi transparannya tidak terlalu lebar sehingga memperlihatkan bagian tubuh tertentu. Busana yang seksi untuk laki-laki menurut informan adalah busana yang ketat. Informan juga menyatakan sudah mulai banyak jemaat laki-laki yang mengenakan celana ketat, kaus ketat, dan kemeja ketat ketika melakukan ibadah. Informan menyatakan cukup risih melihat kebiasaan jemaat laki-laki yang memakai busana ketat.

Ibu Pakpahan tidak berani untuk menegur jemaat yang mengenakan pakaian yang menurutnya tidak boleh digunakan ke gereja. Informan beralasan bahwa menegur jemaat karena busananya bisa menimbulkan masalah dan permusuhan dengan jemaat tersebut, jadi informan tidak terlalu mempermasalahkan busana jemaat di gereja. Informan menyatakan bahwa perubahan gaya berbusana jemaat merupakan hal yang biasa. Ibu Manurung juga


(37)

menceritakan bahwa kebaya yang dikenakan dulu cukup sopan, sangat berbeda dengan kebaya sekarang yang beragam termasuk kebaya yang pendek dan cukup terbuka. Informan juga cukup setuju jika pihak gereja membuat larangan busana tertentu bagi jemaat di Gereja baik itu larangan secara lisan maupun tulisan.

Informan 8 :

Bapak Sitorus, 54 tahun, Pedagang

Informan tidak terlalu mengingat sejak kapan menjadi jemaat di gereja GKPI Padang Bulan. Informan tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion dan justru merasa bahwa perkembangan busana manusia yang sekarang kurang sopan. Menurutnya perkembangan busana yang sekarang bisa menjadi batu sandungan bagi jemaat di gereja. Informan menyatakan bahwa jemaat seharusnya mengenakan pakaian formal dan sopan ketika melakukan ibadah di Gereja. Hal ini disarankan oleh informan agar para jemaat bisa fokus beribadah dan tetap menjaga etika di Gereja. Busana seksi laki-laki menurut informan adalah busana yang ketat.

Informan membandingkan tren busana sekarang dengan busana dulu dimana busana dulu pakaian yang dikenakan umumnya tidak ketat dan cukup sopan. Informan juga menyatakan tren busana ketat ini membahayakan kesehatan manusia itu sendiri karena mengganggu kelancaran peredaran darah. Informan menyatakan bahwa busana jemaat wanita cukup mengecewakan karena beberapa jemaat mengenakan rok yang cukup pendek. Menurut informan tren busana ini mengganggu konsentrasi jemaat lain yang melakukan ibadah. Informan menyarankan jemaat harusnya menggunakan rok yang ukurannya dibawah lutut.


(38)

Informan juga menyatakan bahwa ada jemaat yang mengenakan pakaian yang cukup transparan. Bahkan beberapa jemaat yang juga merupakan orang tua turut mengenakan kebaya yang transparan di bagian yang menurut informan kurang sopan. Informan juga kurang setuju dengan penggunaan celana jeans bagi wanita karena menurut informan kurang sopan. Baiknya jemaat menggunakan gaun yang sopan dengan ukuran rok dibawah lutut.

Informan tidak pernah menegur jemaat lain yang menurutnya menggunakan busana yang kurang sopan. Informan berpikir bahwa jemaat tersebut nantinya tidak akan perduli dan malah tersinggung dan akan menimbulkan masalah. Informan hanya berharap pada kesadaran jemaat masing-masing. Menurut informan busana menjadi hal yang sangat penting ketika melakukan ibadah, maka jemaat harus lebih menaruh perhatian terhadap tren busana ini. Informan merasa perlu dilakukan aturan secara lisan dan mengingatkan kepada orangtua untuk memperhatikan busana anak-anaknya dan busana dirinya sendiri.

Informan 9 :

Yohana, 26 tahun, Pegawai Administrasi Gereja GKPI Padang Bulan

Informan merupakan salah satu dari dua pegawai administrasi di gereja GKPI Padang Bulan Medan. Ketika peneliti hendak melakukan wawancara, awalnya informan cukup bingung dan cukup tertutup ketika diajukan beberapa pertanyaan. Namun lama kelamaan karena sudah mulai terbiasa, informan semakin terbuka dan bersedia berdiskusi dengan peneliti. Informan tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion dan hanya melihat perkembangan fashion dari selebriti melalui media televisi, dan internet. Informan juga sedikit menerapkan


(39)

perkembangan fashion tersebut dalam kebiasaannya berbusana baik itu dalam bekerja, beribadah, dan di kehidupan sehari-hari, misalnya berbagai mode sepatu untuk perempuan dan item busana lainnya.

Informan menyatakan bahwa jemaat di GKPI Padang Bulan bebas mengenakan busana apa saja ketika melakukan ibadah dan disarankan berpakaian sopan dan rapi. Informan beralasan bahwa sewajarnya jemaat harus lebih formal dalam berbusana ketika melakukan ibadah dan dibedakan dengan busana sehari-hari. Busana yang seksi dan tidak disarankan untuk dipakai oleh jemaat perempuan menurut informan adalah busana ketat dan busana yang terbuka seperti baju tanpa lengan.

Informan juga menyatakan cukup risih melihat beberapa jemaat wanita yang mulai sering mengenakan rok pendek ketika melakukan ibadah. Rok yang dikenakan wanita baiknya tidak diatas lutut. Informan juga cukup terganggu jika ada jemaat yang mengenakan rok yang cukup ketat yang sekarang dikenakan oleh beberapa jemaat wanita. Informan tidak terlalu mempermasalahkan jika jemaat wanita mengenakan kebaya yang transparan, tapi informan menyarankan agar kebaya yang dikenakan tidak terlalu transparan dan memperlihatkan bagian tubuh tertentu.

Busana yang seksi dan disarankan agar tidak dipakai oleh jemaat laki-laki menurut informan adalah busana yang ketat, baik itu kaus , kemeja, dan celana. Informan juga menyatakan sudah mulai banyak jemaat laki-laki yang mengenakan celana ketat, kaus ketat, dan kemeja ketat ketika melakukan ibadah. Informan menyatakan cukup risih melihat kebiasaan jemaat laki-laki yang


(40)

memakai busana ketat. Informan tidak berani untuk menegur jemaat yang mengenakan pakaian yang menurutnya tidak boleh digunakan ke gereja. Informan beralasan bahwa menegur jemaat karena busananya bisa menimbulkan masalah dan terkesan mengusir jemaat yang bersangkutan, jadi informan tidak terlalu mempermasalahkan busana jemaat di gereja. Informan menyatakan bahwa perubahan gaya berbusana jemaat merupakan hal yang biasa karena perubahan jaman itu sendiri. Informan cukup setuju jika pihak gereja membuat larangan busana tertentu bagi jemaat di Gereja baik itu larangan secara lisan maupun tulisan.

Informan 10 :

Alida Siburian, 34 tahun, Pegawai Administrasi Gereja GKPI Padang Bulan

Informan merupakan salah satu dari dua pegawai administrasi di gereja GKPI Padang Bulan Medan. Ketika peneliti hendak melakukan wawancara, informan cukup tertarik dengan pembahasan penelitian ini dan sangat terbuka ketika melakukan diskusi. Informan tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion dan hanya melihat perkembangan fashion melalui media televisi saja. Informan juga sedikit menerapkan perkembangan fashion tersebut dalam kebiasaannya berbusana baik itu dalam beribadah dan di kehidupan sehari-hari.

Informan menyatakan bahwa jemaat di GKPI Padang Bulan bebas mengenakan busana apa saja ketika melakukan ibadah dan tidak ada larangan maupun aturan terkait kebebasan berbusana. Informan menyarankan agar jemaat lebih memilih busana pakaian yang lebih formal ketika melakukan ibadah dan dibedakan dengan busana sehari-hari. Busana yang seksi dan tidak disarankan untuk dipakai oleh jemaat perempuan menurut informan adalah busana ketat dan


(41)

busana yang terbuka seperti baju tanpa lengan dan rok pendek. Rok yang dikenakan wanita baiknya tidak diatas lutut.

Informan tidak terlalu terganggu ketika melihat beberapa jemaat wanita yang mulai sering mengenakan rok pendek ataupun busana lainnya ketika melakukan ibadah karena jaman memang semakin modern dan jemaat bebas dalam menentukan busana bagi dirinya. Beliau berpendapat bahwa semakin berkembangnya fashion tentu merubah pandangan jemaat itu sendiri tentang fashion. Informan juga tidak terlalu mempermasalahkan jika jemaat wanita mengenakan kebaya yang transparan, tapi informan menyarankan agar kebaya yang dikenakan tidak terlalu transparan dan memperlihatkan bagian tubuh wanita.

Busana yang seksi dan disarankan agar tidak dipakai oleh jemaat laki-laki menurut informan adalah busana yang ketat, baik itu kaus , kemeja, dan celana. Informan juga menyatakan bahwa sudah mulai banyak jemaat laki-laki yang sangat gemar mengenakan celana ketat, kaus ketat, dan kemeja ketat ketika melakukan ibadah. Informan memang tidak melarang, namun cukup risih melihat kebiasaan jemaat laki-laki yang memakai busana ketat karena menurut informan tidak enak dipandang dan buruk buat kesehatan.

Informan hanya berani menegur jemaat yang dikenalnya jika mengenakan pakaian yang menurutnya kurang baik ketika digunakan ke gereja. Informan melakukan hal tersebut bukan karena informan ingin membatasi kebebasan berbusana jemaat, tapi hanya untuk mencegah pandangan negatif dari jemaat lainnya. Informan tidak pernah dan sangat segan untuk menegur jemaat pendatang yang tidak dikenal. Informan beralasan bahwa menegur jemaat karena


(42)

busananya bisa menimbulkan permusuhan dan terkesan mengusir jemaat yang bersangkutan.

Informan menyatakan bahwa perubahan gaya berbusana jemaat merupakan hal yang biasa karena perubahan fashion yang sudah sangat beragam. Informan menyatakan bahwa pihak gereja memang pernah membicarakan masalah tren busana para jemaat, namun pada akhirnya kebanyakan berpendapat bahwa kebebasan berbusana tidak perlu dipermasalahkan dan selama tidak ada tindakan asusila, pihak gereja tidak akan membuat peraturan tersebut. Informan juga kurang setuju jika pihak gereja membuat larangan busana tertentu bagi jemaat di Gereja baik itu larangan secara lisan maupun tulisan karena bisa saja membatasi jemaat tersebut ketika hendak melakukan ibadah.

Informan 11 :

Pdt. Lofti Leader Sihotang, 44 tahun, Pendeta di Gereja GKPI Padang Bulan

Bapak Lofti bertugas sebagai pendeta di gereja di GKPI Padang Bulan Medan sejak Mei 2016. Sebelumnya Bapak Lofti melayani di gereja GKPI Martoba Pematangsiantar. Bapak Lofti juga melayani di berbagai gereja antara lain di GKPI Palembang dan Lubuk Pakam. Ketika hendak melakukan pembicaraan mengenai penelitian ini, informan cukup tertarik karena menurut beliau masalah penelitian ini memang sudah mulai sering dibicarakan oleh orang banyak.

Menurut informan busana bisa menggambarkan identitas diri seseorang baik itu profesi maupun kepribadian seseorang. Informan tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion dan hanya sering melihat perkembangan fashion melalui media televisi. Informan tidak menerapkan tren fashion yang terlalu glamour dan


(43)

mahal yang banyak juga digunakan oleh orang tua sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Informan lebih memilih mengenakan busana yang simpel seperti kaus berkerah dan celana jeans di kehidupan sehari-hari dan pakaian formal yang biasanya ketika melakukan ibadah.

Informan menyatakan bahwa busana yang cocok digunakan oleh jemaat laki-laki ketika melakukan ibadah adalah baju yang berkerah, seperti kaus berkerah ataupun kemeja dengan celana formal ataupun jeans. Untuk jemaat wanita beliau menyarankan mengenakan gaun ataupun pakaian formal yang sopan. Beliau berpendapat bahwa busana yang disarankan olehnya termasuk sopan, rapi dan cukup praktis ketika dipakai. Beliau sebagai pendeta tidak melarang jika ada jemaat yang mengenakan kaus ketika melakukan ibadah karena yang terpenting adalah niat jemaat itu sendiri. Informan juga menyatakan bahwa busana termasuk hal yang cukup penting ketika melakukan ibadah.

Bapak Lofti juga berpendapat bahwa busana laki-laki yang disarankan untuk tidak dipakai adalah celana pendek dan pakaian ketat yang mencolok. Bapak Lofti berpendapat bahwa pakaian ketat bisa menjadi bahan pembicaraan buruk bagi jemaat lainnya. Busana wanita yang tidak cocok digunakan ketika melakukan ibadah menurut informan adalah rok pendek, baju tanpa lengan, dan jenis pakaian lain yang bisa mengundang pandangan negatif jemaat dan orang lain.

Menurut beliau, ada beberapa perubahan gaya berbusana jemaat di berbagai gereja yang pernah dilayani oleh Bapak Lofto hingga sekarang. Jemaat gereja di Lubuk Pakam dan Pematangsiantar biasanya memakai pakaian formal


(44)

bagi pria dan memakai gaun bagi wanita. Walaupun tidak ada aturan resmi, tapi jemaat seolah memahami dan tetap mengikuti kebiasaan berbusana jemaat dari dulu yang melarang jemaat wanita mengenakan celana jeans hingga sekarang. Di Palembang, gaya berbusana jemaat cukup mirip dengan jemaat GKPI Padang Bulan yang termasuk modern. Gaya berbusana jemaat sangat beragam mengikuti perkembangan jaman dan jemaat memiliki pandangan tersendiri mengenai fashion.

Menurut Bapak Lofti perubahan busana dan permasalahan tren busana minim tidak akan mengganggu aktivitas gereja. Bapak Lofti berpendapat bahwa jemaat ke gereja memang benar-benar untuk melakukan ibadah dan menurutnya masalah-masalah lain termasuk kebebasan busana jangan sampai menimbulkan masalah. Bapak Lofti juga menyatakan bahwa beliau pernah menegur dengan candaan jemaat yang dikenalnya ketika mengenakan pakaian minim ketika melakukan ibadah. Namun beliau tidak mau menegur jemaat yang kurang dikenalnya karena bisa saja menimbulkan masalah.

Secara pribadi beliau tidak terlalu mempermasalahkan kebebasan berbusana jemaat. Walaupun tren berbusana jemaat sudah cukup sering dibahas dan bahkan dipermasalahkan, beliau tidak setuju jika ada gereja yang membuat larangan terkait busana tertentu karena hal tersebut akan membatasi jemaat dalam melakukan ibadah. Beliau berpendapat bahwa jemaat sudah dewasa dan tahu hal yang baik dan buruk bagi dirinya dan orang lain. Bapak Lofti percaya bahwa jika jemaat memang serius bertujuan untuk beribadah, tren busana tidak akan mengganggu proses ibadah jemaat.


(45)

Tren busana tentunya berbeda-beda untuk masing-masing lapisan masyarakat terutama jika dilihat dari segi usia, jenis kelamin, status sosial, profesi, dan letak geografis, serta seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam kepada informan khususnya bagi generasi muda dengan rentang usia 20-27 tahun menyatakan senang mengikuti perkembangan trend sebagai salah satu cara untuk mengalami hal baru dan menarik.

Menurut Theories of Fashion Costume and Fashion History dalam Fashion Era (2007), selama berabad-abad setiap individu atau masyarakat telah mengenakan pakaian maupun penghias tubuh lainnya sebagai salah satu sarana komunikasi non-verbal yang menunjukkan profesi, jenis kelamin, status rumah tangga, kelas sosial, maupun tingkat kekayaan. Berdasarkan hasil wawancara yang mendalam kepada Pendeta GKPI Pamen sebagai informan penelitian menanggapi gaya busana yang dikenakan jemaat Gereja merupakan suatu kebebasan jemaat karena jemaat memiliki pandangan tersendiri mengenai fashion.

Mode berpakaian telah memberi kesempatan kepada setiap individu untuk mengekspresikan karakter maupun solidaritas terhadap orang lain selama lebih dari seribu tahun. Tidak jarang hasil observasi dan wawancara mendalam terhadap informan penelitian yang menyatakan gaya berbusana saat beribadah dalam Gereja merupakan dan pilihan jemaat Gereja yang terpenting tetap menjaga kesopanan dan fokus pada ibadah Gereja.


(46)

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian ini didapatkan melalui wawancar mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada informan penelitian, dimana seluruh informan penelitian merupakan jemaat GKPI Pamen hingga tahun 2016 ini.

4.3.1 Perubahan Tren Busana dan Penerapan Mode Fashion di Gereja

Setiap tahunnya fashion banyak mengalami perubahan dikarenakan banyaknya perancang busana yang berlomba menciptakan sebuah tren busana masa kini yang dapat meledak dipasaran. Jika dahulu busana berfungsi untuk menutup tubuh saja, namun saat ini telah berkembang menjadi sesuatu yang bernilai estetika. Semakin luasnya ide dari individu juga tertuang dalam berbagai mode busana yang dilahirkan oleh desainer di era modern sekarang.

Pada mulanya, suatu tren mode harus mendapat respon positif dari masyarakat, kemudian tren mode tersebut dapat mewabah dan ditiru semua orang karena kompetisi yang secara tidak langsung telah dimunculkan oleh mode tersebut. Kemudian, pada akhirnya tren mode akan tergantikan oleh tren yang lebih baru karena tren mode tersebut telah menjadi suatu hal yang terlalu biasa di kalangan masyarakat dan sudah tidak dapat lagi memenuhi posisinya sebagai sesuatu yang unik.

Perubahan tren sangatlah memicu semakin tingginya budaya konsumtif di kalangan masyarakat. Khususnya bagi generasi muda, mereka sangat senang mengikuti perkembangan tren sebagai salah satu cara untuk mengalami hal baru dan menarik Generasi muda seringkali menjadi korban dari tren mode yang


(47)

sedang berlangsung dikarenakan kegemaran mereka dalam mencoba hal-hal baru dan tidak ingin tertinggal oleh teman-teman sebayanya (Sprigman, 2006:18)

Pada penelitian ini juga melihat perubahan tren busana dan penerapan mode fashion yang terjadi di GKPI Pamen melalui observasi dan wawancara yang mendalam kepada informan penelitian. Sebagai hasilnya, diketahui bahwa sebagian besar informan yang tergolong anak muda yaitu Hendra, Dirwan, Denny, Mita, dan Erniwati serta Ibu Pakpahan turut mengikuti perubahan dan perkembangan trend mode saat ini. Mereka juga termasuk dalam menerapkan perubahan tren mode di kehidupan sehari-hari. Berikut adalah kutipan dari pernyataan informan

Kalo aku memang ngikutin kali, karna aku kan sampingan juga ada jual kaus online. Aku seringnya liat perkembangan fashion itu di instagram. Apalagi aku kan termasuk kolektor sepatu adidas juga, jadi sering aja nyari-nyari akun yang jual sepatu adidas yang jarang di pasaran. Aku juga ngikutin perkembangan kaus distro merk Petersaysdenim dan Macbeth juga. Jadi kalo dibilang ngikutin perkembangan fashion, ya memang sangat mengikuti (Denny Siahaan)

Kalo dibilang ngikutin perkembangan fashion, bisa dibilang lumayan lah. Kalo aku emang lebih ngikutin perkembangan fashion ala korea. Aku suka aja liatnya. Kalo dipake pun nyaman juga karena sebagian besar ga tebel-tebel kali kainnya. Kalo aku sering liatnya emang di instagram, trus belanja busana koreanya sering beli online di instagram juga ama tokopedia”(Mita)

Kalo ngikutin ya lumayan lah, tapi lebih ke busana orangtua lah. Lebih sering liat di televisi, karena gak tau juga pake internet. Kalo item busana yang sering diperhatikan itu ya baju sama tas aja. Liatnya ya kan ada juga beberapa sinetron yang orangtuanya artis juga pakai busana bagus (Ibu Pakpahan)


(48)

Walker menulis dalam bukunya Design History and The History Design tentang style, styling, and lifestyle, pada sub bab style and fashion, disebutkan bahwa fashion dapat merujuk pada berbagai sikap manusia, namun lebih tepatnya lagi merujuk pada antusiasme seseorang pada mode tertentu sebuah busana. Dalam persoalan berbusana, gaya dan mode sangat erat hubungannya dengan penampilan atau sikap seseorang, yang tentunya permasalahan ini harus melibatkan pula faktor-faktor pemakaian (consumption), penerimaan (reception) dan selera (taste), dan busana disini merupakan petanda yang memberikan identitas seseorang (Walker, 1989:171).

Berbeda dengan informan sebelumnya, informan yang lain seperti Pendeta Lofti, Alida Siburian, dan Yohana yang merupakan pengurus GKPI Pamen serta Bapak Sitorus dan Fitri Simamora tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion modern sekarang ini. Informan hanya mengikuti perkembangan fashion yang umum dan sewajarnya, bukan fashion modern. Selain itu, mereka juga tidak terlalu berminat tentang hal di dunia fashion. Berikut kutipan dari pernyataan infroman

Kalo soal ngikutin perkembangan fashion, ya gak terlalu lah. Ya ngikutin Cuma yang sewajarnya bukan kayak orang lain yang benar-benar mengikuti. Kalo kita kan yang sebagai pelayan gereja ini ya udah gak terlalu perduli tentang fashion-fashion itu lagi. Yang penting penampilan rapi, sopan, enak dipandang itu udah cukup (Pendeta Lofti)

Kalo aku gak terlalu ngikutin perkembangan fashion. Ya entah kenapa aku gak terlalu tertarik gitu tentang fashion. Kalo kawan-kawanku memang ngikutin kali, dan emang antusias kalo bicara tentang busana modern sekarang. Kalo aku ya ngikutin yang sewajarnya aja, gak kayak cewek lain (Fitri)


(49)

4.3.2 Pilihan Gaya Busana Sehari-hari dan Saat Beribadah di Gereja

Aspek fashion semakin menyentuh kehidupan sehari-hari setiap orang. Fashion memicu pasar dunia untuk terus berkembang menghasilkan trend busana terbaru dan juga mempengaruhi pilihan gaya busana yang dikenakan masyarakat. Menurut Solomo dalam bukunya’Consumer Behaviour: European Perspective’, fashion adalah proses penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh kelompok konsumen.

Dalam lingkup pakaian, gaya (style) adalah karakteristik penampilan bahan pakaian, kombinasi fitur-fiturnya yang membuat berbeda dengan pakaian lain. Contohnya, rok sebagai salah satu gaya berpakaian bagi wanita, pilihan lainnya adalah celana. Jas pria adalah salah satu gaya berpakaian pria, pilihan lainnya adalah jaket olahraga.

Pilihan gaya busana dalam kehidupan sehari-hari terkhususnya saat beribadah di Gereja merupakan salah satu aspek yang diteliti pada penelitian ini. Sebagai hasilnya, diketahui ada informan yang memilih lebih stylish dilengkapi dengan atribut bermerek. Sedangkan informan lainnya yang memilih gaya busana yang simpel tetapi saat beribadah di Gereja memilih gaya busana yang formal.

Dalam kehidupan sehari-hari para informan memilih gaya busana yang simpel tidak terlalu glamour atau mencolok namun tetap mengikuti fashion yang berkembang. Seperti informan laki-laki yang bernama Hendra, Denny, dan Dirwan lebih memilih gaya busana simpel seperti kaus t-shirt dan celana jeans yang ditambah dengan aksesoris bermerek seperti sneakers dan topi dengan alasan tetap terlihat trendy dan stylish. Berikut adalah kutipan pernyataan dari informan


(50)

Kalo aku sehari – hari ya nyamannya pake kaus sama jeans. Lebih simpel dan enak aja dipake. Tau lah kan kalo Medan ini luar biasa panasnya. Kalo keluar atau jalan – jalan pun ya gitu, paling cuma nambah topi yang aku koleksi aja (Hendra Panjaitan)

Sama halnya dengan informan perempuan yang memilih gaya busana simpel dalam kehidupan sehari-hari dengan mengenakan kaus t-shirt dan celana panjang. Tetapi terkadang mereka memilih gaya busana yang sedang trendy saat sekarang. Berikut adalah kutipan pernyataan dari informan

Kalo aku memang biasanya ya pake kaus sama celana pendek atau celana panjang. Ya mau gak mau enaknya pake itu karena panasnya Medan ini. Tapi memang terkadang nyoba – nyoba juga sih tren busana modern sekarang seperti tank top, tapi ya seringnya dipake cuma di kos atau rumah kawan aja (Erniwati)

Lain halnya saat beribadah di Gereja setiap informan memilih gaya busana nya masing-masing. Dimana sebagian informan perempuan memilih gaya busana formal yaitu Yohana, dan Erniwati dengan mengenakan gaun atau pun kombinasi t-shirt dengan rok, ada juga yang memilih gaya busana kasual yaitu Fitri dengan mengenakan kemeja dengan celana panjang, sedangkan untuk informan ibu-ibu yaitu Alida Siburian dan Ibu Pakpahan yang memilih mengenakan kebaya.

Kalo ke Gereja ya cocoknya pake pakaian formal seperti gaun atau make kemeja atau kaus sama rok. Yang penting nyaman sama gak mengganggu pemandangan lah (Yohana)

Kalo aku pribadi nyamannya pake busana kasual simpel kombinasi kemeja sama celana panjang aja. Kalo pake gaun terkadang ribet juga. Ya karna jaga – jaga cara duduk juga kalo pake gaun. Jadi kurang enak aja (Fitri)


(51)

Pada informan laki-laki yang bernama Hendra , Denny dan Dirwan memilih gaya busana kasual saat beribadah di Gereja dengan mengenakan kombinasi kaus t-shirt ataupun kaus berkerah dengan celana jeans, lain halnya dengan Bapak Sitorus, dan juga Pendeta yang memilih gaya busana formal.

Kalo ke gereja sekarang sih lebih sering pake busana kasual kombinasi kaus polo sama celana panjang. Kalo pake kemeja kadang – kadang aja, kalo bareng temen. Kalo kaus polo kan nyaman dan gak panas dipake, beda sama kemeja. Tapi kaus polo juga terkesan sopan dan rapi (Dirwan)

Ya namanya beribadah pasti busana yang sopan lah. Kalo busana yang sopan udah pasti busana formal. Ya kalo bisa jangan pake kaus lah, diusahakan lah pake kemeja atau kaus berkerah (Bapak Sitorus)

Tidak semua orang memiliki selera gaya busana yang sama, karena tidak semua orang terpengaruh oleh fashion yang sama. Sekarang masyarakat semakin berkarakter karena mengacu pada perbedaan gaya hidupnya masing-masing. Perbedaan persepsi dan selera tentang busana bukanlah hal yang aneh di era modern sekarang ini.

4.3.2.1 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan Rasionalitas Instrumental

Tindakan rasionalitas instrumental merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Tindakan ini dilakukan untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan rasional. Jemaat juga memilih busana yang dikenakannya ketika melakukan ibadah berdasarkan pertimbangan akan tujuan utamanya yaitu melakukan ibadah.


(52)

Kalo sehari hari pasti emang beda sama ke Gereja. Kan udah jelas kali itu. Kalo cuma hari biasa paling aku pake kaus sama celana biasa lah yang ga terlalu ribet. Tapi kan beda lagi ceritanya kalo untuk tujuan ibadah. Ya intinya harus dipikirkan lagi lah mau berbusana gimana. Kalo ke Gereja ya cocoknya pake pakaian formal seperti gaun atau make kemeja atau kaus sama rok. Yang penting nyaman sama gak mengganggu pemandangan lah. (Yohana)

4.3.2.2 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan Rasional Nilai

Tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Tindakan – tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai etika, adat maupun nilai lainnya. Jemaat juga memilih busana yang dikenakannya ketika melakukan ibadah berdasarkan pertimbangan akan nilai kesopanan yang menurutnya baik.

Ya namanya beribadah pasti busana yang sopan lah. Kalo busana yang sopan udah pasti busana formal. Ya kalo bisa jangan pake kaus lah, diusahakan lah pake kemeja atau kaus berkerah. Kalo pake kaus kan sama kita-kita ini dianggap kurang sopan aja kalo ada ibadah atau acara resmi. Pintar pintar lah ngebedakan gaya berbusana kita, liat tempat juga. (Bapak Sitorus)

4.3.2.3 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan afektif / dipengaruhi emosi

Tipe tindakan ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual . Tindakan afektif sifatnya spontan, kurang rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Jemaat juga memilih busana yang dikenakannya


(53)

ketika melakukan ibadah karena emosi tertentu baik itu emosi positif maupun negatif.

Kalo aku sih hampir sama aja pemilihan busana sehari-hari sama ibadah. Karena aku suka segala hal tentang korea, jadi gampang ditebak lah gimana pemilihan busananya. Ya mau ibadah pun enaknya pake busana itu. Enak diliat dan nyaman dipake ya jadi alasan utamaku lah milih busana ala korea. Ya kalo dibilang orang terlalu seksi, relatif kali lah tuh. Selama enak kupakai dan cantik kuliat ya gak masalah. (Mita)

4.3.2.4 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan tradisional / kebiasaan

Dalam tindakan ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan yang matang. Jemaat juga memiliki gaya busana tertentu yang dikenakannya ketika melakukan ibadah karena kebiasaan dari jemaat itu sendiri di kehidupan sehari-hari.

Mungkin karena keseringan pake kaus pas hari biasa, jadi kebawa juga kalo ke Gereja. Ya karena panasnya Medan ini lah itu. Kalo panas ya kita pun terbiasa pake kaus aja, nah kebawa lah kan kebiasaanya ke Gereja. Jadi hampir sama pilihan busananya. Kalo aku sehari – hari ya nyamannya pake kaus sama jeans. Lebih simpel dan enak aja dipake. Tau lah kan kalo Medan ini luar biasa panasnya. Kalo keluar atau jalan – jalan pun ya gitu, paling cuma nambah topi yang aku koleksi aja (Hendra Panjaitan)

4.3.2.5 Pilihan Busana karena Faktor Gaya Hidup dan Konsumerisme

Jemaat juga memiliki gaya busana tertentu yang dikenakannya ketika melakukan ibadah karena gaya hidup yang dianutnya maupun sifat konsumerisme dari individu tersebut. Informan Denny yang sangat mencintai musik juga turut mengikuti gaya hidup dan cara berbusana musisi-musisi favoritnya.


(54)

Awalnya suka baju baju distro ya karena nge band dulu. Pas SMA kan lagi booming kali kaos distro yang dibuat band band itu. Nah jadi kalo mau perform, agak bangga aja kalo pake baju yang sama dipake idola kita itu. Jadi beberapa barang ku pun ya emang dari merk band itu. Dulu kalo gak punya kaus merk itu kek agak kurang greget aja. Jadi kalo udah make kaus itu ada kebanggaan tersendiri lah, disamping harganya lumayan, orang jadi tau kalo kita itu punya selera musik yang itu. Kebetulan kan gak cuma kaus aja dibuat, ada sepatu, celana, tas, sama gelang juga. Kalo ngedengar lagu atau entah kegiatan lain ya sebenarnya sedikit ngikutin idolaku tadi itu. (Denny Siahaan)

Sementara itu, Mita yang cukup rajin membeli busana ala korea di toko online memiliki sifat yang cukup konsumerisme karena kecintaannya pada hal-hal yang berbau korea.

Ya lumayan sering sih. Gak rutin, cuma sekali beli langsung lumayan banyak, karena hemat ongkos kirim juga. Aku ada juga beberapa toko langganan ku di tokopedia, jadi terpercaya aja, dan emang sesuai ama difoto. Awalnya ya karena dari kawan-kawan juga sesama penyuka drama korea, jadi ikutan suka lah. Susah ngilangin kebiasaan belinya karena udah kebiasaan. Kek udah jadi kegiatan wajib gitu. Kalo dibilang boros, enggak juga sih, karena aku hemat-hemat uang juga biar bisa beli itu. Nah karena emang udah lumayan banyak dress korea punyaku, jadi sayang aja kalo ga kepake di gantung gitu, jadi dipake aja ke gereja juga.” (Mita)

4.3.3 Gereja Bisa Menjadi Tempat Mencari Pasangan

Beberapa informan seperti Denny, Ibu Alida, dan Pendeta Lofti berpendapat bahwa Gereja GKPI Padang Bulan sering dikatakan menjadi tempat mencari pasangan bagi jemaat-jemaat muda. Ibu Alida juga berpendapat bahwa alasan mencari jodoh bisa menjadi alasan utama jemaat berpenamipilan semaksimal dan semenarik mungkin untuk mengundang perhatian jemaat lain.


(55)

Sekarang kita jujur-jujur aja. Kita pun taunya kan kita-kita ini juga maunya cari jodoh di gereja kan. Jadi wajarlah kita berpenampilan semaksimal mungkin. Akupun gitunya awalnya, berpakaian semaksimal mungkin ya biar pede juga kalo kenalan sama cewe. Tapi udah gak lagi lah karena udah ketemu kan. Kalo gak nyari jodoh pun, kita pasti senangnya kalo dilihat cantik atau ganteng dan jadi pusat perhatian, tapi dalam artian positif ini ya. Banyak juga nya kawanku kenalan ama cewe di gereja ini. (Denny)

Bisa jadi kan jemaat-jemaat ini sekalian nyari jodoh disini. Akupun pernahnya kenalan sama jemaat disini yang nikah karena ketemu awalnya di gereja ini. Karena emang banyak kali jemaat disini, ya jadi lumayan banyak juga yang nyari pacar disini. Ntah karena itunya sebagian jemaat ini berpenampilan total ataupun berpakaian seksi, kan bisa jadi. Namanya juga usaha. (Ibu Alida Siburian)

4.3.4 Pengkategorian Busana Seksi atau Terbuka Menurut Pendapat Informan

Jika pada masa lampau busana merupakan hal yang fungsional, maka kini penekanannya lebih pada penampilan, identitas dan kebutuhan yang bersifat psikologis. Dengan memakai busana tertentu orang berharap suatu pengakuan, eksistensi, aktualisasi diri dalam suatu kelompok. Menurut Davis dalam bukunya Visual Design in Dress, orang mengharapkan pengakuan dari orang lain melalui busana yang dipakainya, seperti bila seseorang berpakaian dengan model terbuka, maka akan memberikan kesan tak sopan atau sensual.

Tabel 4.5 Kategori Busana Seksi atau Terbuka Menurut Pendapat Informan No Nama Jenis Kelamin Busana Seksi

Pria

Busana Seksi Wanita

1. Mita Nainggolan Perempuan Kaus / Kemeja / Celana ketat, Kaus

berkerah rendah

Kaus / Kemeja / Celana ketat,

Kaus tanpa lengan, Rok mini

diatas lutut 2. Dirwan Laki-laki Kaus / Kemeja / Kaus tanpa


(1)

vi serta turut serta membantu dalam mengerjakan skripsi ini hingga dapat terselesaikan. Semangat lamar kerjanya ya, jangan nonton drakor melulu. 12. Terimakasih banyak kepada teman-teman seperjuangan, terkhususnya buat

The Bocors Family yang terdiri dari Zultia Safitri, Dedy Roy Hutagalung, Agita Widia Nora Barus, Andrie, Asima Panggabean, Binsar Pirngadi, Bram Simorangkir, Endy Temana, Feby Anastasya, Fernando Sembiring, Florensisca, Joy Samuel Solin, Monica A Pratiwi, Paskah Wani Manurus S Sos, Ridho Adillah dan Yayang Aprilia. Walaupun awalnya kita tidak saling kenal, akhirnya bisa kompak, dan begitu banyak permasalahan yang muncul, sedih susah, senang kita lewati bersama, hingga kita menyebut pertemanan ini sebagai the second family. Semua kenangan yang sudah kita lewati bersama akan selalu membekas dihati, terimakasih banyak sahabat.

13. Juga untuk teman-teman melalak Zai dan John yang selalu mencari pacar dan tidak kunjung ketemu. Agak dikurang-kurangi dulu ya. Udah berapa kali kubilang gak ada lagi BBM ku. Whatsapp aja.

14. Juga tidak lupa untuk Bang Iyos dan kawan satu jurusan Tri Buana untuk sumber-sumber game dan film saya dimana saya tidak perlu membeli dan hanya meminta kepada mereka.

15. Untuk kawan-kawan se-band yang terkadang bubar terkadang terbentuk kalo niat. Lain kali dihitung-hitung dulu kalo mau bayar studio. Si Beko gak pernah pas itu.


(2)

vii 16. Untuk kawan-kawan SMP, SMA dan mantan para penghuni kost gaul Cantik

Manis yang beberapa sudah wisuda dan memberi candaan ancaman agar cepat wisuda.

17. Kawan-kawan warnet dulu baik SMA dan awal kuliah yang juga sering membantu secara finansial, agak dikurang-kurangi maen warnet kalian itu. Jual aja akun kalian buat beli sinamot nanti.

18. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak Gereja GKPI Padang Bulan diantaranya Bapak Pdt. Lofti, Ibu Alida dan Kak Yohana dan jemaat yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian lapangan di Gereja. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan untuk diwawancarai guna menyelesaikan penelitian skripsi ini. Semoga GKPI Padang Bulan tetap dalam perlindungan Tuhan dan selalu melayani masyarakat.

19. Akhirnya untuk semua pihak yang mendukung yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, September 2016


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

ABSTRACT ……….. iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 6

1.3 Tujuan Penelitian ………. 6

1.4 Manfaat Penelitian ………... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ………. 7

1.4.2 Manfaat Praktis ……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8

2.1 Teori Tindakan Sosial Max Weber ……….. 8

2.2 Teori Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif Talcott Parsons …….. 9

2.3 Teori Post-modern ………... 12

2.3.1 Gaya Hidup Post-modern ………... 13

2.4 Penelitian Terdahulu ……… 14

2.5 Defenisi Konsep ………... 17

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 20

3.1 Jenis Penelitian ……….20

3.2 Lokasi Penelitian ……….. 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………... 21

3.3.1 Data Primer ……… 21

3.3.2 Data Sekunder ……… 22

3.4 Unit Analisis dan Informan ……….. 23

3.4.1 Unit Analisis ……….. 23

3.4.2 Informan ………. 23

3.5 Interpretasi Data ………... 23

3.6 Jadwal Kegiatan ………... 25

3.7 Keterbatasan Penelitian ……… 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 27

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 27

4.1.1 Sejarah Singkat GKPI ……… 31

4.1.2 Sejarah Singkat GKPI Padang Bulan ………. 33

4.2 Karakteristik Informan ………. 37


(4)

ix 4.3.1 Perubahan Tren Busana dan Penerapan Mode

Fashion di Gereja ………... 63

4.3.2 Pilihan Gaya Berbusana Sehari-hari dan Saat Beribadah di Gereja ………... 66

4.3.2.1 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan Rasionalitas Instrumental ……….. 68

4.3.2.2 PIlihan Busana Berdasarkan Tindakan Rasional Nilai ……. 69

4.3.2.3 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan Afektif atau Dipengaruhi Emosi ……… 69

4.3.2.4 Pilihan Busana Berdasarkan Tindakan Tradisional atau Kebiasaan ……….. 70

4.3.2.5 Pilihan Busana karena Faktor Gaya Hidup dan Konsumerisme ………68

4.3.3 Gereja Bisa Menjadi Tempat Mencari Pasangan ………... 71

4.3.4 Pengkategorian Busana Seksi atau Terbuka Menurut Pendapat Informan ………. 72

4.3.5 Sikap yang Ditunjukkan terhadap Pengguna Busana Seksi atau terbuka ……….. 74

4.3.6 Sikap yang Ditunjukkan terhadap Kebijakan Aturan Berbusana di Gereja ………... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 82

5.1 Kesimpulan ……….. 82

5.2 Saran ……… 83

DAFTAR PUSTAKA ………. 84 LAMPIRAN


(5)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ……… 25

Tabel 4.1 Daftar Pemimpin GKPI (Bioshop dan Sekjen) ………. 33

Tabel 4.2 Daftar Nama Penatua Pendiri GKPI Padang Bulan ……….. 34

Tabel 4.3 Daftar Pendeta GKPI Padang Bulan Medan ………. 35

Tabel 4.4 Informan Penelitian ………... 37

Tabel 4.5 Kategori Busana Seksi atau Terbuka Menurut Pendapat Informan ……… 72


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR