Dasar Penyajian Laporan Keuangan lanjutan Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif serta Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TIDAK DIAUDIT 30 Juni 2004 dan 2003 Dinyatakan dalam jutaan rupiah, kecuali dinyatakan lain 12

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan

a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan lanjutan

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan konsep akrual, kecuali untuk tagihan swap suku bunga, efek-efek dan obligasi rekapitalisasi diperdagangkan yang dinyatakan sebesar nilai wajar, obligasi lindung nilai hedge bonds yang dinyatakan dengan menggunakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dan tagihan bunga atas aktiva produktif yang digolongkan sebagai non performing yang dicatat sebagai pendapatan secara cash basis. Laporan arus kas menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang diklasifikasikan menjadi aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan penyajian laporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain yang tidak dijadikan sebagai jaminan atau dibatasi penggunaannya. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan adalah rupiah.

b. Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Dalam usahanya, Bank melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa seperti yang didefinisikan dalam PSAK No. 7, tentang “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. Semua transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Transaksi dengan Badan Usaha Milik NegaraDaerah dan perusahaan- perusahaan yang terkait dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN dalam rangka restrukturisasi perbankanperusahaan, tidak diungkapkan sebagai transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

c. Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif serta Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

Aktiva produktif terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek dan obligasi rekapitalisasi, tagihan swap suku bunga dan kredit yang diberikan serta komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit. Penyisihan kerugian aktiva produktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit dibentuk berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen terhadap kualitas masing-masing aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi pada akhir periode dengan minimum penyisihan kerugian sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31148KEPDIR tanggal 12 November 1998 tentang “Pembentukan Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif”. Penyisihan kerugian atas komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit dicatat pada akun “Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi” di bagian kewajiban pada neraca. Pedoman Bank Indonesia tentang pembentukan penyisihan kerugian aktiva produktif serta estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi adalah sebagai berikut: 1. Penyisihan umum, sekurang-kurangnya sebesar 1 dari aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Hutang Pemerintah. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TIDAK DIAUDIT 30 Juni 2004 dan 2003 Dinyatakan dalam jutaan rupiah, kecuali dinyatakan lain 13

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan