25
berita baik. Dengan demikian perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan
perusahaan yang mengalami kerugian. Perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami audit report lag yang lebih pendek, sehingga
good news tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya.
Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan
dengan hasil akhir berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Perusahaan yang profit
memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati 2008 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan
waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Mereka juga
memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung berhati-hati dalam melakukan proses
pengauditan.
2.1.5. Jenis Opini Audit
Arens dan Loebbecke 2008 menyatakan bahwa laporan penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan menginformasikan
Universitas Sumatera Utara
26
pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Dari sudut pandang pemakai, laporan dianggap sebagai produk
utama dari proses atestasi. SPAP mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Keterkaitan ini tidak
selalu berupa audit laporan keuangan, tetapi dapat pula hanya berupa bantuan untuk menyusun laporan keuangan.
Menurut Arens dan Loebbecke 2008: 36 terdapat 5 jenis opini udit yang dapat diberikan auditor atas laporan keuangan auditnya, yaitu
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian unqualified opinion, jika menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. 2.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan unqualified opinion with explanatory paragraph dalam laporan auditnya karena audit yang dilakukannya telah memenuhi kriteria
suatu proses audit yang lengkap dengan hasil–hasil yang memuaskan dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tetapi auditor merasa perlu
untuk memberikan sejumlah informasi tambahan dalam laporan auditnya. 3.
Wajar dengan Pengecualian WDP Auditor memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan wajar
dengan pengecualian qualified opinion untuk pos–pos tertentu yang memuat salah saji yang material. Pada saat auditor menerbitkan laporan
Universitas Sumatera Utara
27
wajar dengan pengecualian, auditor harus menggunakan istilah “kecuali untuk” dalam paragraf pendapat.
4. Tidak Wajar
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar adverse opinion. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor
merasa yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang sangat material atau menyesatkan dan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Tidak Memberikan Pendapat
Disclaimer opinion atau opini tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan
yang memuat salah saji sangat material telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika
auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan timbul karena banyak
pembatasan lingkup audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan klien menurut kode etik profesional.
2.1.6 Kualitas Audit