Hukmu at-Tadkhin inda jam'iyatai al-Muhammadiyyah wa Nahdhatu al-Ulama (Dirasah Al-Muqaranah)
أ.
.1
.2
ب.
ج.
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
KMPLHK RANITA
http://ar.wikipedia.org/wiki
.1
.2
.3
.1
.2
.3
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”
.1
1
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
No.6/SM/MTT/III/2010 Tentang Hukum Rokok, diakses pada 25 Oktober 2010 dari
http://www.muhammadiyah.or.id
.2
.3
.4
.5
.6
Hasil-hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawarahan Lainnya 1345 H/1926 M –
1427 H/2006 M, (Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar NU) Cet. I Februari 2010, h 320
Keputusan Muktamar NU ke-2 di Surabaya pada tanggal 12 Rabiuts Tsani 1346 H/9 Oktober 1927
M dalam Bab Jual Beli Mercon untuk Berhari Raya.
4
.1
“PBNU Tak Sepakat Fatwa Haram Rokok Muhammadiyah” diakses pada 28 Oktober
2010 dari http://www.nu.or.id.
5
.2
.3
KH. Arwani Faishal “Bahtsul Masail tentang Hukum Merokok” diakses pada 25
Oktober 2010 dari http://www.nu.or.id
6
أ.
.1
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
http://alfuratuniv.net/forums/topic/10252
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
)1
)2
)3
)4
)5
)6
)7
http://www.alhandasa.net/forum/showthread.php?t=206595
.2
18
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ke Muhammadiyah an, (Majlis Pendidikan Dasar
dan Menengah: 1995), h. 52.
20
Drs. H. Musthafa Kamal Pasha dan Drs. H. Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005), h. 91.
21
Junus Salam, K.H. Ahmad Dahlan amal dan perjuangannya, (Banten: Al Wasat,
2009), h. 52 dan dikutip dari buku silsilah milik Eyang Abd. Rahman Pleso Kuning, Yogyakarta.
22
Djarnawi Hadikusuma, Dari Jamaluddin Al Afghani sampai K.H. Ahmad Dahlan,
(Persatuan Yogyakarta), h. 74-75.
23
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, (Jakarta:
Best Media Utama, 2010), h. 23.
.1
.2
.3
24
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam, h. 92.
25
26
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 24.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 27.
27
28
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 28.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 29.
Kadipaten Pakualaman
29
30
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 31.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 32.
32
H. 70.
KH. A. Mucith Muzadi, NU dan Fiqih Konstektual (Yogyakarta: LPKSM NU DIY),
34
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat, Perjuangan
dan Doa (Yogyakarta: Kutub, 2006), h. 292.
35
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat, Perjuangan
dan Doa, h. 292-293.
36
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, h. 293.
.1
.2
.3
.1
.2
.3
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007
Munawir, Achmad Warso dan Fairuz, Muhammad. Al-Munawwir; Kamus
Indonesia-Arab. Surabaya: Pustaka Progresif, 2007.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ke Muhammadiyah an. Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah: 1995.
Pasha, Mushtafa Kamal dan Darban, Ahmad Adaby. Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005.
Salam, Junus. K.H. Ahmad Dahlan amal dan perjuangannya. Banten:
Al-Wasat, 2009.
Hadikusuma, Djarnawi. Dari Jamaluddin Al Afghani sampai K.H.
Ahmad Dahlan. Persatuan Yogyakarta.
Ramly,
Nadjmuddin
dan
Sucipto,
Hery.
Ensiklopedi
Tokoh
Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama, 2010.
Muzadi, A. Aziz. 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat,
Perjuangan dan Doa. Yogyakarta: Kutub, 2006.
Hasil-hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawarahan Lainnya 1345
H/1926 M – 1427 H/2006 M, (Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar NU) Cet.
I Februari 2010
FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
NO. 6/SM/MTT/III/2010
TENTANG HUKUM MEROKOK
Menimbang:
1. Bahwa dalam rangka partisipasi dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat
semaksimal mungkin dan penciptaan lingkungan hidup sehat yang menjadi hak setiap
orang, perlu dilakukan penguatan upaya pengendalian tembakau melalui penerbitan fatwa
tentang hukum merokok;
2. Bahwa fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diterbitkan
tahun 2005 dan tahun 2007 tentang Hukum Merokok perlu ditinjau kembali;
Mengingat:
Pasal 2, 3, dan 4 Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.08/SKPP/I.A/8.c/2000;
Memperhatikan:
1.
2.
Kesepakatan dalam Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian Tembakau yang
diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 21 Rabiul Awal 1431 H yang bertepatan dengan
07 Maret 2010 M bahwa merokok adalah haram;
Pertimbangan yang diberikan dalam Rapat Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah pada hari Senin 22 Rabiul Awal 1431 H yang bertepatan dengan
08 Maret 2010 M,
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
FATWA TENTANG HUKUM MEROKOK
Pertama: Amar Fatwa
1. Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak setiap orang dan merupakan
bagian dari tujuan syariah (maqa‟sid asy-syari„ah);
2. Merokok hukumnya adalah haram karena:
a. merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khaba‟is yang dilarang dalam Q. 7:
157,
b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan
bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan sehingga oleh karena itu
bertentangan dengan larangan al-Quran dalam Q. 2: 195 dan 4: 29,
c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena paparan asap
rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya sebagaimana telah disepakati oleh
para ahli medis dan para akademisi dan oleh karena itu merokok bertentangan dengan
prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada perbuatan membahayakan diri
sendiri dan membahayakan orang lain,
d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang membahayakan
walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu kemudian sehingga oleh
karena itu perbuatan merokok termasuk kategori melakukan suatu yang melemahkan
sehingga bertentangan dengan hadis hadis Nabi saw yang melarang setiap perkara
yang memabukkan dan melemahkan.
e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar
yang terkena paparan asap rokok, maka pembelajaan uang untuk rokok berarti
melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalan Q. 17: 26-27,
f. Merokok bertentangan dengan unsur-runsur tujuan syariah (maq±¡id asy-syar³„ah),
yaitu (1) perlindungan agama (Hifz ad-din), (2) perlindungan jiwa/raga (Hifz annafs), (3) perlindungan akal (Hifz al-„aql), (4) perlindungan keluarga (Hifz an-nasl),
dan (5) perlindungan harta (Hifz al-mal).
3. Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan keluarganya dari
percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang menyatakan, “Wahai orang-orang
beriman hindarkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
4. Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan berusaha sesuai
dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan merokok dengan mengingat Q. 29:
69, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2: 286, “Allah tidak akan membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan mendapat hasil apa yang ia usahakan dan
memikul akibat perbuatan yang dia lakukan;” dan untuk itu pusat-pusat kesehatan di
lingkungan Muhammadiyah harus mengupayakan adanya fasilitas untuk memberikan
terapi guna membantu orang yang berupaya berhenti merokok.
5. Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadrij (berangsur), at-taisir (kemudahan),
dan „adam al-haraj (tidak mempersulit).
6. Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok yang sebelumnya
telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dinyatakan tidak berlaku.
Kedua: Tausiah
1. Kepada Persyarikatan Muhammadiyah direkomendasikan agar berpartisipasi aktif dalam
paya pengendalian tembakau sebagai bagian dari upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dalam kerangka amar makruf nahi munkar.
2. Seluruh fungsionaris pengurus Persyarikatan Muhammadiyah pada semua jajaran
hendaknya menjadi teladan dalam upaya menciptakan masyarakat yang bebas dari bahaya
rokok.
3. Kepada pemerintah diharapkan untuk meratifikasi Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) guna penguatan landasan bagi upaya pengendalian tembakau dalam
rangka pembangunan kesehatan masyarakat yang optimal, dan mengambil kebijakan yang
konsisten dalam upaya pengendalian tembakau dengan meningkatkan cukai tembakau
hingga pada batas tertinggi yang diizinkan undang-undang, dan melarang iklan rokok yang
dapat merangsang generasi muda tunas bangsa untuk mencoba merokok, serta membantu
dan memfasilitasi upaya diversifikasi dan alih usaha dan tanaman bagi petani tembakau.
Difatwakan di Yogyakarta, pada hari Senin, 22 Rabiul Awal 1431 H bertepatan dengan
08 Maret 2010 M.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Ketua: Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA
Sekretaris: Drs. H. Dahwan, M. Si.
.1
.2
ب.
ج.
.1
.2
.3
.4
.5
.6
.7
KMPLHK RANITA
http://ar.wikipedia.org/wiki
.1
.2
.3
.1
.2
.3
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”
.1
1
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
No.6/SM/MTT/III/2010 Tentang Hukum Rokok, diakses pada 25 Oktober 2010 dari
http://www.muhammadiyah.or.id
.2
.3
.4
.5
.6
Hasil-hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawarahan Lainnya 1345 H/1926 M –
1427 H/2006 M, (Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar NU) Cet. I Februari 2010, h 320
Keputusan Muktamar NU ke-2 di Surabaya pada tanggal 12 Rabiuts Tsani 1346 H/9 Oktober 1927
M dalam Bab Jual Beli Mercon untuk Berhari Raya.
4
.1
“PBNU Tak Sepakat Fatwa Haram Rokok Muhammadiyah” diakses pada 28 Oktober
2010 dari http://www.nu.or.id.
5
.2
.3
KH. Arwani Faishal “Bahtsul Masail tentang Hukum Merokok” diakses pada 25
Oktober 2010 dari http://www.nu.or.id
6
أ.
.1
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
http://alfuratuniv.net/forums/topic/10252
http://sondos.kiswani.net/smoke/smoke.htm
)1
)2
)3
)4
)5
)6
)7
http://www.alhandasa.net/forum/showthread.php?t=206595
.2
18
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ke Muhammadiyah an, (Majlis Pendidikan Dasar
dan Menengah: 1995), h. 52.
20
Drs. H. Musthafa Kamal Pasha dan Drs. H. Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005), h. 91.
21
Junus Salam, K.H. Ahmad Dahlan amal dan perjuangannya, (Banten: Al Wasat,
2009), h. 52 dan dikutip dari buku silsilah milik Eyang Abd. Rahman Pleso Kuning, Yogyakarta.
22
Djarnawi Hadikusuma, Dari Jamaluddin Al Afghani sampai K.H. Ahmad Dahlan,
(Persatuan Yogyakarta), h. 74-75.
23
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, (Jakarta:
Best Media Utama, 2010), h. 23.
.1
.2
.3
24
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam, h. 92.
25
26
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 24.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 27.
27
28
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 28.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 29.
Kadipaten Pakualaman
29
30
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 31.
Nadjmuddin Ramly dan Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Muhammadiyah, h. 32.
32
H. 70.
KH. A. Mucith Muzadi, NU dan Fiqih Konstektual (Yogyakarta: LPKSM NU DIY),
34
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat, Perjuangan
dan Doa (Yogyakarta: Kutub, 2006), h. 292.
35
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat, Perjuangan
dan Doa, h. 292-293.
36
Kh. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, h. 293.
.1
.2
.3
.1
.2
.3
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007
Munawir, Achmad Warso dan Fairuz, Muhammad. Al-Munawwir; Kamus
Indonesia-Arab. Surabaya: Pustaka Progresif, 2007.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ke Muhammadiyah an. Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah: 1995.
Pasha, Mushtafa Kamal dan Darban, Ahmad Adaby. Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005.
Salam, Junus. K.H. Ahmad Dahlan amal dan perjuangannya. Banten:
Al-Wasat, 2009.
Hadikusuma, Djarnawi. Dari Jamaluddin Al Afghani sampai K.H.
Ahmad Dahlan. Persatuan Yogyakarta.
Ramly,
Nadjmuddin
dan
Sucipto,
Hery.
Ensiklopedi
Tokoh
Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama, 2010.
Muzadi, A. Aziz. 99 Kiai Pondok Pesantren Nusantara, Riwayat,
Perjuangan dan Doa. Yogyakarta: Kutub, 2006.
Hasil-hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawarahan Lainnya 1345
H/1926 M – 1427 H/2006 M, (Lajnah Taklif wan Nasyr Pengurus Besar NU) Cet.
I Februari 2010
FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
NO. 6/SM/MTT/III/2010
TENTANG HUKUM MEROKOK
Menimbang:
1. Bahwa dalam rangka partisipasi dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat
semaksimal mungkin dan penciptaan lingkungan hidup sehat yang menjadi hak setiap
orang, perlu dilakukan penguatan upaya pengendalian tembakau melalui penerbitan fatwa
tentang hukum merokok;
2. Bahwa fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diterbitkan
tahun 2005 dan tahun 2007 tentang Hukum Merokok perlu ditinjau kembali;
Mengingat:
Pasal 2, 3, dan 4 Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.08/SKPP/I.A/8.c/2000;
Memperhatikan:
1.
2.
Kesepakatan dalam Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian Tembakau yang
diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 21 Rabiul Awal 1431 H yang bertepatan dengan
07 Maret 2010 M bahwa merokok adalah haram;
Pertimbangan yang diberikan dalam Rapat Pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah pada hari Senin 22 Rabiul Awal 1431 H yang bertepatan dengan
08 Maret 2010 M,
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
FATWA TENTANG HUKUM MEROKOK
Pertama: Amar Fatwa
1. Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak setiap orang dan merupakan
bagian dari tujuan syariah (maqa‟sid asy-syari„ah);
2. Merokok hukumnya adalah haram karena:
a. merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khaba‟is yang dilarang dalam Q. 7:
157,
b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan
bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan sehingga oleh karena itu
bertentangan dengan larangan al-Quran dalam Q. 2: 195 dan 4: 29,
c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena paparan asap
rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya sebagaimana telah disepakati oleh
para ahli medis dan para akademisi dan oleh karena itu merokok bertentangan dengan
prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada perbuatan membahayakan diri
sendiri dan membahayakan orang lain,
d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang membahayakan
walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu kemudian sehingga oleh
karena itu perbuatan merokok termasuk kategori melakukan suatu yang melemahkan
sehingga bertentangan dengan hadis hadis Nabi saw yang melarang setiap perkara
yang memabukkan dan melemahkan.
e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar
yang terkena paparan asap rokok, maka pembelajaan uang untuk rokok berarti
melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalan Q. 17: 26-27,
f. Merokok bertentangan dengan unsur-runsur tujuan syariah (maq±¡id asy-syar³„ah),
yaitu (1) perlindungan agama (Hifz ad-din), (2) perlindungan jiwa/raga (Hifz annafs), (3) perlindungan akal (Hifz al-„aql), (4) perlindungan keluarga (Hifz an-nasl),
dan (5) perlindungan harta (Hifz al-mal).
3. Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan keluarganya dari
percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang menyatakan, “Wahai orang-orang
beriman hindarkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
4. Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan berusaha sesuai
dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan merokok dengan mengingat Q. 29:
69, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2: 286, “Allah tidak akan membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan mendapat hasil apa yang ia usahakan dan
memikul akibat perbuatan yang dia lakukan;” dan untuk itu pusat-pusat kesehatan di
lingkungan Muhammadiyah harus mengupayakan adanya fasilitas untuk memberikan
terapi guna membantu orang yang berupaya berhenti merokok.
5. Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadrij (berangsur), at-taisir (kemudahan),
dan „adam al-haraj (tidak mempersulit).
6. Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok yang sebelumnya
telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dinyatakan tidak berlaku.
Kedua: Tausiah
1. Kepada Persyarikatan Muhammadiyah direkomendasikan agar berpartisipasi aktif dalam
paya pengendalian tembakau sebagai bagian dari upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dalam kerangka amar makruf nahi munkar.
2. Seluruh fungsionaris pengurus Persyarikatan Muhammadiyah pada semua jajaran
hendaknya menjadi teladan dalam upaya menciptakan masyarakat yang bebas dari bahaya
rokok.
3. Kepada pemerintah diharapkan untuk meratifikasi Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) guna penguatan landasan bagi upaya pengendalian tembakau dalam
rangka pembangunan kesehatan masyarakat yang optimal, dan mengambil kebijakan yang
konsisten dalam upaya pengendalian tembakau dengan meningkatkan cukai tembakau
hingga pada batas tertinggi yang diizinkan undang-undang, dan melarang iklan rokok yang
dapat merangsang generasi muda tunas bangsa untuk mencoba merokok, serta membantu
dan memfasilitasi upaya diversifikasi dan alih usaha dan tanaman bagi petani tembakau.
Difatwakan di Yogyakarta, pada hari Senin, 22 Rabiul Awal 1431 H bertepatan dengan
08 Maret 2010 M.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Ketua: Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA
Sekretaris: Drs. H. Dahwan, M. Si.