13 tahun HASIL DAN PEMBAHASAN

33 Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karesteristik Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan n=96 Karakteristik f Usia 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 96 100 Usia Menarche 12 tahun 8 8.3 12-13 tahun 51

53.1 13 tahun

Riwayat Merokok Ada Tidak ada Penyakit Ginekologis Ada Tidak ada Penyakit Lain Ada - Tifus - Asma - gastritis Tidak ada 37 96 96 3 1 1 91 38.5 100 100 3,1 1 1 94,8 Berat Badan Kg 50 kg 50-54 kg 54 kg 39 30 27 40,6 31,3 28,1 Tinggi Badan cm 156 cm 156-160cm 160cm 38 42 16 39,6 43,8 16,7 Tabel 3 menunjukkan bahwa semua responden berusia 16-19 tahun yaitu sebanyak 96 orang 100. Seluruh responden tidak memiliki riwayat merokok dan penyakit ginekologis atau penyakit pada organ reproduksi yaitu sebanyak 96 orang 100. Sebagian besar responden mendapatkan menstruasi pertama menarche usia 12-13 tahun yaitu sebanyak 51 orang 53,1, Responden yang Universitas Sumatera Utara 34 memiliki penyakit lain seperti tifus yaitu sebanyak 3 orang 3,1, asma sebanyak 1 orang , dan gastritis sebanyak 1 orang 1. Tabel 3 menunujukkan gambaran mayoritas responden dengan berat badan 50 kg sebanyak 39 orang 40,6 dengan tinggi badan 156-160 cm sebanyak 42 orang 43,8. 1.2. Indeks Massa Tubuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki indeks massa tubuh yang normal sejumlah 58 orang 60,4 dan kategori indeks massa tubuh obesitas adalah yang paling sediit yaitu sejumlah 3 orang 3,1. Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh Remaja Putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=96 1.3.Siklus Menstruasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 63 orang 65,6. Indeks Massa Tubuh Kgm 2 f Kurang 15 15,6 Normal 58 60,4 Lebih 20 20,8 Obese 3 3,1 Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Siklus Menstruasi pada Remaja Putri Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=96 1.4. Hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada remaja putri Fakultas .. Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Berdasarkan 15 responden yang mempunyai status gizi kurang sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 11 responden 73,3. Sedangkan kelompok responden yang mempunyai status gizi normal sebagian besar mengalami siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 52 responden 91,3. Sedangkan kelompok responden yang mempunyai status gizi lebih sebagian besar mengalami tidak teratur yaitu sebanyak 14 responden 87,5. Sedangkan kelompok Karasteristik f Siklus Menstruasi Teratur 63 65,6 Tidak Teratur 33 34,4 Status Gizi Siklus Menstruasi r p Normal Tidak Normal Kurang 4 11 0,103 0,001 Normal 52 6 Lebih 2 14 Obese 1 2 Universitas Sumatera Utara 36 responden yang mempunyai status gizi obese sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 2 responden 66,6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hubungan status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan uji spearman diperoleh nilai p=0,001. Angka ini lebih besar dari α=0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Nilai r koefiesien korelasi sebesar 0,103 yang menunjukkan korelasi positif rendah, hubungan positif dengan interpretasi lemah. Hubungan positif disini menandai hubungan yang sifatnya searah, korelasi positif terjadi jika semakin besar nilai satu variabel maka nilai variabel lain semakin besar. 2. Pembahasan 2.1. Indeks Massa Tubuh Penilaian antropometri tubuh salah satunya dengan mengukur indeks massa tubuh seseorang, dimana penilaian dengan mengukur berat badan dan tinggi badan Kusmiran, 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sejumlah 58 orang 60,4. Hasil penelitian ini memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian Pristina 2014 yang menemukan sebagian besar subjek memiliki indeks massa tubuh normal yaitu sejumlah 44 orang 71,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arisman 2007 bahwa perkembangan perekonomian dan Universitas Sumatera Utara 37 teknologi menyebabkan perbaikan gizi jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya. Adapun faktor lain yang mempengaruhi indeks massa tubuh seseorang adalah tingkat pengetahuan, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin baik nilai indeks massa tubuh tersebut Suhardjo, 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat remaja putri dengan indeks massa tubuh yaitu sejumlah 15 orang 15,6, status gizi lebih yaitu sejumlah 20 orang 20,8, serta obesitas yaitu sejumlah 3 orang 3,1. Menurut Suhardjo 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi indeks massa tubuh pada dasarnya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari genetik, asupan makanan, dan penyakit infeksi. Faktor eksternal terdiri dari faktor terdiri dari faktor pertanian, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan pengetahuan gizi. Selain itu, banyak hal yang turut mempengzruhi keadaan status gizi. Faktor teknologi juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi status gizi remaja. Gizi kaum remaja yang dicerminkan oleh pola makannya akan sangat menentukan apakah mereka bisa mencapai pertumbuhan fisik yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan fisik remaja akan sangat ditentukan oleh asupan kalori dan protein. Dengan mengkonsumsi kalori dan protein secara cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dapat dicapai dengan baik Dieny, 2014. Universitas Sumatera Utara 38 2.2. Siklus Menstruasi Keteraturan siklus menstruasi merupakan rangkaian siklus menstruasi yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan ketika perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran dan pada saluran reproduksi normal, ovarium berperan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan siklik maupun lama siklus menstruasi Bobak, 2004. Gangguan atau kelainan pada organ reproduksi dapat terjadi dari berbagai faktor misalnya genetik, lingkungan dan gaya hidup Banudi, 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60 responden 62,5 yang mengalami siklus menstruasi teratur dan 36 responden 37,5 yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur. Berbeda dengan penelitian Pristina 2014 yang mendapatkan hasil mayoritas responden mendapatkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu sejumlah 54 responden 87,1 padahal responden di asumsikan dalam tingkatan umur yang sama dengan remaja putri di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Perbedaan hasil penelitian di atas dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi seperti stress. Pada saat stres peningkatan HPA aksis yang mengakibatkan hipotalamus menyekresikan CRH yang akan merangsang kelenjar adrenal untuk Universitas Sumatera Utara 39 menyekresikan kortisol. Kortisol menekan pultasil LH sehingga terjadi ketidakseimbangan hormone yang mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur Guyton, 2006. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakterturan siklus menstruasi adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang berat menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH sehingga menurunkan level estrogen yang akan mempengaruhi siklus menstruasi Ganong, 2008. Ada pun faktor lain yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi antara yaitu penyakit yang meyebabkan perubahan hormone seperti diabetes mellitus DM yang tidak terkontrol, polycystic ovary syndrome PCOS, kelainan kelenjar tiroid, stress, konsumsi obat tertentu dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin, merokok serta aktivitas fisik yang berlebihan Proverawati, 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah seluruh responden berdasarkan gambaran siklus menstruasi yaitu normal sebanyak 60 orang 62,5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah 2006 tentang hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi pada remaja putri di Kelurahan Sidoarjo Kecamatan Pacitan juga menunjukkan bahwa mayoritas dari 75 responden memiliki siklus menstruasi yang normal sebanyak 64,9. Menurut Wolfenden 2010, faktor yang paling berpengaruh dalam regulitas siklus menstruasi adalah ketidakseimbangan hormon. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pengaturan hormon terganggu, beberapa diantaranya stress, penyakit, perubahan rutinitas, gaya hidup, dan berat badan. Selain itu juga terdapat faktor lainnya yang berpengaruh terhadap siklus Universitas Sumatera Utara 40 menstruasi yaitu status gizi, kelainan uterus, kondisi fisik, penyakit ginekologi dan umur Llewellyn, 2001. Jenis siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang terjadi setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang terjadi setiap 2 sampai 3 minggu sekali dan menstruasi yang terjadi hanya 2 kali setahun. Siklus menstruasi yang tidak teratur berdampak pada gangguan kesuburan Llewellyn, 2001 2.3.Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi Hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi dengan uji spearman yaitu r=0,103, p=0,001 yang berarti didapati adanya hubungan antara keduanya. Salah satu hormon yang berperan dalam menstruasi adalah estrogen. Estrogen ini disintetis di ovarium, adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat. Menurut analisis penyebab lebih panjangnya siklus menstruasi diakibatkan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat meningkatnya jumlah lemak tubuh Hupitoyo, 2011. Berdasarkan hasil penelitian dari 15 responden yang mempunyai status gizi kurang sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 11 responden 73,3. Pada wanita yang kekurangan gizi kadar hormon steroid mengalami perubahan. Kolestrol sebagai pembakal prekursor steroid disimpan dalam jumlah banyak di sel-sel theka. Di bawah rangsangan LH, steroid yang oleh jaringan perifer diubah menjadi senyawa aktif secara Universitas Sumatera Utara 41 androgenis Sacher, 2004. Peningkatan kadar steroid akan berdampak pada perubahan siklus ovulasi dan terganggunya siklus menstruasi Paath, 2005. Berat badan kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan menstruasi, tetapi akan membaik jika asupan nutrisinya baik Banudi, 2013. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami perubahan yang dampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi Waryana, 2010. Perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi, penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan Kusmiran, 2011. Status gizi kurang, lemak yang sedikit, intake kalori yang rendah dan eating disorder diduga mengganggu sekresi pulsatil dari pituitary gonadotropin Fujiwara et al, 2007. Berdasarkan hasil penelitian dari 16 responden yang mempunyai status gizi lebih sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur yaitu sebanyak 14 orang 87,5. Lemak tubuh yang diukur dengan IMT, memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang dan tidak teratur. Perempuan dengan status gizi diatas normal memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadi siklus tidak teratur Rowland et al, 2002. Status gizi lebih cenderung mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi, hal ini sejalan dengan yang Universitas Sumatera Utara 42 dilakukan Wei et al. 2009 pada wanita Australian yang semakin mendukung adanya hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi. Perempuan dengan berat badan berlebih memiliki empat sampai lima kali lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Ditemukan juga peningkatan androstendoin dan peningkatan rasio estron atau estradiolsrta penurunan kadar sex hormone binding globuline SHBG serum Basir, 2012. Gangguan siklus menstruasi disebabkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar FSH tidak pernah mencapai puncak. Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi ataupun kehilangan siklus menstruasi Prawirohardjo, 2010. Pada perempuan dengan berat badan berlebihan ditemukan produksi androgen suprarenal meningkat, peningkatan pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-hidroksisteroid, kadar plasma testoteron meningkat, kadar plasma androstenadion meningkat, rasio estronstradiol 2,5 serta kadar sex hormone binding globulin SHBG yang rendah Morgan, 2009. Ditambah lagi terjadi kelebihan androgen, estrogen terutama estron. Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus Pituitary Gonad HPG serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan energi dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadarandrogen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex Hormone Binding Globuline SBHG berperan dalam regulasibioavabilitas kadar hormon Kyrou, 2010. Universitas Sumatera Utara 43 Berdasarkan hasil penelitian dari 3 responden yang mempunyai indeks massa tubuh obese sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 2 orang 66,6. Agrawal 2012 pada penelitiannya mendapati siklus memanjang 35 hari pada indeks massa tubuh obesitas sebesar 10, 6 indeks massa tubuh lebih, dan 2 dari indeks massa tubuh normal mengalami siklus memendek 21 hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan Prismatuti 2012 mendapati obese memiliki resiko 3,5 kali lipat. Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan produksi androstenedoin yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai precursor hormon reproduksi. Sehingga, semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula esterogen yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan hormon Rakhmawati, 2012. Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen Waryana, 2010. Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja. Kolestrol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekorsur dari esterogen sehingga produksi esterogen cenderung berlebihan. Dengan begitu, kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolestrol tinggi Wiknjosastro, 2009. Perempuan dengan berat badan berlebih dan memiliki gangguan siklus menstruasi dapat melakukan program penurunan berat badan untuk menormalkan siklus menstruasinya. Penurunan berat badan ±10 menunjukkan adanya perbaikan profil hormon yang dapat menurunkan resiko Universitas Sumatera Utara 44 gangguan siklus menstruasi Norman, 2012. Sedangkan perempuan dengan berat badan kurang dianjurkan untuk melakukan program peningkatan berat badan sampai mencapai ideal. Selain itu memperbaiki kualitas dan kuantitas asupan makanan merupakan tindakan untuk meningkatkan fungsi reproduksi kedepannya Paath et al, 2005. 3. Keterbatasan Penelitian 1. Kuesioner penelitian untuk siklus menstruasi tidak dilakukan pemantauan siklus menstruasi secara berturut serta pada kuesioner tidak dilampirkan pertanyaan mengenai jumlah darah yang seharusnya menjadi indikator keteraturan siklus menstruasi. 2. Frekuensi status gizi pada sampel penelitian tidak proporsional antara status gizi normal dan tidak normal 3. Alat ukur untuk tinggi badan pada penelitian menggunakan pita meteran, seharusnya alat pengukur tinggi badan yang digunakan yaitu microtoise Universitas Sumatera Utara 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN