Percobaan Untuk Mendapatkan Paremeter-Parameter Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang sering menjadi pilihan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi sangat mudah dalam pengoperasian dan perawatannya juga minimum. Dalam bab ini akan dibahas pengaruh suplai variasi tegangan kerja sesuai dengan SPLN 1 tahun 1995 +5 ; -10 V nom , terhadap kinerja putaran-torsi dan temperatur motor induksi tiga phasa rotor belitan. Yang dimaksud kinerja motor disini adalah kecepatan putaran dan torsi. Sedangakan metode untuk pengukuran kondisi temperatur motor induksi tiga phasa, menggunakan satu metode yaitu dengan metode pengukuran menggunakan thermometer infrared.

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU diperoleh data pengujian sebagai berikut:

4.2.1 Percobaan Untuk Mendapatkan Paremeter-Parameter Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Tabel 4.1 Percobaan tahanan DC pada belitan stator Phasa V Volt I Ampere U-V 3,4 1,76 Universitas Sumatera Utara 39 Tabel 4.2 Percobaan tahanan DC pada belitan rotor Phasa V Volt I Ampere K-M 1,1 1,65  Analisis Data - Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan stator Untuk data di atas diperoleh: R dc = = = 1,93 Ω Karena hubungan pada stator adalah hubungan Y, maka: R dc = = 0,965 Ω R ac = 1,2 x 0,965 = 1,158 Ω Maka tahanan stator adalah R s = 1,158 Ω - Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan rotor Untuk data di atas diperoleh: Universitas Sumatera Utara 40 R dc = R dc = = 0,66 Ω Karena hubungan pada rotor adalah hubungan Y, maka: R dc = = 0,33 Ω R ac = 1,2 x 0,33 = 0,39 Ω Maka tahanan rotor adalah R r = 0,39 Ω Universitas Sumatera Utara 41 4.2.2 Percobaan Pengaruh suplai variasi Tegangan kerja Terhadap Kinerja putaran-torsi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan Tabel 4.3 Data hasil pengujian pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada motor induksi saat kondisi berbeban konstan I f = 0,2 Volt R = 20 Ohm n s = 1500 rpm f = 50 Hz Vkerja Volt V L-L I stator A I rotor A I beban A n r rpm slip V tu ru n 342 3,54 2,12 4,23 1460 0,026 350 3,78 2,23 3,98 1466 0,022 360 4,03 2,27 3,65 1472 0,018 370 4,31 2,35 3,45 1477 0,015 V nom 380 4,64 2,46 3,13 1480 0,013 V naik 390 4,88 2,58 3,02 1483 0,011 398 5,42 2,61 2,91 1486 0.009 Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran, sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil perhitungan.  Analisis Data Dari data yang didapat pada Tabel 4.3, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai Torsi dari tiap Tegangan kerja, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 42 1. Tegangan kerja = 342 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 026 , 60 39 , 12 , 2 3 2      = 92 , 244 60 39 , 49 , 4 3    T e = 1,28 Nm 2. Tegangan kerja = 350 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 022 , 60 39 , 23 , 2 3 2      = 24 , 207 60 39 , 97 , 4 3    T e = 1,68 Nm 3. Tegangan kerja = 360 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 018 , 60 39 , 27 , 2 3 2      = 56 , 169 60 39 , 15 , 5 3    T e = 2,13 Nm 4. Tegangan kerja = 370 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    Universitas Sumatera Utara 43 =   1500 14 , 3 2 015 , 60 39 , 35 , 2 3 2      = 3 , 141 60 39 , 52 , 5 3    T e = 2,74 Nm 5. Tegangan kerja = 380 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 013 , 60 39 , 46 , 2 3 2      = 46 , 122 60 39 , 05 , 6 3    T e = 3,46 Nm 6. Tegangan kerja = 390 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 011 , 60 39 , 58 , 2 3 2      = 62 , 103 60 39 , 65 , 6 3    T e = 4,50 Nm 7. Tegangan kerja = 398 Volt s e n s R I T  2 60 3 2 2 2    =   1500 14 , 3 2 009 , 60 39 , 61 , 2 3 2      Universitas Sumatera Utara 44 = 78 , 84 60 39 , 81 , 6 3    T e = 5,64 Nm Dengan melakukan perhitungan seperti di atas pada berbagai besar tegangan, maka akan diperoleh nilaitorsi seperti pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil analisis data pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada kondisi berbeban konstan. I f = 0,2 Volt R = 20 Ohm n s = 1500 rpm f = 50 Hz Vkerja Volt V L-L I stator A I rotor A I beban A n r rpm slip T Nm V tu ru n 342 3,54 2,12 4,23 1460 0,026 1,27 350 3,78 2,23 3,98 1466 0,022 1,68 360 4,03 2,27 3,65 1472 0,018 2,13 370 4,31 2,35 3,45 1477 0,015 2,74 V nom 380 4,64 2,46 3,13 1480 0,013 3,46 V naik 390 4,88 2,58 3,02 1483 0,011 4,50 398 5,42 2,61 2,91 1486 0.009 5,64 Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran, sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil perhitungan. Universitas Sumatera Utara 45  Grafik Hasil Pengujian Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh suplai tegangan kerja terhadap kecepatan motor induksi ditunjukan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Grafik Tegangan kerja vs Kecepatan Motor Induksi Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh tegangan kerja terhadap torsi motor induksi ditunjukkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Grafik Tegangan kerja vs Torsi Motor Induksi 1440 1450 1460 1470 1480 1490 342 350 360 370 380 390 398 p u tar an rp m Tegangan Kerja Volt Tegangan Kerja vs Kecepatan Rotor 1 2 3 4 5 6 342 350 360 370 380 390 398 T or si Nm Tegangan Kerja volt Tegangan Kerja Vs Torsi Universitas Sumatera Utara 46 4.2.3 Percobaan Pengaruh variasi Tegangan kerja Terhadap temperatur Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan Tabel 4.5 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 342 volt V L-L , = 1460 rpm ,f= 50 Hz Stator = Y t menit suhu C 29,8 6 32,8 12 35,2 18 36,6 24 37,7 30 38,6 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 342 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: Cm Universitas Sumatera Utara 47 Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 342 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0.293 Cm. Gambar 4.3 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 342 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Tabel 4.6 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 350 volt V L-L , = 1466 rpm, f= 50 Hz Stator = Y t menit suhu C 30 6 33,1 12 34,8 18 37,5 24 38,7 30 40,1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 48 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.6, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 350 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 350 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0,33 Cm. Gambar 4.4 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 350 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 5 10 15 20 25 30 35 40 45 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 4.7 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 360 volt V L-L , = 1472 rpm ,f=50 Hz Stator = Y t menit suhu C 30,2 6 34,1 12 36,8 18 38,7 24 41,2 30 42,7 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 360 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 360 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0.416 Cm. Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.5 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 360 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Tabel 4.8 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 370 voltV L-L , = 1477 rpm , f= 50 Hz Stator = Y t menit suhu C 30,4 6 34,6 12 38,6 18 40,9 24 42,4 30 43,3 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.8, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 370 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: 5 10 15 20 25 30 35 40 45 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 51 Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 370 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0,43 Cm. Gambar 4.6 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 370 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 52 Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 380 volt V L-L , = 1480 rpm , f= 50 Hz Stator = Y t menit suhu C 29,7 6 35,6 12 38,4 18 41,8 24 43,7 30 44,4 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.9, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 380 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 380 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0.49 Cm. Universitas Sumatera Utara 53 Gambar 4.7 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 380 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 390 volt V L-L , = 1483 rpm, f =50 Hz Stator = Y t menit suhu C 29,8 6 35,3 12 39,6 18 43,1 24 45,4 30 47,8 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 390 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu°C Universitas Sumatera Utara 54 Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 390 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0.6 Cm. Gambar 4.8 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 390 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 10 20 30 40 50 60 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 55 Tabel 4.11 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared V kerja = 398 volt V L-L , = 1486 rpm, f=50 Hz Stator = Y t menit suhu C 29,4 6 36,6 12 40,7 18 43,7 24 47,2 30 48,3 Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.11, dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 398 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah sebagai berikut: Cm Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar 398 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan thermometer infrared, adalah sebesar 0.63 Cm. Universitas Sumatera Utara 56 Gambar 4.9 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 398 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 10 20 30 40 50 60 6 12 18 24 30 su h u ° C t menit t menit vs Suhu °C Universitas Sumatera Utara 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN