11
PPAT Sementara dan kewenangannya dalam membuat akta peralihan hak atas tanah, sehingga tidak menimbulkan masalah hukum dikemudian hari.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah dilakukan di perpustakaan Magister Kenotariatan Fakultas Hukum atau perpustakaan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara USU Medan, sejauh yang diketahui tidak ditemukan judul yang sama dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian yang ada
kaitannya dengan masalah Peralihan hak atas tanah yang dibuat oleh Camat sebagai PPAT Sementara adalah sebagai berikut :
1. Tetty Marlina Tarigan 017011063MKn, Tugas dan Fungsi Notaris dalam
Pembuatan Akta Kajian terhadap Pembuatan Akta Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi atas Tanah di wilayah kerja Kantor Notaris Kota Medan.
2. Harliaminda 057011033MKn, Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah
Sementara dalam Pendaftaran Hak Atas Tanah Studi di Kota Tebing Tinggi.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta
yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
6
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk member arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang
6
Soerdjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
12
diamati.
7
Menurut teori kepastian hukum, hukum dibentuk atau dibuat dengan tujuan untuk memenuhi rasa keadilan, kepastian dan ketertiban. Kepastian hukum bagi
subjek hukum dapat diwujudkan dalam bentuk yang telah ditetapkan terhadap suatu perbuatan dan peristiwa hukum. Teori kepastian hukum adalah bentuk perlindungan
hukum bagi subjek hukum dari tindakan kesewenang-wenangan pihak yang lebih dominan. Kepastian hukum bermuara pada ketertiban secara sosial. Kepastian hukum
diberikan oleh Negara sebagai pencipta hukum dalam bentuk undang-undang. Pelaksanaan kepastian hukum dinyatakan dalam bentuk lembaga yudikatif yang
berwenang mengadili atau menjadi wasit yang memberikan kepastian hukum bagi setiap subjek hukum.
8
Sebagaimana dikutip oleh Soeroso dalam bukunya yang berjudul pengantar ilmu hukum “Apeldoorn menyatakan bahwa :
“Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil, dan untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang
adil dengan mengadakan penyatuan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh hak-haknya sesuai hukum yang
berlaku secara pasti dalam mewujudkan keadilan”.
9
Menurut W. Friedman, suatu Undang-undang harus memberikan kepastian hukum yang sama kepada semua pihak walaupun terdapat perbedaan-perbedaan
diantara pribadi-pribadi tersebut.
10
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
7
JJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Penuntun M.Hisyam, Uji Press, Jakarta, 1996, hal 93.
8
Achmad Ali, Mengenal Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofi dan Sosiologi, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 85.
9
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 57.
10
W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum dalam Buku Telaah Kasusu atas Teori-teori Hukum, Terjemahan Muhammad.
Universitas Sumatera Utara
13
teori kepastian hukum. Kepastian hukum sebagai landasan yuridis pelaksanaan tugas Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Sementara PPATS terhadap warga
masyarakat yang menggunakan jasanya dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah yang belum bersertipikat. Pengaturan dan pertanggung jawaban hukum
peralihan hak atas tanah yang dilakukan oleh Camat sebagai PPAT Sementara dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam PP No. 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pasal 5 ayat 3 huruf a PP No. 37 Tahun 1998 tersebut menyebutkan bahwa :
“Untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu, Menteri
dapat menunjuk pejabat-pejabat di bawah ini sebagai pejabat sementara atau PPAT khusus :
a. Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang
belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara. b. Kepala Kantor Pertanahan untuk melayani pembuatan akta yang diperlukan
dalam rangka pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat atau untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi Negara sahabat berdasarkan asas
resiprositas sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Negeri, sebagai PPAT khusus”.
Demikian Pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 PP No. 37 Tahun 1998 tersebut maka dikenal 3 jenis PPAT yaitu :
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. b. Camat selaku PPAT Sementara, adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.
Universitas Sumatera Utara
14
c. Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan wewenang khusus, adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melakukan tugas
PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu.
Secara teori struktur mengenai keterkaitan pendaftaran tanah dengan jabatan PPAT Sementara dalam melaksanakan pembuatan akta otentik PPAT mapun akta
pelepasan hak atas tanah yang tidak bersertipikat berdasarkan PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan PP No. 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
PPAT, dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 1. Dasar Hukum Camat sebagai PPAT Sementara
Sumber : Buku Panduan Badan Pertanahan Nasional BPN RI tahun 2010 tentang Dasar Hukum Camat sebagai PPAT
Sementara PP No. 24 1997
Tentang Pendaftaran Tanah PP No. 371998 tentang
Peraturan Jabatan PPAT PMAKa.BPN 122006
Peranan Camat Sebagai Pembuat Akta Tanah Sementara Dalam
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah PP No. 371998 Pasal 5 ayat 3
Berperan Tidak Berperan
Masyarakat mempunyai kepastian hukum dalam
masalah kepemilikan tanah UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemda
Universitas Sumatera Utara
15
Pengertian peralihan hak atas tanah, sebagaimana dalam bukunya yang berjudul Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan “Erene Eka Sihombing” menyebutkan bahwa : “Peralihan hak atas tanah adalah beralihnya atau berpindahnya hak kepemilikan
sebidang tanah atau beberapa bidang tanah dari pemilk semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan hukum tertentu. Perbuatan hukum
pemindahan hak bertujuan untyuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain untuk selama-lamanya dalam hal ini subyek hukumnya memenuhi syarat sebagai
pemegang hak atas tanah.
11
Tugas pokok PPAT menurut Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan PPAT menyebutkan bahwa
“PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum tertentu”.
Perbuatan hukum yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 PP No. 37 Tahun 1998 tersebut di atas adalah :
a. Jual beli; b. Tukar menukar;
c. Hibah; d. Pemasukan ke dalam perusahaan inbreng;
e. Pembagian hak bersama; f.
Pemberian Hak Guna Bangunan HGBHak Pakai atas tanah Hak Milik g. Pemberian Hak Tanggungan;
11
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
16
h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Dalam Pasal 39 PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Pejabat
Pembuat Akta Tanah PPAT memiliki larangan-larangan untuk membuat dan menerbitkan akta peralihan hak atas tanah, yaitu bagi tanah yang belum jelas status
haknya. Dengan kata lain, PPAT harus menolak pembuatan dan penerbitan akta peralihan hak atas tanah yaitu :
a. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar kepadanya tidak disampaikan
sertipikat asli hak yang bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di kantor pertanahan.
b. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar kepadanya tidak disampaikan :
1 Surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 1 atau surat keterangan LurahKepala Desa yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 2.
2 Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari kantor Pertanahan atau untuk tanah yang terletak di
daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan dari pemegang hak yang bersangkutan bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala DesaKelurahan.
3 Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 PP
No. 24 tahun 1997 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian.
Universitas Sumatera Utara
17
4 Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak.
5 Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum memperoleh izin pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut
perundang-undangan yang berlaku. 6 Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa
mengenai data fisik dan data yuridisnya. 7 Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria menyebutkan bahwa :“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah”. Pasal 19 ayat 1 tersebut diketahui bahwa pendaftaran tanah sangat penting
untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah, oleh karena itu pendaftaran tanah harus diselenggarakan diseluruh wilayah Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan
kekurangan PPAT, maka suatu kecamatan yang belum diangkat seorang PPAT, Camat yang ada pada kecamatan itu karena jabatannya menjadi PPAT Sementara.
Sebagai PPAT Sementara, camat mempunyai tugas dan kewajiban yang sama dengan PPAT.
Hubungan antara Camat dengan pendaftaran tanah terjadi karena perintah dari Pasal 5 ayat 3 huruf a PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT
Universitas Sumatera Utara
18
yang menyebutkan Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara. Jika untuk
kecamatan itu telah diangkat seorang PPAT, maka Camat yang bersangkutan tetap menjadi PPAT Sementara, sampai ia berhenti menjadi Camat dari kecamatan itu.
Penggantinya tidak lagi menjabat sebagai PPAT.
12
Melihat betapa pentingnya Pendaftaran Tanah agar terciptanya kepastian hukum hak atas tanah, maka pendaftaran tanah harus diselenggarakan, untuk itu
perangkat dan pejabat di daerah juga harus tersedia lengkap terutama seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.
Jika suatu daerah tidak tersedia PPAT, untuk dapat memenuhi kebutuhan kekurangan PPAT, suatu kecamatan yang belum diangkat seorang PPAT, Menteri
dapat menunjuk Camat yang ada pada kecamatan itu menjadi PPAT Sementara, dengan ketentuan Camat tersebut harus mengajukan permohonan untuk itu.
Adapun tugas dan kewajiban PPAT Sementara tersebut sama dengan PPAT Notaris. Dengan kata lain, apabila seorang Camat ingin mengajukan untuk menjadi
Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT Sementara, maka persyaratannya juga harus sama dengan persyaratan seorang PPAT Notaris atau harus sesuai dengan apa yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Sebaliknya apabila suatu daerah formasi jumlah PPAT telah mencukupi,maka Menteri harus menolak permohonan tersebut.
13
12
Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal 4.
13
Sunaryo Bustamam, Formasi PPAT di Indonesia,Pelita Ilmu, Jakarta, 2005, hal 14.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini adalah untuk menghubungkan teori dan observasi antara abstrak
dan kenyataan. Dengan demikian konsepsi dapat diartikan pula sebagai sarana untuk mengetahui gambaran umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai
penelitian observasi masalah yang akan diteliti.
14
Konsep diartikan pula sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus
yang disebut dengan defenisi operasional.
15
Soerjono Soekanto
berpendapat kerangka
konsepsi pada
hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.
16
Pentingnya defenisi operasional bertujuan untuk menghindari perbedaan salah pengertian atau penafsiran oleh karena
itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, harus dibuat seberapa defenisi konsep dasar sebagai acuan agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu:
a. Problematika adalah suatu permasalahan dibidang hukum mengenai akta peralihan hak atas tanah yang belumtanpa bersertipikat yang dikeluarkan oleh
Camat sebagai PPAT Sementara.
14
John Creswell Research Design, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Alih Bahasa Angkatan III dan IV, Kajian Ilmu Kepolisian KIK-UI Bekerjasama dengan Nur Khabibah, KIK Pres,
Jakarta, 1994, hal 79.
15
Sumadi Surya Brata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal 28.
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, hal 133.
Universitas Sumatera Utara