pandangan yang berbeda tentang belajar dalam proses pendidikan tersebut bertemu dalam semacam kesimpulan awal, bahwa pendidikan adalah suatu proses penyiapan generasi muda melalui pembelajaran
untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Dalam konteks ini, pendidikan dilihat sebagai sebuah proses yang lebih dari pada sekedar
pengajaran, dimana yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer pengetahuan belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan
demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, yang perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis. Di pihak lain terkait
dengan konteks pernyataan di atas Azyumardi Azra 2002: 3 menganalisis bahwa pendidikan yang berlangsung dalam suatu schooling system cenderung terjebak menjadi suatu proses transfer pengetahuan
dan keahlian dalam tekno struktur yang ada. Akibatnya pendidikan atau lebih jelasnya pengajaran kemudian menjadi suatu komoditi belaka
dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan pribadi seseorang dan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam dunia pendidikan dikenal tiga ranah yang perlu dikuasai, ditingkatkan, dan dikembangkan anak selama bersekolah, yaitu kognitif berkaitan dengan pengetahuan, psikomotor berkaitan dengan
keterampilan, dan afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Penguasaan ranah kognitif yang mencapai tingkat keyakinan believe akan mengendalikan
perilaku dan kebiasaan individu sehari-hari sehingga mampu meningkatkan kecakapan hidup life skill dan menumbuhkan sikap positif. Para ahli pendidikan sependapat bahwa, untuk meningkatkan penguasaan
ranah kognitif ternyata dipengaruhi oleh kepemilikan unsur meta- kognitif, yang salah satunya berkaitan dengan keterampilan belajar atau belajar cara belajar learn how to learn. Kadangkala, kita sering
terjebak pada tujuan anak bersekolah. Seolah-olah tujuan akhir anak bersekolah adalah hanya untuk memahami sepenggal materi dari beberapa mata pelajaran. Padahal, realita kehidupan anak sering tidak
berkaitan langsung dengan materi yang dipelajari di sekolah.
3. Pengertian Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan tingkah laku yang sangat penting di dalam kelas bertanya untuk mengetahui apakah kualitas berfikir siswa dari sederhana terjadi perubahan frerfikir secara kompleks setelah diberikan
pelajaran.Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru.
Sardinian 1987 dalam bukunya ‘Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar’ mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri:
1 Kalimatnya singkat dan jelas. 2 Tujuannya jelas.
3 Setiap pertanyaan hanya -satu masalah. 4 Mendorong anak untuk berfikir kritis.
5 Jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak. 6 Bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa, dan
7 tidak menimbulkan tafsiran ganda
1. Tujuan penggunaan keterampilan bertanya
1 Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan 2 Memusatkan perhatian
3 Mengembangkan SCL Student Center Learning 4 Menarik siswa dalam pokok pembicaraan
5 Mengembangkan cara belajar siswa aktif 6 Mengetahui kesulitan belajar siswa
7 Memotifasi siswa mengeluarkan pendapat 8 Mengukur hasil belajar siswa.
Yang perlu diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan:
a. Kehangatan Dan Keantusiasan
Baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa, sikap dan gaya guru suara, ekpresi wajah, gerakan badan, dan sebagainya. Menampilkan ada tidaknya kehangatan.
b. Kebiasaan Yang Harus Dihindari
c. Mengulangi Pertanyaan Sendiri
Contoh : Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan guru mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak konsentrasi.
Mengulangi Jawaban Siswa Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari temanya yang lain karena guru akan
mengulanginya. Mejawab Pertanyaan Sendiri
Pertanyaan dijawab guru sebelum siswa mendapatkan kesempatan cukup untuk memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu memikirkan jawabanya karena guru akan memikirkan jawabanya.
Pertanyaan Yang Memancing Jawaban Serentak Contoh : Apa ibu kota RI?
Akibatnya guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar dan menutut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya.
Pertanyaan Ganda Contoh : Siapa pemimpin orang belanda yang pertama datang ke Indonesia, mengapa mereka datang, dan
apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia. Hal ini akan mematahkan semangat siswa yang hanya sanggup menyelesaikan satu dari semua tugas itu.
h. Menentukan siswa tertentu untuk menjawabnya. Akibatnya anak yang tidak ditunjuk tidak memikirkan
jawabanya. 1.
Kerangka berpikir
Dalam pembelajaran siswa mengalami dan melakukan belajar pada pembelajaran Matematika siswa belajar untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
symbol-symbol ketajaman penalaran yang dapat memperjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dalam
Sk
KD
HarapanKlasikal 75
Pelaksanaan Siklus II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
kehidupan sehari-hari dalam aktifitas belajar tersebut akan menghasilkan perubahan yang bersifat kualitatif.Kualitas tersebut sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam
pembelajaran Matematika anak akan memahami konsep dengan baik bila anak sudah merasa tertarik dan berminat untuk belajar Matematika. Selain itu agar hasil belajar lebih bermakna dan memuaskan dalam
hal ini menggunakan salah satu metode yang mengaktifkan siswa untuk berpikir lewat metode Demostrasi dengan menemukan konsep sendiri maupun dibimbing guru. Dan apabila Ketuntasan Klasikal Pada
Siklus I Masih Kurang dari 75 Maka dilanjutkan dengan Siklus II yang dimulai dari Tindakan, Alat Peraga diperjelas diperbesar Ukurannya
1. Hipotesis jawaban sementara
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir maka hipotesis yang kami ajukan adalah : metode Demostrasi dapat meningkatkan ketuntasan belajar mata pelajaran Matematika kelas IV Semester
II SD Negeri 02 Temuireng Tahun Pelajaran 2011 2012 pada Kompetensi Dasar “sifat-sifat bangun ruang sederhana
“
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN