Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Biota Tanah

pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah semacam ini dikenal dengan olah tanah konservasi. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi benih atau bibit, membrantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, memperbaiki aerasi, meningkatkan infiltrasi dan menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan Arsyad, 2010.

2.4.1 Tanpa Olah Tanah TOT

Tanpa Olah Tanah TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan. Tanpa Olah Tanah dicirikan oleh sangat sedikitnya gangguan terhadap terhadap permukaan tanah, kecuali lubang kecil untuk meletakkan benih dan adanya penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa yang menutupi sebagian besar permukaan lahan. Sistem tanpa olah tanah TOT dilakukan dengan tidak mengolah tanah secara mekanis, kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk menempatkan benih agar cukup kontak dengan tanah. Prasyarat utama budidaya pertanian tanpa olah tanah yaitu adanya mulsa yang berasal dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya. Mulsa dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk melindungi tanah dari benturan langsung butiran hujan, disamping untuk menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Gulma dikendalikan dengan cara kimia herbisida dan bersama-sama dengan sisa-sisa tanaman musiman sebelumnya, biomassa dapat dimanfaatkan sebagai mulsa Utomo, 2006. Budidaya pertanian tanpa olah tanah merupakan tipe olah tanah konservasi paling ekstrim. Selanjutnya dikatakan, seperti halnya olah tanah konservasi lainnya. Prasyarat utama budidaya pertanian tanpa olah tanah yaitu adanya mulsa yang berasal dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya. Mulsa dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk melindungi tanah dari benturan langsung butiran hujan, disamping untuk menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Pada sistem budidaya pertanian tanpa olah tanah, tanah tidak boleh diolah secara mekanis, kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk menempatkan benih agar cukup kontak dengan tanah. Tumbuhan pengganggu dikendalikan dengan cara kimia herbisida dan bersama-sama dengan sisa-sisa tanaman musiman sebelumnya, biomassa dapat dimanfaatkan sebagai mulsa Utomo, 2006. Sistem olah tanah berperan penting dalam mempengaruhi populasi organisme tanah. Perbedaan sistem olah tanah akan mempengaruhi tinggi rendahnya populasi organisme tanah. Sistem OTI yang menerapkan pengolahan tanah secara intensif tanpa mengembalikan serasah sisa tanaman dan gulma, menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dengan cepat Six et al., 1999. Penurunan kandungan bahan organik tanah dapat menurunkan populasi organisme tanah. Hal ini dikarenakan bahan organik merupakan sumber energi bagi organisme tanah. Menurut Nurida 2001, ketersediaan sumber energi sumber C baik dalam bentuk organik maupun anorganik sangat menentukan tingkat populasi, keragaman dan aktivitas mikroorganisme. Logsdon, Kaspar, dan Cambardella 1999 menyatakan bahwa setelah 16 tahun TOT terdapat jumlah C-organik pada permukaan 5 cm yang lebih banyak dibandingkan pada lahan yang diolah, tapi pada kedalaman 5-20 cm tidak berbeda nyata. Semakin banyak C-organik dalam tanah maka akan memberi pengaruh yang menguntungkan bagi aktivitas mikroorganisme tanah yang menggunakan C- organik sebagai sumber energi. Sama halnya dengan Needelman et al. 1999 mendapatkan bahwa TOT meningkatkan bahan organik pada kedalaman 0-5 cm, 15 lebih banyak dibanding dengan lahan dengan pengolahan tanah konvensional. Namun pada kedalaman 5-15 cm dan 15-30 cm, jumlah bahan organik pada pengolahan tanah konvensional lebih besar 15,8 dan 2,3, dikatakan pula bahwa pengolahan tidak mempengaruhi biomassa mikroba tanah.

2.4.2 Olah Tanah Minimum OTM

Sistem OTK TOT dan OTM merupakan sistem olah tanah yang menerapkan pengolahan tanah berwawasan lingkungan. Pada sistem OTK tanah diolah seperlunya dan serasah sisa tanaman dan gulma dikembalikan ke lahan sebagai mulsa penutup tanah. Mulsa juga berperan sebagai penambah bahan organik tanah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa organisme tanah membutuhkan bahan organik sebagi sumber energinya. Secara langsung mulsa dapat meningkatkan populasi organisme tanah. Penelitian Utomo 1990 menunjukkan bahwa bakteri tanah meningkat masing-masing 1,95 kali dan 7,14 kali pada OTM dan TOT dibandingkan dengan sistem OTI. Pengolahan tanah minimum adalah suatu pengolahan dengan mengurangi pemakaian alat-alat pengolahan tanah. Sistem olah tanah minimum merupakan sistem olah tanah konservasi, pada sistem olah tanah minimum gulma dibabat. Kemudian gulma hasil babatan dikembalikan ke lahan sebagai mulsa Utomo, 2006.

Dokumen yang terkait

Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang- kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang

3 31 74

PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)

3 21 43

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) YANG DITANAMI KEDELAI (Glycine max L.) MUSIM KEDUA

1 46 58

PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP TOTAL BAKTERI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG DI TANAH ULTISOL

0 2 10

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP KANDUNGAN C-ORGANIK TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L) PADA LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) MUSIM TANAM KEDUA

0 8 38

PEMAKAIAN KOMPOS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L. BEAUV) PADA TANAH ULTISOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN PRODUKSI KEDELAI(Composed Alang-alang (Imperata cylindrica L. BEAUV) used to P-aviable and Soybean yield on Ultisol soil).

2 3 4

PENGARUH pH MEDIA TANAM TERHADAP SENYAWA ALELOPATI YANG DIKELUARKAN OLEH ALANG-ALANG (Imperata cylindrica).

0 0 24

Potensi Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) dalam Produksi Etanol Menggunakan Bakteri Zymomonas mobilis

0 7 5

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays) MUSIM TANAM KE TIGA

0 0 6

PENGARUH EKSTRAK ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) DAN TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA PADA PERTANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)

0 0 14