C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian
adalalah “Bagaimana struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012?
.”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi pada siswa kelas XI
MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang struktur kalimat majemuk yang sering digunakan
oleh siswa MAN pada karangan deskripsi. 2.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
oleh guru sebagai acuan untuk bisa menjelaskan kalimat majemuk secara lebih terperinci dan dapat menentukan metode yang tepat untuk
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran kalimat majemuk.
Serta dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa mengenai struktur kalimat majemuk, dan memberikan gambaran hasil
pembelajaran sebagai umpan balik bagi guru untuk menentukan pembelajaran bahasa indonesia selanjutnya.
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENILITIAN YANG RELEVAN
A. Deskripsi Teori a. Struktur Kalimat Majemuk
Kata struktur dapat diartikan sebagai suatu kesatuan atas bagian-bagian. Contohnya pohon, rumah, dan masyarakat. Bagian dari pohon, rumah, dan
masyarakat disebut sebagai struktur. Selain itu, struktur juga memiliki keterkaitan antara bagian-bagian yang ada. Seperti contoh di atas, bagian pohon, rumah dan
masyarakat memiliki keterkaitan yang teratur. Hal ini menurut Keraf, “struktur adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dan bagian-
bagiannya, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Atau dapat dikatakan struktur adalah perangkat hubungan anatara bagian-bagian
yang teratur, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar.”
1
Kalimat merupakan sebuah struktur karena tiap-tiap bagiannya merupakan suatu kesatuan yang dibentuk dari bagian-bagian tertentu. Putrayasa
mengemukakan, “Dalam Bahasa Indonesia terdapat lima struktur pola kalimat dasar yaitu:
1 KB+KB kata benda+kata benda, 2 KB+KK kata benda+kata kerja, 3 KB+KS kata benda+kata sifat, 4 KB+Kbil kata benda+kata
bilangan, dan 5 KB+Kdep kata benda+kata depan. Pada pola tersebut kata benda pertama menunjukan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata
kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.”
2
Kita mengenal istilah kalimat panjang dan kalimat pendek. Struktur dasar kalimat panjang tidak berbeda dengan struktur kalimat pendek. Yang
membedakan kalimat panjang dan kalimat pendek bukan di dalam struktur kalimatnya, melainkan adanya tambahan-tambahan kata yang menempel pada
subjek atau predikat yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya, “panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat.
1
Gorys Keraf. Eksposisi. Jakarta: Grasindo. 1995. hlm.57
2
Ida Bagus Putrayasa. Analisis kalimat. Bandung: Refika Aditama. 2007.hlm 25.
5
Kalimat pendek akan menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan- tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada
keduanya.”
3
Sebuah kalimat itu bisa dikatakan sebagai sebuah kalimat jika memiliki subjek S dan predikat P di dalamnya, serta di dalam kalimat itu terbentuk
sebuah makna . Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza, “kalimat adalah bagian
ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek S dan predikat P dan intonasinya menunjukan bagian ujaran itu sudah le
ngkap dengan makna.”
4
Kalimat adaalah kumpulan kata yang terkecil. Kalimat bukanlah semata- mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Melainkan, di dalam kalimat tersebut mengandung pikiran yang lengkap. Ini senada dengan pendapat Keraf yang menyatakan bahwa, “kalimat ialah satuan
kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.”
5
Selain dari bentuk kalimat, untuk menyatakan bahwa kalimat itu sudah lengkap. Kalimat bisa juga ditandai dengan adanya intonasi di bagian ujaran.
Wiyanto mengemukakan bahwa, “kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian
ujaran itu sudah lengkap.”
6
Kalimat harus memiliki struktur subjek, predikat, objek dan keterangan dan stuktur itu terlihat jelas. Sehingga kalimat tersebut akan memiliki makna atau
ide. Selain itu, makna atau gagasan yang menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturannya. Arifin menambahkan, “sebuah kalimat hendaklah berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca,
fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan, harus
3
A. Widyamartaya. Seni menggayakan kalimat. Yogyakarta: Kanisius. 1990. hlm 9.
4
Lamuddin Finoza. Komposisi bahasa indonesia. Jakarta: Insan Mulia. 2001. hlm 115.
5
Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. 1991. hlm 140.
6
Asul Wiyanto. Tata bahasa sekolah. Jakarta: Grasindo. 2005. hlm 44