Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa kelas XI Semester Genap Madrasah Aliyah. Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012

(1)

JAKARTA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

RIZQI HERFIYANTI 107013000660

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Deskripsi Siswa kelas XI Semester Genap Madrasah Aliyah. Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 .”

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menggunakan prefiks pada karangan deskripsi. Subjek penelitian ini adalah sisiwa kelas XI Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa karangan dengan judul yang berbeda yaitu Ayah dan Pasar. Data yang dianalisis berjumlah delapan belas karangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang melibatkan peneliti secara langsung untuk mengamati objek yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah pengklasifikasian, pengodean, pembetulan/pengoreksian, pengalkulasian, penginterpretasi, dan penyimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan yang paling sering ditemukan dalam 18 karangan tersebut adalah dalam penggunaan prefiks di-berjumlah 23 kata dengan persentase sebanyak 76,66%. Kesalahan prefiks yang lain terjadi pada prefiks ber- dengan persentase sebanyak 6,66%, prefiks pe- dengan persentase sebanyak 6,66%, prefiks me- dengan persentase sebanyak 3,33%, prefiks menge- dengan persentase sebanyak 3,33%, prefiks be- dengan persentase sebanyak 3,33%, dan prefiks penge- persentase sebanyak3,33%.


(6)

ii

Muhammad saw seorang penyempurna akhlak dalam kehidupan di dunia ini. Dengan cinta dan kasih sayang yang tulus, beliau telah menunjukkan kepada jalan kebenaran dan kebahagian yang diridhoi-Nya.

Alhamdulillah berkat bantuan dan petunjuk dari semua pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Hindun, M. Pd. dosen pembimbing skripsi sekaligus sekertaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi yang bermanfaat dan tak pernah henti-hentinya bagi penulis.


(7)

4. Kepala sekolah, guru, serta siswa kelas XI MAK dan XI IPS Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta Barat atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta (H. Jamhari dan Hj. Halipah ), kakak-kakaku dan khususnya Ahmad Jamil yang selalu memberikan do’a dan motivasi moril maupun materil serta kasih sayang, dan dukungan untuk terus mengiringi langkahku menggapai cita-cita.

6. Ahmad Fajrin yang selalu memberikan dukungan serta tempat bertukar pikiran Terima kasih untuk doa dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabatku tersayang Maidatussalamiyah, Siti Zulfa, Mariyani,

Nurmaliana, Tri Amalia, Lili Sholihah dan Neti Damayanti yang selalu mendukung dan memotivasi.

8. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa/i Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2007, yang telah memberikan saran-saran yang berguna dalam menyusun skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang telah dibeikan kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Bijaksana. Amin. Penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sarta sumbangan pemikiran bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah kita berharap. Semoga segala aktivitas kita mempunyai nilai ibadah dan mendapat ridha-Nya. Amin.


(8)

Jakarta, 19 Maret 2014


(9)

v LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ACUAN TEORETIS ... 6

A. Imbuhan ... 6

1. Pengertian Imbuhan ... 7

2. Awalan (Prefiks) ... 9

a. Awalan me- ... 10

b. Awalan ber- ... 15

c. Awalan per- ... 17

d. Awalan di- ... 19


(10)

1. Pengertian Karangan ... 20

2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya dan Tujuan Penyampaiannya ... 20

3. Bagian-bagian Utama Karangan ... 21

C. Karangan Deskripsi ... 23

1. Pengertian Karangan Deskripsi ... 23

2. Ciri-ciri Karangan Deskripsi ... 25

3. Langkah Menyusun Karangan Deskripsi ... 25

4. Contoh Karangan Deskripsi ... 26

D. Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI ... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D. Intrumen Penelitian ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

A. Profil Sekolah ... 34

1. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy ... 34

2. Visi dan Misi sekolah ... 35

3. Keadaan Tenaga Kerja ... 35

a. Keadaan Siswa ... 35

b. Fasilitas Belajar ... 36

c. Kegiatan ekstrakurikuler ... 37


(11)

BAB V PENUTUP ... 61

A. Simpulan ... 61

B. Saran-Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(12)

viii

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Siswa MA. Annida Al-Islamy Tahun

Pelajaran 2011-2012 43

Tabel 4.2` Tabel Fasilitas Belajar 43

Tabel 4.3 Tabel Ekstra Kurikuler 44

Tabel 4.4 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Ahmad Milki (Ayah) 45

Tabel 4.5 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Atia Balqi A. (Pasar) 46

Tabel 4.6 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Awaliyah A. (Pasar) 47

Tabel 4.7 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Citra Alvia (Pasar) 49

Tabel 4.8 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Fauziah (Ayah) 51

Tabel 4.9 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Ferdi R (Pasar) 52

Tabel 4.10 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Huailah (Ayah) 53

Tabel 4.11 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Iffah Lathifah (Ayah) 55

Tabel 4.12 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Ihya Haqiqi (Ayah) 56

Tabel 4.13 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Inganatu M. (Pasar) 57

Tabel 4.14 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Komala Sari (Pasar) 58

Tabel 4.15 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam


(13)

Tabel 4.16 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Masitoh (Pasar) 60

Tabel 4.17 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Nina Lestiana (Ayah) 61

Tabel 4.18 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa Novia Rahmasari (Ayah) 62

Tabel 4.19 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa M.Ismail (Ayah) 63

Tabel 4.20 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam

Karangan Deskripsi Siswa M. Ramadhan (Pasar) 64

Tabel 4.21 Tabel Analisis Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam


(14)

x Lampiran 4. Karangan Deskripsi Siswa Lampiran 5. Uji Referensi


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sering kali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk dapat digunakan didalam pertuturan. Imbuhan ini dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain yang mempunyai fungsi berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya.

Proses afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah morfem bebas secara urut lurus. “Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses afiksasi dapat dibedakan atas (1) pembubuhan depan, (2) pembubuhan tengah, (3) pembubuhan akhir, dan (4) pembubuhan terbagi. Morfemnya disebut morfem terikat depan (STA: imbuhan awalan; umum: prefiks), pembubuhan tengah (STA: imbuhan sisipan ; umum: infiks), morfem terikat akhir (STA: imbuhan akhiran; umum: sufiks), morfem terikat terbagi (konfiks).”1

Kemampuan berbahasa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup empat aspek penting, yaitu keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam keterampilan berbahasa tersebut, aspek yang digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya berbicara, menulis pun dapat digunakan sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif karena dengan tulisan seseorang dapat menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi ruang dan waktu.

1


(16)

Menulis karangan memang mudah jika menulis dengan tidak memerhatikan kaidah bahasanya. Berbeda dengan penulisan yang mengikuti kaidah bahasa yang telah ditentukan, dalam hal ini untuk menghasilkan karangan yang baik dan benar, siswa harus memahami dan menguasai beberapa aturan dalam penggunaan bahasa. Misalnya penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat. Hal ini wajar karena jika penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat, mka makna dan maksud yang terkandung dalam kalimat-kalimat pada karangan tersebut tidak akan tersampaikan kepada pembaca dengan maksimal bahkan mungkin pembaca bisa salah tafsiratau terjadi kekeliruan makna pada kata berimbuhan.

Contoh penggunaan imbuhan yang mengakibatkan kekeliruan makna

pada kata berimbuhan. Contoh “Salat itu jangan di langgar” kata di langgar jika

penulisannya dipisah merupakan kata depan, menurut KBBI “ langgar adalah

masjid kecil tempat mengaji atau bersalat”2

“Menulis adalah sesuatu yang mudah dan sangat menyenangkan”.3 Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspesikan secara tertulis.

Dalam menulis karangan siswa harus menguasai ejaan yang disempurnakan dan memahami macam-macam imbuhan dalam bahasa Indonesia. Setelah menguasai ejaan yang disempurnakan dan memahami macam-macam imbuhan barulah seseorang bisa membuat sebuah kalimat maupun karangan. Kalimat-kalimat tersebut dibuat berdasarkan ejaan yang disempurnakan yang

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 1 Edisi IV, hlm.783.

3

R. Kunjani Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 137.


(17)

diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972. Dengan memahami macam-macam imbuhan siswa diharapkan dapat menulis sebuah karangan dengan baik dan menggunkaan imbuhan yang tepat.

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang semakin penting untuk dikuasai, pengembangan kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak tingkat pendidikan dasar. Sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa, menulis dapat dikuasai oleh siapa saja yang memilki kemampuan intelektual yang memadai. Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, kemampuan menulis tidak diperoleh

secara “alamiah”, tetapi harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh. Keterampilan menulis adalah keterampilan yang bersifat mekanis. Keterampilan itu tidak mungkin dikuasai melalui teori saja. Keterampilan tersebut baru dapat dikuasai oleh orang yang rajin berlatih. Mengarang pada prinsipnya adalah bercerita tentang sesuatau yang ada pada angan-angan dan dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Namun menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam tulisan tidaklah mudah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat judul skripsi “ KESALAHAN PENGGUNAAN

PREFIKS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP MADRASAH ALIYAH ANNIDA AL-ISLAMY CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2011-2012”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penulisan imbuhan dalam karangan deskripsi siswa yang kurang tepat dapat menyebabkan pemahaman yang berbeda bagi para siswa.


(18)

2. Penulisan imbuhan dalam karangan deskripsi siswa yang kurang tepat secara perlahan dapat menghilangkan tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

3. Penulisan imbuhan yang benar akan memudahkan siswa untuk memahami suatu karangan.

C. Batasan Masalah

Agar lebih terarah dan tidak melebar dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi masalah penelitian yaitu, meliputi:

1. Penggunaan imbuhan /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ dan alomorfnya dalam karangan deskripsi siswa.

2. Karangan deskripsi Siswa Kelas XI Semester Genap Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011-2012.

3. Siswa kelas XI semester genap tahun pelajaran 2011-2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan permasalahan pokok dan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: Bagaimanakah penggunaan prefiks /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ dan alomofnya dalam karangan deskripsi siswa kelas XI semester genap Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011-2012?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah


(19)

Untuk mengetahui bagaimana penggunaan imbuhan /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ dan alomorfnya dalam karangan deskripsi siswa kelas XI semester genap Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011-2012.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam pemakaian imbuhan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a) Bagi guru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bahasa khususnya imbuhan dan karangan deskripsi.

b) Bagi peneliti untuk memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan imbuhan dalam karangan deskripsi siswa bahasa Indonesia.

c) Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindaklanjuti oleh penulis berikutnya.


(20)

6 1. Pengertian Imbuhan

Setiap permasalahan mempunyai ruang lingkup atau cakupan sendiri-sendiri, demikian juga dengan persolaan afiksasi/ imbuhan. Proses afiksasi/ imbuahan merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi/ imbuhan terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus.

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah afiks (imbuhan). Afiksasi dibahas dalam ilmu morfologi. Selain dalam bahasa Indonesia, dikenal juga imbuhan/afiks kosa kata dalam bahasa Sunda. Apalagi bahasa Indonesia diperkaya dari bahasa daerah.

Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba : prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. “Prefiks yang sering juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan di muka dasar. Sufiks, yang juga disebut akhiran, diletakkan di belakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar dan membentuk satu kesatuan. Infiks, yang juga dinamakan sisipan, adalah bentuk afiks yang ditempatkan di tengah dasar.”1

Disampaikan oleh Ramlan dalam buku Morfologi yang dimaksud dengan “afiks atau imbuhan adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung yang bukan kata dan bukan pokok kata,

1

Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet. Ke-5, hlm. 102.


(21)

yang memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.”2

Disampaikan oleh Kusno dalam buku Problematika Bahasa Indonesia

“afiksasi atau imbuhan adalah bentuk atau morfem terikat secara morfologis, yang terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan gabungan dari dua imbuhan secara serentak (konfiks)”3

Dalam pengertian lain mengenai imbuhan yaitu “Many english word are made by attaching a short form called an affix to either the beginning or the and of a word. when this is done, the word itself is referred to as a stem. the form at the beginning of the stem called a prefix an the form at the end is called a suffix.4

Maksud dari pengertian di atas adalah kata dalam bahasa Inggris banyak dibuat dengan menyertakan bentuk singkat yang disebut afiks kepada salah satu bagian awal atau dan dari sebuah kata. Saat ini dilakukan, kata itu sendiri disebut sebagai induk. Bentuk pada awal kata isebut prefiks, sebuah bentuk di bagian akhir kata disebut sufiks.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa imbuhan adalah bubuhan yang berupa prefiks, sufiks, konfiks dan infiks yang melekat pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Penulisan imbuhan dilakukan dengan cara merangkaikan kata yang dibubuhi. Dengan kata lain penulisan imbuhan disatukan dengan kata yang mengikutinya.

Dalam penggunaan afiks, walaupun terdiri dari satu atau lebih dari satu huruf, tetapi tidak bisa dikatakan sebagai kata. Karena afiks tidak memiliki makna tersendiri. Satu-satunya persamaan anatara afiks dan kata adalah kedua-duanya adalah morfem.

2

M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980) Cet. Ke-3, hlm. 31.

3

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm.34

4 Nasrun Mahmud,

English For Muslim University Students, (Ciputat: PT Siwibakti Darma,2010 ) Cet Ke-4, hlm. 99.


(22)

Kata merupakan satuan terkecil yang biasa dan dapat menduduki salah satu fungsi sintaksis, dan dalam morfologi kata merupakan satuan terbesar dibentuk oleh salah satu proses morfologi. Sedangkan morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna.

“Morfem ini dibagi menjadi dua, yaitu morfem bebas (fase morpheme)

dan morfem terikat”.5

Morfem bebas yaitu morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam tuturan, sedangkan morfem terikat yaitu morfem yang terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam tuturan.

Dan pengertian lain dari morfem yaitu “Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang disebut: (1) Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-. (2) Infiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks

–er-.(3) Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar yaitu sufiks –kan, sufiks –i, sufiks –an, dan sufiks –nya. (4) Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan kerena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks, yaitu konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-an, konfiks per-an, dan konfiks se-nya. (5) dalam bahasa Indonesia ada kata bentuk yang berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya; tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap,. Kata-kata berklofiks dalam bahasa Indonesia adalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-me-kan, memper-i, ber-me-kan, di-me-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ter-per, teper-kan, teper-i”.6 Maksud dari pengertian di atas morfem afiks yaitu morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukkan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentukan dalam proses afiksasi. Morfem afiks dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan berklofiks.

5 Zainurrahman,

Menulis dari Teori Hingga Praktik, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm. 98

6


(23)

Afiks ialah proses pembentukkan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk atau juga disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan disebut kata berimbuhan.

Infiks atau sisipan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Proses pembentukan kata telunjuk, gemetar dan gerigi dilakukan dengan menambahkan infiks di tengah bentuk dasarnya. Contohnya: -el-, -er-, -em-, dan –in-.

Sufiks adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya. Sebuah afiks yang termasuk sufiks dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuian pelafalan dan penulisan yang dianggap perlu. Contoh: -an, -kan, dan –i.

2. Awalan (Prefiks)

Awalan (prefiks) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini disebit prefiksasi. Awalan dalam bahasa Indonesia terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber. Pendapat Alwi dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan “ Prefiks atau awalan adalah

afiks yang diletakkan di awal bentuk kata dasar”.7

Senada dengan pendapat di atas, Harimurti dalam bukunya Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia “Prefiks yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Adapun yang termasuk awalan/prefiks yaitu: /me-/,

7 Alwi Hasan,

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi ketiga, hlm. 31.


(24)

/di-/, /ber-/, /ke-/, /ter-/, /pe-/, /per-/, /se-/.”8 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Prefiks yaitu imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk.9

Pengertian lain mengenai imbuhan yaitu “A prefix is a word-part that is added at the beginning of a word to make a new word.10 Maksud dari pengertian di atas adalah awalan merupakan kata bagian yang ditambahkan pada awal sebuah kata untuk membuat kata baru.

Menurut kamus Linguistik, Prefiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal.11 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa awalan/prefiks imbuhan yang diberikan di awal kata.

Proeses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk kata dasarnya. Awalan yang dibahas dalam skripsi ini hanya awalan (prefiks) /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ dan alomorfnya.

a. Awalan

Awalan /me-/ pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. “Awalan /me-/ adalah imbuhan yang produktif. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menghilangkannya di muka kata yang diimbuhinya. Awalan /me-/ dalam proses pembentukan kata akan menimbulkan bunyi nasal yang bermacam-macam tergantung dari fonem yang mengawali kata dasarnya. Adapun bunyi-bunyi nasal yang

8

Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm.28.

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 1 Edisi IV, hlm.1100.

10

Nasrun Mahmud, English For Muslim University Students, (Ciputat: PT Siwibakti Darma,2010 ) Cet Ke-4, hlm. 99.

11 Harimurti Kridalaksana,

Kamus Lingustik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi IV, hlm. 199.


(25)

ditimbulkan tersebut adalah n, m, ny, ng, dan nasal zero (kosong).12 Awalan /me-/ mempunyai enam macam alomorf, yaitu:

(a) /me-/ (b) /mem-/ (c) /men-/ (d) /meny-/ (e) /meng-/ (f) /menge-/

Aturan penggunaannya adalah:

(a) /me-/ digunakan pada pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w, dan y; serta konsonan sengau m, n, ny, dan ng.13 Seperti terdapat pada kata-kata.

Meraba (me + raba)

Melukis (me + lukis)

Mewawancara (me + wawancara)

Menyakinkan (me + yakinkan)

Meminum (me + minum)

Menaik (me + naik)

Menyanyi (me + nyanyi)

Mengerikan (me + ngerikan)

(b) /mem-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, p, f, dan v; konsonan b, f, dan v, tetap berwujud, sedangkan konsonan p tidak diwujudkan, tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal dari awalan itu. 14 Seperti terdapat pada kata-kata:

Membuka (me + buka)

12

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1990), hlm.35.

13

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), Edisi Revisi, hlm.225.

14


(26)

Memahat (me + pahat)

Memfinah (me + fitnah)

Memvonis (me + vonis)

(c) /men-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t. Konsonan d tetap berwujudkan; sedangkan konsonan t tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari awalan itu.15 Seperti terdapat pada kata-kata:

Mendengar (me + dengar)

Menabrak (me + tabrak)

Menopang (me + topang)

Meniup (me + tiup)

Catatan:

Sesuai dengan ejaan yang berlaku /men-/ digunakan juga pada kata-kata yang mulai dengan konsonan c, j, sy, dan z. Seperti terdapat pada kata-kata:

Mencuri (me + curi)

Menjual (me + jual)

Mensyukuri (me + syukuri)

Menzakati (me + zakati)

Secara fonetis /men-/ pada kata-kata tersebut berbunyi /meny-/.

(d) /meny-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan s; dan konsonan s tidak diwujudkan, tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal dari awalan itu.16 Seperti terdapat pada kata-kata:

Menyetrika (me + setrika)

Menyapu (me + sapu)

Menyeret (me + seret)

15Abdul Chaer.

Tata Bahasa Praktis..., ibid. hlm. 226

16


(27)

(e) /meng-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan k, g, h, dan kh; serta vokal a, i, u, e, é, dan o. Konsonan k tidak diwujudkan, tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal dari awalan itu.17Seperti terdapat pada kata-kata:

Mengklaim (me + klaim)

Menggaruk (me + garuk)

Menghirup (me + hirup)

Mengkhayal (me + khayal)

Mengacak (me + acak)

Mengatur (me + atur)

Mengubah (me + ubah)

Mengekor (me + ekor)

Mengolah (me + olah)

(f) /menge-/ digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Seperti terdapat pada kata-kata.

Mengetik (me + tik)

Mengebom (me + bom)

Mengecat (me + cat)

Mengelas (me + las)

Mengetes (me + tes)18

Dalam hal ini disarankan untuk tidak menggunakan bentuk-bentuk tersebut menjadi:

Mentik Membom Mencat Melas Mentes

17 Abdul Chaer,

Tata Bahasa Praktis..., ibid. hlm. 227

18


(28)

Adapun aturan pengimbuhan dengan awalan /me-/ ini adalah: (1) Untuk mendapatkan makna „melakukan perbuatan yang disebut

kata dasarnya’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata dasar kata kerja.

Contoh: Tika membuka pintu.

(2) Untuk mendapatkan makna „bekerja dengan alat yang disebut kata

dasarnya’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan alat atau perkakas.

Contoh: Paman sedang menggergaji kayu

(3) Untuk mendapatkan makna „membuat barang yang disebut kata

dasarnya’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan hasil olahan atau kerajinan.

Contoh: Adik menggambar dengan pensil.

(4) Untuk mendapatkan makna „bekerja dengan bahan yang disebut

kata dasarnya’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bahan.

Contoh: Tukang itu sedang mengecat rumah baruku.

Mengapurartinya „melakukan kerja dengan kapur sebagai alatnya’ (5) Untuk mendapatkan makna „memakan, meminum, atau mengisap’

awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan makanan atau minuman.

Contoh: Kakek masih suka merokok.

(6) Untuk mendapatkan makna „menuju arah’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan empat atau arah. Contoh: Nelayan tidak dapat melaut pada musim seperti ini.

(7) Untuk mendapatkan makna „mengeluarkan’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bunyi atau suara. Contoh: Kucing itu melompat sambil mengeong.

(8) Untuk mendapatkan makna „menjadi’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata sifat yang menyatakan warna, keadaan, atau situasi.

Contoh: Kondisi Ayah semakin memburuk.

(9) Untuk mendapatkan makna „menjadi lebih awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata sifat yang sudah diberi awalan /per-/.

Contoh: Peristiwa itu semakin memperburuk situasi di Beirut Barat.

(10) Untuk mendapatkan makna „menjadi seperti atau berlaku

seperti’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang dikenal dengan sifat khususnya.

Contoh: Pagi-pagi sekali calon mahasiswa sudah menyemut di Senayan.


(29)

Menyemut artinya „keadaannya menjadi seperti semu (karena

banyaknya)’

(11) Untuk mendapatkan makna „menjadikan, menganggap, atau

memeprlakukan seperti’ awalan /me-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang sudah diberi awalan /per-/.

Contoh: Jangan memperbudak kawan sendiri.

(12) Untuk mendapatkan makna „memperingati’ awalan /me-/ digunakan pada beberapa kata bilangan.

Contoh: Makan minum tidak perlu pada waktu menigahari.19 Meniga artinya „memperingati hari ketiga (wafatnya seseorang).

b. Awalan

ber-Awalan /ber-/ dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai pembentuk kata kerja atau kata sifat. Kata kerja yang dibentuk tidak memiliki objek (intransitif), tapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan. Karena kata kerja yang dihasilkan awalan /ber-/ intransitif, kata kerja itu tidak dapat dipasifkan dengan awalan /di-/

Awalan /ber-/ mempunyai tiga macam alomorf yaitu: (a) /ber-/

(b) /be-/ (c) /bel-/

Aturan penggunaannya adalah:

(a) /ber-/ digunakan secara umum, yaitu yang tidak dengan /be-/ atau /bel-/, seperti pada kata-kata: Berlibur, berguna, berair, bertiga, dan bersuami

(b) /be-/ digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, seperti pada kata-kata: Beragam, beracun, berevolusi, berunding, berumah

Atau pada kata-kata yang suku pertamanya mengandung bunyi /-er/, seperti pada kata-kata: Bekerja, beternak, beserta, beterbangan, dan becermin.

19 Abdul Chaer,

Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), edisi Revisi, hlm. 225-231


(30)

(c) /bel-/ digunakan hanya pada kata dasar ajar, sehingga menjadi belajar. Contoh lain tidak ada.20

Sedangkan makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan dengan awalan /Ber-/ itu, antara lain:

(1) Untuk mendapatkan makna „mempunyai atau memiliki’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda umum.

Contoh: Anak itu sudah tidak berayahlagi.

Untuk mendapatkan makna mempunyai atau memiliki awalan /ber-/ dapat pula diimbuhkan pada:

(a) Kata benda berimbuhan

Contoh: Negara Republik Indonesia berpenduduk 190 juta orang.

(b) Gabungan kata benda

Contoh: Kami bertanggung jawabuntuk menjaga ketertiban. (2) Untuk mendapatkan makna „memakai atau mengenakan’ awalan

/ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan pakaian atau perhiasan.

Contoh: Orang yang berdasiitu bukan paman saya.

(3) Untuk mendapatkan makna „mengendarai, menaiki, atau

menumpang’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan kendaraan atau alat angkutan.

Contoh: Setiap hari dia bersepeda ke pasar.

(4) Untuk mendapatkan makna „mengeluarkan atau menghasilkan’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat.

Contoh: Bahan makanan ini cukup bergizi.

(5) Untuk mendapatkan makna „mempunyai atau memiliki’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda umum.

(6) Untuk mendapatkan makna „mengusahakan atau melakukan

sebagai mata pencaharian’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan bidang usaha.

Contoh: Banyak orang beternak ayam di daerah Bogor.

(7) Untuk mendapatkan makna „memanggil, menyebut, atau menyapa’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada beberapa kata ganti dan kata yang menyatakan tali perkerabatan.

Contoh: Sejak dulu dia berkakakkepada saya.

(8) Untuk mendapatkan makna ’melakukan atau mengerjakan’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada:

a. Kata benda yang menyatakan kegiatan.

20


(31)

Contoh: Kita harus berolah ragauntuk menjaga kesehatan. b.Beberapa kata kerja

Contoh: Di dalam gua itu dia bersemadi.

c. Sejumlah bentuk dasar prakategonal yang menyatakan

tindakan.

Contoh: Mereka berkelahi di kelas kemarin.

(9) Untuk mendapatkan makna „merasakan, mengalami, atau dalam

keadaan’ awalan /ber-/ harus diimbuhkan pada kata sifat yang menyatakan keadaan batin.

Contoh: Kalau kamu lulus ujian, saya pun ikut bergembira.

(10) Untuk mendapatkan makna „kelompok atau himpunan’ awalan

/ber-/ harus diimbuhkan pada kata bilangan utama. Contoh: Mereka berlima sudah berangkat.21

c. Awalan

per-Awalan pe- termasuk awalan yang produktif. Pengimbuhannya

dilakukan dengan cara merangkaikannya di muka kata diimbuhinya. Awalan /pe-/ mempunyai enam macam alomorf, yaitu /pe-/, /pem-/, /pen-/, /peng-/pen-/, dan /penge-/. 22Aturan penggunaanya adalah:

(1) /pe-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan l, r, w, y, m, n, ng, dan ny, seperti terdapat padda kata-kata berikut:

Pelari (kata dasar : lari)

Perawat (kata dasar : rawat)

Pewaris (kata dasar : waris)

Peyakin (kata dasar : yakin)

Pemarah (kata dasar : marah)

Penanti (kata dasar : nanti)

Penyanyi (kata dasar : nyanyi)

Pengeri (kata dasar : ngeri)

(2) pem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, dan p. konsonan b tetap diwujudkan; sedangkan konsonan p tidak

21 Abdul Chaer,

Tata Bahasa Praktis..., Ibid, hal.211-214

22


(32)

diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awalan itu. Contoh:

Pemborong (kata dasar : borong)

Pemotong (kata dasar : potong)

(3) pen- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t. konsonan d tetap diwujudkan, sedangkan konsonan t tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awalan itu. Contoh: Pendaftar (kata dasar : daftar)

Penabrak (kata dasar : tabrak)

(4) peny- digunakan pada kata-kata yang di mulai dengankonsonan s, konsonan s itu tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sangau dari awan itu. Contoh:

Penyelam (kata dasar : selam)

Penyiar (kata dasar : siar)

(5) peng- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan k, kh, h, g, serta vocal a, I, u, e, e, dan o, konsonana k tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu, sedangkan konsonan kh, h, g, serta vocal a, i, u, e, e, dan o, tetap diwujudkan. Contoh:

Pengibar (kata dasar : kibar) Pengkhayal (kata dasar : khayal) Penghitam (kata dasar : hitam)

Pengali (kata dasar : gali)

Pengikat (kata dasar : ikat)

Pengubah (kata dasar : ubah)

Pengembara (kata dasar : embara) Pengobat (kata dasar : obat)

(6) penge- digunakan pada kata-kata yang hanya bersuku satu. Contoh: Pengetik (kata dasar : tik)


(33)

Mengecat (kata dasar : cat)

Fungsi awalan pe- adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya adalah:

(1) Orang yang melakukan atau yang berbuat (2) Orang yang perkerjaanya

(3) Orang yang suka, gemar, atau acapkali melakukan (4) Orang yang bersifat

(5) Alat untuk menegrjakan sesuatu.23

d. Awalan

di-Awalan /di-/ tidak mempunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan kondisi mana pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya /di-/ sebagai awalan dan /di-/ sebagai kata depan.24

Fungsi awalan /di-/ adalah "membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berlawanan /me-/.”25 Apabila fungsi awalan /me-/ membentuk kata kerja pasif, artinya bahwa sesuatu yang diterangkan terkena atau dikenai tindakan.

Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang dibubuhinya. Sedangkan /di-/ sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: - Adi ditangkap polisi. - Ibu memasak di dapur

Di- pada kata ditangkap adalah sebagai sebuah awalan; dan di- yang terletak di muka dapur adalah sebuah kata depan.

23

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis..., Ibid, hal.268

24 Abdul Chaer,

Tata Bahasa Praktis..., Ibid, hal.266

25


(34)

B. Karangan

1. Pengertian Karangan

Kata karangan terdiri atas kata dasar karang dan akhiran an. Di antara arti kata karang ialah: rangkai, susun, gubah, cipta. Karangan berarti: rangkaian, susunan, gubahan, ciptaan, komposisi, karya. Berdasarkan makna katanya, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dengan kaidah komposisi.26 Jadi karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan dalam kesatuan yang utuh.

Dikatakan karangan jika sekumpulan paragraf terdiri dari satu kalimat topik dan beberapa penjelas. Tentu saja, antar satu kailimat dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut haruslah berhubungan atau padu. Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.

2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penyampaiannya

Bersadarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu:

a. Deskripsi (pelukisan)

Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.27 Penulis atau pembicara berkeinginan untuk mengembangkan atau melukiskan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa atau orang.

b. Narasi (pengisahan)

Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan

26 Mahsusi,

Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 228 27


(35)

manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.28

c. Eksposisi (pemaparan)

Karangan eksposisi adalah uraian (paparan) yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan suatu karangan.29 Dari sudut penulis memenuhi keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain, atau dari sudut pembaca berkeinginan untuk memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.

d. Argumentasi (pembahasan)

Karangan argumentasi adalah alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.30 Argumentasi adalah jenis tulisan yang memberikan alasan berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis berusaha menyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh pembacanya.

e. Persuasi (pengajakan)

Karangan persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya.31 Persuasi

lebih condong untuk memengaruhi manusianya daripada

memeprtahankan kebenar mengenai suatu objek tertentu.

3. Bagian-Bagian Utama Karangan

Suatu karangan yang tersusun secara sempurna dan baik, betapapun panjang atau pendeknya, selalu mengandung 3 bagian utama, yaitu bagian pendahuluan (introduction), isi (body), dan penutup (conclusion). Setiap bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda.32

28

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahsa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia), hlm. 190.

29

Departemen Pendidikan Nasional, ibid., hal. 360.

30

Departemen Pendidikan Nasional, ibid., hal. 85.

31

Departemen Pendidikan Nasional, ibid., hal. 1062.

32 Djago Tarigan,

Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, (Bandung: Angkasa, 2009), hlm.1


(36)

1. Pendahuluan

Fungsi bagian pendahuluan adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk menarik minat pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, dan menjelaskan di bagian mana suatu hal akan diperbincangkan.33 Oleh sebab itu, penulis harus mampu menjajikan pendahuluan dengan kalimat yang menarik.

2. Isi

Fungsi bagian isi adalah sebagai jembatan yang menghubungkan bagian pendahuluan dan bagian penutup.34 Bagian isi merupakan penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan dan menguraikan masalah yang akan dibahas oleh seorang penulis. Oleh sebab itu secara kuantitas bagian ini paling panjang dan anatra kalimat maupun paragraf harus saling berhubungan secara logis.

3. Penutup

Fungsi bagian penutup adalah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan simpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks, melengkapi penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan.35 Paragraf penutup berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak panjang. Namun, tidak berarti bagian ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi penulis dapat menjaga perbandingan antara bagian pendahulua, isi, dan penutup.

Jadi bagian utama karangan dapat disimpulkan ada tiga, yaitu bagian pendahuluan yaitu menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan dan menjelaskan di bagian mana suatu hal akan di bicarakan, bagian isi yaitu penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan

33

Djago Tarigan, Membina Keterampilan...., ibid, hlm.1 34 Djago Tarigan,

Membina Keterampilan..., ibid, hlm. 2

35


(37)

dan bagian penutup yaitu sebagai kesimpulan dan penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan pada bagian pendahuluan.

C. Karangan Deskripsi

1. Pengertian Karangan Deskripsi

Kata deskripsi diambil dari bahasa Inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerjanya to describe (melukiskan dengan bahasa). 36 Tulisan deskripsi adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristki-karakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas dan sistematis.

Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca. Deskripsi yaitu menguraikan, memberikan atau melukiskan.

“Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan untuk memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis.37

Dalam karangan deskripsi penulis berusaha semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah dapat melihat, mengalami, merasakan apa yang sedang dideskripsikan. Penulis tidak hanya harus kaya kosakata, tetapi juga harus mampu menggunakan kata yang sesuai dan “hidup” untuk memberikan satuhan psikologis kepada pembaca dan dengan demikia pembaca bisa benar-benar memahami isi tulisan dan mencapai tujuan fungsionalnya.

. "Terdapat dua sikap yang dapat memengaruhi pikiran penulis, yaitu sikap objektif dan sikap subjektif.38 Jika penulis melukiskan suatu benda secara subjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya, maka karangan tersebut dinamakan deksripsi realistis, sedangkan jika penulis

36

Lamuddin Finoza, Ibid., hlm. 190.

37

Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf,(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm. 64.s

38 Niknik M. Kuntarto,

Cermat dalam Barbahasa Teliti dalam Berpikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), Cet Ke- 8, hlm. 231


(38)

melukiskan suatu benda dengan memasukkan unsur objektif, penulis turut menginterprestasi pandangan dirinya terhadap benda yang dilukisnya, karangan yang ia buat adalah jenis deskripsi impresionistis.

Deskripsi adalah bentuk karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu, benda atau peristiwa. Deskripsi berkaitan dengan kesan pancaindra. Melalui deskripsi, pembaca diajak melihat, mendengar, atau merasakan sesuai dengan yang dilukiskan.

Karangan deskripsi terbagi atas dua macam, yaitu deskripsi ekspositaris dan deskripsi impresionistik.39 Melalui deskripsi ekspositoris, penulis mengajak pembaca agar mengetahui apa yang dilukiskan. Misalnya, orang melukiskan gedung bertingkat: dari bawah ke atas, dari kiri ke kanan, atau melukiskan ruang kuliah: ukuran, letak papan tulis, deretan kursi, meja dosen, dan lain-lain.

Deskripsi impresionistik menghendaki adanya kesan atau reaksi. Misalnya, seseorang bisa melukiskan kepribadian penghuni sebuah kamar kerja. Orang bisa melukiskan demikian rupa, sehingga kesan pembaca terhadap penghuni dalam cerita di atas cermat dan rapi. Mungkin juga atas dasar lukisan itu, penghuni kamar tersebut menurut penilaian pembaca, adalah orang yang tidak rapi dan jorok.

Menggambarkan adalah kata kunci dari pengertian tulisan deskripsi, dan dengan dasar itulah dapat dipahami bahwa fungsi sosial dari tulisan deskripsi adalah memberikan gambaran kepada pembaca. Dalam tulisan deskripsi, penulis berusaha semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah dapat melihat, mengalami, merasakan apa yang ditulis pengarang.

39


(39)

2. Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

Dalam menulis karangan deskripsi siswa harus memperhatikan ciri-ciri karangan deskripsi. Ciri-ciri-ciri karangan deskripsi yang sekaligus sebagai pembeda dengan eksposisi. Adapun ciri-ciri karangan deskripsi sebagai berikut:

a. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perinci tentang objek.

b. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca.

c. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dengan pilihan kata yang menggugah; sedangkan ekposisi gayanya lebeih lugas.

d. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan dirasakan sehingga objek pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia.

e. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang.40

3. Langkah Menyusun Karangan Deskripsi

Untuk melakukan pendeksripsian ada langkah-langkah yang harus diperhatikan. Adapun langkah-langkah menyusun karangan deskripsi tersebut adalah sebagai berikut:41

a. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan;

Dalam menulis karangan deskripsi seseorang harus menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan agar lebih mudah untuk menulisnya. b. Tentukan tujuan;

Dengan menulis deskripsi maka tujuan hendak dicapai ialah memberikan gambaran dan rincian suatu objek kepada pembaca. Jika seseorang menulis dalam bentuk deskripsi sugestif maka tujuan menulis ialah berusaha menciptakan penghayatan melalui imajinasi pembaca terhadap objek tertentu. Akan tetapi, jika seseorang itu menulis dalam bentuk

40

M. Atar Semi, Menulis Efektif, (Padang: Angkasa raya, 1990), hlm. 43.

41 Yosi Abdiyanti Tiondaon,

Langkah-langkah Menulis karangan Deskripsi, di akses


(40)

deskripsi teknis maka tujuan menulis ialah berusaha menanamkan pengertian kepada pembaca terhadap objek tertentu dengan cara memberikan indentifikasi dan informasi mengenai objek tersebut.

c. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan

Bahan tulisan dapat diperoleh melalui berbagai cara, di antaranya :

1. Dengan mengadakan pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek yang akan ditulis.

2. Membaca buku, Koran, majalah, atau bahan bacaan lainnya. Cara seperti ini disebut studi bacaan atau studi kepustakaan.

3. Melalui wawancara dengan narasumber yang menguasai permasalahan

yang ingin kita ketahui.

d. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan);

Umpamanya seseorang hendak menulis karangan deskripsi tentang Desa dengan bahan-bahan yang telah dikumpulkan.

e. Menguraikan kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Setelah menyusun kerangka karangan selanjutnya menguraikan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi.

4. Contoh Karangan Deskripsi

Tepat pukul 06.00 WIB aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. Serta dapat ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan menampakkan cahayanya. Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak lapak-lapak para pedagang yang sedang menjajakan dagangan berupa sayur mayur yang terlihat begitu segar dengan


(41)

bermacam-macam warna, dan ada juga seorang pembeli yang sedang memilih-milih sayuran. Pasar di dekat rumahku hanya pagi saja, orang-orang biasanya menyebut dengan sebutan pasar kaget.

Sumber: karangan penulis

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang peneliti lakukan mengambil judul “ kesalahan penggunaan prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI Marasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripsi, dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti karangan deskripsi siswa berupa kesalahan /me-/, /ber-/, /pe-/, /di-/ dan alomorfnya. Mengenai judul skripsi di atas, peneliti mempunyai beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan.

1. Judul skripsi Analisis Bandingan Makna Imbuhan Me-, Ber-, Pe-, dan – An Berdasarkan Para Penulis dan Pakar Buku Tata Bahasa Indonesia serta Implikasinya Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia Tingkat SMA, karya Savitri Martina Kunhadiyati. Dalam skripsi ini Savitri mengelompokkan menurut masing-masing makna imbuhan me-, ber-, pe-, dan –an menurut penulis S. T. Alisjahbana, Gorys Keraf, C. A. Mees, Slamet Muljana, dan Van Ophuijsen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1994 IKIP. Masing-masing makna imbuhan me-, ber-, pe-, dan –an dianalisis dengan cara mengelompokkan dalam daftar persamaan perbedaan. Adapun perbedaan penelitian Savitri dengan skripsi ini adalah:

a. Penelitian Savitri mengambil objek buku pakar Tata bahasa Indonesia, sedangkan penelitian ini objeknya karangan deskripsi siswa.

b. Penelitian savitri meneliti tentang perbandingan makna, sedangkan penelitian ini tentang kesalahan pengunaan prefiks.


(42)

2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang ditulis oleh Mumpuni Titrin S. berjudul Analisis Kontaminasi Frase dan Penanda Ganda dalam Karanga Deskripsi Siswa SMA Kelas II di DKI Jakarta. Relevansinya terlihat pada kontaminasi Frase dan Penanda ganda Jurtusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1990 IKIP. Dalam penelitian tersebut bentuk kontaminasi yang dilakukan siswa pada pengabungan bentuk (Frase) yang tidak tepat dan kesalahan penanda ganda yang dilakukan siswa membuat kalimat menjadi tidak efektif dan efisien. Adapun perbedaan penelitian Mumpuni dengan skripsi ini adalah:

a. Penelitian Mumpuni meneliti tentang analisis kontaminasi frase dan penanda ganda sedangkan peneliti bentuk kontaminasi frase yang tidak tepat dan penandaan ganda pada kalimat yang menjadi tidak efektif dan efesien, sedangkan penelitian ini tentang kesalahan penggunan prefiks.

b. Penelitian Mumpuni objek penelitiannya adalah karangan dekripsi sisiwa SMA Kelas II di DKI Jakarta, sedangkan penelitian ini objeknya siswa Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Kelas XI Jakarta

3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi yang ditulis oleh Ani Nurhayati yang berjudul Analisis kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara, Legoso Ciputat Tanggerang Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun perbedaan penelitian Ani dengan skripsi ini adalah:

a. Penelitian skripsi ini dilakukan di sekolah MA Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat, sedangkan Ani dilakukan di sekolah SMK Nusantara Legoso Ciputat.

b. Penelitian skripsi ini hanya menekankan penggunan imbuhan me-, ber-, per-, dan di-, sedangkan Ani semua kata berimbuhan seperti


(43)

penyengauan kata dasar, pemakaian konflik yang keliru dan pemakaian sufik –nya yang keliru.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis tidaklah sama dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu. Savitri Martina Kunhadiyati mengelompokan menurut masing-masing makna imbuhan me-, ber-, pe-, dan

–an menurut penulis pakar buku S. T. Alisjahbana, Gorys Keraf, C. A. Mees, Slamet Muljana, dan Van Ophuijsen. Mumpuni Titrin S penelitian dilakukan untuk mengetahui kontaminasi Frase dan Penanda ganda dalam Karanga Deskripsi Siswa. Penelitian Ani Nurhayti berfokus pada pemakaian kata berimbuhan, penyengauan kata dasar, pemakaian konflik yang keliru dan pemakaian sufik –nya yang keliru. Sedangkan peneliti sendiri menekankan pada kesalahan penggunaan imbuhan (/me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/) dan alomorf pada karangan deskripsi siswa.


(44)

30

“Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode”.1 Jadi metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif pada umumnya penelitian yang bermaksud “untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain., secara historik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.2

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai kesalahan peggunaan prefiks dalam karangan deskripsi siswa kelas XI dilakuakan di Madrasah Aliyah Annida Al- Islamy Jakarta, berlokasi di Jalan Raya Kosambi No.33A Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada waktu semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan data penelitian dilakukan di sekolah ini, khususnya pada kelas XI.

1

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,2006) Cet. Ke-6, hlm.42.

2

Lexy J, Moleong, metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 6, cet. Ke-26.


(45)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi untuk mendapatkan data faktual sehubungan dengan kesalahan penggunaan prefiks /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ yang dilakukan siswa Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy dalam karangan deskripsi. Data mengenai kesalahan penggunaan prefiks /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ pada karangan deskripsi diperoleh melalui observasi langsung dan yang penulis jadikan sebagai lokasi penelitian. Observasi langsung dilakukan dengan memberikan perintah kepada siswa kelas XI untuk menulis/mengarang deskripsi.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah dua puluh delapan orang, Penelitian ini diperoleh melalui teknik purposive sampling, yang dimaksud dengan “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”3

Objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI semester ganjil Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes menulis/mengarang deskripsi yang berjudul Ayah dan pasar. Panjang karangan ditentukan tiga-empat paragraf. Tes menulis/mengarang ini langsung ditujukan kepada siswa Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy kelas XI dengan menggunkan waktu pelajaran bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari tes tersebut penulis akan meneliti aspek-aspek kesalahan yang dilakukan siswa (imbuhan /me-/, /ber-/, /pe-/, dan /di-/ dan alomorf)

3


(46)

Instrumen penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan untuk mencatat data berupa kalimat yang terdapat karangan deskripsi yang penggunaan prefiks kurang tepat atau salah, seperti contoh:

Tabel 3.1

Tabel Analisis Kesalahan Prefiks dalam Karnagan Deskripsi Siswa Nama siswa

Kelas (Judul karangan)

no Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Keterangan:

1. Kesalahan penggunaan prefiks /Me-/ 2. Kesalahan penggunaan prefiks /Mem-/ 3. Kesalahan penggunaan prefiks /Men-/ 4. Kesalahan penggunaan prefiks /Meny-/ 5. Kesalahan penggunaan prefiks /Meng-/ 6. Kesalahan penggunaan prefiks /Menge-/ 7. Kesalahan penggunaan prefiks /Ber-/ 8. Kesalahan penggunaan prefiks /Be-/ 9. Kesalahan penggunaan prefiks /Bel-/ 10. Kesalahan penggunaan prefiks /Pe-/ 11. Kesalahan penggunaan prefiks /Pem-/ 12. Kesalahan penggunaan prefiks /Pen-/ 13. Kesalahan penggunaan prefiks peny-/ 14. Keasalahan penggunaan prefiks /peng-/ 15. Kesalahan penggunaan prefiks /penge-/ 16. Kesalahan penggunaan prefiks /di-/


(47)

E. Teknik Analisis Data

Data diperoleh dengan cara memberikan siswa sebuah pilihan dengan tema yang berbeda yaitu Ayah dan Pasar. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengklsifikasian;

b. Pengkodean;

c. Pemabulasian;

d. Pembetulan/pengoreksian;

e. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus:

Keterangan: х = Frekuensi Kalimat yang Dianalisis х2 = Jumlah Kesalahan


(48)

34 A. Profil Sekolah

1. Gambaran Umum Madrasah Aliayah Annida Al-Islamy

Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy berdiri sejak tahun 1982 dibawah naungan yayasan Sirotul Al Rahim yang didirikan pertama kali oleh 8 orang pendiri yaitu Kh. Ma’mun , Kh. Abdul Mubin, H. Matsani, H. Deran, H. Moh. Soleh, H. Muhammad Arif, H. Hadromi, dan H. Sofyan, namun baru beroperasi tahun 1987. Disusul dengan pendiri kedua yayasan Sirotul Al Rahim Kh. Mahfudz, H. Juaini, H. Hasan Ya’kub.

Perguruan Annida Al Islamy berawal dari tingkat Tsnawiyah yang dipimpin oleh Kh. Abdul Mubin pada tahun 1982 hingga 1983, ketika itu perguruan Annida Al Islamy berada di Rawabuaya .Pada tahun 1984 Mts Annida Al Islamy pindah dari Rawabuaya ke Duri Kosambi begitu pula kepemimpinan Mts Annida beralih dari Kh. Abdul Mubin kepada generasi penerusnya yaitu Ust. H. Jamhari. Tahun 1984 adalah tahun pertama kalinya Mts Annida Al Islamy mengadakan ujian Negara yang diikuti oleh 20 siswa.

Pada bulan Juli 1987 perguruan Annida Al Islamy

mengembangkan sayapnya dengan membuka tingkat lanjutan yaitu Madrasah Aliyah Annida Al Islamy yang yang dipercayakan kepemimpinan kepada Ust. H. Abdul Rozak S, BA., beliau memimpin Aliyah selama 12 tahun (1987-1999), kemudian dipimpin oleh Drs. H. Harun Rasyid selama 3 tahun (1999-2002). Pada tahun 2002 beliau digantikan oleh Drs. Kh. Sofyan Hadi selama 2 tahun (2002-2004), setelah itu estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Drs. H. Masykur Syah selama 8 tahun (2004-2012).

Madrasah Aliyah Annida Al-Islami Terletak di Jl. Rawabuaya Pos No.33 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat, berdiri di atas luas tanah 3158 M² dan Standar Madrasah swasta. Walaupun swasta Madrasah


(49)

fasilitas madrasah ini semakain memadai dan sumber daya manusia pun semakin profesioanal.

2. Visi dan Misi Sekolah

 Visi Madrasah Annida Al-Islamy ialah “Membentuk Masyarakat yang

Beragama, Berakhlak Mulia, Berbudaya, Berpendidikan Serta

Sejahtera Lahir dan Batin”.

 Misi Madarsah Annida Al-Islamy

a. Akademis :”Mencerdaskan Kehidupan Masyarakat Dengan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Agama dan

Ilmu Pengetahuan Umum”.

b. Non Akademis :”Membentuk Generasi Bangsa yang

Bertanggung Jawab dan Mandiri Meningkatkan

Taraf Hidup Masyarakat”.

3. Keadaan Tenaga Pengajar

Guru adalah pengajara yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsa. Sama halnya Madrasah Annida Al-Islamy Jakarta yang terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan mendapatkan guru-guru yang tidak hanya profesional, tetapi memiliki latar belakang pendidikan dari jenjang SI dan S2 yang sesuai dengan bidang dan disiplin ilmu masing-masing. Jumlah pengajar sebanyak duapuluh dua orang terdiri dari sembilan guru pegawai negeri sipil dan tiga belas guru honorer dan dibantu oleh tiga orang yang bertugas sebagai tata usaha.

a. Keadaan Siswa

Madrasah Aliayah Annida Al- Islamy setiap tahun menyeleksi siswa yang mendaftar untuk masuk di sekolah ini dengan ketetapan nilai yang ditentukan. siswa yang bersekolah di sini bersifat heterogen yakni berasal dari latar belakang dan kecerdasan yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel jumlah siswa Annida Al-Islamy.


(50)

Tabel 4.1

Jumlah Siswa Madrasah Aliyah Annida Al Islamy Tahun 2011/2012

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 X 20 18 38

2 XII 16 22 38

3 XIII 12 17 29

Jumlah 50 57 105

b. Fasilitas Belajar

Fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfalitasi belajar para siswa. Fasilitas ini secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Alat belajar merupakan bahan atau alat apapun yang digunakan untu membantu, menyampaikan, dan menyajikan materi pembelajaran. Alat ini berupa alat peraga baik itu alat elektronik maupun alat lainnya yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar tercipta suasan yang kondusif guna kelancaran dan tercapainya tujuan pembelajan. Adapun fasilitas belajar yang terdapat di sekolah ini:

Tabel 4.2 Tabel Fasilitas Belajar

No Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan

1 Gedung 2 2 Lantai

2 Kantor 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang Kelas 5

5 Ruang OSIS 1


(51)

7 Laboratorium Komputer 2 40 set

8 Laboatorium IPA 1

9 Perpustakaan 1

10 observatorium Falaq 1

11 Mushollah 1

12 Meja Guru 5

13 Kurswi Guru 5

14 Meja Siswa 115

15 Kursi Siswa 115

16 White Board 5

17 Papan Absensi 5

18 Lap. Olah Raga 1

19 Peralatan Olah Raga 5

20 Peralatan Matematika 1 paket

21 Peralatan IPS 1 paket

22 WC Guru 2

23 WC Siswa 8

c. Kegiatan Eksra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegian pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan untuk membatu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka. Melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Adapun kegiatan ektra kurikuler di sekolah ini sebagai berikut:


(52)

Tabel 4.3 Tabel Ekstra Kurikuler

No Jenis Eksul Keterangan

1 Pramuka

2 Paskibra

3 Sepak Bola

4 Foot Sal

5 Volly Ball

6 Basket

7 Badminton

8 Marawis

Sumber : Tata Usaha Madrasah Aliyah Annida Al Islamy Cengkareng Jak-Bar.

B.Deskripsi Data

Pada bagian deskripsi data ini, penulis akan menguraikan tentang frekuensi kesalahan pengunaan prefiks (/me/, /ber/, /pe/, dan /di/) dan alomofnya dalam karangan deskripsi masing-masing siswa pada tiap-tiap kalimat. Setelah diketahui kesalahannya, data-data tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis disajiakan dalam bentuk wacana deskripsi. Untuk lebih jelas mengenai deskripsi data hasil pekerjaan siswa dimaksud, dapat diuraikan satu persatu di bawah ini:

Tabel 4.4

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Ahmad Milki ( Ayah)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Ayahku

adalah √

Ayahku adalah


(53)

seorang figur yang patut di contoh

seorang figur yang patut dicontoh

Jumlah 1

Keterangan :

1. Kesalahan penggunaan prefiks /Me-/ 2. Kesalahan penggunaan prefiks /Mem-/ 3. Kesalahan penggunaan prefiks /Men-/ 4. Kesalahan penggunaan prefiks /Meny-/ 5. Kesalahan penggunaan prefiks /Meng-/ 6. Kesalahan penggunaan prefiks /Menge-/ 7. Kesalahan penggunaan prefiks /Ber-/ 8. Kesalahan penggunaan prefiks /Be-/ 9. Kesalahan penggunaan prefiks /Bel-/ 10. Kesalahan penggunaan prefiks /Pe-/ 11. Kesalahan penggunaan prefiks /Pem-/ 12. Kesalahan penggunaan prefiks /Pen-/ 13. Kesalahan penggunaan prefiks /Peny-/ 14. Kesalahan penggunaan prefiks /Peng-/ 15. Kesalahan penggunaan prefiks /Penge-/ 16. Kesalahan penggunaan prefiks /Di-/

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Ahmad Milki sebanyak satu kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan prefiks dengan kode 16. Kesalahan terletak pada paragraf ke-4 baris ke-1.

1. Kesalahan pengunaan prefiks

di-Paragraf ke-4 baris ke-1 ditemukan kesalahan prefiks di- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf keempat adalah “ Ayahku

adalah seorang figur yang patut di contoh”.

Penggunaan kata di contoh pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai imbuhan dilafalkan dan dituliskan serangakai dengan kata yang diimbuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Jadi kalimat yang benar adalah “Ayahku adalah seorang figur


(54)

Tabel 4.5

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Atia Balqis Andriani (Pasar)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Suasana malam yan indah di tambah lampu-lampu yang menghiasi. √ Suasana malam yan indah ditambah lampu-lampu yang menghiasi. 2. Di sana ada beraneka permainan yang di khususkan untuk anak-anak.

Di sana ada beraneka permainan yang dikhususkan untuk anak-anak.

Jumlah 2

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan Prefiks yang dilakukan oleh Atia Balqis Andriani sebanyak dua kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan imbuhan dengan kode 16. Kesalahan terletak pada paragraf ke-2 baris ke-1.

1. Kesalahan penggunaan prefiks

meny-Paragraf ke-2 ditemukan kesalahan prefiks meny- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-2 baris ke-1

Suasana malam yang indah di tambah lagi lampu-lampu yang menghiasi”, dan “ Di sana ada beraneka permainan yang di khususkan untuk anak-anak”.

Penggunaan kata di tambah dan di khususkan pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai prefiks dilafalkan dan dituliskan serangkai sengan kata yang diimbuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata


(55)

kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Jadi kalimat yang benar “Suasana malam yang indah ditambah lagi lampu-lampu yang menghiasai”, dan “ Di sana ada beraneka permainan yang dikhususkan untuk anak-anak”.

Tabel 4.6

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Awaliyah A (Pasar)

N

o Kalimat

Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1.

Tetapi ada juga pasar yang menjual makanan-makanan yang sudah tidak layak

untuk di

konsumsi oleh pengunjung a

Tetapi ada

juga pasar

yang menjual makanan-makanan

yang sudah

tidak layak untuk dikonsumsi oleh pengunjunga 2 Tetapi pasar juga menjual alat-alat untuk memasak seperti panik, pengorenga n √ Tetapi pasar juga menjual alat-alat untuk memasak seperti panik, penggorenga n


(56)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dulakukan oleh Awaliyah A sebanyak dua kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan prefiks dengan kode 15 dan 16. Kesalahan terletak pada paragraf ke-2 baris ke-3 dan paragraf ke-3 baris ke-3.

1. Kesalahan penggunaan prefiks

di-Paragraf ke-2 ditemukan kesalahan prefiks di- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-2 baris ke-3. “Tetapi ada juga pasar yang menjual makanan-makanan yang sudah tidak layak untuk di konsumsioleh pengunjung”.

Penggunaan kata di konsumsi pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai prefiks dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang dibubuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Jadi kalimat yang benar “Tetapi ada juga pasar yang menjual makanan-makanan yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi oleh

pengunjung”.

2. Kesalahan penggunaan prefiks

peng-Paragraf ke-2 ditemukan kesalahan prefiks peng- dengan kode 15. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-2. “Tetapi pasar juga menjual alat -alat untuk memasak, seperti panik, pengorengan.”

Penggunaan kata pengorengan pada kalimat di atas tidak benar karena prefiks peng- bila digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan kh, h, g, serta vokal a i, u, e, e, dan o tetap diwujudkan. Fungsi prefiks pe- adalah membentuk kata benda. Jadi kalimat yang benar adalah

“Tetapi pasar juga menjual alat-alat untuk memasak, seperti panik,


(57)

Tabel 4.7

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Citra Alvia (Pasar)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1.

Disana terbagi 2 jenis kegiatan, yaitu pembenli dan penjual.

Di sana terbagi 2 jenis kegiatan, yaitu pembenli dan penjual. 2. Pasar bisa dikatakan sebagai wadah atau tempat berlangsungnya transaksi-transaksi yang di sepakati oleh kedua belah pihak √ Pasar bisa dikatakan sebagai wadah atau tempat berlangsungnya transaksi-transaksi yang disepakati oleh kedua belah pihak 3. Pasar tradisional banyak sekali berada di lahan-lahan kosong dan bisa di bilang tempatnya kotor √ Pasar tradisional banyak sekali berada di lahan-lahan kosong dan bisa dibilang tempatnya kotor 4. Mayoritas yang dijual disana adalah barang yang sudah di kemas sedemikian rupa. √ Mayoritas yang dijual disana adalah barang yang sudah dikemas sedemikian rupa.


(58)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Citra Alvia sebanyak empat kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan prefiks di- dengan kode 16. Kesalahan terletak pada paragraf ke-2, paragraf ke-3 dan paragraf ke-4.

1. Kesalahan penggunaan prefiks

di-Paragraf ke-2 ditemukan kesalahan prefiks di- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-2 “Disana terbagi 2 jenis kegiatan, yaitu pembemli dan penjual”,

Pasar bisa dikatakan sebagai wadah atau tempat berlangsungnya transaksi-transaksi yang di sepakati oleh kedua belah pihak

,

Pasar tradisional banyak sekali berada di lahan-lahan kosong dan bisa di bilang tempatnya kotor”, “Mayoritas yang dijual di sana adalah barang yang sudah di kemas sedemikian rupa.”.

Penggunaan kata disana pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan dipisah dengan kata yang

dibubuhinya. Jadi kalimat yang benar adalah “ Di sana terbagi 2 jenis

kegiatan, yaitu penjual dan pembeli”.

Penggunaan kata di sepakati, di bilang dan di kemas pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai prefiks dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang dibubuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Jadi kalimat yang benar adalah

Pasar bisa dikatakan sebagai wadah atau tempat berlangsungnya transaksi-transaksi yang disepakati oleh kedua belah pihak”, “Pasar tradisional banyak sekali berada di lahan-lahan kosong dan bisa dibilang tempatnya

kotor”, “Mayoritas yang dijual disana adalah barang yang sudah dikemas sedemikian rupa”.


(59)

Tabel 4.8

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Fauziah (Ayah)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Ayahku seorang perkerja keras yang tidak pernah ber putus asa akan keadaannya √ Ayahku seorang pekerja keras yang tidak pernah berputus asa akan keadaannya

Jumlah 1

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Fauziah sebanyak dua kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan prefiks dengan kode 7. Kesalahan terletak pada paragraf ke-3 baris ke-1 dan ke-2 dan paragraf ke-4 baris ke-3.

1. Kesalahan penggunaan prefiks

pe-Paragraf ke-3 ditemukan kesalahan prefiks pe- dengan kode 10. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-2 baris ke-1 “Ayahku seorang perkerja keras yang tidak pernah berputus asa akan keadaannya.”

Penggunaan kata Perkerja pada kalimat di atas tidak benar karena prefiks pe- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan k, l, r, w, y, m, n, n, ng, dan ny dan ditulis dengan cara merangkaikannya di muka kata yang diimbuhinya. Dalam KBBI Pekerja ialah orang yang bekerja. Jadi kalimat yang benar adalah “Ayahku seorang pekerja keras yang tidak pernah beputus asa akan keadaannya.”


(60)

Tabel 4.9

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskrifsi Siswa Ferdi R (Pasar)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Dipasar tersebut banyak yang berjualan √ Di pasar tersebut banyak yang berjualan 2 Dipasar cengkareng ini selalu di penuhi pengunjung √ Di pasar cengkareng ini selalu dipenuhi pengunjung

Jumlah 2

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Fauziah sebanyak dua kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan imbuhan di- dengan kode 16. Kesalahan terletak pada paragraf ke-3 baris ke-1 dan ke-2.

1. Kesalahan penggunaan prefiks di-

Paragraf ke-1 ditemukan kesalahan prefiks di- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-1 baris ke-2 “Dipasar tersebut banyak yang berjualan.

Penggunaan kata dipasar pada kalimat di atas tidak benar karena prefiks di- merupakan kata depan dan ditulis dan dilafalkan terpisah dengan kata yang diimbuhinya . Jadi kalimat yang benar “Di pasar tersebut banyak yang berjualan”.

Paragraf ke-2 ditemukan kesalahan prefiks di- dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf dua baris kedua

Di pasar Cengkareng ini selalu di penuhi pengunjung”


(61)

Penggunaan kata di penuhi pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai prefiks dilafalkan dan dituliskan serangkain dengan kata yang diimbuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif. Jadi kalimat yang benar “Dipasar cengkareng ini selalu dipenuhi pengunjung

Tabel 4.10

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Huailah (Ayah)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1. Aku menyiapkan bekal untuk di bawa nanti

Aku nyiapkan bekal untuk dibawa nanti.

2. Tiba-tba pancinganku di makan oleh ikan besar. √ Tiba-tiba pancinganku dimakan oleh ikan besar 3. Aku dan ayahku membereskan barang-barang dan begegas pulang kerumah. √ Aku dan ayahku membereskan barang-barang dan bergegas pulang kerumah.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Huailah sebanyak tiga kali, yaitu kesalahan dalam prefiks dengan kode 16 dan 8. Kesalahan terletak pada paragraf 1 baris ke-2, paragraf dua baris ke-1 dan paragraf ke-4 baris ke-1.


(62)

1. Kesalahan penggunaan prefiks

di-Paragraf ke-1 baris ke-1 dengan kode 16. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-1 adalah “ Aku menyiapkan bekal untuk di bawa nanti”

dan “Tiba-tiba pancinganku di makanoleh ikan besar’”

Penggunaan kata di bawa dan di makan pada kalimat di atas tidak benar karena di- sebagai prefiks dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya. Fungsi prefiks di- adalah membentuk kata kerja pasif, maka makna yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan me- yang transitif Jadi kaliamat yang benar “ Aku menyiapkan bekal untuk dibawananti” dan “ tiba-tiba pancinganku dimakan oleh ikan

besar.”

2. Kesalahan penggunaan prefiks

be-Paragraf ke-4 baris ke-1 ditemukan kesalahn prefiks be- dengan kode 8. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-4 baris ke-1 “ Aku dan ayahku membereskan barang-barang dan begegas pulang kerumah.”

Penggunaan kata begegas pada kalimat di atas tidak benar karena be- digunakan secara umum, yaitu yang tidak dengan be- atau bel-. Fungsi prefiks ber- adalah membentuk kata kerja intransitif. Jadi kalimat yang

benar “Aku dan Ayahku membereskan barang-barang dan bergegas

pulang kerumah.”

Tabel 4.11

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Iffah Lathifah (Ayah)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1

Ia tak mengenal lelah saat berkerja

Ia tak mengenal lelah saat bekerja


(63)

Berdasarkan table 4.9 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Iffah Lathifah sebanyak satu kali, yaitu kesalahan dalam penggunaan prefiks dengan kode 7. Kesalahan terletak pada paragraf ke-1 baris ke-3.

1. Kesalahan penggunaan prefiks

ber-Paragraf ke-1 ditemukan kesalahan prefiks ber- dengan kode 8. Kutipan yang terdapat pada paragraf ke-1 baris ke-3 “Ia tak mengenal lelah saat berkerja.”

Penggunaan kata berkerja pada kalimat di atas tidak benar karena prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhiran ᵊ r, atau pada kata-kata yang suku pertamanya menggunakan bunyi -er seperti bekerja, beternak dan beserta. Fungsi prefiks ber- adalah membentuk kata kerja intransitif. Jadi kalimat yang

benar adalah “Ia tak mengenal lelah saat bekerja..”

Tabel 4.12

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa Ihya Haqiqi (Ayah)

No Kalimat Prefiks Perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Kadang dia sendiri yang bikin peraturan tapi dia sendiri yang ngelanggar √ Kadang dia sendiri yang bikin peraturan tapi dia sendiri yang melanggar

Jumlah 1

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui frekuensi kesalahan prefiks yang dilakukan oleh Ihya Haqiqi sebanyak 1 kali, yaitu kesalahan dalam


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Rizqi Herfiyanti anak bungsu dari pasangan H.Jamhari dan Hj, Halipa. Lahir di Jakarta 10 November 1989. Penulis bertempat tinggal di Jalan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat No. 31A.

Sejarah pendidiakaan formal penulis, yaitu berawal di bangku di TK Melati I pada tahun 1995-1996, kemudian melanjutkan di MI Shiraturrahman 1 tahun 1996-2001, selanjutnya di MTs. Annida Al-Islamy Jakarta tahun 2001-2004, dan pendidikan menengah ditempuh di MAN 12 Jakarta tahun 2004-2007.

Kemudian anak kedelapan berdarah betawi ini tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.


Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Karangan Deskripsi Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Sastra Cina FIB USU

20 159 81

Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal UKK SD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2011/2012 Kabupaten Situbondo

0 10 7

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa kelas XI Semester Genap Madrasah Aliyah. Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012

0 11 90

Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas Xi.1 Semester Ganjil Sma Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014

1 11 96

Analisis Kesalahan Penggunaan Kosakata Pada Karangan Narasi Siswa Yang Berlatar Belakang Bahasa Betawi Kelas Vii Mts Negeri Parung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013

0 8 114

Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

0 6 180

Struktur Kalimat Majemuk Dalam Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas XI MAN 10 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012

0 7 0

Analisis Kesalahan Penggunaan Preposisi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Tahun Pelajaran 2014/2015

1 5 85

Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

6 38 60

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 18 52