Peresepan Rasional dan Irrasional

30 dipertimbangakan faktor kemajuan efficacy, keamanan safety, kecocokan suitability, dan biaya cost. Pada terapi non-farmakologis biasanya dipikirkan menyangkut perubahan gaya hidup life style. 4. Memulai pengobatan obat-pribadi personal drugs Memulai pengobatan setelah mencocokkan kebutuhan terapi dimulai saat menuliskan resep atau „instruksi‟ kepada apoteker untuk menyediakanmenyiapkan obat yang dibutukan oleh pasien. Dalam memulai pengobatan, pasien berhak tahu mengenai obat-obatan yang diberikan kepadanya. 5. Penjelasan tentang obat, cara pakai, peringatan Siklus ini diberikan setelah menuliskan resep obat. Kepada pasien perlu diberi pengetahuan tentang efek obat, efek samping, instruksi penggunaan, peringatan, kunjungan berikutnya, dan dokter harus memastikan pasien mengerti dengan baik penjelasan yang telah diberikan. 6. Pantau hentikan penggunaan obat Penggunaan obat dihentikan bila pasien sudah dinyatakan sembuh total, pasien mengalami efek samping serius dari obat yang diberikan, dan apabila pasien belum sembuh maka siklus pengobatan rasional diulang dari awal kembali Simatupang, 2012. Istilah „irrational prescribing’ harus diperkenalkan kepada mahasiswa kedokteran karena kelak akan menuliskan resep obat kepada masyarakat, tapi kemudian tidak banyak yang memerhatikan masalah ini Sadikin, 2011. Irrational prescribing yaitu dimana bila pasien tidak menerima obat atau menggunakan obat yang tidak sesuai dengan kriteria penggunaan obat rasional Sadikin, 2011. Dan peresepan rasional tidak bisa didefiniskan tanpa metode pengukuran dan referensi standar. Di negara maju peresepan rasional dilakukan berdasarkan protokol pengobatan serta adanya daftar obat esensial, sedangkan dinegara berkembang belum ada studi mengenai dasar dari peresepan rasional Hogerzeil, 1995. 31 Peresepan irrasional merupakan masalah global Hogerzeil, 1995. Hal ini diperkuat dari beberapa studi yang dilakukan baik dinegara maju maupun berkembang yang menunjukkan beberapa kesalahan yang mengakibatkan terjadinya peresepan yang irrasional, antara lain Sadikin, 2011: a. Polifarmasi b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan diagnosis c. Penggunaan antibiotik yang tidak perlu d. Dan pengobatan mandiri yang irrasional irational selfmedication dengan penggunaan obat dibawah dosis seharusnya underprescribing Bentuk lain dari irrational prescribing adalah extravagant prescribing, yaitu kebiasaan meresepkan obat mahal padahal tersedia obat murah yang sama efektifnya. Selain itu, underprescribing atau penggunaan obat dibawah dosis seharusnya. Hal ini terjadi akibat kekhawatiran dokter akan efek samping obat yang mungkin timbul sadikin, 2011. Dampak dari irrational prescribing ini adalah meningkatnya mordibitas dan mortalitas yang diikuti dengan meningkatnya lama dan biaya rawat, ditambah dengan meningkatnya kejadian efek samping dan interaksi obat sadikin, 2011

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan melihat penggunaan obat-obat yang digunakan dalam manajemen awal terapi artritis reumatoid atau rheumatoid arthritis RA secara retrospektif melalui kartu catatan rekam medik yang berisi preskripsi obat yang ada di RSUD Abdoel Moeloek Kota Bandar Lampung.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Abdoel Moeloek Kota Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan November Tahun 2013.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua resep obat dalam rekam medis pasien rawat jalan pasien baru dengan diagnosa penyakit rheumatoid arthritis di poliklinik penyakit dalam dan poliklinik bedah ortopedi RSUD Abdoel Moeloek Kota Bandar Lampung periode Juli 2012 – Juni 2013. 33

3.4 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan adalah jumlah resep dari bagian rekam medis yang memiliki diagnosa berupa RA melalui teknik convinence sampling, dimana sampel yang digunakan adalah resep obat pada pasien baru yang terdiagnosa RA dalam jangka waktu Juli 2012 – Juni 2013 yang dikumpulkan sampai jumlah sampel terpenuhi. Dan peneliti menggunakan rumus perhitungan sampel Slovin Slo vin’s formula dengan tingkat kepercayaan 90. Dari pre-survey didapatkan jumlah pasien baru dengan diagnosa artritis reumatoid periode Juli 2012- Juni 2013 didapatkan besar populasi sebanyak 215 pasien, dengan asumsi satu pasien mendapat satu lembar resep. n= n= n= n= n= 68,2 Keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan 0,1 Jadi, pada penelitian ini dibutukan sampel sebanyak 68 lembar resep. Kriteria Inklusi : Resep dalam rekam medis milik pasien baru yang berobat ke poliklinik penyakit dalam dan poliklinik bedah ortopedi RSUD Abdoel Moeloek dengan diagnosa RA yang masuk dari tanggal 1 Juli 2012 sampai dengan 31 Juni 34 2013 dan lembar resep yang fisiknya masih baik, terbaca, tidak robek ataupun rusak. Kriteria Eksklusi : Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah semua resep yang rusak, robek, tidak terbaca, dan resep dalam rekam medik yang memiliki biodata dan atau nomor registrasi yang sama.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel terikat : Manajemen awal terapi artritis reumatoid. Variabel bebas : Indikasi, nama obat, dosis, cara pemberian, lama pemberian, terapi kombinasimonoterapi.

3.6 Definisi Operasional

1. Peresepan Obat Resep merupakan permintaan tertulis oleh dokter kepada APA Syamsuni, 2006. Resep yang rasional diberikan sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam dosis yang tepat, periode waktu yang adekuat dan dengan biaya yang terendah WHO, 2002. 2. Indikasi pemberian obat Termasuk salah satu indikator dalam pedoman pemberian obat yang benar yaitu right medicine, pemberian obat yang sesuai indikasi Cahyono, 2008. 3. Nama obat Nama obat yang digunakan dapat terlihat dalam praescriptioordonatio yang tertera dalam setiap resep Syamsuni, 2006. 4. Dosis

Dokumen yang terkait

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

10 52 19

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIDIABETES PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

4 36 22

Hubungan antara nyeri Reumatoid Artritis dengan kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Posbindu Karang Mekar wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

9 65 127

KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUALTERHADAP STANDAR PENGOBATAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG PERIODE JANUARI-JUNI 2012

2 36 33

POLA PERESEPAN DAN KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI RAWAT JALAN PUSKESMAS SIMPUR PERIODE JANUARI-JUNI 2013 BANDAR LAMPUNG

3 35 64

POLA PERESEPAN OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN POLIGIGI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN Pola Peresepan Obat Antibiotik Pada Pasien Poli Gigi Rsud Kajen Kabupaten P3kalongan Tahun 2013.

0 2 12

PENDAHULUAN Pola Peresepan Obat Antibiotik Pada Pasien Poli Gigi Rsud Kajen Kabupaten P3kalongan Tahun 2013.

0 3 6

POLA PERESEPAN OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN POLIGIGI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN Pola Peresepan Obat Antibiotik Pada Pasien Poli Gigi Rsud Kajen Kabupaten P3kalongan Tahun 2013.

0 3 10

Analisis pelayanan kesehatan bagi peserta ASKES di RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung studi kasus pasien rawat inap

0 0 3

STUDI BIAYA PERAWATAN PASIEN RAWAT JALAN ARTRITIS REUMATOID YANG MENDAPAT TERAPI METOTREKSAT DI RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

0 0 17