8
1.4.2 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep obat yang digunakan dalam terapi RA Suarjana, 2009 berdasarkan dengan kriteria terapi rasional
Cahyono, 2008.
1.4.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah pada manajemen awal pasien
artritis reumatoid di RSUD Abdoel Moeloek Kota Bandar Lampung menggunakan obat-obat yang sesuai untuk manajemen awal dengan
dosis, cara dan lama pemberian yang rasional dan menerapkan metode piramida terbalik yaitu menggunakan obat yang memodifikasi
penyakit sejak awal.
Diagnosa Artritis Reumatoid
Manajemen Awal Artritis Reumatoid
- NSAIDs
- Glukokortikoid
- DMARDs
- Obat
immunosupresan lain
Nama obat
Dosis
Cara pemberian
Lama pemberian
Monoterapi Kombinasi
Indikasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Artritis Reumatoid
2.1.1 Definisi Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis RA adalah penyakit autoimun sistemik Symmons, 2006. RA merupakan salah satu kelainan
multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis Helmick, 2008. Penyakit ini
merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris Dipiro, 2008. Penyakit RA ini merupakan
kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung
kronik dan mengenai lebih dari lima sendi poliartritis Pradana, 2012.
2.1.2 Epidemiologi Artritis Reumatoid
Prevalensi RA relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1 di seluruh dunia Suarjana, 2009. Dalam ilmu penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi
dan prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara. Misalnya, masyarakat asli Ameika,
Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara dilaporkan memiliki rasio prevalensi dari berbagai studi sebesar 7. Prevalensi ini
merupakan prevalensi tertinggi di dunia. Beda halnya, dengan studi pada populasi di Afrika dan Asia yang menunjukkan prevalensi lebih rendah
10 sekitar 0,2-0,4 Longo, 2012. Prevalensi RA di India dan di negara
barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75 Suarjana, 2009. Sedangkan, di Jerman sekitar sepertiga orang menderita nyeri sendi kronik
mulai dari usia 20 tahun dan juga seperduanya berusia 40 tahun. Satu dari penyebab utama nyeri yang timbul, dengan konsekuensi yang serius,
merupakan RA . RA adalah penyakit inflamasi reumatik yang paling sering dengan prevalensi 0,5 sampai 0,8 pada populasi dewasa. Insidensinya
meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa Schneider, 2013. Studi RA
di Negara Amerika Latin dan Afrika menunjukkan predominansi angka kejadian pada wanita lebih besar dari pada laki-laki, dengan rasio 6-8:1
Longo, 2012.
Gambar 3. Prevalensi global penyakit artritis reumatoid Longo, 2012 Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4 baik
didaerah urban ataupun rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2 di daerah rural dan 0,3 di
daerah urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malang pada penduduk berusai diatas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA sebesar
0,5 didaerah kotamadya dan 0,6 didaerah kabupaten. Di poliklinik reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, kasus baru RA