17
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
A. Definisi Perjanjian
Istilah perjanjian berasal dari bahasa inggris yaitu “contracts”.Sedangkan dalam bahasa belanda istilah perjanjian atau persetujuan disebut juga dengan
“overeenkomst”.
18
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah “persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih,
masing-masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan.”
19
Kamus Hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah “persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat
untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama.”
20
1. Yahya Harahap
Untuk memahami istilah mengenai perjanjian terdapat beberapa pendapat para sarjana, yaitu :
Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak atau sesuatu untuk memperoleh
prestasi atau sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk menunaikan kewajiban pada pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi.
2. R. Subekti
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
21
18
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 3.
19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikthisar Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 458.
20
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 363.
21
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
3. Wirjono Prodjodikoro
Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk
melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.
22
4. Abdul Kadir Muhammad
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta
kekayaan.
23
Mengenai batasan tersebut para sarjana hukum umumnya berpendapat bahwa definisi atau batasan atau juga dapat disebut rumusan perjanjian yang
terdapat di dalam ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata kurang lengkap dan bahkan dikatakan terlalu luas banyak mengandung kelemahan-kelemahan. Adapun
kelemahan tersebut menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut : Berdasarkan pada beberapa pengertian perjanjian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa di dalam suatu perjanjian minimal harus terdapat dua pihak, dimana kedua belah pihak saling bersepakat untuk menimbulkan suatu akibat
hukum tertentu. Dimana dalam kesepakatan itu, satu pihak wajib melaksanakan sesuai dengan yang telah disepakati, dan pihak yang satunya berhak mendapatkan
sesuai dengan apa yang telah disepakati. Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang
berbunyi :“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
22
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, 1986, hlm, 9.
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 225.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Setiawan, rumusan Pasal 1313 KUH Perdata selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak
saja.Sangat luas karena dengan digunakannya perkataan “perbuatan” tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan itu,
menurut Setiawan perlu kiranya diadakan perbaikan mengenai definisi tersebut, ialah
24
1. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang
bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum; :
2. Menambahkan perkataam “atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal
1313 KUH Perdata; 3.
Sehingga perumusannya menjadi, “perjanjian adalah perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.” Demikian halnya menurut Suryodiningrat, bahwa definisi pasal 1313 KUH
Perdata ditentang beberapa pihak dengan argumentasi sebagai berikut :
25
1. Hukum tidak ada sangkut pautnya dengan setiap perikatan, dan demikian pula
tidak ada sangkut pautnya dengan setiap sumber perikatan, sebab apabila penafsiran dilakukan secara luas, setiap janji adalah persetujuan;
2. Perkataan perbuatan apabila ditafsirkan secara luas, dapat menimbulkan
akibat hukum tanpa dimaksudkan misal: perbuatan yang menimbulkan kerugian sebagai akibat adanya perbuatan melanggar hukum;
3. Definisi Pasal 1313 KUH Perdata hanya mengenai persetujuan sepihak
unilateral, satu pihak sajalah yang berprestasi sedangkan pihak lainnya tidak
24
Setiawan, Pokok Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Jakarta, 1987, hlm. 49.
25
R.M. Suryodiningrat, Asas Asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, 1985, hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
berprestasi misal: schenking atau hibah. Seharusnya persetujuan itu berdimensi dua pidak dimana para pihak saling berprestasi;
4. Pasal 1313 KUH Perdata hanya mengenal persetujuan obligatoir melahirkan
hak dan kewajiban bagi para pihak, dan tidak berlaku bagi persetujuan jenis lainnya misalnya: perjanjian liberatoirmembebaskan, perjanjian dilapangan
hukum keluarga, perjanjian kebendaan, perjanjian pembuktian. Terhadap definisi Pasal 1313 KUH Perdata ini Purwahid Patrik
menyatakan beberapa kelemahan, yaitu :
26
1. Definisi tersebut hanya menyangkut perjanjian sepihak saja. Hal ini dapat
disimak dari rumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikatkan” merupakan kata kerja
yang sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua pihak. Sedang maksud perjanjian itu para pihak saling mengikatkan diri, sehingga
tampak kekurangannya yang seharusnya ditambah dengan rumusan “saling mengikatkan diri”;
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus atau kesepakatan, termasuk
perbuatan mengurus kepentingan orang lain zaakwarneming dan perbuatan melanggar hukum onrechtmatigdaad. Hal ini menunjukkan makna
“perbuatan” itu luas dan yang menimbulkan akibat hukum; 3.
Perlu ditekankan bahwa rumusan Pasal 1313 KUH Perdata mempunyai ruang lingkup didalam harta kekayaan vermogensrecht.
B. Syarat Sahnya Perjanjian