Jaminan Sosial pada Unit Produksi Formal

68 K S M K e l o m p o k S w a d a y a Masyarakat merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat khususnya kalangan nelayan buruh untuk mendapatkan sumber pinjaman. Sedikitnya terdapat tujuh buah KSM Simpan-Pinjam yang ada di Kamal Muara FKWKM, 2002. Selain itu, warung-warung atau pedagang ikan merupakan sumber pinjaman informal yang umum dimanfaatkan oleh kalangan nelayan buruh. Hal tersebut di atas terlihat juga pada masyarakat nelayan di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Situbondo, Jawa Timur, bahwa sumber- sumber pinjaman bisa didapatkan antara lain dari BKD Badan Kredit Desa, Bank Oser, Pegadaian, Pangamba pedagang perantara, Orenga pemilik perahu, simpanan dan arisan, pemilik warung atau toko kecil, rentenir, dan jaringan sosial Kusnadi, 2002:157-162. Di antara sumber-sumber pinjaman tersebut di atas, yang paling banyak berperan N adalah pemilik warung, Bank oser, simpanan, pegadaian, dan jaringan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pranata tersebut di atas relatif cocok dan sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi dan budaya masyarakat nelayan setempat Kusnadi, 2002:163. Koperasi nelayan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh p e m e r i n t a h d a l a m r a n g k a menanggulangi masalah-masalah kemiskinan masyarakat nelayan. Keberadaan koperasi nelayan t e r s e b u t d i h a r a p k a n d a p a t menyediakan pinjaman dengan mekanisme pengembalian yang ringan dan mudah kepada para anggotanya terutama pada saat-saat “krisis”, yang biasanya dialami ketika musim paceklik ikan tiba yang mana pada saat-saat seperti ini pendapatan para nelayan menurun. Akan tetapi, di satu sisi keberadaan koperasi tersebut malah mempersulit posisi 12 12 13 13 14 14 BKD Badan Kredit Desa yang ada di Pesisir adalah milik dan dikelola oleh pemerintah desa dengan bantuan modal saham dan manajemen dari Bank Rakyat Indonesia BRI. Bank Oser adalah lembaga formal yang dikelola oleh Bank Perkreditan Rakyat, disebut oser istilah bahasa Madura karena nasabah merasa dikejar-kejar untuk membayar angsuran. Jaringan sosial adalah relasi-relasi sosial antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara regulatif dan dalam jangka waktu yang lama berdasarkan unsur-unsur kekerabatan, pertetanggaan, pertemanan, dan ikatan patron-klien atau campuran antara unsur-unsur tersebut di atas. JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003 69 nelayan. Nelayan merasa tidak memperoleh manfaat menjadi anggota koperasi, sebaliknya, kehidupan mereka yang sudah pas- pasan semakin terbebani dengan kewajiban penyetoran modal atau setoran.

3.2.1 Jaminan Sosial dalam Konteks Relasi Produksi

D a l a m o r g a n i s a s i p r o d u k s i perikanan, terdapat beberapa sistem kerja yang secara tidak langsung menjamin tidak dirugikannya kehidupan para buruh nelayan. Pada bagian ini akan diuraikan berbagai bentuk sistem jaminan sosial pada organisasi produksi bagan di Kamal Muara dan membandingkannya dengan beberapa sistem produksi perikanan lainnya baik yang ada di Kamal Muara maupun masyarakat nelayan daerah lainnya. a. Fleksibilitas dalam sistem bagi hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem yang umum dilaksanakan oleh masyarakat nelayan berkaitan d e n g a n h a s i l i k a n y a n g didapatkannya. Sistem bagi hasil ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pola pendapatan hasil ikan para nelayan tidak menentu dan tidak dapat diduga sebelumnya, terkadang mendapatkan hasil yang banyak, tetapi di lain waktu tidak memperoleh ikan sama sekali. Dengan demikian, sistem bagi hasil ini dianggap merupakan sistem yang paling adil. Pada organisasi perikanan bagan pada masyarakat nelayan di Kamal Muara, kesepakatan sistem bagi hasil dibuat sesuai dengan kondisi pendapatan ikan sehari-hari. Sudah diketahui bahwa hasil ikan tidak selalu harus dibagi dengan pemilik bagan atau dengan lainnya. Kalau hasil perolehan ikan dari bagan sedang kurang, maka sisa dari ongkos itu tidak perlu dibagi lagi dengan pemilik bagan tapi biasanya sudah langsung menjadi milik kuli b a g a n - n y a . M i s a l n y a , j i k a penghasilan bagan hari itu hanya mencapai Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00 maka hasil itu tidak perlu dibagi dengan pemilik bagan. Bahkan kalau hasilnya kurang sekali, hasil penjualan bagan ini tidak akan dikurangi ongkos produksi Suhanda dan Sugiarti, 2003:53 Pada beberapa organisasi produksi perikanan, sistem bagi hasil ini m e n i m b u l k a n k e t i m p a n g a n pembagian pendapatan di kalangan nelayan. Penelitian yang dilakukan oleh Masyhuri pada nelayan di Karang Agung, Tuban, menunjukkan bahwa pendapatan yang didapatkan JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003