72
adalah para pelele atau pedagang
ikan itu masing-masing. Ini dilakukan apabila kuli bagan tersebut tidak
dapat meminjam lagi kepada majikan pemilik bagan-nya karena terlalu
banyak memiliki tunggakan yang belum dibayar, dengan catatan kuli
tersebut memiliki relasi sosial yang dekat dengan pelele-nya.
d. THR Tunjangan Hari Raya Pada organisasi produksi kapal jaring
tongkol sistem pemberian THR ini lebih berlaku umum pada mereka
karena anak buah kapal jaring ini memang sebagian besar warga
pendatang. Bentuk THR ini bahkan dapat berupa bantuan penyediaan
transportasi untuk mudik anak buah kapal yang diberikan oleh majikan
pemilik kapal. Pada beberapa organisasi produksi perikanan bagan,
terdapat beberapa majikan yang memberikan semacam THR kepada
kuli bagan-nya setiap tahun menjelang hari raya. Bentuk
pemberian itu umumnya seperti kain, makanan biskuit Khong Guan, sirup,
dan sedikit uang.
Pada organisasi produksi perikanan bagan terdapat suatu sistem yang
p a d a p e l a k s a n a a n n y a d a p a t membantu pendapatan keluarga
nelayan buruhnya, yaitu yang dikenal dengan sistem langlang.
Kuli bagan biasanya hanya menjual ikan yang
ada dalam lowa-lowa, sedangkan
ikan-ikan yang ada dalam langlang biasanya dipersiapkan khusus
sebagai cadangansimpanan yang merupakan pengganti ongkos bagan
atau tambahan penghasilan bagi kuli bagan. Ikan yang ada dalam
langlang ini dapat dijual kembali oleh kuli bagan atau dapat dikonsumsi
untuk keluarga.
Kaum perempuan memegang p e r a n a n p e n t i n g d a l a m
15 15
16 16
17 17
Pelele adalah sebutan bagi pedagang ikan pada masyarakat nelayan di Kamal Muara, Jakarta
Langlang ini adalah istilah lokal. Langlang adalah nama sebuah keranjang kecil tempat ikan selain lowa. Keranjang kecil ini biasanya diisi dengan ikan-ikan yang kurang laku di pasaran.
Dalam beberapa kasus, keranjang ini diisi dengan rajungan oleh kuli bagan dan merupakan hak kulinya, karena biasanya ikan jenis rajungan ini dalam penjualannya tidak dihitung
dalam sistem bagi hasil, tapi khusus untuk konsumsi buruh nelayannya. Sebutan masyarakat nelayan setempat untuk keranjang-keranjang tempat menampung ikan
yang bisa memuat kurang lebih 25 sd 35 kg ikan tersebut di atas.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003
73
perekonomian rumah tangga nelayan; isteri-isteri nelayan kreatif
menciptakan beragam pranata sosial-ekonomi, seperti usaha
simpan-pinjam atau arisan, untuk m e n g a t a s i k e t i d a k p a s t i a n
penghasilan suami mereka, tidak jarang institusi-institusi pengajian
dimanfaatkan untuk kepentingan sosial-ekonomi para anggotanya
Kusnadi, 2002:157
3.2.2 Jaminan Sosial dalam Konteks Relasi Sosial
Selain jaminan sosial yang diperoleh dalam konteks relasi-relasi produksi,
buruh kuli bagan juga memperoleh jaminan sosial dalam konteks relasi
sosial dengan majikannya. Salah satu bentuk jaminan sosial yang paling
umum adalah pinjaman, yang bisa didapatkan dari anggota keluarga
t e r d e k a t . M e n u r u t b e b e r a p a i n f o r m a n , b e b e r a p a t o k o h
masyarakat setempat biasa juga dimanfaatkan sebagai sumber
pinjaman oleh warganya. Bantuan yang diperoleh buruhnya ini
biasanya untuk keperluan rumah tangga. Alasan memilih meminta
bantuan kepada tokoh masyarakat tersebut karena masih tergolong
kerabatnya sendiri. Selain itu, studi ini juga menemukan salah satu bentuk
jaminan sosial yang diberikan oleh keluarga majikan kepada keluarga
buruhnya dalam konteks relasi sosial. Keluarga majikan ini ikut mengasuh
dan menyekolahkan anak dari keluarga buruh kuli bagan-nya.
Dalam konteks relasi sosial, peran majikan ini dapat demikian luas
sehingga sampai dianggap menjadi orang tua sendiri. Hal ini salah
satunya disampaikan oleh salah seorang buruh nelayan, yang karena
kedekatannya dengan majikan, pada saat pernikahannya majikan tersebut
yang menjadi wali, menggantikan peran orang tuanya yang masih di
Sulawesi. Majikan ini yang mengurusi segala keperluan pernikahannya. Hal
ini menunjukkan bahwa jaminan sosial yang diperoleh buruh dalam
konteks sosial dapat sedemikian beragam bentuknya, tergantung dari
kebutuhan buruh dan keluarga buruh itu sendiri.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003
74
4. Penutup
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam bagian ini adalah bahwa
bentuk jaminan-jaminan sosial yang didapatkan oleh keluarga buruh
nelayan berbeda-beda sesuai dengan keragaman organisasi produksi
perikanan itu sendiri. Ada dua faktor yang penting dalam melihat bentuk
jaminan-jaminan sosial yang didapatkan oleh buruh nelayan, yaitu:
Kedua faktor tersebut di atas sangat b e r p e n g a r u h t e r h a d a p
k e b e r l a n g s u n g a n k e h i d u p a n keluarga buruh nelayan. Unit
produksi yang mapan belum tentu dapat memberikan jaminan-jaminan
yang diharapkan buruh nelayan, karena ini tergantung pada relasi
sosial yang terbentuk antara majikan dengan buruhnya. Begitu juga
sebaliknya relasi sosial yang dekat antara buruh dengan majikannya
belum tentu menjamin kehidupan buruh nelayannya, apabila tidak
didukung oleh kemampuan majikan m e n y e d i a k a n s u m b e r- s u m b e r
jaminan sosial tersebut.
Boks 1 Kasus Keluarga Buruh Nelayan Bagan
Salah seorang buruh nelayan, yaitu Pak P, di usianya yang telah 40 tahun memiliki 4 orang anak. Dari keempat anaknya tersebut, salah satu yang
terbesar telah bekerja di pabrik, dua orang masih bersekolah, dan salah satu anaknya yang bungsu dibawa oleh anak majikannya untuk diasuh
dan disekolahkan di kota lain. Kasus serupa terjadi juga dengan keluarga Pak M; anaknya yang kedua, yang baru keluar dari SD, tadinya
ditawari akan disekolahkan di pesantren milik majikannya, akan tetapi karena anaknya tidak mau maka sampai sekarang hanya membantu di
rumah saja. Dari kedua kasus ini terlihat bahwa jaminan sosial yang diberikan oleh keluarga majikan dapat demikian luas bentuknya.
18 18
Yang dimaksud penulis dengan mapan adalah pihak majikan tidak hanya memiliki satu alat produksi perikanan, tetapi lebih dari satu. Jadi, ketika satu unit produksi mengalami
penurunan produktivitas bisa disebabkan karena musim atau yang lainnya, majikan masih memiliki sektor lain untuk mensubsidi sektor yang menurun tersebut.
Relasi yang terbentuk di antara pemilikmajikan dengan buruh-
buruhnya Kemampuankapasitas pemilik
alat produksi perikananmajikan dalam menyediakan jaminan
sosial bagi buruh-buruhnya 1.
2.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003
75
Akan tetapi, sebagai organisasi produksi yang menyatu dengan
komunitas, jaminan-jaminan sosial bagi buruh nelayan tersebut tidak
hanya bergantung pada “kebaikan atau kemampuan” majikannya
semata, tetapi bisa pula didapatkan dari komunitasnya, apakah itu dari
kaum kerabat, tetangga, atau teman. Dalam menyikapi persoalan-
persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh nelayan-nelayan buruh, penting
u n t u k d i p e r h a t i k a n k o n t e k s masyarakatnya secara keseluruhan,
artinya tidak hanya konteks proses p r o d u k s i s a j a , t e t a p i p e r l u
dipertimbangkan pula konteks sosial masyarakatnya.
Daftar Rujukan
Benda-Beckmann, Franz von, dkk ed. 1994. “Coping with Insecurity”, An “underall” Perspective on Social Security in the Third World.
Netherlands: Universiteit van Nijmegen.
______. 2003. “Relasi Majikan-Buruh: Isu Kemiskinan dan Strategi Pemberdayaan”. Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya
memahami Persoalan Buruh di Sektor Informal dan Upaya Penguatannya dari Perspektif Relasi Majikan-Buruh yang
diselenggarakan oleh Yayasan Akatiga di Hotel Mitra Bandung, 19 Mei 2003.
Masyhuri, ed. I999. “Pemberdayaan Nelayan tertinggal dalam mengatasi Krisis Ekonomi: Telaahan terhadap sebuah Pendekatan”. Jakarta:
Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI.
Soemardjan, S. 1980. “Kemiskinan Struktural dan Pemberdayaan” dalam Alfian ed. Kemiskinan Struktural: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: YIIS
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003
Suhanda, Dadi dan K.L. Sugiarti. 2003. Relasi Buruh-Majikan pada Sektor Produksi Perikanan, Studi Kasus Organisasi Produksi Bagan Kamal
Muara Jakarta Utara. Working Paper. Bandung: Yayasan Akatiga.
Sukesi, Keppi, dkk. 2002. Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Perempuan Sektor Informal, Kasus Perempuan Pedagang Pasar Tradisional dan Pedagang
Kakilima. Malang: Pusat Penelitian Peran Wanita Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya.
Sumber tambahan:
76
Database FKWKM Forum Komunikasi Warga Kamal Muara 2002 Harian umum Suara Merdeka, 20 Februari 2002
Harian umum Pikiran Rakyat, 7 Mei 200
3
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 8 No. 3 DESEMBER 2003