BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Ini merupakan masalah yang cukup serius dalam perekonomian
di Indonesia. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1970an telah mencanangkan sebuah program dalam
mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia Arjoso, 2005. Program yang dimaksud adalah Program Keluarga Berencana KB.
Program Keluarga Berencana KB merupakan sebuah program pemerintah yang menganjurkan kepada setiap keluarga untuk merencanakan
jumlah anggota keluarga. Program ini dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakaat melalui batas usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera NKBBS untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN, 1981.
Salah satu upaya untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah alat, obat, efek
atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi digunakan pada program keluarga berencana untuk menunda, mengatur jarak, dan
mencegah terjadinya kehamilan . Selain itu, alat kontrasepsi seperti kondom juga berfungsi untuk terhindar dari penularan penyakit kelamin. Alat-alat kontrasepsi
yang sering digunakan yaitu kondom, diafragma, IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim, spermisida, pil atau tablet, suntikan, dan operasi vasektomi untuk pria atau
tubektomi untuk wanita http:asuh.wikia.comwikiKontrasepsi. Meskipun pemerintah telah mencanangkan program Keluarga Berencana
KB untuk menekan jumlah penduduk, ternyata masih saja kelahiran tersebut tidak dapat dikendalikan Uliyah, 2010. Setelah dicermati, ternyata kelahiran
yang tidak dapat terkendalikan ini disebabkan karena banyaknya keluarga yang enggan atau tidak mengikuti program KB Manuaba, 2010. Mereka yang tidak
1
enggan menggunakan KB ini beralasan bahwa untuk mendapatkan KB sangat susah dan dengan harga yang mahal. Alasan ini muncul dari keluarga yang
tergolong miskin dan dari keluarga yang tempat tinggalnya terpencil. Sementara itu, beberapa dari keluarga yang tergolong menengah ke atas mengatakan mereka
enggan menggunakan alat-alat kontrasepsi karena merasa sangat tidak nyaman saat menggunakannya Mirza, 2009. Kedua alasan inilah yang menyebabkan
terjadinya sebuah kehamilan tidak dapat dicegah. Dengan demikian, angka kelahiran akan semakin bertambah dan jumlah penduduk di Indonesia akan
semakin bertambah pula. Di Bali, banyak masyarakat yang menggunakan ragi sebagai alat
kontrasepsi untuk mengendalikan kelahiran pada hewan peliharaan. Misalnya, hasil observasi dan wawancara pada peternak penggemukan Sapi Bali di
Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana memperoleh hasil bahwa pakan ternak Sapi Bali yang diberikan sehari-hari dicampur dengan ragi dan sering juga
diberikan minuman beralkohol. Alhasil, dari 10 Sapi Bali yang diberikan pakan fermentasi ragi, ternyata 7 sampai 8 ekor Sapi Bali dapat dicegah kehamilannya.
Aktivitas pemberian pakan ini telah dilakukan bertahun-tahun dan telah terbukti dapat mencegah terjadinya kehamilan pada Sapi Bali di daerah tersebut. Hal ini
semakin dipertegas oleh penelitian Pemanfaatan Ragi yeast sebagai Pakan Imbuhan untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia oleh Elizabeth
Wina Balai Penelitian Ternak IPB Bogor yang menyatakan bahwa penambahan ragi mampu memanipulasi rumen dengan meningkatkan populasi bakteri
pemecah serat sehingga dapat meningkatkan kecernaan dan kemudian meningkatkan bobot badan dan mampu mengendalikan kelahiran Ternak
Ruminansia. Secara tidak langsung, ini mengasumsikan bahwa ragi dan minuman hasil fermentasi ragi dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi meskipun baru
diterapkan pada hewan. Ragi Yeast adalah mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-
mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus Bersel Satu Sugar fungus dari Genus Saccharomyces, Species cereviciae, dan memilki ukuran sebesar 6-8 mikron.
Saccharomyces cereviciae ini termasuk genom eukariotik yang pertama kali disekuensi secara penuh. Dalam kehidupan sehari-hari, ragi mudah didapat dan
dengan harga yang murah. Ragi dapat dikonsumsi dalam bentuk produk makanan. Masyarakat di Bali banyak yang beranggapan bahwa tape dapat digunakan untuk
mengurangi nafsu birahi seseorang dan sebagian besar orang percaya hal itu. Hal ini juga dapat memperkuat bahwa ragi yang terdapat pada tape tersebut dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi. Ragi Yeast memiliki kemampuan untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan sel tertentu. Jika dikaitkan dengan
proses pembuahan pada manusia, ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum telur. Ragi juga dapat
mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan
ovum. Berdasarkan kajian tersebut, penulis memiliki gagasan untuk
menggunakan ragi sebagai alternatif alat kontrasespsi. Gagasan tersebut penulis sebut dengan ”Menggagas Ragi Yeast Sebagai Alternatif Alat Kontrasepsi
Kajian Teoritis Tentang Pemanfaatan Ragi Sebagai Alat Kontrasepsi Untuk Menekan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia”. Potensi ragi sebagai alat
kontrasepsi ditinjau dari kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi ragi yang dapat mempengaruhi kesuburan seseorang. Hal ini membantu untuk
mencegah suatu kehamilan sehingga dapat membantu mengendalikan angka kelahiran.
1.2 Rumusan Masalah