KARYA TULIS RAGI SMA N 2 NEGARA

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Ini merupakan masalah yang cukup serius dalam perekonomian di Indonesia. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1970an telah mencanangkan sebuah program dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia (Arjoso, 2005). Program yang dimaksud adalah Program Keluarga Berencana (KB).

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan sebuah program pemerintah yang menganjurkan kepada setiap keluarga untuk merencanakan jumlah anggota keluarga. Program ini dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakaat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKBBS) untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia (Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN, 1981).

Salah satu upaya untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi digunakan pada program keluarga berencana untuk menunda, mengatur jarak, dan mencegah terjadinya kehamilan . Selain itu, alat kontrasepsi seperti kondom juga berfungsi untuk terhindar dari penularan penyakit kelamin. Alat-alat kontrasepsi yang sering digunakan yaitu kondom, diafragma, IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim, spermisida, pil atau tablet, suntikan, dan operasi vasektomi untuk pria atau tubektomi untuk wanita (http://asuh.wikia.com/wiki/Kontrasepsi).

Meskipun pemerintah telah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan jumlah penduduk, ternyata masih saja kelahiran tersebut tidak dapat dikendalikan (Uliyah, 2010). Setelah dicermati, ternyata kelahiran yang tidak dapat terkendalikan ini disebabkan karena banyaknya keluarga yang enggan atau tidak mengikuti program KB (Manuaba, 2010). Mereka yang tidak


(2)

enggan menggunakan KB ini beralasan bahwa untuk mendapatkan KB sangat susah dan dengan harga yang mahal. Alasan ini muncul dari keluarga yang tergolong miskin dan dari keluarga yang tempat tinggalnya terpencil. Sementara itu, beberapa dari keluarga yang tergolong menengah ke atas mengatakan mereka enggan menggunakan alat-alat kontrasepsi karena merasa sangat tidak nyaman saat menggunakannya (Mirza, 2009). Kedua alasan inilah yang menyebabkan terjadinya sebuah kehamilan tidak dapat dicegah. Dengan demikian, angka kelahiran akan semakin bertambah dan jumlah penduduk di Indonesia akan semakin bertambah pula.

Di Bali, banyak masyarakat yang menggunakan ragi sebagai alat kontrasepsi untuk mengendalikan kelahiran pada hewan peliharaan. Misalnya, hasil observasi dan wawancara pada peternak penggemukan Sapi Bali di Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana memperoleh hasil bahwa pakan ternak Sapi Bali yang diberikan sehari-hari dicampur dengan ragi dan sering juga diberikan minuman beralkohol. Alhasil, dari 10 Sapi Bali yang diberikan pakan fermentasi ragi, ternyata 7 sampai 8 ekor Sapi Bali dapat dicegah kehamilannya. Aktivitas pemberian pakan ini telah dilakukan bertahun-tahun dan telah terbukti dapat mencegah terjadinya kehamilan pada Sapi Bali di daerah tersebut. Hal ini semakin dipertegas oleh penelitian Pemanfaatan Ragi (yeast) sebagai Pakan Imbuhan untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia oleh Elizabeth Wina Balai Penelitian Ternak IPB Bogor yang menyatakan bahwa penambahan ragi mampu memanipulasi rumen dengan meningkatkan populasi bakteri pemecah serat sehingga dapat meningkatkan kecernaan dan kemudian meningkatkan bobot badan dan mampu mengendalikan kelahiran Ternak Ruminansia. Secara tidak langsung, ini mengasumsikan bahwa ragi dan minuman hasil fermentasi ragi dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi meskipun baru diterapkan pada hewan.

Ragi (Yeast) adalah mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus Bersel Satu (Sugar fungus) dari Genus Saccharomyces, Species cereviciae, dan memilki ukuran sebesar 6-8 mikron. Saccharomyces cereviciae ini termasuk genom eukariotik yang pertama kali disekuensi secara penuh. Dalam kehidupan sehari-hari, ragi mudah didapat dan


(3)

dengan harga yang murah. Ragi dapat dikonsumsi dalam bentuk produk makanan. Masyarakat di Bali banyak yang beranggapan bahwa tape dapat digunakan untuk mengurangi nafsu birahi seseorang dan sebagian besar orang percaya hal itu. Hal ini juga dapat memperkuat bahwa ragi yang terdapat pada tape tersebut dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi. Ragi (Yeast) memiliki kemampuan untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan sel tertentu. Jika dikaitkan dengan proses pembuahan pada manusia, ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Ragi juga dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum.

Berdasarkan kajian tersebut, penulis memiliki gagasan untuk menggunakan ragi sebagai alternatif alat kontrasespsi. Gagasan tersebut penulis sebut dengan ”Menggagas Ragi (Yeast) Sebagai Alternatif Alat Kontrasepsi (Kajian Teoritis Tentang Pemanfaatan Ragi Sebagai Alat Kontrasepsi Untuk Menekan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia)”. Potensi ragi sebagai alat kontrasepsi ditinjau dari kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi ragi yang dapat mempengaruhi kesuburan seseorang. Hal ini membantu untuk mencegah suatu kehamilan sehingga dapat membantu mengendalikan angka kelahiran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam karya tulis ini adalah bagaimanakah pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, karya tulis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan memaparkan pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia.


(4)

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan bagi pengembangan alat-alat kontrasepsi yang lebih ekonomis dan terjangkau.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Umum

Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini, masyarakat umum dapat mengetahui secara lebih jelas tentang manfaat ragi (yeast) selain sebagai produk makanan.

b. Bagi Pemerintah

Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini, pemerintah mendapatkan sebuah gagasan yang dapat dipertimbangkan dalam penindak lanjutannya.

c. Bagi Penulis

Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan pengalaman dan wawasan tentang menciptakan sebuah inovasi baru dan penulis dapat memiliki keterampilan menulis karya tulis ilmiah.


(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Jumlah Penduduk Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Bahkan, pada tahun 2013, Indonesia berada pada peringkat 4 dunia terkait jumlah penduduk setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan Sensus Penduduk yang dilaksanakan pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000 (www.tribunnews.com). Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa (http://statistik.ptkpt.net/).

Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Sudibyo Alimoeso (2013), diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 mencapai 250 juta. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Faktor kelahiran (natalitas) menjadi faktor paling utama dalam pertumbuhan penduduk di Indonesia. Jika dialokasikan ke setiap bulan, maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi, yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk.

Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa. 1-2 jiwa per detik merupakan angka yang sangat besar dalam pertambahan populasi penduduk di Indonesia. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, Sudibyo menyampaikan bahwa masalah dalam kependudukan di Indonesia ini adalah tingkat fertilitas dan mortalitas yang masih stagnan.


(6)

Angka kelahiran dan kematian bayi yang terus meningkat tidak sejalan dengan pasangan yang menggunakan program Keluarga Berencana. Untuk itu, upaya dalam penekanan penduduk dengan penerapan program KB perlu digalakkan kembali khususnya penggunaan alat kontrasepsi (http://health.liputan6.com/). 2.2 Ragi (Yeast)

Ragi (Yeast) memiliki nama ilmiah Saccharomyces cerevisiae dengan nama umum Brewer's yeast/Baker's yeast merupakan klasifikasi dari jamur. Alasan klasifikasi ini adalah karena memiliki dinding sel yang terbuat dari kitin, tidak memiliki peptiodglycan di dinding sel, dan lipid ester. Ia juga menggunakan DNA template untuk sintesis protein dan memiliki ribosom yang lebih besar. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan bagi ragi karena ragi merupakan organisme uniseluler sehingga tidak dapat membentuk tubuh buah, seperti jamur lain.

Gambar 1. Ragi (Yeast), Saccharomyces cerevisiae

Kingdom : fungi Phylum : ascomycota Sub filum : saccharomycotina Class : saccharomycetes Ordo : saccharomytales Famili : saccharomycetaceae Genus : saccharomyces Spesies : S. cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae telah beradaptasi dengan beberapa cara penting. Salah satu faktanya adalah bahwa mereka mampu memecah makanan mereka melalui dua cara yaitu respirasi aerobik dan fermentasi anaerobik. Mereka dapat bertahan hidup di lingkungan yang kekurangan oksigen untuk jangka waktu


(7)

tertentu. adaptasi lain mereka adalah kemampuan mereka untuk memiliki reproduksi seksual dan aseksual. Beberapa Ascomycota lainnya dapat melakukan kedua proses. Beberapa organisme sangat bisa melakukan keempat proses. Hal ini memungkinkan spesies ini hidup dalam lingkungan yang berbeda. (Madigan, 457)

Dalam satu gram ragi padat (compressed yeast) terdapat kurang lebih 10 milyar sel hidup. Ragi ini berbentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding membran yang semi berpori (semipermeable), melakukan reproduksi dengan cara membelah diri (budding), dan dapat hidup di lingkungan tanpa oksigen (anaerob). Untuk bertahan hidup, ragi membutuhkan air, makanan dan lingkungan yang sesuai. Ragi akan berkembang dengan baik dan cepat bila berada pada temperatur antara 25o - 30oC. Bakteri bersel satu ini akan mudah bekerja bila ditambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan akan membuat suatu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori-pori.

Ragi memiliki sifat dan karakter yang sangat penting dalam industri pangan. Saccharomyces cereviciae dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol).

Saccharomyces cerevisiae juga telah digunakan dalam beberapa industri lainnya, seperti industri roti (bakery), industri flavour, (menggunakan ektrak ragi/yeast extracts), industri pembuatan alkohol (farmasi) dan industri pakan ternak. Dua jenis ragi yang umum digunakan di Indonesia adalah ragi basah (compressed/fresh yeast) dan ragi kering aktif (active dry yeast).

2.3 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Alat kontrasepsi digunakan pada program keluarga berencana untuk menunda, mengatur jarak, dan mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi dapat bersifat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang


(8)

dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).

Menurut Hanifa (1996), jenis-jenis metode kontrasepsi secara berurutan dari yang paling sederhana sampai metode yang dianggap paling mantap atau biasa disebut KONTAP adalah sebagai berikut.

1. Cara alamiah, meliputi metode senggama terputus dan metode kalender. 2. Cara sederhana, terdiri dari kondom, jelly, diafragma, spermisida, tisu KB. 3. Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil dan susuk (implant).

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa jenis desain seperti lippes loop (spiral), Cu T, multiload, Cu 7.

5. Kontrasepsi mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan) dan vasektomi (untuk laki-laki).

6. Kontrasepsi dengan menggunakan cara-cara tradisional seperti badeg tape, buah nanas muda, arang batok kelapa, air rendaman gambir, buah mengkudu dan lain-lain.

Menurut Hanifa (1996), secara garis besar kontrasepsi itu dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu, kontrasepsi mekanik, kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi mantap.

2.3.1 Kontrasepsi Mekanik

Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung. Maksudnya, kontrasepsi ini mencegah bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim. Adapun contoh dari alat kontrasepsi ini yaitu, kondom, IUD, spermisida, dan diafragma.


(9)

2.3.2 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil atau tablet, suntikan, dan susuk. Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur.

2.3.3 Kontrasepsi Mantap

Jenis alat kontrasepsi ini dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.

Jadi, Ragi (Yeast) memiliki kemampuan untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan sel tertentu. Jika dikaitkan dengan proses pembuahan pada manusia, ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Penelitian lain menunjukkan bahwa alkohol hasil permentasi ragi dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum.


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksplorasi-deskriptif yang memberikan gambaran dan memaparkan pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pengkajian teoritis ini adalah ragi (yeast) baik kering maupun basah yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia pada industri pangan dan objek penelitian ini adalah pengkajian teoritis pertumbuhan penduduk di Indonesia.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada pengkajian teoritis tentang pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi. Pengkajian teoritis ini dilakukan pada awal April 2013 - awal Juni 2013. Pengkajian teoritis ini dilakukan di Laboratorium Kimia SMA Negeri 2 Negara.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Tahap Awal (persiapan alat dan bahan pendukung kegiatan, persiapan materi pendukung (relevan), Tahap Inti (pengkajian teoritis dan penarikan simpulan tentang pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia), dan Tahap Akhir (penyusunan makalah dengan acuan administrasi lomba karya tulis ilmiah). 3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang penulis kumpulkan pada karya tulis ilmiah ini meliputi data kondisi jumlah penduduk di Indonesia, ragi (yeast), jenis-jenis alat kontrasepsi yang dilakukan dengan kajian pustaka dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan. Data juga dikumpulkan dengan melakukan observasi dan wawancara


(11)

dengan kelompok industri pangan dan kelompok peternak penggemukan Sapi Bali di Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan cara kualitatif dengan mendeskripsikan pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia.


(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Dewasa ini, upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kelahirannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik di perkotaan maupun di pelosok pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam penataan masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor. Penataan dan pembatasan jumlah anggota keluarga dapat dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

Sementara itu, teknologi kedokteran, riset-riset untuk menemukan ragam corak alat kontrasepsi serta industri farmasi berkembang sangat pesat dan cepat. Dengan itu, seharusnya terdapat banyak pilihan alat-alat kontrasepsi yang bisa digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam upaya mewujudkan perencanaan keluarga itu. Dengan kemajuan teknologi pula, diharapkan risiko dari pemakaian alat-alat kontrasepsi dapat dihindari atau setidaknya dikurangi. Ini pun bukan berarti mengabaikan pentingnya melakukan kontrol atas alat-alat kontrasepsi yang telah terpasang dalam tubuh seseorang.

Kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Penggunaan kontrasepsi yang tepat dan sesuai pada waktunya memungkinkan pertumbuhan pendudukan penduduk di Indonesia dapat ditekan. Perlu diingat bahwa, jika dikaitkan dengan faktor biaya untuk membeli alat kontrasepsi maka masyarakat dapat menggunakan kontrasepsi dengan menggunakan cara-cara tradisional seperti badeg tape yang berasal dari ragi.

Ragi (Yeast) adalah bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ragi mengandung energi sebesar 136 kilokalori, protein


(13)

43 gram, karbohidrat 3 gram, lemak 2,4 gram, kalsium 140 miligram, fosfor 1900 miligram, dan zat besi 20 miligram. Selain itu di dalam Ragi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ragi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 % (http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi).

Ragi (Yeast) memiliki kemampuan untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan sel tertentu. Jika dikaitkan dengan proses pembuahan pada manusia, ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Penelitian lain menunjukkan bahwa alkohol hasil permentasi ragi dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum.

4.2 Pembahasan

Ragi (Yeast) merupakan mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Salah satu fungsi ragi yaitu mengubah gula menjadi alkohol. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa alkohol dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian. Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat berpengaruh pada gangguan menstruasi dan meningkatkan persentase sperma yang abnormal. Wanita hamil bila mengkonsumsi alkohol yang berlebihan mempunyai tingkat kejadian aborsi spontan, kerusakan plasental, kelahiran sebelum waktunya, mati saat kelahiran (stillbirth). Ini berarti alkohol sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan manusia. Dengan demikian, secara tidak langsung, kadar alkohol yang dihasikan oleh proses fermentasi ragi dapat berpengaruh terhadap kesuburan seseorang.

Berdasarkan pemaparan tentang alkohol yang dihasilkan ragi, dan pengaruhnya terhadap kesuburan seseorang, maka dapat dipertimbangkan penggunaan ragi sebagai alat kontrasepsi. Seperti yang diketahui, pemberian ragi pada hewan peliharaan dapat mencegah terjadinya suatu kehamilan. Tidak hanya itu, pengkonsumsian tape sebagai produk hasil fermentasi ragi dapat berpengaruh terhadap pola pikir reproduksi seseorang. Hal ini akan sangat memperkuat gagasan bahwa ragi dapat digunakan sebagai suatu alat konrasepsi. Alat


(14)

kontrasepsi memiliki fungsi untuk mencegah suatu kehamilan pada manusia, sementara ragi secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesuburan seseorang serta dapat mempengaruhi pola pikir reproduksi seseorang sehingga suatu kehamilan dapat dicegah.

Salah satu keunggulan ragi sebagai alat kontrasepsi, yaitu ragi mudah didapat dimana saja dan dengan harga yang sangat murah. Hal ini akan menjadi suatu pemecahan masalah bagi keluarga miskin dan keluarga yang berada di daerah terpencil dalam memperoleh alat kontrasepsi. Selain itu, pemanfaatan ragi sebagai alat kontrasepsi dapat pula dilakukan sendiri oleh pengguna.

Penggunaan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan mengolah ragi menjadi tape. Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan hitam atau putih, dan singkong (ketela pohon). Mikroorganisme yang terdapat pada ragi akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Alkohol yang dihasilkan bermanfaat untuk mempengaruhi kesuburan sehingga mencegah kehamilan dan mengurangi jumlah kelahiran. Dengan demikian, ragi dapat dikatakan sebagai alternatif alat kontrasepsi yang mudah, murah, dan nikmat.

Lancarnya suatu program pemerintah tidak terlepas dari peran aktif pemerintahan. Sebuah gagasan baru dapat menjadi suatu alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi, apabila pemerintah tanggap dan dapat menindak lanjuti gagasan tersebut. Gagasan ragi sebagai alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat terwujud apabila pemerintah selalu aktif dalam menindak lanjutinya.

Dalam pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan berpartisipasi aktif dengan cara menerjunkan langsung pakar atau ahli kesehatan untuk meneliti secara lebih dalam lagi pemanfaatan ragi sebagai alat kontrasepsi. Setelah mendapatkan hasilnya, pemerintah harus aktif dalam menyiarkan atau menyampaikan kepada


(15)

masyarakat mengenai hasil penelitian tersebut melalui media massa yang telah tersedia. Selain itu, peran serta masyarakat juga sangat penting dalam memperlancar pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi. Masyarakat harus mampu meyakinkan diri mereka sendiri dalam memanfaatkan ragi tersebut. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat maka pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi ini akan menjadi semakin mudah sehingga program pemerintah dapat terlaksana dengan lancar. Dengan demikian, angka kelahiran di Indonesia pun terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan penduduk.

Pengembangan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat diimplementasikan dengan cara pemerintah berperan aktif dalam menindak lanjuti dengan cara menerjunkan langsung pakar atau ahli kesehatan untuk meneliti lebih dalam lagi pemanfaatan ragi. Hasil penelitian kemudian disiarkan kepada masyarakat luas melalui media massa. Selain itu, peran serta masyarakat juga sangat penting dalam pengembangan pemanfaatan ragi tersebut. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat akan sangat membantu dalam pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi guna menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Dengan terwujudnya ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi maka dapat dijadikan suatu alternatif untuk pemecahan masalah pemerintah dalam mengendalikan angka kelahiran di Indonesia. Dengan masyarakat mengetahui bahwa ragi dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi yang ekonomis, mudah didapat, dan tidak meresahkan dalam penggunaannya maka masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi dapat mempertimbangkan lagi pemanfaatan ragi tersebut. Hal itu akan membantu mencegah terjadinya ledakan penduduk. Tidak hanya itu, terwujudnya gagasan ini juga dapat memberikan motivasi-motivasi untuk mewujudkan gagasan-gagasan baru lainnya.


(16)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa ragi (yeast) memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi alternatif alat kontrasepsi guna menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Potensi ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi ditinjau dari kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi ragi yang dapat mempengaruhi kesuburan seseorang. Hal ini membantu untuk mencegah suatu kehamilan sehingga dapat membantu mengendalikan angka kelahiran. Ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Ragi dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum/sel telur. Penggunaan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan mengolah ragi menjadi berbagai olahan makanan dan minuman sehari-hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah, hendaknya mengkaji dan meneliti lebih mendalam terkait pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi. Ahli-ahli pada bidang kesehatan dapat meneliti lebih lanjut terkait reaksi kimia dan biologi yang terjadi saat manusia mengkonsumsi ragi. Mengingat ragi merupakan salah satu alat kontrasepsi tradisional yang murah, pemerintah dapat mensosialisasikan ragi pada masyarakat tentang manfaatnya dalam menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur).

2. Masyarakat, hendaknya memanfaatkan ragi bukan hanya sebagai bahan industri pangan melainkan juga memanfaatkannya sebagai alternatif alat kontrasepsi karena ragi memiliki keunggulan dibandingkan alat kontrasepsi yang lain, yaitu (1) ragi bisa diperoleh dimana saja dan dengan harga yang

16 16


(17)

sangat terjangkau, (2) ragi dapat dikonsumsi dalam bentuk produk makanan, dan (3) ragi dapat diolah sendiri oleh penggunanya sesuai keinginan.


(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Dewasa ini, upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kelahirannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik di perkotaan maupun di pelosok pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam penataan masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor. Penataan dan pembatasan jumlah anggota keluarga dapat dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

Sementara itu, teknologi kedokteran, riset-riset untuk menemukan ragam corak alat kontrasepsi serta industri farmasi berkembang sangat pesat dan cepat. Dengan itu, seharusnya terdapat banyak pilihan alat-alat kontrasepsi yang bisa digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam upaya mewujudkan perencanaan keluarga itu. Dengan kemajuan teknologi pula, diharapkan risiko dari pemakaian alat-alat kontrasepsi dapat dihindari atau setidaknya dikurangi. Ini pun bukan berarti mengabaikan pentingnya melakukan kontrol atas alat-alat kontrasepsi yang telah terpasang dalam tubuh seseorang.

Kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Penggunaan kontrasepsi yang tepat dan sesuai pada waktunya memungkinkan pertumbuhan pendudukan penduduk di Indonesia dapat ditekan. Perlu diingat bahwa, jika dikaitkan dengan faktor biaya untuk membeli alat kontrasepsi maka masyarakat dapat menggunakan kontrasepsi dengan menggunakan cara-cara tradisional seperti badeg tape yang berasal dari ragi.

Ragi (Yeast) adalah bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Ragi mengandung energi sebesar 136 kilokalori, protein


(2)

43 gram, karbohidrat 3 gram, lemak 2,4 gram, kalsium 140 miligram, fosfor 1900 miligram, dan zat besi 20 miligram. Selain itu di dalam Ragi juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ragi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 % (http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi).

Ragi (Yeast) memiliki kemampuan untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan sel tertentu. Jika dikaitkan dengan proses pembuahan pada manusia, ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Penelitian lain menunjukkan bahwa alkohol hasil permentasi ragi dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum.

4.2 Pembahasan

Ragi (Yeast) merupakan mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-mana. Salah satu fungsi ragi yaitu mengubah gula menjadi alkohol. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa alkohol dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian. Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat berpengaruh pada gangguan menstruasi dan meningkatkan persentase sperma yang abnormal. Wanita hamil bila mengkonsumsi alkohol yang berlebihan mempunyai tingkat kejadian aborsi spontan, kerusakan plasental, kelahiran sebelum waktunya, mati saat kelahiran (stillbirth). Ini berarti alkohol sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan manusia. Dengan demikian, secara tidak langsung, kadar alkohol yang dihasikan oleh proses fermentasi ragi dapat berpengaruh terhadap kesuburan seseorang.

Berdasarkan pemaparan tentang alkohol yang dihasilkan ragi, dan pengaruhnya terhadap kesuburan seseorang, maka dapat dipertimbangkan penggunaan ragi sebagai alat kontrasepsi. Seperti yang diketahui, pemberian ragi pada hewan peliharaan dapat mencegah terjadinya suatu kehamilan. Tidak hanya itu, pengkonsumsian tape sebagai produk hasil fermentasi ragi dapat berpengaruh terhadap pola pikir reproduksi seseorang. Hal ini akan sangat memperkuat gagasan bahwa ragi dapat digunakan sebagai suatu alat konrasepsi. Alat


(3)

kontrasepsi memiliki fungsi untuk mencegah suatu kehamilan pada manusia, sementara ragi secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesuburan seseorang serta dapat mempengaruhi pola pikir reproduksi seseorang sehingga suatu kehamilan dapat dicegah.

Salah satu keunggulan ragi sebagai alat kontrasepsi, yaitu ragi mudah didapat dimana saja dan dengan harga yang sangat murah. Hal ini akan menjadi suatu pemecahan masalah bagi keluarga miskin dan keluarga yang berada di daerah terpencil dalam memperoleh alat kontrasepsi. Selain itu, pemanfaatan ragi sebagai alat kontrasepsi dapat pula dilakukan sendiri oleh pengguna.

Penggunaan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan mengolah ragi menjadi tape. Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan hitam atau putih, dan singkong (ketela pohon). Mikroorganisme yang terdapat pada ragi akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Alkohol yang dihasilkan bermanfaat untuk mempengaruhi kesuburan sehingga mencegah kehamilan dan mengurangi jumlah kelahiran. Dengan demikian, ragi dapat dikatakan sebagai alternatif alat kontrasepsi yang mudah, murah, dan nikmat.

Lancarnya suatu program pemerintah tidak terlepas dari peran aktif pemerintahan. Sebuah gagasan baru dapat menjadi suatu alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi, apabila pemerintah tanggap dan dapat menindak lanjuti gagasan tersebut. Gagasan ragi sebagai alat kontrasepsi untuk menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat terwujud apabila pemerintah selalu aktif dalam menindak lanjutinya.

Dalam pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan berpartisipasi aktif dengan cara menerjunkan langsung pakar atau ahli kesehatan untuk meneliti secara lebih dalam lagi pemanfaatan ragi sebagai alat kontrasepsi. Setelah mendapatkan hasilnya, pemerintah harus aktif dalam menyiarkan atau menyampaikan kepada


(4)

masyarakat mengenai hasil penelitian tersebut melalui media massa yang telah tersedia. Selain itu, peran serta masyarakat juga sangat penting dalam memperlancar pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi. Masyarakat harus mampu meyakinkan diri mereka sendiri dalam memanfaatkan ragi tersebut. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat maka pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi ini akan menjadi semakin mudah sehingga program pemerintah dapat terlaksana dengan lancar. Dengan demikian, angka kelahiran di Indonesia pun terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya ledakan penduduk.

Pengembangan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat diimplementasikan dengan cara pemerintah berperan aktif dalam menindak lanjuti dengan cara menerjunkan langsung pakar atau ahli kesehatan untuk meneliti lebih dalam lagi pemanfaatan ragi. Hasil penelitian kemudian disiarkan kepada masyarakat luas melalui media massa. Selain itu, peran serta masyarakat juga sangat penting dalam pengembangan pemanfaatan ragi tersebut. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat akan sangat membantu dalam pengembangan ragi sebagai alat kontrasepsi guna menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Dengan terwujudnya ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi maka dapat dijadikan suatu alternatif untuk pemecahan masalah pemerintah dalam mengendalikan angka kelahiran di Indonesia. Dengan masyarakat mengetahui bahwa ragi dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi yang ekonomis, mudah didapat, dan tidak meresahkan dalam penggunaannya maka masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi dapat mempertimbangkan lagi pemanfaatan ragi tersebut. Hal itu akan membantu mencegah terjadinya ledakan penduduk. Tidak hanya itu, terwujudnya gagasan ini juga dapat memberikan motivasi-motivasi untuk mewujudkan gagasan-gagasan baru lainnya.


(5)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa ragi (yeast) memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi alternatif alat kontrasepsi guna menekan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Potensi ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi ditinjau dari kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi ragi yang dapat mempengaruhi kesuburan seseorang. Hal ini membantu untuk mencegah suatu kehamilan sehingga dapat membantu mengendalikan angka kelahiran. Ragi dapat menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur). Ragi dapat mengurangi produksi hormon steroid, menghambat ovulasi, dan mengganggu perjalanan sperma melalui tuba fallopian sehingga tidak terjadi perkembangan ovum/sel telur. Penggunaan ragi sebagai alternatif alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan mengolah ragi menjadi berbagai olahan makanan dan minuman sehari-hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah, hendaknya mengkaji dan meneliti lebih mendalam terkait pemanfaatan ragi (yeast) sebagai alternatif alat kontrasepsi. Ahli-ahli pada bidang kesehatan dapat meneliti lebih lanjut terkait reaksi kimia dan biologi yang terjadi saat manusia mengkonsumsi ragi. Mengingat ragi merupakan salah satu alat kontrasepsi tradisional yang murah, pemerintah dapat mensosialisasikan ragi pada masyarakat tentang manfaatnya dalam menghambat proses produksi hormon estrogen sehingga tidak terjadi perkembangan ovum (telur).

2. Masyarakat, hendaknya memanfaatkan ragi bukan hanya sebagai bahan industri pangan melainkan juga memanfaatkannya sebagai alternatif alat kontrasepsi karena ragi memiliki keunggulan dibandingkan alat kontrasepsi yang lain, yaitu (1) ragi bisa diperoleh dimana saja dan dengan harga yang

16 16


(6)

sangat terjangkau, (2) ragi dapat dikonsumsi dalam bentuk produk makanan, dan (3) ragi dapat diolah sendiri oleh penggunanya sesuai keinginan.