PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

(1)

KEPUTUSAN PENDANAAN

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION (Study on Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange during

the Period 2012-2014)

Oleh

BAYU DIAN ADY 20100410033

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Periode Tahun 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION (Study on Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange during

the Period 2012-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

BAYU DIAN ADY 20100410033

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iv Dengan ini saya,

Nama : Bayu Dian Ady

Nomor Mahasiswa : 20100410033

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 10 Desember 2016


(4)

Maka apabila kamu telah selesai (dari urusan sesuatu), Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.” (QS Al Insyirah 5-8)

“Ich bin nichts, und ich müßte alles sein”

Saya bukan apa-apa tapi saya harus menjadi segalanya. Karl Marx


(5)

vi

Sebuah karya penuh semangat dan harapan untuk berbagi ilmu kepada sesama.

karya ini kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya.

2. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku dangan penuh kasih sayang. Terimakasih atas kepercayaan dan dukungan yang telah diberikan sehingga menjadi motivasi terbesar saya untuk selalu berusaha menjadi manusia yang sukses dan menjadi kebanggaan keluarga. 3. Adikku tersayang Devi Dian Aprilia Kusumasari yang selalu memberikan

support kepadaku.

4. Bapak, Ibu Dosen yang terhormat.

5. Sahabat-sahabatku, Alifia Utami, I Putu Putra Jaya Negara, Rahmad Noviantara Rumbou, Dedi Wandi Irianto, Danny Surya Wijaya, Muhammad Ichsan Bagus, Dani Sutejo, Gotro Adi, dan semua yang tak mungkin dapat


(6)

penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan” dengan baik sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Nano Prawoto, SE., Msi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Retno Widowati Purnama Asri, M.Si. Ph.D, Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Wihandaru SP, Drs., M.Si, dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, dan saran yang sangat membantu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (Skripsi) ini.

Sebagai kata akhir, tak ada yang tercipta sempurna, penulis sadar bahwa banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 10 November 2016


(7)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Hutang …... 11

2. Teori Kebijakan Hutang... 18

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang... 22

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 26

C. Penurunan Hipotesis ... 31

D. Model Penelitian ... 35

BAB III. METODA PENELITIAN ... 37


(8)

3. Uji Asumsi Klasik……….. 42

a. Uji Normalitas……….. 42

b. Uji Multikoleniaritas………. 43

c. Uji Heteroskedastisitas………. 44

d. Uji Autokolerasi………... 4. Uji Regresi Berganda……….. 5. Pengujian Hipotesis……… 6. Koefesien Determinan( R2)……… 44 45 45 46 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum dan Objek/Subyek Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian………. 48

1. Analisis Statistik Deskriptif……… 48

2. Uji Asumsi Klasik……….. 50

a. Uji Normalitas……….. 50

b. Uji Multikoleniaritas……… 51

c. Uji Heteroskedastisitas………. 52

d. Uji Autokolerasi………... 53

3. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda……….. 53

4. Hasil Pengujian Hipotesis………... 55

C. Pembahasan ... 59

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xii

Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ……... 47 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ………... 48 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Penghilangan Data Outlier…….. 49 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Penghilangan Data Outlier……… 50 Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ………..……… 50 Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas……… 51 Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi……….. 52 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regresi Setelah Uji Asumsi Klasik…………. 53 Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t ...………... 55 Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F……… 57 Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi……… 58


(10)

(11)

PENGARUH STRUKTUR ASET, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

KEPUTUSAN PENDANAAN

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdafta r d i Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION

(Study on Manufacturing Compallies Listed Indollesia S tock Exc/lallge dllring the Period 2012-2014)

Diajukan Oleh BA VU DIAN ADY

20100410033

Telah disetujui Dosen Pembimbing: Pembimbing

Wihandaru SP, Drs., M.Si. Tanggal, 3 November 2016

NIK: 196207111987041 43002


(12)

(Studi pada Perusa haao MaoufaktuT ya ng terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Taboo 2012-2014)

THE EFFECT OF ASSET STRUCTURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROFITABILITY AND FIRM SIZE TO FINANCING DECISION

(Study on Manufacturing Companies Listed Indonesia Stock Exchange duriltg the Period 2012-2014)

Diajukan Oleh BAYU DIAN ADY

20100410033

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Manajemen Fakul tas E konomi dan Bisnis Urnversitas Muhrunmadiyah Yogyakarta

Ta ngga 125 November 2016 Yang terdiri dari

Wihandaru SP, Drs., M. Si

SE.. M .Si

Ketua Tim Pengujj

C--;;--Alien Akmalia, SE. , M.Sc Anggota Tim Penguji Mengetahui

Dekan Fal'Ultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhanunadiyah Y ogyakarta

to. SE.. M .Si 4199202 143


(13)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai 2014. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak 219 sampel. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik regresi berganda.

Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur aset tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan. Kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan. Ukuran perusahaan berpengaruh positf terhadap keputusan pendanaan.

Kata kunci: Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Keputusan Pendanaan.


(14)

structure, institutional ownership, profitability and firm size on financing decision at manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange.

This research was classified as causative study. The population of this research was manufacturing company registered on the Stock Exchange in 2012 until 2014. Total sample were 219 samples. The data collected using purposive sampling method. The data was obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and www.idx.co.id. Data analysis techniques was used as analysis double regression technique.

The result of research show that asset structure hasn’t effect on financing decision. Institutional ownership and profitability has negative effect on financing decision. Firm size has positive effect on financing decision.

Keywords: Asset Structure, Institutional Ownership, Profitability, Firm Size, Financing Decision.


(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini, keberadaan sebuah perusahaan dalam peta persaingan perekonomian sedang mengalami persaingan yang sangat tinggi sehingga perusahaan di paksa berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan dengan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Bringham dan Gapenski 1996 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Semakin besar nilai perusahaan maka kemakmuran yang diperoleh pemilik modal semakin meningkat.

Dalam menjalankan usahanya, pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak lain yaitu manajer. Hubungan antara manajer dengan pemegang saham di dalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham disebut agent dan pemegang saham sebagai principal. Keberadaan manajer di dalam perusahaan sangatlah penting untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan berdampak pada perusahaan yang dikelolanya. Saat mengambil keputusan pendanaan manajer


(16)

harus meneliti sifat, biaya dan sumber dana yang nantinya akan digunakan. Hal ini dilakukan manajer karena masing-masing sumber pendanaan memiliki konsukuensi finansial yang berbeda-beda. Keputusan yang diambil manajer selain untuk melindungi kepentingan manajer juga harus dapat memenuhi kepentingan pemegang saham. Keputusan diambil harus dapat diterima oleh semua pihak dan tidak menguntungkan salah satu pihak saja sehingga tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan dapat tercapai.

Manajer perusahaan dan pemegang saham merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan masing-masing dalam perusahaan, namun seringkali kepentingan pihak-pihak tersebut bertentangan. Perbedaan kepentingan itulah yang menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang biasa disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Selain itu konflik keagenan juga dapat terjadi karena perbedaan informasi yang dimiliki manajer dan pemegang saham. Menurut Wahidahwati (2002) timbulnya konflik yang terjadi antara pemegang saham dan manajer diantaranya adalah dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (keputusan pendanaan). Menurut teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wahidahwati, 2002) dinyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan rentan terhadap konflik keagenan. Masalah agensi tersebut menimbulkan biaya yang biasa di kenal dengan biaya agensi (agency cost). Menurut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009) mekanisme untuk


(17)

mengatasi konflik keagenan adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan

insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Hutang merupakan suatu mekanisme lain yang dapat di gunakan untuk mengontrol atau mengurangi konflik keagenan. Aspek-aspek masalah keagenan selalu dimasukan kedalam keuangan perusahaan karena banyaknya keputusan yang berkaitan dengan konflik keagenan, salah satunya adalah keputusan kebijakan hutang.

Didalam usaha untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan, manajer memerlukan dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi dana tersebut adalah dengan hutang. Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang berasal dari eksternal dan kebijakan hutang ini dilakukan untuk menambah dana perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan (Pithaloka, 2009). Hutang mempunyai pengaruh penting bagi perusahaan karena selain sebagai sumber pendanaan ekspansi, hutang juga dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Ketersediaan terhadap sumber dana maupun modal sangat mempengaruhi kelangsungan hidup maupun kesempatan berkembang perusahaan. Perusahaan memerlukan dana yang besar dalam mendanai belanja modal perusahaan. Sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh dari internal yaitu laba ditahan atau eksternal dengan melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Hutang dapat meningkatkan nilai


(18)

perusahaan. Selain itu penggunaan hutang juga dapat meningkatkan risiko. Perusahaan yang menggunakan hutang untuk mendanai perusahaan dan tidak mampu melunasi hutangnya maka akan terancam likuiditasnya.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hutang perusahaan, namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor saja yang akan diteliti dan diduga berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Faktor-faktor tersebut adalah struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan.

Menurut Kesuma (2009) struktur aset adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dengan harapan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang terdiri dari aktiva tetap dan aktiva lancar. Apabila perusahaan memutuskan untuk menambah modalnya dengan hutang, maka perusahaan juga memerlukan jaminan sebagai penjamin hutang yang digunakannya untuk membiayai kegiatan perusahaan. Salah satu jaminan yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang adalah aset yang dimiliki perusahaan. Apabila struktur aset perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan hutang, maka perusahaan tersebut cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, maka semakin banyak aktiva tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman akan menjadi lebih besar.


(19)

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan. (Steven & Lina, 2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Kurniati (2007) yang menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Selain itu juga terdapat faktor lain seperti kepemilikan institusional. Nuraina (2012) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai prosentase kepemilikan saham perusahaan oleh suatu lembaga atau institusional seperti perusahaan asuransi, bank, atau perusahaan institusional lainnya. Adanya kepemilikan saham institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring ini akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena timbul pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau institusi terhadap kinerja perusahaan. Adanya kontrol ini manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi resiko kebangkrutan (Ismiyanti dan Mamduh, 2003).

Beberapa penelititan untuk menguji hubungan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan dan hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (Indahningrum dan Handayani, 2009,


(20)

Ismiyanti dan Hanafi, 2003), namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Narita (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Variabel berikutnya yang diduga mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan adalah profitabilitas. Menurut Sartono (1997) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mengasilkan laba. Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan retained earning, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi, saat mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal.

Beberapa penelititan untuk menguji hubungan profitabilitas terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan. Narita (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian


(21)

(Indahningrum dan Handayani, 2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Selanjutnya terdapat variabel ukuran perusahaan yang diduga turut mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. Menurut Syadeli (2013) ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat diklafikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah, ataupun besar. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal juga semakin besar, hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya.

Beberapa penelititan untuk menguji hubungan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang telah banyak dilakukan. Dalam penelitian Syadeli (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, namun hal ini bertentangan dengan penelitian Steven dan Lina (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dilihat variabel-variabel yang digunakan memiliki arah pengaruh dan signifikansi yang berbeda-beda terhadap kebijakan hutang perusahaan. Untuk itu peneliti tertarik untuk


(22)

meneliti kembali dengan variabel independen struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang layak untuk dipasarkan. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai kegiatan operasionalnya dan salah satunya adalah dengan menggunakan hutang. Objek penelitian perusahaan manufaktur adalah untuk membuktikan apakah hasil penelitian akan tetap konsisten dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Namun populasi dari perusahaan manufaktur ini akan dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga akan terpilih sampel yang akan digunakan. Dari berbagai alasan dan penjelasan di atas, peneliti berniat untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?


(23)

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menguji adanya:

1. Pengaruh variabel struktur aset terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 2. Pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 3. Pengaruh variabel profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 4. Pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan


(24)

Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan hutang yang akan diambil.

2. Bagi investor

Penelitian ini dapat digunakan untuk menilai perusahaan yang tercermin dalam stuktur modalnya (debt to equity ratio) sehingga sebagai acuan pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. 3. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk mengembangkan teori keuangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama yang berhubungan dengan proporsi struktur aktiva, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan


(25)

11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Hutang

a. Pengertian Hutang

Menurut FASB (Financial Accounting Standart Board) dalam Pithaloka (2009), hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut Munawir (2004) dalam Pithaloka (2009) hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.

Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan ekternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan operasionalnya. Dalam pengambilan keputusan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya


(26)

leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa (Pithaloka, 2009).

1) Hutang Jangka Pendek

Hutang jangka pendek merupakan hutang yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 1 tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan dengan menggunakan sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan hutang jangka pendek yang baru. Siklus operasi periode waktu yang diperlukan antara akuisisi barang dan jasa yang terlibat dalam proses manufaktur serta realisasi kas akhir yang dihasilkan dari penjualan dan penagihan selanjutnya.

Hutang jangka pendek meliputi :

a) Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih harus dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan melakukan pembelian barang atau jasa.

b) Hutang wesel adalah perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi lainnya.

c) Biaya yang harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

d) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang, yang sudah


(27)

menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.

e) Penghasilan yang akan diterima dimuka (deferred Revenue) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum terealisir.

2) Hutang Jangka Panjang

Hutang jangka panjang merupakan pengorbanan manfaat yang

probable” dimasa yang akan datang, yang timbul dari kewajiban sekarang yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari siklus operasi atau satu tahun dan sumber-sumber untuk melunasi hutang jangka panjang adalah sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar.

Hutang jangka panjang meliputi :

a) Hutang Obligasi merupakan surat pengakuan hutang (dengan bunga) jangka panjang yang akan dibayar pada tanggal tertentu. b) Hipotik merupakan penggadaian kekayaan nyata tertentu untuk

mendapatkan suatu pinjaman dengan beban bunga yang tetap. Kekayaan nyata didefinisikan sebagai real estate, gedung, dan lain-lain.


(28)

b. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan. Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Phitaloka, 2009). Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.

Dalam (Riyanto, 1997) keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat di pengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal ekternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur adalah merupakan hutang perusahaan.Modal ini sering disebut dengan pembelanjaan asing/hutang.

Keputusan pembiayaan melalui hutang mempunyai batasan sampai seberapa besar dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk menentukan rasio hutang yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal. Salah satu rasio


(29)

tersebut adalah LDE (Long Term Debt Ratio) yang menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar (Pithaloka, 2009).

Dari sudut pasar pemegang hutang jangka panjang, resiko hutang lebih kecil dibanding dengan saham biasa atau saham preferen.Walaupun begitu, hutang dianggap mempunyai keunggulan terbatas dipandang dari segi laba, dan dianggap lemah dipandang dari segi pengendalian. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Weston dan copeland (1997) dalam Pithaloka (2009), sebagai berikut :

1) Dari segi resiko, hutang dipandang lebih menguntungkan dibanding saham biasa atau saham preferen karena hutang memberi prioritas dalam hal pendapatan dan juga dalam likuidasi. Hutang juga memiliki masa jatuh tempo yang pasti dan dilindungi oleh akad (covenants) dalam indenture.

2) Dari segi laba, para pemegang obligasi memiliki hasil pengembalian yang tetap, kecuali dalam kasus obligasi pendapatan (income) atau surat hutang dengan suku bunga mengambang.


(30)

Pembayaran bunga tidak tergantung pada tingkat laba perusahaan atau suku bunga pasar yang sedang berlaku. Meskipun demikian, hutang tidak pernah dapat ikut menikmati laba perusahaan yaitu saat bisa berhasil menarik laba yang maksimal. Seringkali hutang jangka panjang bisa dibatalkan sebelum waktunya.

3) Dari segi pengendalian, pemegang obligasi biasanya tidak memiliki hak suara. Meskipun begitu, jika sampai obligasi dinyatakan tak dapat dibayar, pemegang obligasi dapat mengambil alih perusahaan.

Menurut Wetson dan Copeland (1997) dalam Pithaloka (2009), dari sudut pandang emiten hutang jangka panjang (peminjam hutang) ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam obligasi. Keunggulan dan kelemahan dari hutang jangka panjang adalah sebagai berikut :

Keunggulan :

a. Biaya hutang terbatas, pemegang obligasi tidak ikut menikmati laba.

b. Tidak hanya biaya saja yang terbatas, tetapi juga hasil pengembalian yang biasanya lebih rendah dibanding saham biasa. c. Jika digunakan pembiayaan hutang, pemilik perusahaan (pemilik

saham mayoritas) tidak berbagi pengendalian pengelolaannya. d. Pembayaran hutang bisa dikurangi sebagai beban pajak.


(31)

e. Keluwesan (fleksibilitas) dalam struktur pembiyaan perusahaan dapat dicapai dengan pencantuman persyaratan opsi tarik dalam

indenture obligasi.

Kelemahan :

a. Hutang memilki biaya tetap, jika laba perusahaan mengalami kemunduran tajam, untuk membayar bunga hutang mungkin tidak dapat dipenuhi.

b. Tingkat leverage keuangan yang semakin tinggi memerlukan tingkat laba yang semakin tinggi pula. Jadi, meskipun leverage

keuangan mungkin cukup baik dan mungkin meningkatkan laba per saham, tingkat laba yang diperlukan untuk leverage itu akan semakin tinggi, yang dapat mendorong turunnya harga saham biasa. Biaya tak langsung karena jumlah hutang yang lebih banyak mungkin akan meningkatkan biaya permodalan.

c. Hutang biasanya memiliki masa jatuh tempo yang pasti, dan sewajarnya jika perusahaan harus mampu melunasinya sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

d. Hutang jangka panjang merupakan suatu ikatan dalam waktu yang relatif lama, bobot resiko yang tercakup didalamnya cukup tinggi. Harapan dan rencana yang mendasari penarikan suatu hutang


(32)

mungkin meleset, sehingga hutang tersebut akan menjadi beban yang berat bagi perusahaan.

e. Dalam ikatan kontrak hutang jangka panjang, persyaratan

indenture cenderung lebih berat dibanding dengan persyaratan dalam kredit jangka pendek. Karena itu, perusahaan yang meminjam hutang jangka panjang akan mengalami hambatan yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang meminjam hutang jangka pendek atau yang menerbitkan saham biasa.

f. Selalu ada batasannya sampai seberapa besar dana bisa digali melalui hutang jangka panjang. Biasanya standar rasio keuangan yang berlaku umum tetap menentukan rasio hutang tertentu yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati batasan standar ini biayanya akan meningkat dengan cepat.

2. Teori Kebijakan Hutang a. Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Sheisarvian (2015) hubungan keagenan muncul ketika seseorang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan kepentingan principal dengan mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan pendanaan. Pada teori agensi ini yang dimaksud dengan principal


(33)

adalah pemegang saham/pemilik modal dan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.

Menurut Meisser, et al, (2006) dalam Levia Ayu Tryana (2016) dalam hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalah yaitu: (1). Terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi entitas dari pemilik; dan (2). Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontak antara principal dan agen. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menhendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi manajer. Dengan demikian muncullah konflik antara investor dengan manajer (Indahningrum dan Handayani, 2009).

Konflik keagenan akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajerial atas saham perusahaan kurang dari 100%, sehingga manajer cenderung bertindak untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan sudah tidak berdasarkan maksimilisasi nilai dalam


(34)

pengambilan keputusan pendanaan. Penyebab lain konflik keagenan timbul karena manajemen memiliki kecenderungan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain (Jensen dan Mekling, 1976 dalam sheisarvian, 2014).

b. Trade Off Theory

Mamduh (2004) menyatakan bahwa Trade Off Theory yaitu penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori ini gabungan antara teori strutur modal Modigiliani-Miller dengan memasukan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasi adanya trade off. Dalam kenyataanya, terdapat hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Hal terpenting tersebut adalah semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan.

Pendanaan melalui hutang yang tinggi mengakibatkan masalah

finansial distress. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus bisa menyeimbangkan komposisi hutang dalam kombinasi struktur modalnya sehingga diperoleh komposisi hutang dan saham yang optimal dengan analisis perhitungan keuangan yang tepat (Steven dan Lina, 2011).

Struktur modal perusahaan yang optimal menggambarkan keseimbangan antara manfaat pajak dan biaya kebangkrutan karena perusahaan memiliki hutang. Hutang menyebabkan perusahaan


(35)

memperoleh manfaat pajak karena biaya bunga dapat dibebankan dari penghasilan kena pajak, sedangkan biaya kebangkrutan merupakan biaya administrasi, biaya hukum, biaya keagenan, dan biaya monitoring untuk mencegah perusahaan dari kebangkrutan.

c. Pecking Order Theory

Nurmasari (2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Menurut (Indahningrum dan Handayani, 2009) Pecking Order Theory ini menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam penggunaan dana. Menurut Mamduh (2004:313) skenario urutan dalam Pecking Order Theory adalah perusahaan memilih pendanaan intenal yang diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. Kemudian perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi dan pembayaran dividen di usahakan konstan. Kebijakan dividen yang konstan digabungkan dengan keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak dapat di prediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan lebih besar. Jika kas tersebut lebih besar


(36)

perusahaan akan membayar hutang dan membeli surat berharga. Jika kas tersebut lebih kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman dahulu yaitu hutang. Pada teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika terdapat kesempatan untuk investasi, maka perusahaan akan mencari dana untuk kebutuhan investasi tersebut. Mamduh (2004:314) menyatakan teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang lebih kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat hutang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dan eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dan internal perusahaan cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang a. Struktur aset

Struktur aset menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah yang besar karena investor akan selalu memberikan pinjaman


(37)

apabila mempunyai jaminan (Sartono dalam Dewanto 2006). Apabila perusahaan memutuskan untuk menambah modalnya dengan hutang, maka perusahaan juga memerlukan jaminan sebagai penjamin hutang yang digunakannya untuk membiayai kegiatan perusahaan. Salah satu jaminan yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang adalah aset yang dimiliki perusahaan. Apabila struktur aset perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan hutang, maka perusahaan tersebut cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, maka semakin banyak aktiva tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan maka kesempatan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman akan menjadi lebih besar.

b. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh investor institusional seperti bank, perusahaan investasi maupun perusahaan dan lembaga lain. Menurut (Murni dan Andriana, 2007), kepemilikan intitusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Kepemilikan institusional memiliki pengawasan yang lebih kuat dibandikan dengan pemegang saham lain. Mekanisme monitoring


(38)

Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar.

Kepemilikan institusional akan memiliki arti penting dalam mengawasi manajemen dengan pengawasan yang lebih optimal terhadap berbagai keputusan penting dalam perusahaan. Termasuk keputusan kebijakan hutang perusahaan, pemilik saham institusional akan ikut memengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Selain kepemilikan atas saham, investor institusional ini juga turut andil dalam suara di rapat umum pemegang saham (RUPS).

c. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam (Indahningrum dan Handayani, 2009) menyatakan bahwa manajer menggunakan pecking order untuk keputusan pendanaan yaitu menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity.

Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan


(39)

perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Narita (2012) Semakin tinggi profit yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena dengan profitabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian hutang.

d. Ukuran perusahaan

Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan (Riyanto, 1997). Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan


(40)

perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan hutang juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan hutang apabila modal sendiri tidak mencukupi. Menurut Haruman (2008) ukuran perusahaan (SIZE) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar dividen besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Permasalahan mengenai kebijakan hutang telah banyak diteliti. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang sudah dilakukan oleh penliti-peneliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:


(41)

Indahningrum dan Handayani (2009) dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,

Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSDR), variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan kebijakan dividen (DIVIDEN) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel kepemilikan institusional (INST) dan variabel Free Cash Flow (FCF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Steven dan Lina (2011) melakukan penelitian dengan judul “ faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur (studi

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)”. Sampel penelitian sebanyak 142 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kebijakan dividen, struktur aset, dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Investasi, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kurniati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur

Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang (studi pada perusahaan tekstil/garments yang terdaftar di BEJ)”. Sampel penelitian sebanyak 46


(42)

perusahaan tekstil yang terdaftar di BEJ tahun 2001-2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, dan struktur asset terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.

Narita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kebijakan

Hutang (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

2009-2010)”. Sampel penelitian sebanyak 82 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI periode 2009-2010.Variabel Independen yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, dan Profitabilitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, Free Cash Flow dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang,sedangkan variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Syadeli (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang perusahaan pemanufakturan di Bursa Efek Indonesia”. Sampel penelitian sebanyak 438 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010.Variabel Independen yang digunakan adalah Struktur


(43)

Kepemilikan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Amirya dan Atmini (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

“Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai

Perusahaan : Perspektif Pecking Order Theory”. Sampel penelitian adalah 33

perusahaan manufaktur di BEJ periode 2003-2004. Metode penelitian ini adalah path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan total aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Joni dan Lina (2010) melakukan penelitian dengan judul “Faktor

-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal”. Sampel yang digunakan

sebanyak 118 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2007.Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap


(44)

Hardiningsih dan Oktaviani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

“Determinan Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory).Sampel penelitian sebanyak 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.Variabel independen yang digunakan adalah free cash flow, growth, laba ditahan, dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang.

Growth danlaba ditahan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.Profitabilitas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Larasati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen

terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.


(45)

C. Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang

Struktur aktiva merupakan perbandingan antara total aktiva tetap bersih yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang, dengan total aktiva (Wahidahwati, 2002). Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). Struktur aset berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang memiliki struktur aset yang besar akan cenderung menggunakan hutang lebih besar ketimbang perusahaan yang memiliki struktur aset kecil. Hasil penelitan Hardiningsih dan Oktaviani (2012), Joni dan Lina (2010), Steven dan Lina (2011) menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

H1: Pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah positif


(46)

2. Pengaruh Kepemilikian Institusional Terhadap Kebijakan Hutang kepemilikan institusional adalah prosentase kepemilikan saham perusahaan oleh suatu lembaga atau institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan perusahaan institusional lain (Nuraina, 2012). Dengan adanya kepemilikan saham secara institusional dapat memberikan peranan pengawasan (monitoring) yang optimal di dalam setiap keputusan perusahaan. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan memberikan bahan pertimbangan bagi manajer dalam pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Mereka cenderung dapat mengintervensi keputusan dalam rapat seperti keputusan investasi, merger, termasuk keputusan dalam kebijakan hutang dan lain sebagainya.

Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini di akibatkan karena timbul pengawasan oleh lembaga atau institusi terhadap kinerja perusahaan. Adanya kontrol ini manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi resiko kebangkrutan. Hasil penelitian Kurniati (2007) serta Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:


(47)

H2: Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah negatif.

3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Profitabilitas

Kurniati (2007) menyatakan bahwa Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diperoleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Karena mereka membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan, seperti dalam

pecking order theory yang menyatakan bahwa urutan pembiayaan dimulai dengan laba ditahan sebagai urutan pertama, kemudian hutang dan yang terakhir penerbitan saham baru.

Disamping itu perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang baik pula dalam membayarkan dividen, sehingga akan tercipta sinyal positif bagi perusahaan. Manajemen memiliki kekuatan dalam pengelolaan dana perusahaan tanpa harus mempertimbangkan sumber dana eksternal, karena perusahaan memiliki banyak free cash flow untuk membiayai proyek perusahaan. Profitabilitas berhubungan negatif dengan tingkat hutang. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin rendah tingkat hutang perusahaan dan sebaliknya. Hasil penelitian penelitian Amirya dan Atmini (2008),


(48)

Indahningrum dan Handayani (2009), Joni dan Lina (2010), Narita (2012), dan Syadeli (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijkan hutang.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:

H3: Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah negatif

4. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Ukuran Perusahaan

Menurut Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang menunjukan kekuatan finansial perusahaan. Riyanto (1997) menyebutkan bahwa perusahaan besar memiliki kemudahan dalam mengakses pihak luar. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemudahan perusahaan dalam memperoleh hutang. Perusahaan besar memiliki jaminan yang besar dapat dijadikan jaminan dalam hal pelunasan hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar juga memiliki kecenderungan untuk menggunakan pendanaan hutang daripada perusahaan yang berukuran kecil karena aksebilitas perusahaan ke pasar modal. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan hutang juga akan semakin besar. Hasil penelitian Syadeli (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.


(49)

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:

H4: Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan adalah positif.

D. Model Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah kebijakan hutang. Variabel independen dalam penelitian ini berupa struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas dan ukuran perusahaan.

Berdasarkan landasan teoritis dan berbagai hasil penelitian terdahulu maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah seperti gambar di bawah ini :


(50)

H1

H2

H3

H4 (+) (-) (+)

(-)

Gambar 2.1 Model Penelitian

Struktur Aset (X1)

Kepemilikan Institusional

(X2)

Profitabilitas (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Kebijakan Hutang (Y)

Keterangan

X1X2X3X4= Independent


(51)

37

METODA PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Objek dan Subjek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Metoda pengambilan sampel dilakukan dengan metoda puposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan manufaktur yang telah mendaftarkan sahamnya dan masih aktif pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014.

b. Peusahaan manufaktur yang sedang mengalami pertumbuhan atau sedang tumbuh antara 2012-2014.

c. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan dari tahun 2012-2014 dan di publikasikan pada Indonesian Capital Market Directory.


(52)

d. Perusahaan yang mempunyai data dan laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian untuk faktor-faktor yang diteliti, yaitu struktur aktiva, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan dari 2012-2014.

3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data rasio. Data tersebut diadakan dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2012-2014 yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data laporan keuangan diperoleh dari Indonesian Market Directory (ICMD) yang dapat diakses melalui www.idx.co.id.

4. Teknik Pengambilan Data

Teknik data dalam penelitian ini adalah menggunakan data arsip. Data arsip adalah kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan. Data arsip tersebut dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

5. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perushaan (Pithaloka, 2009). Rasio ini menggambarkan


(53)

proporsi suatu perusahaan mendanai operasinya dengan menggunakan hutang. Dalam penelitian ini ukuran debt ratio merupakan proxy dari kebijakan hutang perusahaan (Nuriningsih dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Debt Equity Ratio dirumuskan dengan sebagai berikut:

Debt Equity Ratio (DER) :

Sumber : Nurmasari, 2015

b. Variabel Independen 1. Struktur Aset

Struktur aset merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan (Yeniatie dan Destriana, 2010). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dengan membagi net fixed asset dengan total asset.

Struktur Aset : Sumber :Yeniatie dan Destriana, 2010 2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional yaitu proporsi kepemilikan saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun di ukur dalam presentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dalam perusahaan (Indahningrum dan Handayani, 2009).


(54)

INST : Sumber :Indahningrum dan Handayani, 2009

3. Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.Efektivitas manajemen disini dapat dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Menurut Harahap (2009) dalam (Astuti dan Nurlelasari, 2013) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuann perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini Return On Equity merupakan proksi dari profitabilitas. Semakin besar atau meningkat rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. ROE merupakan rasio yang menunjukan berapa besar Earning After Tax (EAT) yang diperoleh bila diukur dari equity. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

Return On Equity (ROE) :


(55)

Sumber : Astuti dan Nurlelasari, 2013

4. Ukuran Perusahaan

Variabel ukuran perusahaan menunjukkan berapa asset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan ( titman dan Wessel, 988 dan

Moh’d et al, 1988) dalam penelitian Wahidawati, (2001). Ukuran

perusahaan menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih bentuk pendanaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik di pasar akan lebih fleksibel menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Selain itu, perusahaan yang besar akan membutuhkan dana hutang seiring pertumbuhannya.

Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aset (Ln Aset). Variabel ini dirumuskan sebagai berikut :

SIZE = Ln Aset

Sumber : Pithaloka, 2009 B. Metode Statistik

1. Analisis data

Menganalisis apakah struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap


(56)

kebijakan hutang maka digunakan analisis regresi linier berganda. Model regresinya adalah sebagai berikut :

Y : a-b1X1-b2X2-b3X3+b4X4 Dimana :

Y : Kebiajakan Hutang X1 : Struktur Aset

X2 : Kepemilikan Institusional X3 : Profitabilitas

X4 : Ukuran Perusahaan a : Konstanta

b1...b4 : Koefisien Regresi 2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang di lihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali 2011 : 19).

3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis, data dalam penelitian ini akan di uji terlebih dahulu sebagai pemenuhan syarat asumsi dasar. Pengujian yang dilakukan, diantaranya yaitu :


(57)

Ghozali (2011:160) uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Level of significant yang digunakan adalah 0,05.

Jika data mengalami tidak normalan maka bisa di obati dengan cara mengubah semua variabe menjadi logaritma natural (Ln) kemudian melakukan regresi dengan variabek yang telah di ubah menjadi Ln tersebut.

b. Uji Multikoleniaritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari tolerance dan lawan yaitu variance inflation factor

(VIF). Untuk pengambilan keputusan dalam menenntukan ada atau tidaknya multikolonieritas yaitu dengan kriteria jika nilai VIF > 10 atau jikan nilai tolerance <0,10 maka ada multikolonieritas dalam model regresi. Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance 0,1


(58)

maka tidak ada multikoloonieritas dalam model regresi (Ghazali:105).

c. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2011:139) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas dimana variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Beberapa cara dalam menguji heteroskedastisitas dalam variance error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart

(diagram scatterplot).

Jika dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka dapat di perbaiki dengan melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut.Selanjutnya melakukan transformasi logaritma.

d. Uji Autokorelasi

Ghazali (2010:110) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model


(59)

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujiann ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test) dengan mensyaratkan adanya konstantan dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel.

4. Uji Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda.Regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (X) yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel dependen (Y).Variabel yang dijadikan variabel bebas atau independen adalah struktur aset (X1), kepemilikan institusional (X2), profitabilitas (X3), dan ukurann perusahaan (X4).Untuk mempercepat dan mempermudah dalam perhitungan regresi linier berganda, maka dalam penelitian ini digunakan SPSS Statistik 15.

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t.

Uji t atau pengujian secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independen) secara parsial atau individu mempunyai pengaruuh terhadap variabel terikat (dependen). Menurut Ghazali (2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh


(60)

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Cara melakukan uji t jika nilai signifikansi t > 0,05, maka variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Namun, jika nilai signifikansi t < 0,05 maka variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 6. Koefesien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel dependen terbatas.Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali, 2011).


(61)

47

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Obyek/Subyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Subjek penelitiannya adalah laporan tahunan perusahaan manufaktur yang datanya diambil langsung dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Berdasarkan purposive sampling diperoleh 79 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria. metode purposive sampling merupakan metode pengumpulan data yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan oleh peneliti. Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel berikut:


(62)

Tabel 4.1.

Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2012-2014 129

Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan (12)

Perusahaan tidak memperoleh laba (38)

Jumlah perusahaan 79

Jumlah sampel penelitian 237

Data outlier (18)

Data yang diolah 219

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kebijakan hutang (DER), struktur aset (SA), kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROE), dan ukuran perusahaan (SIZE). Data yang dilihat adalah jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai tara-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2011). Adapun nilai statistik deskriptif variabel penelitian disajikan pada tabel 4.2 berikut:


(63)

Tabel 4.2.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Min Maks Mean Std. Dev

DER 219 0,000 2,253 0,744 0,448

SA 219 0,000 0,987 0,366 0,207

INST 219 9,160 96,310 67,870 18,844

ROE 219 0,001 0,913 0,149 0,129

SIZE 219 11,399 19,279 14,556 1,678

Sumber: Lampiran 5

Tabel 4.2 memberikan gambaran statistik dari setiap variabel mengenai jumlah data, nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Jumlah pengamatan dalam penelitian yaitu 219 sampel. Variabel Keputusan pendanaan yang diukur dengan DER memiliki nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai maksimum sebesar 2,253. Nilai rata-rata sebesar 0,744 dengan standar deviasi sebesar 0,488. Variabel struktur asset (SA) memiliki nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai maksimum sebesar 0,987. Nilai rata-rata sebesar 0,366 dengan standar deviasi sebesar 0,207. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai minimum sebesar 9,160 dan nilai maksimum sebesar 96,310. Nilai rata-rata sebesar 67,870 dengan standar deviasi sebesar 18,844. Variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,001 dan nilai maksimum sebesar 0,913. Nilai rata-rata sebesar 0,149


(1)

Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh struktur aset, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan. Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan terhadap 4 (empat) hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa struktur aset yang diproksikan dengan SA tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, kepemilikan institusional yang diproksikan dengan INST berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan, profitabilitas yang diproksikan ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan, dan ukuran perusahaan yang diproksikan dengan SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan.

Hasil uji parsial struktur aset (SA) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui SA tidak berpengaruh signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan ditolak. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan struktur aset berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

Berdasarkan teori perusahaan yang memiliki struktur aset yang besar akan cenderung menggunakan hutang lebih besar ketimbang perusahaan yang memiliki struktur aset kecil. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar akan menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman. Hasil penelitian yang tidak signifikan dikarenakan perusahaan melakukan revaluasi aset, akibatnya aset tetap naik tanpa harus membeli aset tetap yang baru. Menurut Milanto (2011) aset lancar yang lebih besar yang dimiliki perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan dapat dipenuhi dari aset lancar perusahaan. Hal ini menyebabkan hutang kepada pihak ketiga menjadi semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan Marhamah (2016) yang menyimpulkan tingginya struktur aktiva tidak mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2013.

Hasil uji parsial kepemilikan institusional (INST) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui INST berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kepemilikan institusiaonal berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) serta Yeniatie dan Destriana (2010) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini diakibatkan karena timbul pengawasan oleh lembaga atau institusi terhadap kinerja perusahaan. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan memberikan bahan pertimbangan bagi manajer dalam pengambilan keputusan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Mereka cenderung dapat mengintervensi keputusan dalam rapat seperti keputusan investasi, merger, termasuk keputusan dalam kebijakan hutang dan lain sebagainya. Adanya kontrol ini maka manajer cenderung menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan resiko kebangkrutan. Jika investor intitusi tidak puas dengan kinerja manajer maka mereka dapat menjual sahamnya pada perusahaan tersebut.


(2)

Hasil uji parsial profitabilitas (ROE) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amirya dan Atmini (2008), Indahningrum dan Handayani (2009), Joni dan Lina (2010), Narita (2012), Syadeli (2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena mereka membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan, seperti dalam pecking order theory yang menyatakan bahwa urutan pembiayaan dimulai dengan laba ditahan sebagai urutan pertama, kemudian hutang dan yang terakhir penerbitan saham baru.

Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan retained earning, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi, saat mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal.

Disamping itu perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang baik pula dalam membayarkan dividen, sehingga akan tercipta sinyal positif bagi perusahaan. Manajemen memiliki kekuatan dalam pengelolaan dana perusahaan tanpa harus mempertimbangkan sumber dana eksternal, karena perusahaan memiliki banyak free cash flow untuk membiayai proyek perusahaan.

Hasil uji parsial ukuran perusahaan (SIZE) terhadap keputusan pendanaan (DER) diketahui SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan diterima. hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Syadeli (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan pendanaan. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan hutang juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan hutang apabila modal sendiri tidak mencukupi.

Ukuran perusahaan juga akan berpengaruh terhadap kemudahan perusahaan dalam memperoleh hutang. Perusahaan besar memiliki jaminan yang besar yang dapat dijadikan jaminan dalam hal pelunasan hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk menggunakan pendanaan hutang daripada perusahaan yang berukuran kecil karena keterbatas aksesbilitas perusahaan ke pasar modal.


(3)

PENUTUP

Hasil pengujian menunjukkan, bahwa (1) Secara simultan variable SA, INST, ROE, SIZE bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen yaitu DER. (2) secara parsial, Struktur aset yang diproksi dengan SA tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%. Kepemilikan Institusional yang diproksi dengan INST berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%. Profitabilitas yang diproksi dengan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%. Ukuran perusahaan yang diproksi dengan SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan (DER) dengan nilai signifikansi yang disyaratkan sebesar 0,05%.

Adapun saran sehubungan denga penelitian ini, adalah (1) Investor yang melakukan penawaran modal pada perusahaan manufaktur di BEI perlu memperhatikan faktor-faktor struktur assets, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan ukuran perusahaan karena terbukti variabel-variabel ini berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan perusahaan. (2) Penelitian selanjutnya perlu dilakukan penambahan variabel lain, seperti: likuiditas, Free Cash Flow, dan kebijakan dividen agar diperoleh nilai koefisien determinasi yang lebih besar. (3) Periode penelitian perlu lebih diperpanjang sehingga dapat diketahui kecenderungan keputusan pendanaan perusahaan dalam jangka panjang.


(4)

Daftar Pustaka

Amirya, M dan Atmini, S. (2008). Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai Perusahaan : Perspektif Pecking Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 5, N0 2, Hlm 227-244.

Astuti,W.AdanNurlaelasari.(2013). Pengaruh Arus Kas Bebas dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang. Trikonomika Vol 12, No1, Juni, Hlm 40-48.

Brealey, Richard A., Stewart C Myers., Alan J. Marcus, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Alih bahasa: Yelvi Ansdri Saimur. Editor: H. Wibi Hardani, Adi Maulana, Jakarta, Erlangga.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2013. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 12, Buku 2, Penerjemah Ali Akbar Yulianto, Salemba Empat, Jakarta.

Dewanto, C, Agus. (2006). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan dalam Perspektif Teori Keagenan.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Fajriani, Ramlia. (2014). Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ghozali, Imam (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.

Hardiningsih, P dan Oktaviani, R.M. (2012). Determinan Kebijakan Hutang. Dinamika Akuntansi Keuangan dan Perbankan Vol 1. No. 1, Hlm 11-24.

Haruman, Tendi. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Pendanaan.National Conference on Management Research.

Indahningrum, R.P dan Handayani, Ratih. (2009). Pengaruh Kepemilikan manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11, No.3 Desember, hlm.189-207. Ismiyanti Fitri Dan Hanafi M. M. (2003). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko,

Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, Hlm 260-277.

Joni dan Lina.(2010). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal.Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12 No. 2, Hlm. 81-96.


(5)

Kesuma, Ali (2009). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 11, No 1, Maret, Hlm 38-45.

Kurniati, Wahyuning. (2007). Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Larasati, Eva. (2011). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.Jurnal Ekonomi Bisnis, Th 16, No 2, Juli, Hlm 103-107.

Levia, A, Tryana. (2016). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Mamduh, M. Hanafi. (2004). Manajemen Keuangan.Yogyakarta: BPFE.

Marhamah. (2016). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Pertumbuhan (Growth), Ukuran Perusahaan, dan Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal STIE Semarang Vol 8, No 1, November, Hlm 19-35.

Milanto, Desi. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2011). Jurnal Dinamika Manajemen Vol 2, No 3, November 2012.

Nurmasari, N, Desty. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.Skripsi.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Narita, R.M. (2012). Analisis Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal Vol 1 No 2, Hlm 1-6. Nuraina, Elva. (2012). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap

Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol 19, No 2, September, Hlm 110 – 125.

Pithaloka, D. Nina. (2009). Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang : Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Sartono, Agus. (1997). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.Yogyakarta : BPFE.

Sheisarvian, 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang. Universitas Brawijaya Malang.

Syadeli, Moh. (2013). Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Pemanufakturan di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol 2, No 2, Agustus, Hlm 79-94.

Steven dan Lina.(2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur.Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 13, No 3, Desember, Hlm 163-181.

Wahidahwati. (2002). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 5 No. 1.Januari, hlm 1 – 16.


(6)

Yeniatie dan Destriana, Nicken.(2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 12, No 1, April, Hlm 1-16.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 75 76

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 24 74

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014)

0 6 76

PENDAHULUAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).

0 2 7

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11